CHAPTER 1 : On Going
Backsound : EXID – Every Night
-----
Gadis berambut hitam panjang bergelombang itu menatap keluar jendela Apartemennya dengan tatapan sendu. Secangkir coklat hangat selalu setia berada di genggamannya. Matanya terus menatap keluar, tanpa berkedip, sedikitpun.
“Jea-ya”
Kang Jea menoleh kesamping lalu kembali menatap keluar. Entahlah, ia seperti terhipnotis dengan cahaya lampu kota Seoul yang terang benderang.
“Ada yang mencarimu…”
Jea mengangguk. Gadis yang berdiri di samping Jea kemudian menghilang lagi digantikan sosok seorang pria bertubuh tinggi tegak berambut sedikit agak pirang. Ia berdiri tepat di belakang Jea. Sangat dekat. Sampai-sampai dia bisa merasakan hembusan nafas pria itu.
Perlahan ia melingkarkan tangannya di pinggang ramping Jea. Mempersempit jarak antara mereka. Pria itu mendekap tubuh Jea sambil menghirup aroma tubuh gadis itu. Lavender, tak ada yang berubah. Pikir pria itu.
“Ada apa?” tanya Jea pelan. Ekspresi wajahnya tak menunjukan perubahan yang berarti. Pria itu tersenyum kecil.
“Aku merindukanmu….” jawab pria itu, “Aku selalu memikirkanmu..”
“Xi Luhan…can you stop you’re cheesy word?” Jea melepas pelukan pria itu –Luhan, lalu berbalik, “Kita tak ada hubungan apapun lagi…” tambahnya dingin lalu meninggalkan ruangan itu.
-----
Jea meletakan gelas nya di dapur. Mengambil jaket coklatnya lalu keluar dari Apartement. Ia sudah tahu…Luhan tak akan mengejarnya…ia sudah terbiasa dengan sikap lelaki itu. hanya manis di mulut tetapi tak ada perjuangan sedikitpun, memilukan, pikir Jea.
Ia berjalan menyusuri jalan setapak di pinggiran kota Seoul. toko-toko berjejer rapi dan masih menunjukan keramaiannya. Jea sedikit mengusap-usap bahunya. Bajunya terlalu tipis untuk cuaca sedingin ini, jaketnya pun tak mampu menambah kehangatan untuk tubuhnya.
“Kedinginan?”
Jea menoleh lalu tersenyum kecil. Seorang pria menyampirkan jas yang sedikit besar ke bahu Jea. Membuat gadi s itu sedikit merasa hangat.
“Terima kasih Kyungsoo Oppa..”
“Eits, D.O” ucap pria yang akrab disapa D.O itu, “Sedang apa disini sendirian Jea-ya?”
Jea menggeleng lalu berjalan sedikit di depan D.O, “Hanya menikmati pemandangan malam hari”
“Bukankah kau menghindari Luhan?”
Jea terdiam. Pernyataan D.O tadi benar-benar tepat sasaran. Ia keluar rumah memang untuk menghindari Luhan. Bukan untuk menikmati udara malam.
“Kamu sudah tidak mencintai Luhan?” tanya D.O lagi, suaranya sedikit melembut, “Kalau begitu bisa—“
“Oppa, aku harus ke suatu tempat…sampai jumpa!” ucap Jea cepat lalu sedikit berlari meninggalkan D.O sendirian di sana.
Bisakah kau membuka hati untuk orang lain? Misalnya…aku?
-----
Jea berhenti tepat di depan taman dekat sungai Han. Ia mengatur nafasnya sejenak lalu memutuskan untuk duduk di bangku taman yang kosong. Jam menunjukan pukul sepuluh malam. Belum terlalu malam untuk jalan-jalan seperti ini. Jea menghela nafas lalu memejamkan matanya. Merasakan desiran angin yang berhembus lembut membelai tubuhnya. Ia tak terlalu kedinginan berkat jaket coklatnya dan juga jas D.O yang masih ada di pundaknya.
“Jea?”
Jea mengangkat kepalanya lalu tersenyum, “Sehun-ah”
Sehun duduk di samping Jea dan menatap gadis itu lembut, “Sedang apa disini? Ini sudah malam”
Kau pasti tahu jawabannya, pikir Jea,”Ah..hanya duduk-duduk saja..memangnya tidak boleh?”
Sehun tertawa kecil lalu mengacak rambut Jea pelan, sesaat keduanya diam tanpa ada satupun yang berbicara. Sampai Sehun membuka suaranya.
“Jea-ya aku akan berubah” aku harap setelah saat itu tiba kau akan melihatku, lanjutnya.
Jea mengernyit, “Berubah?”
Sehun tersenyum, “Pokoknya tunggu saja” jawabnya, tidak lama ponsel Sehun berbunyi, ia membuka flatnya lalu menatap Jea, “Manager hyung sudah menunggu. Aku harus pergi”
Jea mengangguk lalu menatap kepergian Sehun yang mulai menjauh.
-----
“Mau ku antar?”
Jea tersenyum lalu menggeleng. Ketika keluar dari area taman, ia bertemu dengan Suho. Kim Joonmyun. Salah satu leader dari sebuah grup pria yang saat ini namanya sedang naik daun.
“Terima kasih Suho Oppa. Aku bisa naik bis” jawab Jea, “Lagipula…bukannya EXO-K sedang sangat sibuk belakangan ini?”
Suho tersenyum, “Aku kabur” jawabnya santai
“Mwo? Tidak boleh! Oppa kan leader, harusnya bisa memberikan contoh yang baik untuk member lainnya” sungut Jea, “Bukannya malah kabur”
“Aku lelah Jea-ya” jawab Suho, “Aku tak sebebas dulu..”
“Itulah resikonya” timpal Jea, “Kau yang memilih jalan itu, kau juga yang harus menanggung semua resikonya bila memilih jalan itu..aku yakin Oppa pasti bisa”
Suho tersenyum kecil lalu mengusap kepala Jea pelan, “Kau mengerti kondisiku…tapi kenapa tak bisa mengerti kondisi Luhan?”
Jea terdiam lalu mengarahkan pandangannya ke tempat lain, “Bisakah kita bicarakan topik lain Oppa?”
Suho tersenyum lagi lalu menghela nafas, “Kalau begitu aku pergi dulu” jawabnya lalu masuk ke dalam mobil. Sebelumnya ia melambaikan tangannya pada Jea dan dibalas oleh gadis itu.
Jea berbalik lalu berjalan lurus menuju halte bis, Suho masih diam di mobilnya sambil menatap Jea yang sedang berjalan menuju halte bis. Ia menghela nafas berat.
Aku menyesal pernah mempertemukanmu dengan Luhan. Andai itu tidak pernah terjadi…apakah aku yang akan menggantikan posisi Luhan saat ini? Pikirnya dalam hati.
-----
“Jea-ya?”
Jea tersenyum begitu menaiki bis, Xiumin duduk di pojokan sambil menatap gadis itu tidak percaya. Jea menghampiri Xiumin lalu duduk di sebelahnya.
“Oppa pipi tebal!” ledek Jea dan dibalas tatapan tajam dari Xiumin.
“Pipiku tak tebal Je!” bantah Xiumin, “Tak seperti Mochi hyung”
“Omo…Henry Oppa? Iya sih pipi mu tak se chubby dia haha” jawab Jea sambil tertawa kecil. Xiumin tersenyum. Senyum itu, senyum favoritnya selama ini. Senyum yang mengisi hari-harinya semenjak ia mengenal artinya cinta.
“Apa Oppa tidak ada kegiatan seperti EXO-K?” tanya Jea.Xiumin menggeleng pelan sambil menatap keluar jendela.
“EXO-M kegiatannya tak se sibuk EXO-K” jawab Xiumin, “Makanya aku lebih punya banyak waktu santai ketimbang Joonmyun, Chanyeol, Kyungsoo, Jongin, Baekhyun, dan Sehun”
Jea mengangguk, “Benar-benar senggang?”
Xiumin menggeleng, “Tidak benar-benar senggang sih” jawabnya, “Anggap saja ketika kami – EXO-M di korea itu adalah masa libur kami. Sedangkan kami akan mulai bekerja ketika kami kembali ke China”
Jea menghela nafas, “Kalian benar-benar sibuk ya?”
“Kami baru debut..bisa dibilang kami hampir tidak punya waktu untuk sekedar beristirahat” jawab Xiumin santai, “Tapi…yah, nikmati saja. Toh, ini jalan yang sudah kupilih”
Jea mengangguk lalu tersenyum, “Jalan ya…”
“Kalau kau Jea-ya, apa jalan yang kau pilih?” tanya Xiumin, “Maksudku..jalanmu setelah ini, kedepannya. Mau bagaimana? “
Jea menggeleng, “Aku belum tahu…”
“Yang jelas kamu harus melupakan Luhan” dan jadi milikku, lanjutnya.
Jea terdiam lalu tersenyum pedih sambil menundukan kepalanya, “Akan ku coba”
Setelah itu, keduanya tak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Hingga bis berhenti di tempat Jea harus turun.
“Oppa, aku turun dulu..Annyeong!” Jea membungkukan badannya lalu turun dari bis, Xiumin memandang gadis itu dari jendela bis sambil tersenyum kecil.
-----
Jea membuka ponselnya, ada 20 misscall dan semuanya dari Luhan. Jea menghela nafas lalu memasukan kembali ponselnya ke kantong jaketnya. Ia melangkah masuk menuju Apartemennya. Ia sedikit mengernyit begitu melihat seseorang tengah berdiri di depan Apartemennya.
“Baekhyun Oppa?”
Baekhyun menoleh ke arah Jea lalu tersenyum tipis. Jea menghampirinya lalu membungkuk pada Baekhyun.
“Annyeong Oppa” sapa Jea, matanya melirik tangan Baekhyun yang memegang sebuah buket bunga mawar merah, “Itu…”
Baekhyun menatap tangannya lalu menatap Jea, “Ini..aku menemukannya di depan rumahmu”
Baekhyun menyerahkannya kepada Jea, ia tersenyum kecil, “Kira-kira dari siapa ya..”
“Entahlah” jawab Baekhyun singkat, “Tadinya aku mau mampir, tapi kelihatannya kau lelah..masuk dan istirahatlah”
“Tapi—“
Baekhyun menepuk kepala Jea, “Dengarkan apa kataku Jea-ya” sahutnya. Jea mengangguk lalu masuk ke Apartemennya.
“Jalga Oppa” sahut Jea singkat lalu masuk ke dalam meninggalkan Baekhyun sendirian. Pria itu menghela nafas lalu mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah surat.
To: Sweety Jea~
Sweety, mianhae..please..maafkan aku. Ini ku kirimkan bunga mawar sebagai permintaan maafku darimu. Saranghae Sweety<3
Fr: Your Luhan
Baekhyun menatap surat itu dingin lalu merobek surat itu hingga hancur dan membuangnya ke tempat sampah.
Biarkan dia jadi milik ku..aku tak akan menyerahkannya lagi padamu Luhan hyung. Ucap Baekhyun dalam hati lalu masuk ke dalam lift.
-----
Jam menunjukan pukul 12 malam. Jea belum terlihat mengantuk sama sekali. Cukup lama Jea terdiam di balkon Apartemennya hingga suara bel Apartemennya membuyarkan lamunannya.
Jea membuka pintu Apartemennya lalu tersenyum kecil.
“Jongin…”
“Kai!” protes Kai. Jea tertawa lalu mempersilahkan Kai masuk ke Apartemennya< “Tak banyak yang berubah dari Apartemen mu”
Jea berjalan ke dapur lalu mengeluarkan dua buah gelas dari dalam laci, “Tumben sekali kau kemari”
“Eish, memangnya tidak boleh?” sungut Kai lalu duduk di sofa Apartemennya. Jea menghampiri Kai dengan dua gelas hot chocolate di tangannya, “Gomawo Jea-ya”
Jea mengangguk lalu meneguk minumannya, “Bagaimana kabar Eomma? Appa?”
“Aish! Kang Jea! Kau tidak menanyakan keadaanku? Malah menanyakan keadaan Pumo ku? Aish!” rutuk Kai. Jea tertawa keras. Penampilan seorang Kim Jongin atau Kai memang tidak sesuai dengan karakternya. Dilihat dari luar, Kai adalah orang yang dingin dan sulit diajak bicara. Tetapi pada kenyataannya, Kai adalah orang yang supel dan sangat bawel.
Kai terdiam melihat Jea yang masih tertawa. Seulas senyum terukir di wajah pria itu. Manis, hanya itu yang ada dikepala Kai ketika melihat Jea tertawa.
Tiba-tiba Jea sedikit menguap. Kai melihat hal itu dan menepuk kepala Jea perlahan.
“Cha! Tidurlah!” ucap Kai sambil menepuk pahanya, “Aku akan menemanimu sampai kau tertidur”
“Hm..benarkah?”
Kai mengangguk. Jea meletakan kepalanya di pangkuan Kai. Pria itu membelai rambut Jea pelan dan penuh kasih sayang. Tidak butuh waktu lama, Jea sudah tertidur lelap di pangkuan Kai. Pria itu tersenyum lalu mengecup pelan kening Jea.
Andai saja sejak dulu aku yang ada di hatimu Jea-ya..
-----
Jea membuka matanya perlahan. Ponselnya bergetar. Ia mengambil ponselnya di meja lalu membuka flapnya.
Fr: Jongin!
Jea-ya, maaf aku pamit tanpa permisi. Habis tidurmu nyenyak sekali! Cha! Selamat beristirahat baby~
Jea tersenyum lalu meletakan ponselnya di meja. Baru saja ia ingin terlelap lagi, ponselnya kembali berbunyi. Dengan malas Jea mengambil ponselnya lagi.
“Yeoboseyo?”
“Ini aku, kau sudah tidur?”
Jea melihat layar ponselnya kemudian kembali mendekatkannya ke telinga, “Kris Oppa”
“Ya” jawab Kris di seberang sana, “Apa kau sudah tidur? Biasanya kau kena insomnia kan”
“Aku mengantuk sekali tadi. Hm…ada apa Oppa menelpon?”
“…bukan sesuatu yang penting” jawab Kris, “Hanya ingin mendengar suaramu saja”
Jea tersenyum kecil, “Aku rindu lelucon mu yang garing Oppa”
Kris tersenyum juga diseberang sana, “Aku rindu semua yang ada padamu Jea-ya”
“Sudah dulu ya Oppa, aku lelah sekali”
“Ah..baiklah,maaf menganggu. Jalja ne Jea-ya”
“Nado Jalja Oppa” jawab Jea lalu memutus sambungan telponnya.
Di seberang sana, Kris menatap layar ponselnya lalu tersenyum kecil sambil mengalihkan pandangannya menuju balkon Dorm.
-----
“Milshake untuk nona manis!”
Jea berbalik lalu tersenyum simpul, “Chen Oppa” sahutnya. Ia menerima milshake itu lalu duduk di samping Chen. Malam ini, Chen mengajak Jea jalan-jalan untuk menikmati pemandangan daerah Hongdae yang ketika malam akan terang oleh lampu-lampu pertokoan.
“Bagaimana rasa Milshake nya?”
Jea meminum Milshake nya lalu tersenyum gembira, “Masshita!”
Chen tersenyum, “Jeongmal?” Jea mengangguk, “Kalau kau mau lagi, bisa ku pesankan untukmu. Sebanyak apapun Jea-ya”
Jea menggeleng, “Aniyo Oppa..satu saja sudah cukup” sahutnya. Ia kembali menyedot Milshake nya sampai setengah, sampai-sampai meninggalkan foam di sudut bibir Jea.
“Aigoo Jea-ya” senyum Chen, ia berdiri, lalu membungkuk dan sedikit menarik tengkuk leher Jea, dan…
Cup~
Chen membersihkan foam tadi, dengan bibirnya. Sontak Jea kaget. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
“Aku suka Milshake nya” tapi kamu…aku lebih suka, lanjut Chen dalam hati. Sedangkan Jea menundukan kepalanya. Menahan wajahnya yang memerah. Karena perilaku Chen barusan dilihat banyak orang, dan pasti orang akan beranggapan Chen adalah kekasih Jea.
-----
Chanyeol mengenakan kacamata hitamnya lalu turun dari van milik grupnya. Ia sedikit melirik ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya masuk ke dalam sebuah toko bunga favoritnya.
“Annyeong Ahjumma” sapa Chanyeol dan disambut sebuah senyuman hangat oleh pemilik toko bunga itu. Chanyeol berkeliling toko bunga itu sebentar sebelum matanya tertuju pada satu vas bunga mawar putih yang terletak di sudut ruang.
“Chanyeol-ssi?”
Chanyeol berbalik lalu sedikit tersenyum. Seorang gadis dengan tubuh mungil itu lagi-lagi datang ke toko bunga ini di setiap malam.
“Kang Jea-ssi”
Jea membungkuk lalu sedikit tersenyum, “Kau…rupanya hari ini kau datang lebih dulu ya..”
Chanyeol melirik bunga mawar putih itu lalu mengambilnya. Ia menyerahkannya pada Jea sambil tersenyum,”Ambilah”
“Eh?”
“Aku kebetulan mau membeli bunga yang lain” jawab Chanyeol seperti berbohong, “Kau..ambilah bunga ini”
Jea menerima bunga ini dengan sedikit beraht hati. Ia merasa tak enak dengan pria yang berdiri di hadapannya. Mereka sering bertemu di toko bunga itu dan selalu Chanyeol yang mengalah. Bagi Chanyeol, ia mengalah bukan tanpa alasan. Alasan ia mengalah….cinta.
“Chanyeol-ssi..gomawo”
Chanyeol mengangguk lalu mengambil bunga lain dan membayarnya. Sebelum pergi ia melirik ke arah Jea lalu tersenyum.
“Jea-ssi?”
“Ne?”
“Jangan panggil aku se formal itu..panggil saja Chanyeol Oppa” sahutnya sambil tersenyum lalu melangkahkan kakinya keluar dari toko bunga itu.
-----
“Jea-ya! Ayo naik sepeda!”
Jea menghentikan langkahnya. Ia baru saja kembali dari toko bunga dengan menenteng sebuket bunga mawar. Dan kali ini, seseorang baru saja memanggilnya. Tao.
“Memangnya Oppa dari mana?” Jea berjalan mendekat ke arah Tao, “Oppa tidak takut ketahuan kalau jalan-jalan sambil naik sepeda begini?”
Tao menggeleng, “Ini menyenangkan tau!” jawabnya, “Cha! Ayo naik! Aku antar sampai Apartemen” tambahnya sambil menepuk tempat duduk di belakangnya. Dengan ragu Jea menaiki bangku penumpang di belakang. Tao tersenyum melihat Jea.
“Apa tak apa?”
Tao mengangguk, “Pegangan!” serunya, refleks sebelah tangan Jea yang bebas memegang pinggang Tao. Tao melirik sebentar kemudian tersenyum. Rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu berterbangan di perutnya ketika kulit Jea menyentuh pinggangnya. Rasanya bagaikan mimpi.
Tao mulai mengayuh sepedanya perlahan tapi pasti, ia tak mau terlalu cepat. Ia ingin menghabiskan banyak waktu bersama gadis manis yang duduk di belakangnya, Kang Jea.
-----
Sesampainya di depan Apartemen. Tao langsung pamit karena ada urusan lain. Jea masuk ke dalam lift. Begitu ia hendak keluar, ia sedikit tersentak ketika tidak sengaja menabrak seseorang.
“Mian” ucap orang itu.
“Lay Oppa?”
Orang itu mengangkat kepalanya kemudian tersenyum, “Jea-ya? Lama tak jumpa..” sahutnya, “Terakhir kali bertemu ketika kau dan Lu..”
“Cukup Oppa” jawab Jea cepat, Lay menghentikan ucapannya lalu tersenyum.
“Maafkan aku Jea-ya”
Jea sedikit tersenyum tipis, “Gwenchana” jawabnya, “Ah iya, Oppa ada apa kemari?”
Lay mengangkat sebuah bungkusan lalu menyerahkannya pada Jea, “Jaehye Ahjumma bilang kau sekarang sering keluar malam. Ini kan musim dingin, jadi kubelikan ginseng supaya kesehatanmu terjaga”
Jea menerima bungkusan itu lalu tersenyum, “Gomawo Oppa”
“Sudah sana, istirahatlah” titah Lay. Jea mengangguk lalu berlari ke Apartemennya. Sebelumnya ia melambai ke arah Lay dan dibalas pria itu sebelum akhirnya masuk ke dalam Apartemennya. Lay terdiam sejenak sambil memegang jantungnya. Detaknya tak beraturan. Ia memejamkan matanya lalu tersenyum kecil.
-----
Ps: pernah di post di readfanfiction