CHAPTER 1 : With Love, Haters.
Dayeon maju, mundur, maju, mundur, mendorong tongkat pelnya. Ia terpaksa harus kerja part time gara-gara uang jajannya dipotong oleh eomma1.
“Kenapa sih harus ruang tunggu GOT7 yang kubersihkan?” Dayeon terus mengomel sambil masih mengepel seluruh ruangan itu.
Dayeon selesai mengepel seluruh ruangan, kemudian ia melanjutkan dengan membersihkan debu pada kursi dan mengelap cermin ketika ia menemukan nama Jinyoung pada sebuah kursi. Tiba-tiba muncul sebuah ide jahat di kepalanya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung melancarkan idenya itu, mengotori kursi dan cermin bertuliskan nama Jinyoung kemudian tertawa sambil keluar dari ruangan.
Dayeon membalikkan badan tepat setelah menutup pintu ruang tunggu untuk GOT7 ketika matanya bertemu dengan milik Jinyoung yang sedang berjalan ke arahnya.
Jinyoung tersenyum pada Dayeon, namun Dayeon buru-buru berpaling dan berjalan ke arah lain dengan salah tingkah.
Dayeon mempercepat langkahnya menuju ruangannya untuk berganti baju dan segera pulang sebelum perbuatannya itu ketahuan. Tapi ia terlambat. Seseorang membuka pintu ruang karyawan saat Dayeon hendak berganti baju.
“Dayeon-a, kamu diminta manajer-nim2 untuk ke ruang tunggu GOT7 sekarang juga.”
‘Omo3! Bisa-bisa aku tidak akan dapat gaji,’ begitu batin Dayeon sambil berjalan kembali menuju ruang tunggu GOT7.
Dayeon sampai di depan ruang tunggu GOT7. Jantungnya berdegup tak karuan. Sambil masih mengatur napasnya, ia mengetuk pintu. Ia membuka pintu setelah 3 kali ketukan dan menemukan manajer-nim sudah berada disana.
Dayeon berjalan ke arah manajer-nim, berdiri disebelahnya, lalu menunduk karena merasa bersalah.
Manajer-nim menepuk bahu Dayeon sambil tersenyum seraya berkata, “kamu beruntung, Nak.”
Dayeon menengadah. Menatap manajer-nim yang masih tersenyum. Ekspresi bingungnya sangat jelas terlihat di wajahnya. Dayeon bingung. Sangat bingung. Bagaimana bisa manajer-nim tidak menghukumnya?
Manajer-nim meninggalkan ruangan dengan Dayeon dan Jinyoung masih berdiam ditempatnya masing-masing. Hanya tinggal mereka berdua. Berdua dengan Jinyoung? Astaga!
Jinyoung berjalan menuju sofa dipojok ruangan lalu duduk disitu. Matanya terarah pada Dayeon yang masih berdiri mematung di tempatnya tadi dengan jarak 3 meter dari tempatnya duduk. Jinyoung tersenyum melihat ekspresi bingung yang tidak hilang dari wajah Dayeon. Kemudian tangannya menepuk-nepuk sofa di sebelahnya, memberi isyarat kepada Dayeon.
“Anja4.”
***
“Ya! Apa-apaan ini?!” Dayeon langsung berteriak ketika melihat judul berita pagi ini di situs web.
Jinyoung GOT7 dikonfirmasi bermain dalam drama Legend Of The Blue Sea.
Teriakan Dayeon tersebut membangunkan adiknya yang tidur dibawah kasur tingkatnya itu.
“Eonni5! Berisik tau! Aku masih ingin tidur.”
Dayeon turun dari kasurnya dan mendekati adiknya yang masih belum sepenuhnya sadar, “Seyeon-a, baca berita ini. Oppa6-mu itu sangat menyebalkan.”
Seyeon membaca berita tersebut sambil masih mengucek matanya. Sepuluh detik kemudian Seyeon berteriak, “Oppaaaa! Astaga aku nggak nyangka Oppa sekeren ini! Bisa bermain drama bareng dengan Lee Min Ho!”
“Yaa! Jinyoung GOT7 itu nggak pantas untuk jadi masa kecil Minho oppa-ku tau!”
***
“Anja.”
Dayeon masih berdiri ditempatnya. Mematung. Tak tau apa yang harus dilakukan ketika kelakuan buruknya langsung tertangkap basah oleh sang korban. Ia terus berpikir. Berpikir apa seharusnya ia langsung meminta maaf sambil berlutut pada Jinyoung atau ia tetap angkuh sampai akhir di hadapan Jinyoung.
Lagi-lagi tanpa berpikir panjang Dayeon memutuskan sesuatu. Ia memilih opsi nomer satu yaitu berlutut meminta maaf pada Jinyoung. Ia takut berita ini menyebar dan membuat fans Jinyoung marah lalu memburunya.
Dayeon menurunkan lututnya ke lantai hendak meminta maaf ketika Jinyoung segera beranjak dari sofa dan menahannya.
“Ya! Wae geurae7? Aku menyuruhmu untuk duduk di sofa, bukan di lantai,” Jinyoung segera menarik tangan Dayeon dan mendudukkannya di sofa. Lalu ia beranjak dan membuatkan teh untuk Dayeon.
“Ja8. Diminum tehnya.”
Dayeon bingung. Dayeon masih bingung. Masih sangat bingung.
Jinyoung terus menatap Dayeon, kemudian ia menyadari bahwa Dayeon masih kebingungan. Jinyoung tersenyum lalu mendekatkan gelas teh tersebut pada Dayeon.
“Minumlah. Gwencanha9.”
Dayeon akhirnya mengambil gelas itu dan meminum teh yang dibuat oleh Jinyoung. Teh buatan jinyoung itu menghangatkan dan menenangkan hatinya.
“Jwisonghabnida10,” katanya setelah menaruh gelas teh kembali di meja.
“Wae?”
“Aniya11. Aku yang mengotori kursimu. Jwisonghabnida, Jinyoung-ssi12.”
“Waeee. Kamu pasti kelelahan membersihkan ruangan ini makanya belum sempat membersihkan kursiku.”
“Aniya. Aku memang sengaja mengotorinya,” Dayeon segera bangun menuju kursi Jinyoung dan membersihkan kekacauan yang dibuatnya satu jam yang lalu.
Jinyoung berjalan ke arahnya. Menahannya yang sedang membersihkan kursi. Menarik tangannya hingga membuatnya berhenti.
“Gwencanhaaaa.”
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Bambam masuk ke dalam ruangan itu diikuti oleh member lainnya.
“Oh hyeong13. Itu siapa?”
jinyoung yang kepergok sedang memegangi tangan Dayeon jadi sedikit salah tingkah. Ia akhirnya menarik tangan Dayeon sampai mereka duduk di sofa tadi.
“Oh... chingu14.”
***
Dayeon membuka laptopnya dan membuka beberapa situs online tentang berita Jinyoung GOT7.
“Astaga! Mana mungkin orang sok keren kaya Jinyoung bisa sebanding dengan Minho oppa-ku?!”
“Akui sajalah, Eonni. Jinyoung oppa itu memang keren. Buat apa dia jadi bias15-ku kalau dia tidak keren?” Seyeon berkata dengan santai sambil masih tiduran di kasurnya dan bermain handphone.
“Aniya, Seyeon-a. Dia tidak keren, dia hanya sok keren!” Dayeon masih terus membuka dan menelusuri segala hal tentang Jinyoung.
“Dia sudah membuatku jatuh hati sejak pertama kali debut, Eonni. Dia selalu keren.”
Dayeon tidak mendengarkan ocehan adiknya mengenai Jinyoung.
“Astaga! Aku benci Jinyoung!”
***
“Oh... chingu.”
“Jinjja16? Ada perlu apa?” kata JB santai.
“Kebetulan lagi di sekitar sini,” jawab Jinyoung asal. Berharap teman-temannya tidak bertanya lagi.
Jinyoung akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan itu dan mengakhiri atmosphere aneh yang sejak tadi mengganggunya. Ia menarik tangan Dayeon dan mencoba keluar dari ruangan itu. Keluar dari pertanyaan-pertanyaan iseng temannya.
“Ireumi mwoeyo17?” tanya Mark tiba-tiba. Tepat saat Jinyoung memegang gagang pintu.
Jinyoung berbalik dengan salah tingkah. Tangan kirinya masih memegangi gagang pintu, sedangkan tangan kanannya memegangi lengan seorang gadis yang bahkan ia tidak tau namanya siapa.
Dayeon melepaskan tangan Jinyoung dari lengannya, lalu memperkenalkan diri secara sopan kepada seluruh member GOT7.
“Namaku Dayeon. Jo Da Yeon.”
Setelah itu mereka berdua keluar dari ruangan itu.
Dayeon segera melepaskan diri dari Jinyoung, tapi Jinyoung menahannya, “changkamhan18.”
“Aku pinjam handphone-mu,” katanya lagi.
Dayeon menyerahkan handphonenya tanpa bertanya apapun. Jinyoug memasukkan id-nya ke line milik Dayeon.
“Ja. Itu line-ku. Hubungi aku segera, Dayeon-a.”
***
Dayeon terduduk di kasurnya sambil terus menatap layar handphone-nya. Hanya menatapnya. Tanpa melakukan apapun. Ia sama sekali tidak tau apa yang harus diperbuatnya dengan contact Jinyoung yang sekarang ada di line-nya. Jadi yang ia lakukan hanya menatapnya.
Sesekali Dayeon mencoba mengirimkan pesan pada Jinyoung, tapi niatnya itu ia urungkan lagi, ia hapus lagi pesan yang sudah diketiknya. Ia menggigit bibirnya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya pada layar handphone. Sama sekali bingung apa yang harus dilakukannya pada contact line Jinyoung.
Dayeon mengetuk-ngetuk handphone-nya ke kepalanya sendiri sambil berpikir. Pikirannya terus melayang apakah ia harus menghubungi Jinyoung? Tapi untuk apa? Meminta maaf pada Jinyoung? Atau hanya mengabarinya? Atau contact line-nya ia pergunakan untuk hal lain? Ia berikan pada adikknya yang sangat menyukai Jinyoung? Atau dijual pada temannya yang ngefans pada Jinyoung? Atau harus dihapus saja?
Dayeon akhirnya membenamkan wajahnya di bantal. Pusing dengan pikirannya sendiri. Lagi pula kenapa seminggu ini pikirannya dipenuhi oleh Jinyoung? Kemana rasa bencinya pada Jinyoung?
“Eonni. Lagi ngapain sih?” suara Seyeon mengagetkan Dayeon yang langsung melemparkan bantalnya.
“Gapjagiya19!”
Seyeon tertawa melihat Eonni-nya kaget, “ada apa sih?”
“Aniyaaa.”
“Eonni pasti menyembunyikan sesuatu dari aku kan? Apa itu?”
“Aniya, seyeon-a. Tidak ada apa-apa.”
Dayeon turun dari kasurnya lalu membuka lemari dan memilih-milih baju. Ia mengambil sweater berwarna ungu muda dan celana jeans berwarna gelap lalu berganti baju, “Seyeon-a, antarkan aku ke toko buku. Ada buku yang ingin kubeli.”
“Arasseo20, Eonni,” Seyeon juga segera mengambil baju dan berganti.
Dayeon dan Seyeon berangkat dengan menggunakan bus. Sepanjang perjalanan menuju toko buku, Dayeon terus melamun. Pikirannya terus melayang pada Jinyoung. Bukannya membencinya, tetapi ada perasaan lain yang mengganggunya. Banyak sekali pertanyaan yang begitu mengganggu otak Dayeon. Mengapa Jinyoung tidak marah waktu kursinya dibuat kotor? Kenapa ia berkata pada member GOT7 bahwa ia adalah temannya? Kenapa ia memberikan contact line-nya?
Sesampainya di toko buku, Seyeon langsung memisahkan diri, berlari ke arah komik, kemudian berdiri mencari-cari komik kesukaannya. Sementara Dayeon menuju rak sastra, ada novel yang ingin dibacanya.
Setibanya di rak sastra, ia menyusuri buku satu persatu mencari judul yang direkomendasikan oleh temannya, ketika tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namanya dengan sedikit berbisik.
“Dayeon-a.”
Dayeon menoleh, mencari suara yang memanggil namanya. Ketika matanya bertemu dengan seseorang yang memanggilnya itu, kakinya mundur selangkah.
“Jinyoung-ssi?”
“Ssstt,” Jinyoung mengisyaratkan Dayeon untuk merahasiakan keberadaannya di toko buku ini, “ikut aku sebentar.”
Jinyoung menarik tangan Dayeon menuju kafe yang berada disebelah toko buku itu. Meminta Dayeon untuk memesan minum karena suaranya mungkin akan dikenal oleh orang-orang di kafe itu. Setelah Jinyoung membayar minum untuk mereka berdua, ia memilih tempat duduk yang tidak terlalu mencolok dan cukup tertutup.
Jinyoung menaruh minuman di mejanya, kemudian mendekatkan kursinya, bersiap untuk menginterogasi Dayeon yang saat ini masih belum mampu menatap Jinyoung sejak di toko buku tadi.
“Ya. Kenapa tidak menghubungiku?” Jinyoung menanyai tanpa basa basi, tetap dengan suara yang pelan agar pengunjung lain tidak mendengar pembicaraan mereka.
“Umm... sekolahku tidak mengizinkan murid membawa handphone dan ketika dirumah aku mengerjakan peer.”
“Haksaeng21?” Jinyoung kaget karena umur mereka ternyata berbeda cukup jauh, “berapa umurmu?”
“Ngg.. delapan belas tahun korean age. Sekarang tahun ketiga senior high school.”
“Astaga,” Jinyoung menepuk dahinya, “seharusnya kamu memanggilku oppa sejak awal.”
“Aku membencimu,” Dayeon diam sebentar, memerhatikan ekspresi Jinyoung yang masih kaget karena perbedaan umur mereka cukup jauh, “itu alasan kenapa aku mengotori kursimu. Jadi untuk apa aku menghubungimu dan memanggilmu oppa?”
Ekspresi Jinyoung langsung berubah begitu mendengar pernyataan Dayeon. Kagetnya kini berubah menjadi sebuah tawa. Tawa yang... cukup menggetarkan Dayeon hingga beberapa kupu-kupu menghinggapi hatinya.
Dayeon jadi salah tingkah. Ia menunduk sambil menggigiti bibirnya. Tiba-tiba terpikir olehnya bahwa tidak ada gunanya membenci Jinyoung. Lagi pula ia sungguh baik. Bahkan pada seseorang yang membencinya, juga telah melakukan suatu hal yang tidak pantas padanya.
Jinyoung memautkan dagunya pada tangannya yang bertumpu pada meja. Ia memerhatikan Dayeon yang salah tingkah sambil tersenyum. Beberapa detik kemudian Jinyoung melayangkan tangannya untuk membelai rambut Dayeon. Membuat Dayeon berbalik memandangnya sambil makin salah tingkah.
“Gwencanha, Dayeon-a. Aku percaya bahwa sesungguhnya kamu tidak membenciku.”
Dayeon tidak mampu menjawab apapun. Bibirnya terlalu kaku bahkan untuk mengucap ‘gomawo22’ pada Jinyoung yang sama sekali tidak marah padanya.
Dayeon mengusap kedua tangannya secara bergantian. Mengendalikan hatinya yang mulai tidak bisa diatur dan memberanikan diri untuk berterimakasih pada Jinyoung.
“Eonni!”
Suara dari arah pintu masuk menahan ucapannya lagi. Dilihatnya Jinyoung sudah memakai topinya kembali, lalu berdiri dan bersiap untuk pergi. Jinyoung memberinya isyarat untuk segera menghubunginya sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Dayeon bersama dengan minumannya yang baru sempat ia minum seteguk.
“Aku pikir Eonni pergi kemana, dari tadi aku mencarimu,” Seyeon langsung duduk dihadapan Dayeon.
Dayeon tidak menanggapi ucapan adiknya, matanya terus mengikuti Jinyoung yang berjalan menjauh, meninggalkannya beserta perasaan bencinya yang sudah diubah menjadi penuh kupu-kupu.
Seyeon memerhatikan Dayeon yang tidak mempedulikannya, mengikuti kemana arah mata kakanya itu, “itu siapa?”
Dayeon memerhatikan Jinyoung sampai bayangannya hilang, kemudian menyadari bahwa adiknya sedang memerhatikannya dan bertanya padanya, “hah? Apa? Ooh.. chingu.”
***
Dayeon tidak bisa tidur. Tidak ada alasan khusus. Hanya saja kupu-kupu masih hinggap dihatinya saat ini, dan itu membuatnya merasa sedikit terganggu.
Dayeon berperang dengan batinnya. Bertanya-tanya apa yang sesungguhnya terjadi padanya. Kupu-kupu dihatinya sama sekali tidak mau pergi dari hatinya meskipun sudah diusir berulang kali. Kebencian yang dicarinya pun sudah bersembunyi entah dimana. Hingga akhirnya yang ditemukan adalah sebuah kebimbangan. Apa mungkin ia mulai menyukai Jinyoung?
Dayeon menggambil handphonenya dan mencari contact Jinyoung di line-nya. Ia menarik napas dalam-dalam lalu memberanikan diri untuk mengirimi Jinyoung sebuah pesan.
Annyeonghaseyo23. Ini Dayeon.
Pesan itulah yang akhirnya dikirimkan pada Jinyoung.
Ia menunggu 5 menit, 10 menit, sampai akhirnya satu jam sudah berlalu. Masih belum ada balasan dari Jinyoung. Bahkan pesannya belum dibaca.
Raut wajah Dayeon berubah. Ada sedikit kekecewaan yang ia rasakan. Kupu-kupu di hatinya masih ada, tapi tidak seaktif sebelumnya. Mungkin kemarin ia hanya bermimpi. Mana mungkin seorang artis memberinya contact line secara tiba-tiba seperti itu. Lagi pula, mana mungkin Jinyoung mau berteman dengannya yang hanya rakyat biasa. Fans nya saja bukan. Tau lagunya saja tidak.
Dayeon menarik selimutnya, kemudian tak lama ia terlelap.
***
Hari ini Dayeon tidak fokus memerhatikan pelajaran di sekolah. Jantungnya terus berdebar sejak pagi tadi. Kupu-kupu dihatinya aktif lagi, mengganggu konsentrasinya lagi. Bagaimana tidak? Sepuluh menit sebelum berangkat ke sekolah, ia menerima balasan pesan dari Jinyoung.
Sepulang sekolah nanti, datanglah ke gedung JYP. Aku punya sesuatu untukmu.
Pesan itu terus terngiang di pikiran Dayeon. Ia terus memikirkan bagaimana bisa seseorang seperti dirinya diundang ke gedung JYP oleh seorang artis yang bahkan dibencinya? Tidak, tidak. Sekarang rasa benci Dayeon pada Jinyoung sudah lenyap. Terkubur di suatu tempat yang tidak bisa ditemukannya lagi.
Saat bel sekolah tanda pulang berbunyi, irama jantungnya makin tidak karuan. Kini tangannya ikut bergetar. Dengan sedikit ragu, ia melangkahkan kakinya keluar dari gedung sekolah menuju gedung JYP.
Sepanjang perjalanan menuju gedung JYP, Dayeon terus menggigit bibirnya karena gugup. Ia juga mencoba mengendalikan tangannya yang masih bergetar.
Setelah turun dari bis, Dayeon berjalan menuju gedung JYP. Ia terus mengatur napasnya. Tapi tangannya tidak bisa berhenti bergetar. Ia disambut oleh security begitu tiba di pintu gedung tersebut.
“Dayeon haksaeng? Silahkan masuk dan tunggu di ruang tamu.”
Dayeon terkejut karena security langsung menyambutnya dan tersenyum ramah padanya, bahkan ahjussi24 itu mengantarkannya ke ruang tamu.
Dayeon duduk di sebuah sofa sambil memerhatikan dinding ruangan tersebut yang dipenuhi oleh poster artis-artis JYP. Tapi matanya hanya tertuju pada satu poster yang berada di sebelah kanannya, poster GOT7. Ia tersenyum begitu menemukan Jinyoung pada poster tersebut.
“Dayeon-a,” Jinyoung langsung memanggil namanya begitu memasuki ruang tamu itu. Wajahnya tampak begitu senang karena bisa bertemu lagi dengan Dayeon.
Wajah Dayeon pun langsung berseri ketika Jinyoung memasuki ruangan itu sambil memanggil namanya dengan semangat. Apalagi ketika Jinyoung duduk disampingnya, “Jinyoung-ssi.”
“Yaaa, panggil aku oppa,” pinta Jinyoung dengan nada manja. Menunjukkan aegyo25-nya pada Dayeon.
“Araseo, oppa,” Dayeon jadi sedikit salah tingkah.
“Kamu datang di waktu yang tepat Dayeon-a. Sebentar lagi aku akan pergi untuk pemotretan. Ja.”
Jinyoung memberikan album GOT7 Flight Log: Turbulence dan dua buah tiket pada Dayeon.
“Seonmul26.”
***
Sesampainya dirumah, Dayeon langsung berlari ke kamarnya dan naik ke kasurnya yang berada di tingkat dua. Sama sekali tidak memerdulikan Seyeon yang dari tadi memanggilnya sambil menonton TV bersama Eomma dan Appa27.
Dayeon menyimpan tiket yang diberikan oleh Jinyoung di dalam dompetnya, kemudian ia mengambil album Flight Log: Turbulence. Membolak-balik album tersebut, kemudian membukanya. Ia tersenyum begitu menemukan foto Jinyoung pada covernya, Jinyoung version. Ia membuka lagi dan menemukan Jinyoung photobook, Jinyoung sticker, Jinyoung photocard, dan CD.
Dayeon membawa CD sambil menuruni kasurnya, kemudian memutar CD tersebut di DVD kamarnya. Setelah itu ia naik lagi untuk melihat isi photobook yang tadi belum sempat dilihatnya.
Alunan musik dari lagu GOT7 berjudul Skyway memenuhi kamar itu. Dayeon baru saja memegang photobook dan hendak membukanya ketika pintu kamarnya terbuka bersamaan dengan masuknya Seyeon yang terlihat terburu-buru.
“Ya, Eonni! Bukankah ini lagu GOT7? Sejak kapan kau...” Seyeon menaiki tangga kasur itu dan sangat kaget begitu menemukan album GOT7 original di kasur Eonni-nya, “Eonni! Sejak kapan kau punya album GOT7??” Seyeon langsung bergabung dengan Eonni-nya yang sedang melihat isi dari photobook album itu.
“Astaga Eonni! Bukankah ini Jinyoung version? Bukankah kau membencinya? Kenapa kau memiliki ini?”
Dayeon tidak memerdulikan ucapan adiknya. Ia masih sibuk dengan Jinyoung photobook yang berada di tangannya. Membolak-balik halaman photobook yang seluruhnya berisi foto Jinyoung di album Turbulence ini.
Seyeon ikut bernyanyi ketika lagu Hard Carry diputar. Ia menyanyi sambil bergoyang dan melihat-lihat isi album Flight Log: Turbulence.
“Seyeon-a, kamu hafal liriknya?”
“Tentu saja Eonni. Ini kan lagu andalan mereka. Eonni benar-benar tidak tau? Lalu kenapa membeli album ini?”
“Aku tidak membelinya. Seonmuliyeyo,” Dayeon juga menunjukkan pada adiknya tiket yang diberikan oleh Jinyoung tadi.
“Omo! Omo! Eonni mendapatkan album dan tiket ini sebagai seonmul? Jinjja? Dari siapa?”
“Chingu,” jawab Dayeon sambil sedikit salah tingkah, berharap adiknya tidak bertanya lebih lanjut.
“Chingu macam apa yang memberikan album dan tiket secret fanmeeting GOT7 secara cuma-cuma?”
“Tiket secret fanmeeting? Jinjja?”
“Astaga Eonni nggak tau? Jangan-jangan ini dari pacarmu ya? Eonni punya pacar?”
“Aniya. Hanya chingu,” katanya sambil berusaha menutupi hatinya yang mulai berdebar lagi, “mari nonton bersamaku, Seyeon-a.”
***
Sejak hari dimana Jinyoung memberikan album Flight Log: Turbulence untuk Dayeon, ia terus mendengarkan album itu setiap hari, berulang-ulang, sampai akhirnya ia menyukainya. Photocard Jinyoung pun ia taruh di dompetnya. Setiap kali ia membuka dompetnya untuk mengambil uang atau kartu bis, ia akan tersenyum melihat foto Jinyoung.
Malam ini Dayeon sedang mengerjaan peer sambil mendengarkan lagu Let Me milik GOT7. Bersenandung, bahkan ikut bernyanyi karena ia sudah mulai hapal liriknya.
Sesekali ia berhenti menulis, melamun, memikirkan secret fan meeting yang akan diadakan seminggu lagi. Itu artinya dalam waktu seminggu lagi ia bisa bertemu dengan Jinyoung. Entah kenapa perasaannya berubah pada Jinyoung. Hal yang sama sekali tak pernah dibayangkannya adalah menyukai GOT7, terutama Jinyoung.
Handphone-nya berdering. Dilihatnya ada notifikasi line dari Jinyoung.
Sudah tidur?
Belum.
Jinyoung sudah membaca pesannya, tetapi tidak dibalas. Dayeon berhenti mengerjakan peer-nya dan terus menatap layar handphone-nya. Berharap pesannya segera dibalas oleh Jinyoung. Setelah hampir lima menit, handphone-nya berbunyi lagi. Kali ini bukan notifikasi pesan line, tetapi video call dari Jinyoung.
Dayeon segera berlari ke depan cermin untuk merapikan dirinya sebelum mengangkat video call dari Jinyoung. Untung saja Seyeon sedang menonton TV diluar, kalau dia ada dikamar, pasti dia sudah ribut menanyakan ini itu dan panik sendiri.
“Ya haksaeng, kenapa lama sekali mengangkatnya? Bogoshipeoseo28.”
“Mianhae29, Oppa. Aku sedang mengerjakan peer,” Dayeon menjawabnya dengan gugup. Entah kenapa ia merasa senang sekali mendengar kalimat pertama yang diucapkan Jinyoung begitu ia mengangkat video call-nya.
“Oh mian. Apa aku mengganggu?”
“Gwencanha. Hanya tinggal sedikit lagi.”
“Arasseo. Apa besok kau ada waktu?”
“Nuguya30?” terdengar suara member lain bertanya pada Jinyoung.
“Chingu,” Jawab Jinyoung pada temannya itu.
Dayeon menjadi bingung karena tiba-tiba layar handphonenya tidak jelas. Rupanya handphone Jinyoung direbut oleh JB dan Youngjae. Tak lama setelah itu tampak jelas wajah mereka berdua memenuhi layar handphone-nya.
“Annyeong, Jinyoung chingu. Namaku JB,” katanya sambil menahan tawa. Terdengar juga tawa member lain dan suara Jinyoung yang memanggil JB berkali-kali dan berusaha merebut handphone-nya kembali.
“Aaaaai love youuu, baby I, aaaai love you,” Youngjae bernyanyi diikuti oleh tawa JB. Setelah itu sambungan terputus.
Dayeon hanya tertawa. Jinyoung pasti habis dijahili oleh teman-temannya.
Mianhae, Dayeon-a. Temanku memang jahil. Jadi, besok ada waktu?
“Eonni...” Dayeon membalikkan badannya, melihat Seyeon yang sedang memegangi gagang pintu yang sudah setengah terbuka. Wajahnya sedikit pucat.
“Sejak kapan Eonni mengenal Jinyoung oppa? Bukankah Eonni membencinya? Kenapa dia bisa menelepon Eonni? Kenapa kalian terlihat sangat akrab?” Seyeon mengatakannya sambil menangis, membuat kata-katanya sedikit samar walaupun masih bisa dimengerti.
Dayeon segera menghampiri Seyeon dan memeluknya, tetapi Seyeon langsung mendorong Eonni-nya itu.
“Aku benci Eonni!”
***
Dayeon sudah menunggu sekitar sepuluh menit di tempat yang Jinyoung minta. Sebuah kafe dengan private room. Katanya agar mereka bebas berbincang tanpa harus berbisik-bisik. Begitu Dayeon datang, pelayan segera menunjukkan ruangan yang sudah dipesan oleh Jinyoung. Terdapat satu lemari penuh dengan buku di sebuah pojokan yang membuat Dayeon tidak bosan menunggu Jinyoung yang masih belum juga datang.
Tangannya memegang buku, tapi pikirannya masih cemas karena Seyeon yang masih marah padanya. Ia tidak tau harus bagaimana. Apakah harus ia ceritakan pada Jinyoung?
Pintu private room itu terbuka bersamaan dengan masuknya Jinyoung, “mianhae, Dayeon-a.”
Dayeon menutup buku yang sedang ia baca dan kembali duduk di mejanya bersamaan dengan Jinyoung, “Gwencanha, Oppa.”
Mereka berdua melihat-lihat menu makanan, lalu memesannya setelah memilih makanan yang mereka suka. Mereka berbincang tentang banyak hal setelah itu. Tentang kesibukan masing-masing, tentang makanan kesukaan, tentang buku kesukaan, tentang drama yang sedang ongoing di TV, dan membicarakan banyak hal lainnya.
“Sudah tau kan tiket yang aku kasih itu untuk apa?” tanya Jinyoung di sela-sela makannya.
Dayeon mengangguk, “tiket secret fanmeetingmu, adikku yang memberi tau.”
“Adikmu yang waktu itu memanggilmu saat kita bertemu?”
Dayeon mengangguk lagi, menyeruput sedikit lemon tea-nya, “dia sangat menyukaimu. Namanya Seyeon.”
Jinyoung hanya mengangguk sambil menyuapkan makanannya.
“Tapi Oppa, dia sekarang membenciku.”
“Wae?”
“Dia melihat kau meneleponku kemarin, lalu merasa bahwa aku mengkhianatinya.”
Jinyoung tertawa. Katanya adiknya lucu. Jinyoung meminta Dayeon membawa adiknya ke secret fanmeeting itu. Katanya ia ingin melihat langsung Seyeon itu seperti apa, dan kalau bisa ia akan membuat mereka berbaikan lagi. Ucapan Jinyoung menenangkan hati Dayeon yang sedari tadi cemas akan adiknya.
Setelah memenuhi perut dan puas mengobrol, Jinyoung mengajak Dayeon untuk pergi ke suatu tempat. Tak jauh dari kafe itu ada sebuah toko baju yang cukup terkenal. Jinyoung menarik tangan Dayeon masuk dan melihat-lihat sweater di rak sebelah kanan. Ia menemukan sweater berwana baby pink dan mengambilnya. Ia berjalan menuju kaca lalu menaruh sweater tersebut didepan badannya, kemudian ia tersenyum.
“Dayeon-a, sini,” Jinyoung memanggil Dayeon yang masih melihat-lihat di rak tadi.
Jinyoung memutarkan tubuh Dayeon menghadap cermin ketika ia sampai disitu. Ia melingkarkan tangannya ke tubuh Dayeon, menaruh sweater yang sama didepan badannya.
Dayeon mematung. Tangannya mulai gemetaran. Ia bisa merasakan hangat tubuh Jinyoung di punggungnya. Suaranya pun terdengar sangat jelas di telinganya.
Dayeon masih mematung ketika Jinyoung memanggil seorang karyawan untuk mengambil Sweater berwarna baby pink tersebut dengan ukuran yang pas untuk Dayeon dan dirinya.
Jinyoung memberikan kantong kertas berisi sweater tersebut pada Dayeon, “pakailah ini ke fanmeet nanti, agar aku mudah mengenalimu. Aku juga akan memakai yang sama.”
***
Hari ini pun akhirnya tiba. Dayeon dan Seyeon sudah sampai di tempat secret fanmeeting. Sekarang mereka sedang mengantri untuk menukarkan tiket mereka dengan merchandise khusus yang sudah disiapkan oleh GOT7. Setelah mendapatkan merchandise mereka langsung diminta masuk kedalam ballroom dan menempati seat yang terdapat dalam tiket mereka.
Sejak tadi pagi, saat bangun tidur, Dayeon merasa sangat senang, kupu-kupu di hatinya terasa semakin banyak. Sepanjang hari ia terus tersenyum karena tidak sabar ingin bertemu dengan Jinyoung. Apalagi ketika ia mengambil sweater yang diberikan oleh Jinyoung dan memakainya.
Mereka akhirnya masuk ke dalam ballroom dan menempati seat E9 dan E10. Seyeon tampak sangat bersemangat karena seat mereka cukup depan dan dapat melihat panggung dengan jelas, walaupun ia masih belum mau berbicara pada Dayeon. Ballroom tersebut berisi 252 seat dengan urutan seat A sampai seat R dengan masing-masing hanya 14 kursi, 7 kursi di sebelah kanan, dan 7 kursi di sebelah kiri, sementara di tengah-tengahnya adalah jalan.
Setelah seluruh kursi terisi penuh oleh IGOT7 yang beruntung, seluruh member GOT7 masuk dan menyapa diiringi oleh lagu Boom x3 yang langsung mereka nyanyikan.
Seluruh IGOT7 menyambut GOT7 dengan semangat. Semuanya bernyanyi bersama, sesekali meneriaki bias mereka, tetapi tetap tertib. Beberapa game dimainkan oleh GOT7 untuk menghibur IGOT7. Mereka juga membaca pesan yang sudah ditulis IGOT7 sebelum memasuki ballroom. Sesekali mereka mengikuti permintaan yang tertulis di pesan seperti melakukan aegyo.
Selama acara berlangsung, Dayeon menyadari bahwa sejak awal GOT7 masuk, Jinyoung langsung dapat menemukannya. Ia juga tidak berbohong dan memakai sweater yang sama. Sampai saat ini masih belum ada yang menyadari bahwa mereka memakai sweater yang sama. Sesekali mata mereka bertemu dan saling tersenyum.
Sampai akhirnya mereka tiba di penghujung acara. Setelah satu jam bersenang-senang bersama, GOT7 menyanyikan lagu Let Me sebagai penutup acara.
na oneul haessare bichin neol bone
michidorok nunbusin neon naege
gaseume taeyangeul simeo june
oneureun neowa na duriseo hamkkehae
nae yeope isseo jullae by my side
ni soneul jabado dwae don’t be shy
oneureun uri seoro dagawa
neo oneul yunanhi naegeneun lovely
i bameun uriege Just one chance
jigeum neol anado dwae Don’t be afraid
oneureun uri seoro dagawa
Satu-persatu member mulai turun dari panggung dan menyapa IGOT7 lebih dekat.
Let me hold your hand
i pureun bada wie nal bwajwo baby
jigeum nal anajwo lady you drive me crazy
siwonhan baramgwa duriseo
Let me hold your hand
i pureun bada wi nal anajwo
jigeum nareul anajwo
siwonhan baramgwa neowa na duriseo
JB menyapa dengan cara hi-five pada beberapa IGOT7, Bambam dan Mark selfie bersama beberapa IGOT7, Youngjae bernyanyi bersama beberapa IGOT7, member lain pun berkeliling untuk menyapa IGOT7, sementara Jinyoung masih berada diatas panggung sambil melambaikan tangannya pada IGOT7.
balkeun taeyang ttaemuninji mollado
eolguri bulkeojyeosseulkkeoya amado
gibun tasinjineun mollado
ni bori ppalgaejineun geoseul nado bwattago
Jinyoung mulai menuruni panggung secara perlahan.
na oneul gibun joke chwihane
duri sureun ibe daejido ananneunde
salmyeosi jababwado doeneun geonji your hand
neo gwaenchanttamyeon
hanbeon sidohaebwado dwae baby
Let me hold your hand
Jinyoung berjalan menuju seat E, tempat dimana Dayeon dan Seyeon duduk, kemudian menggenggam tangan Dayeon dan menatap matanya sambil bernyanyi.
nae yeope isseo jullae by my side
ni soneul jabado dwae don’t be shy
oneureun uri seoro dagawa
neo oneul yunanhi naegeneun lovely
i bameun uriege Just one chance
jigeum neol anado dwae Don’t be afraid
oneureun uri seoro dagawa
Jinyoung berpaling pada Seyeon begitu part nyanyinya selesai. Ia memeluk Seyeon sambil membisikkan sesuatu ditengah kebisingan seluruh IGOT7, “jangan marah pada Eonni-mu, Seyeon-a. Sebentar lagi aku akan jadi Oppa-mu.”
Let me hold your hand
i pureun bada wie nal bwajwo baby
jigeum nal anajwo lady you drive me crazy
siwonhan baramgwa duriseo
Let me hold your hand
i pureun bada wi nal anajwo
jigeum nareul anajwo
siwonhan baramgwa neowa na duriseo
Jinyoung melepaskan pelukannya dengan Seyeon, lalu memeluk Dayeon sebentar sambil terus tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan mereka berdua untuk menyapa IGOT7 yang lain. Meninggalkan Seyeon yang masih diam mematung dengan gugup karena Jinyoung memeluknya bahkan mengetahui namanya.
nae son jabajullae baby
eodi gadeun japgo isseo jebal don’t let go
neoreul akkyeojulge baby
na haruharu chueokdeureul mandeulge
ijen nareul mideobollae (yeah)
namdeul yaegi deutji marajwo
neon geurae jullae (geurae jullae)
neoui mameul ttaraga
So girl just let me hold your hand
Seluruh member GOT7 kembali lagi ke atas panggung dan menyanyikan reff terakhir bersama-sama.
i pureun bada wie nal bwajwo baby
jigeum nal anajwo lady you drive me crazy
siwonhan baramgwa duriseo
Let me hold your hand
i pureun bada wi nal anajwo (nal anajwo)
jigeum nareul anajwo
siwonhan baramgwa neowa na duriseo
Oh Let me hold your hand
i pureun bada wie nal bwajwo baby (baby)
jigeum nal anajwo lady you drive me crazy
siwonhan baramgwa duriseo
Let me hold your hand
i pureun bada wi nal anajwo
jigeum nareul anajwo
siwonhan baramgwa neowa na duriseo31
Setelah lagu selesai, acara pun selesai. GOT7 meminta seluruh IGOT7 untuk keluar dari ruangan secara perlahan dan teratur, kecuali IGOT7 yang berada di seat A sampai seat E. Setelah ini ada photo session bersama GOT7 khusus untuk IGOT7 yang menempati seat A sampai seat E.
Seluruh IGOT7 mengantre untuk berfoto bersama dengan GOT7 mulai dari seat A. Dayeon dan Seyeon berada di antrean terakhir.
Seyeon memeluk Eonni-nya dan meminta maaf karena kemarin marah padanya, ia juga sangat berterimakasih karena sudah membawanya kesini. Dayeon pun tersenyum karena ia tidak menyesal datang ke acara ini bersama adiknya. Mereka berdua sungguh menikmati acara ini.
Tidak terasa akhirnya giliran mereka berfoto. Dayeon meminta untuk berfoto bersama dengan Seyeon. Ia berdiri tepat di depan Jinyoung sementara adiknya di tengah-tengah antara Bambam dan Yugyeom.
“Ketika aku mulai berhitung, siap-siap untuk berlari ya,” Jinyoung membisikkan sesuatu di telinga Dayeon.
Dayeon masih bingung ketika Jinyoung mulai menggenggam tangannya, “hana, dul, set32,” Jinyoung menarik tangannya dan mengajaknya berlari menuju pintu keluar, melewati IGOT7 yang masih berada di luar ballroom, meninggalkan Seyeon bersama dengan semua member GOT7.
Sambil masih berlari melewati seluruh IGOT7, Jinyoung berteriak, “Ya Dayeon-a, masih membenciku?”
Dayeon terengah-engah sambil terus berlari dan menggenggam dengan erat tangan Jinyoung. Sambil menatap Jinyoung, Dayeon menjawab, “aniya. Saranghaeyo33, Oppa.”
*****
1 Ibu/mama/bunda/mami.
2 -nim untuk memanggil orang agar lebih sopan. Contoh lainnya seperti hyeong-nim artinya kakak laki-laki ketika yang memanggilnya juga laki-laki.
3 Astaga.
4 Duduk.
5 Kakak. Eonni adalah panggilan untuk kakak perempuan ketika yang memanggilnya juga perempuan.
6 Kakak. Oppa adalah panggilan untuk kakak laki-laki ketika yang memanggilnya perempuan.
7 Hey! Kamu kenapa sih? ‘Ya’ biasa dipakai untuk memanggil orang dengan bahasa yang informal.
8 Nih.
9 Tidak apa-apa.
10 Aku minta maaf. Dengan bahasa yang formal.
11 Tidak.
12 -ssi untuk memanggil agar lebih sopan. Biasanya didepannya menggunakan nama seperti Jinyoung-ssi, Dayeon-ssi.
13 Kakak. Hyeong adalah panggilan untuk kakak laki-laki ketika yang memanggilnya juga laki-laki.
14 Teman.
15 Istilah untuk idola perseorangan yang paling disukai.
16 Benarkah? Like Really?
17 Siapa namamu?
18 Tunggu.
19 Kaget.
20 Iya/oke.
21 Siswa/pelajar/anak sekolah.
22 Terimakasih. Bahasa informal.
23 Hallo/hai. Sebuah kata sapaan.
24 Pak/paman/om.
25 Istilah ketika seseorang melakukan hal cute/imut/menggemaskan.
26 Hadiah.
27 Bapak/ayah/papa/papi.
28 Aku merindukanmu.
29 Aku minta maaf. Bahasa informal.
30 Siapa?
31 Lirik lagu GOT7 – Let Me.
32 Satu, dua, tiga.
33 Aku mencintaimu.