CHAPTER 2 : Don’t Follow Me!
BANYAK TYPO YANG TAK DIINGINKAN! ><
[Chapter 2 – Don’t Follow Me!]
“Lihat, kan? Aku dijemput temanku” lanjut Daekyung dan menggendong tasnya. ia segera keluar memakai sepatunya dan pergi keluar. Ia menutup pintu gerbang rumahnya dan membalikkan badannya. Tunggu, ia melihat seorang pria yang bersender tembok rumahnya. Luhan? “A-apa yang kau lakukan disini?” tanya Daekyung kaget.
“Kau sudah dengar, kan? Apa yang dikatakan si tua bangka tadi? ya, aku yang berpura-pura menjemputmu dan mengantarkanku ke sekolah” jawab Luhan santai. Bodohnya dirinya! Seharusnya ia mengusir Luhan untuk tidak mengikutinya atau masuk ke rumah lain kemarin malam.
Ah, kalau begini bisa saja kan Luhan kesini setiap saat? “Hari ini kita tidak diperbolehkan masuk sekolah, lalu Anda akan mengajakku kemana? Apa Anda benar-benar mengajakku ke sekolah, Luhan-ssi?” tanya Daekyung dengan bahasa formal.
“Aku akan mengajakmu ke tempat geng-ku atau ke hotel?” jawab Luhan santai. Daekyung melipat kedua tangannya, mencoba membaca pikiran pria jahat ini. Apa yang akan pria ini lakukan padaku?, batin Daekyung.
“Hotel? Apakah aku salah dengar? Apa maksudmu, Luhan-ssi?” tanya Daekyung hati-hati. Luhan menyunggingkan smirk menatap Daekyung sirik. Luhan ikut melipat kedua tangannya.
“Ah, pura-pura polos Daekyung-ssi. Apa kau tak tahu apa yang akan dilakukan seorang dan wanita di hotel?” tanya Luhan memojokkan Daekyung. Daekyung pun mendelik. Rasanya ternggorokannya tercekik. Oh my! Aku tidak boleh kalah, batin Daekyung.
“B-bukankah hotel dibuat sebagai tempat penginapan? Jadi, seorang pria dan wanita tersebut hanya menginap disana” jawab Daekyung sedikit salah tingkah. Daekyung menggeruk tengkuknya yang tak gatal. Luhan tersenyum penuh kemenangan melihat tingkah Daekyung.
“Lihat kan? Kau berpura-pura menjadi anak polos. Bukankah yang kau pikirkan pertama bahwa pria dan wanita tersebut sedang—“
“Eh? Daekyung-ah? Kau masih disini?” mereka berdua menatap asal suara tersebut. Chanyeol. Daekyung kaget dan gelagapan saat melihat Kakaknya disana. Apakah Kakaknya mendengarkan apa yang ia dan luhan bicarakan? Ah, sangat tidak pantas dibicarakan oleh anak SMA dan seusia sekarang!
“E-eh?”
Chanyeol melihat jam tangannya “Omo! Daekyung-ah, ini sudah jam tujuh lewat! Apa kau tidak berangkat daritadi?” tanya Chanyeol khawatir. Daekung masih gelagapan mencari alasan.
“Motorku tadi mogok. Tapi aku sudah membenarkannya dan sudah bisa nyala. Kami berangkat dulu” sahut Luhan menaiki motornya. Daekyung hanya menatap Luhan. ia akan dibonceng? Luhan mendelik pada Daekyung mengisyaratkan agar Daekyung naik.
Ia memakai helm yang diberikan oleh Luhan. Luhan mulai menjalankan motornya. Apa? Ia akan dibawa kemana? Daekyung akan melayangkan pukulan di punggung Luhan. tapi tidak setelah melihat Luhan melajukan motornya dengan cepat. Reflek, Daekyung berpegangan erat pada punggung Luhan.
Tapi Daekyung sadar dan berhenti berpegangan pada Luhan. Ingat! Jaga harga dirimu, Park Dae Kyung!, batin Daekyung sambil menghela nafasnya.
***
Luhan menarik tangan Daekyung dengan paksa. Entah, Luhan akan membawa Daekyung kemana. Tapi yang jelas, Daekyung harus jaga-jaga sekarang. Bisa saja Luhan membawanya ke tempat-tempat terlarang dan mengerikan? —mengingat apa yang Luhan bahas saat didepan rumahnya tadi pagi.
Luhan membawanya ke sebuah rumah yang terlihat seperti gudang. Berantakan sekali didalamnya, banyak sampah-sampah mi instant maupun kaleng soda disana. Tetapi terdapat meja billiard disana. Tempat apa ini? Mengapa sepi?
“Luhan-ah, tempat apa ini?” tanya Daekyung.
“Eh? Park Da Kyung-ssi, apa kau cukup dekat dengan sehingga berbicara informal padaku?” sahut Luhan yang juga bertanya. Daekyung pun jadi sedikit salah tingkah tapi ia berusaha tetap menjadi gadis cuek dan selalu mempunyai tatapan tajam.
“T-tidak. Bukan nyaman terhadapmu, tapi karena aku berpikir untuk apa aku berbicara informal pada namja sepertimu? Tidak akan!” jawab Daekyung membuang muka. Luhan mendekati Daekyung membuat Daekyung melangka mundur sedikit.
Luhan memegang bahu Daekyung membuat Daekyung sedikit merinding. Wajah Luhan semakin mendekat sehingga Daekyung menahan nafasnya dan menutup matanya. Ia terlalu takut memandang Luhan. “Ayo kita bersihkan ruangan ini” bisik Luhan ditelinga Daekyung.
“Eh?”
***
Chanyeol mencari-cari buku tulisnya yang tertinggal. Ia kembali ke rumahnya —sehingga membuang jam istirahatnya di kampusnya. Chanyeol mengobrak-abrik rak bukunya yang terdapat banyak tumpukan buku disana. Dan akhirnya ketemu.
Rumahnya cukup sepi jam siang begini. Yah, karena kedua orangtuanya sama-sama bekerja. Oleh karena itu, mereka memperkerjakan pembantu dirumah ini —menitipkan anak-anaknya agar mereka tetap terjamin aman.
“Nak Chanyeol” panggil Yam Ahjumma tiba-tiba. Chanyeol langsung berjalan menuju Yam Ahjumma —dan melihat apa yang dibawa Yam Ahjumma sekarang.
“Nona Daekyung meninggalkan baju olahraganya. Kudengar, hari ini ada jam olahraga. Bisakah mengantarkan ke sekolahnya? Aku khawatir dengannya” pintanya.
“Baiklah” Chanyeol mengambil baju olahraga —yang sudah dilipak itu dan memasukkannya kedalam tasnya. Baiklah, ia harus pergi ke sekolah Daekyung. Ia masih ingat dengan kelas adiknya itu. Kelas XI-A.
Tak terasa Chanyeol sampai juga disekolah adiknya. Ia segera masuk dan mencari kelas adiknya. Chanyeol mulai mengetuk pintu lalu membuka pintu kelas itu —dan melihat terdapat guru mengajar disana. Sepertinya, dia guru olahraganya —melihat baju kaos olahraga yang dipakainya.
“Permisi, aku membawakan baju olahraga adikku. Park Dae Kyung” Chanyeol sedikit menunduk dan menunjukkan baju olahraga tersebut pada guru itu. Guru itu diam sambil mengertukan dahinya, membuat Chanyeol sedikit curiga.
“M-maaf, tapi Park Dae Kyung katanya absen hari ini” jawab guru itu. Chanyeol kaget dan diam. Ia tak tahu apa yang harus ia katakana sekarang. Daekyung absen? Kemana adiknya itu? Chanyeol mengingat tadi pagi. Buankah dia dengan seorang Namja? Jangan-jangan..
Chanyeol langsung berlari keluar kelas —yang tanpa pamit dan keluar dari sekolahnya. Ia menyetir mobil dengan sangat cepat. Kemana anak itu?, batin Chanyeol.
***
Luhan membuka tasnya dan memakan sebuh pisang dengan lahap dan membuang sampah itu sembarangan. Daekyung hanya menatap Luhan dengan kesal. Baru saja ia membersihkan termpat mengerikan ini, tapi dia membuat kotor lagi. Menyebalkan! Daekyung berjalan menuju Luhan sambil melipat kedua tangannya.
“Mana bayarannya?” tagih Daekyung menyodorkan tangannya —meminta uang. Luhan mengertukan dahinya. “Bayaran membersihkan tempat mengerikan ini” jelas Daekyung santai.
Luhan menunjuk pipinya sambil tersenyum jahil. “Cium disini dulu. Jika kau benar-benar menciumku, aku akan memberikanmu uang sebagai tanda terima kasih” Luhan terdiam sejenak. “Cium disini, baby~” ucap Luhan manja dengan wajah ‘mesum’nya yang membuat Daekyung sedikit salah tingkah. “Jangan salah tingkah seperti itu, aku tahu kalau kau akan berniat menciumku lagi” tambah Luhan.
Jujur saja, kata-kata Luhan membuat sekujur Daekyung terasa panas. Omo! Jangan sampai Luhan melihat kalau pipi Daekung berwarna merah, ia akan sangat malu! “Kurang ajar! Dasar pria hidung belang!” teriak Daekyung berlari menuju Luhan.
Sayangnya, saat Daekyung hampir berhasil memukul kepala Luhan ia terpelset kulit pisang —ia lupa kalau tadi Luhan buang sembarangan kulit pisang ini. Daekyung pun hampir jatuh tapi tidak setelah Daekyung berpegangan pada Luhan. Luhan cukup tidak siap menangkap tubuh Daekyung sehingga Luhan sedikit mundur dan jatuh ke sofa. Oh my! Sekarang posisi Daekyung menindih tubuh Luhan. Jarak mereka sekarang tinggal beberapa senti saja. Mereka baru pertama kali saling menatap dengan jarak dekat seperti ini, Luhan memandang mata bulat yang dimiliki oleh seorang gadis Park Dae Kyung itu. Ciptaan Tuhan yang satu ini, memang sempurna. Tubuhnya pun juga termasuk sexy —meskipun tidak se-sexy mantan-mantan pacarnya.
“Wah, wah, wah… apa kau mencoba menggodaku Park Dae Kyung-ssi?” tanya Luhan dengan smirk-nya. Daekyung pun sadar dengan posisi yang bisa dikatakan ‘mengerikan’ ini. Daekyung berusaha bangkit tapi tidak setelah Luhan dengat cepat dan gesitnya melingkarkan tangannya di pinggang Daekyung —sehingga Daekyung tak bisa bangkit karena di tahan. Daekyung memeriksa roknya yang tadinya sempat sedikit terbuka. “Ah, kau memang gadis yang kalem sekali ya? Rok mu tersingkap sedikit saja dirimu sudah malu minta ampun” komentar Luhan.
“Jangan banyak omong kosong! Lepaskan aku atau—“ belum sempat Daekyung mengucapkan sebuah ‘ancaman’. Luhan sudah menempelkan bibirnya pada bibir Daekyung, memang Luhan sudah terkesiap melihat bibir Daekyung yang membuka-menutup dengan err.. sexy. Wajar saja bila membuat seorang pria tergoda dan meningkatkan hormonnya. Luhan mulai melumat bibir Daekyung dengan lembut dan penuh kasih saying. Luhan bersumpah bahwa bibir Daekyung ini berbeda, terus membuatnya ingin dan ingin lagi —kalian bisa menyebut bahwa Luhan sudah kecanduan. Overdose mungkin?
Daekyung yang tadinya ingin menolak dan memberhentikan ciuman dari Luhan batal. Ia malah meleleh dan masuk kedalam permainan Luhan. Jujur saja, Luhan terlalu baik dalam berciuman. Sudah berapa kali ia mencium seorang Yeoja? Ah, untuk apa berpikir itu? Luhan mulai melumat dan menekan-nekan bibir Daekyung dengan kasar dan nakal. Lidah Luhan mulai mendorong masuk ke dalam mulut Daekyung, tapi Daekyung semakin mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Daekyung merasakan tangan Luhan mulai meyelinap masuk kedalam baju Daekyung —Luhan mengelus-elus pinggang Daekyung dengan lembut.
“Lu- mmmhh, Hentikannh!” pinta Daekyung berusaha melepaskan ciuman ini. Tapi Luhan tidak menghiraukannya dan malah mulai berjalan menuju leher Daekyung. “Hentikan! Lepaskan akuuuu! Luhan!” teriak Daekyung menjambak rambut Luhan sambil menendang-nendang Luhan memberontak. “Luhaaaan!” teriak Daekyung lagi. Matanya berkaca-kaca ia tak mau berbuat seperti itu bahkan belum waktunya. Menyadari Daekyung yang hampir menangis Luhan tak lagi menahan tubuh Daekyung.
Merasakan Luhan tak lagi menahan tubuhnya, Daekyung pun bangkit —begitu juga dengan Luhan. Daekyung menyentuh lehernya mencari-cari sesuatu yang aneh. Daekyung menghela nafasnya. Untung Luhan belum berbuat apa-apa pada lehernya.
PAAK! Daekyung menampar Luhan dengan kerasnya.
“Brengsek! Kau pria brengsek! Jangan lagi sok kenal padaku, berhenti sok perhatian! Dan jangan mengikuti lagi dan membuatku masuk kedalam permainanmu!” teriak Daekyung dan keluar dari tempat mengerikan ini. Tapi Daekyung terdiam disaat terdapat tiga orang —yang juga satu sekolah dengannya.
“Eh? Kau… Daekyung-ssi, bagaimana kau bias dari dalam markas geng kami?” tanya Minseok.
“Katakan pada teman kalian yang kurang ajar itu untuk tidak lagi mengikutiku dan masuk kedalam permainannya!” ucap Daekyung kesal dan pergi tanpa pamit.
***
Semenjak kejadian itu, Luhan tak pernah lagi muncul dihadapan Daekyung. Jujur saja, Daekyung sedikit lega dengan itu. Ia berjanji tak akan lagi berteman dengan seorang murid yang bermasalah —seperti Luhan contohnya. Ah, Daekyung suka. Inilah kehidupannya yang dulu sangaaaat tenang. Daekyung bersandar di salah satu rak buku sambil memejamkan matanya.
Daekyung mengerutkan dahinya ketika sebuah benda lembut menempel dibibirnya. Sepertinya benda ini tak asing baginya. Daekyung mencoba membuka matanya dan melihat sebuah mata rusa yang sedang terpejam dengan ekspresi mesumnya itu. Luhan? Sejak kapan dia disini? Omo! Dia mencium bibirnya lagi?
Jepret! Daekyung melirik ke sumber suara tersebut. Oh my!
***
“Beciuman di dalam perpustakaan, huh?” tanya Guru Jang sambil menuliskan sesuatu di buku pelanggaran. Daekyung hanya tertunduk sedih ternyata suara tadi adalah suara potret —seseorang terlah memotretnya! Ah, memalukan sekali! Apalagi yang melaporkan adalah adik kelasnya. Adik-kelas-telah-mengintipnya-lalu-memotret-kejadian-tersebut-dan-melaporkan-mereka-berdua-ke-Guru-Jang-sambl-memperlihatkan-foto-tersebut!
Sedangkan Luhan hanya menatap Guru Jang datar. Yah, Luhan memang sering masuk ke ruang BK apalagi kartu pelanggaran. Ah.. dia punya banyak dikamarnya. Luhan sudah terbiasa dengan semua ini.
“Tidak menjawab? Ah, kalian ini! Anak jaman sekarang, tidak peduli dimana tempat mereka sedang berpacaran ckckckck” Guru Jung menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Itu tidak benar! Saaangat tidak benar. Luhan yang tiba-tiba menciumku dan aku tidak tahu kalau ada Luhan disana” jelas Daekyung membenarkan.
“Eeeh, jelas-jelas kau terlihat menikmati ciumanmu begitu juga dengan Luhan” sangkal Guru Jang. Membuat Luhan sedikit ingin tertawa. Menikmati katanya? Luhan mungkin iya, tapi tidak bagi Daekyung!
“Aku memejamkan mata hanya ingin beristirahat saja sambil bersandar di rak buku!” jelas Daekyung. Sambil menarik-narik lengan Guru Jang —memohon untuk tidak memberikan point pelanggaran padanya.
“Sepuluh point untuk anak-anak yang berpacaran didalam sekolah” ucap Guru Jang sambil memberikan kartu pelanggaran pada mereka berdua.
“Tak bisakah lima point?” pinta Daekyung. Membuat Luhan ingin tertawa.
“Tidak!”
***
Sepulang Daekyung langsung menuju lantai dua. Daekyung memandangi bintang-bintang dilantai dua. Bintang-bintang itu, mereka banyak sekali dan mempunyai sinar yang terang juga. Ah, andai ia menjadi bintang. Mungkin akan damai disana menjadi penerang malam bersama teman-teman bintang lainnya.
Tiba-tiba Daekyung teringat wajah Luhan lagi. Wajah rusa itu, Luhan memang mempunyai banyak topeng disaat-saat tertentu. Daekyung heran, bagaimana bisa Luhan mempunya bermacam-macam wajah. Bukan bermuka dua saja, tapi bermuka ribuan(?). jujur saja, Daekyung ingin mencekik Luhan sekarang.
Karena apa? Pertama, dia pria yang tiba-tiba menciumnya di muka umum dan terutama hari itu adalah ciuman pertamanya. Kedua, Luhan menyebabkan dirinya masuk BK untuk pertama kalinya dan membuatnya mendapatkan sepuluh oint pelanggaran. Ketiga, Luhan seorang pria pertama yang membuatnya takut dengan apa yang akan Luha lakukan. Keempat, Luhan membuatnya malu karena dikiranya dirinya tak tahu malu bericuman di tempat-tempat umum.
Ugh! Cukup sudah! Daekyung benar-benar ingin marah-marah hari ini. “Kyaaaaaaaaaaaaaa! Xi Luhan brengsek! Pria hidung belang! Sekiyaaa!” teriak Daekyung meluapkan emosinya.
“Mwo? Sekiya katamu?” tiba-tiba terdengar suara Luhan entah darimana. Daekyung pun kaget sehingga Daekyung berjalan mundur pelan. Apa ini hanya halusinasi? Luhan disini?
“N-nugu?(Siapa)” tanya Daekyung gugup. Tiba-iba sebuah bayangan tubuh pria mendekatinya. Luhan. “Xi Lu Han bodoh! Pria hidung belang!” teriak Daekyung sambil memukul-mukuli dada Luhan. “Mengapa kau disi juga? Aku tak ingin melihatmu lagi! Menjauhlah dariku. Jangan ikuti aku lagi!” teriak Daekyung kesal.
“Mengapa aku disini? Aku disini terus setelah medapatkan kartu pelanggaran. By the way, Mengapa kau menyuruhku untuk pergi?” tanya Luhan sedih.
“Karena kau adalah pembawa sial! Kau pria pembawa sial! Aku jadi mendapatkan duapuluh point pelanggaran. Dan jika akan bertambah lagi sampai seratus, aku akan dikeluarkan dari sekolah ini, bodoh!” teriak Daekyung kesal.
“Duapuluh? Itu sangat sedikit. Kau tahu berapakah point pelanggaranku? 45 point!” sahut Luhan. “Ayolah, jangan seperti itu” Luhan menarik tangan Daekyung tapi Daekyung menepisnya.
“Cukup! Aku tak mau lagi masuk ke permainanmu, Xi Lu Han” ucap Daekyung dan pergi.
***
Tuk tuk tuk. Sebuah ketukan menghentikan aktivitas belajarnya. Daekyung membukakan pintu kamarnya. Kakaknya. Tumben sekali Kakaknya berkunjung masuk kedalam kamarnya. “Kamarmu tidak berantakan seperti dulu” ucap Chanyeol sambil melihat-lihat keadaan kamar adiknya itu.
Mendengar perkataan Kakaknya itu, membuat Daekyung sedikit malu. Memang sih, dulu kamar Daekyung terkategori sebagai kamar paling berantakan. “Oppa! Jangan bahas-bahas tentang itu!” marah Daekyung. “Ada apa Oppa kesini?” tanya Daekyung to the point.
“Oppa mau bertanya siapakah pria yang menjemputmu hari rabu lalu?” tanya Chanyeol penasaran. Daekyung menyipitkan matanya, jarang-jarang Kakaknya menjadi kepo begini.
“Dia bukan siapa-siapaku. Hanya sesekolah” jawab Daekyung.
“Itu artinya kau teman sesekolahnya, kan?”
“Bukan teman!” tegas Daekyung. “Untuk apa Oppa membahas pria brengsek itu? Dia adalah pria brengsek yang sudah membuatku—“ Daekyung mennghentikan perkataannya. Aduh, hampir saja ia mengatakan bahwa Luhan —pria yang mencuri ciuman pertamanya. Ia akan ditampar Kakaknya jika begitu.
“Pria brengsek? Mengapa kau menyebutnya dengan sebutan itu? Pria itu telah membuatmu apa? Tanya Chanyeol berturut-turut. “Ceritakan pada Oppa” ujar Chanyeol duduk di kasur adiknya begitu juga Daekyung.
“Aku menyebutnya pria brengsek karena dia pria pembawa sial” jawab Daekyung sambil menunduk. “Aku benar-benar kesal padanya” ucap Daekyung pelan. “Aku ingin curhat. Di hari rabu kemarin aku sebenarnya dihukum karena dihari selasanya aku bertengkar dengan gadis yang bernama ‘Suni” Daekyung mengaku.
“Aku sudah tahu” sahut Chanyeol. Daekyung mengangkat kepalanya dan membelalakkan matanya. Apa? Kakaknya sudah tahu? Bagaimana Kakaknya bisa tahu?
“M-mwo? Oppa sudah tahu?” tanya Daekyung hati-hati. Chanyeol mengangguk-anggukkan kepalanya sabil tersenyum.
“Dihari rabu kemarin aku disuruh mengantarkan baju olahragamu yang tertinggal. Tapi saat aku ke kelasmu, Guru Olahragamu berkata bahwa kau sedang absen. Lalu aku bertanya pada wali kelasmu dan dia berkata bahwa kau telah bertengkar sampai masuk ruang BK dan diberi 10 point pelanggaran,kan?” jelas Chanyeol.
Daekyung hanya menganga tak percaya. Apakah Kakaknya sudah menceritakan semua ini pada Ayah dan Ibunya? “Oppa.. jangan beritahu Eomma dan Appa. Aku takut” pinta Daekyung sambil menunduk.
Chanyeol menepuk-nepuk punggung Daekyung pelan penuh kasih sayang. Daekyung mengangkat kepalanya —melihat Oppa-nya yang sedang tersenyum tulus. “Aniyo, Oppa tidak menceritakan pada Eomma dan juga Abeoji (Ayah – panggilan hormat dari anak)” ucap Chanyeol.
“Jinjja?” tanya Daekyung senang.
“Ne” Chanyeol mengangguk mantap. “Asal kau tahu, Oppa juga pernah mendapatkan point karena mencoba merokok saat Menenga Atas. Ah, Oppa kapok merokok” cerita Chanyeol.
“Eiiiyy, Oppa-ku ternyata nakal juga” goda Daekyung. Dan mereka berdua tertawa bersama-sama.
***
Luhan masuk rumahnya dan melemparkan tasnya sembarangan ke sofa ruang tamu rumahnya. Luhan benar-benar kesal dengan hari ini. Gadis pujaannya memintanya untuk menjauh? Tidak mendekat? Baiklah, akan Luhan lakukan. Dan lihat saja apa yang terjadi.
Luhan langsung melepaskan jas seragamnya dan membuangnya sembarangan ke kamarnya dan ia melepaskan dasi sialnya —yang selalu mengikat dan terasa mencekik lehernya. Jujur saja, pakaian seperti ini sangat Luhan benci. Tiba-tiba seorang wanita yang usianya sudah terkategori tua tapi masih berwajah imut keluar dari kamarnya.
“Luhan? Tumben pulang jam segini” ucap wanita itu yang tak lain adalah Ibu Luhan. Nyonya Xi menatap jam dindingnya. Jam 9 malam. “Apa kau tidak keluar lagi?” tanyanya.
“Muqin(Ibu – dalam bahasa China), mengapa kau selalu begitu? Kalau aku pulang larut dimarahi. Sedangkan pulang awal disuruh keluar? Muqin seharusnya senang kalau aku pulang awal —tak seperti biasanya” sahut Luhan kesal dan duduk kursi meja makan.
“Memangnya kau kenapa? Ceritakan pada Mama(Mama – dalam bahasa China. Sejenis panggilan pada Ibu secara informal/manja)?” tanya Nyonya Xi dan duduk sambil menyiapkan makan malam anaknya.
“Muqin, jangan begitu! Aku tidak suka panggilan ‘Mama’” Luhan mengerucutkan bibirnya. “Jadi begini, aku sekarang sedang mendekati seorang gadis. Tapi dia menyuruhku menjauh” jelas Luhan dan menyantap makannya.
“Apa? Siapa yang memperlakukanmu seperti itu? Kau kan keren dan manly. Kau itu pria paling sempurna” Nyonya Xi memuji-muji anaknya sendiri. “Siapa yang membuatmu sampai sekesal ini, heum?” tanya Nyonya Xi penasaran dan menopang dagunya dengan tangannya.
“Dia gadis berwajah cantik dan gadis yang mempunyai eyesmile yang sungguh indah. Dia sangat sempurna” cerita Luhan sambil berbinar-binar membayangkan wajah seorang Park Dae Kyung.
“Apakah dia sexy?” tanya Nyonya Xi penasaran. Ia tahu betul, anaknya ini mempunyai selera yang tinggi terhadap wanita.
“Ah, tidak begitu sexy seperti Muqin. Dia memang tidak sangat sexy, tapi dia cukup sexy” jelas Luhan membuat Nyonya Xi sedikit bingung pada anaknya. Jadi, menurut Luhan gadis itu sexy apa tidak sih? “Tapi, bibirnya err sangat sexy” tambah Luhan sambil menjilat bibir bawahnya.
“Hahaha, dasar!” Nyonya Xi menggetok(?) kepala anaknya gemas. Dan mereka berdua tertawa bersama.
“Apa kau berniat memperkenalkan gadis itu pada kami?” tanya Tuan Xi yang tiba-tiba datang. Luhan kaget dengan ucapan Ayahnya, apakah Luhan siap melakukan hal itu? Ayolah, Luhan bikan tipe pria ang selalu serius.
“A-apa? Aku belum memikirkan memperkenalkannya pada Muqin dan Fuqin(Ayah – dalam bahasa China)” jawab Luhan tergagap. Ayahnya duduk didepannya dan menyalakan rokoknya. Lalu menepuk-nepuk punggung anaknya.
“Sampa kapan kau akan seperti ini? Kau hanya bermain-main saja sejak kecil. Jangan menjadi pria yang suka main-main, jadilah pria yang lebih serius sedikit” ujar Tuan Xi bijak. Luhan hanya mengerucutkan bibirnya. Luhan benar-benar tak bisa menjadi pria yang serius! “Luhan, jangan menjadi pria player —yang hanya suka bermain-main soal hubungan” tambah Tuan Xi.
Luhan hanya memutar bola matanya, ia lelah dengan omelan dari Ayahnya yang selalu mengatakan bahwa ia harus serius. Dia tak bisa merubah sikapnya, karena sikap Luhan ya memang begini. Bagimana harus merubahnya? “Ah, sudahlah. Kau juga dulu sangat playboy” sahut Nyonya Xi membela anaknya. “Ah, pergi sana! Bau asap rokokmu dan bau mulutmu membuatku ingin muntah!” usir Nyonya Xi sambil mendorong Tuan Xi pergi.
Luhan hanya termenung menatap arah bawah. Ia hanya berpikir bagaimanakah cara agar ia dapat mendekati Daekyung. Luhan mengelus dahinya pelan. Sulit sekali mendapatkan gadis itu.
To Be Countinued
RCL Please~