CHAPTER 1 : Nightmare
Aku berbaring di sekitar hamparan bunga lily. Secara tiba-tiba taman ini ada di belakang rumahku. Aneh sekali, aku tidak ingat kalau Ibu pernah menanam bibit bunga lily di belakang rumahku.
Aku menutup mataku, menikmati angin musim semi yang menerpa wajahku. Dengan suasana seperti ini aku jadi membayangkan bagaimana kalau Taeyong melamarku di tengah hamparan bunga lily ini? Aaah... itu sangat romantis. Tapi itu juga sangat tidak memungkinkan. Aku menganggapnya aneh kalau Lee Taeyong yang super dingin itu berani melamarku denga cara romantis tadi. Bicaranya saja kaku seperti robot. Mau melamarku? In your dreams! Bisa-bisa aku jungkir balik menahan tawa saat mendengarnya.
Itu sangat menggelikan.
Aku segera menepis pikiran itu jauh-jauh. Sepertinya aku sangat berharap pada Taeyong. Namja itu hanya menganggapku sebagai hoobae-nya saja, tidak lebih. Dan aku seorang Kim Yeri yang menganggap Lee Taeyong sebagai malaikat tanpa sayapnya sepertinya harus menelan mentah-mentah harapan itu. HARUS. Dan perkataan barusan membuat hatiku sakit. Seperti ada sembilu tajam yang menyayat hatiku. Malangnya nasibku.
"Yeri-ah"
Sepertinya aku banyak melantur, dan sekarang aku membayangkan Taeyong memanggil namaku. Aish, aku sudah gila dibuatnya!
"Kim Yeri"
Suara itu lagi! Sepertinya suara itu nyata, karena aku sudah membuka mataku sekarang. Apa benar itu Taeyong? Kalau benar, untuk apa dia memanggilku? Apa dia menyesal karena sudah menolak cintaku? Apakah dia telah membuka mata hatinya karena ia sadar bahwa akulah belahan jiwanya?
Oke, sepertinya aku sudah norak akan hal ini. SANGAT NORAK.
"Apakah kau mendengarku?"
Dia memanggilku lagi, kurasa ini benar. Ini tidak mimpi. Tetapi, Taeyong memanggilku berkali-kali itu adalah sebuah hal yang langka. Apalagi dengan suara lembut dan tatapan hangat itu...
Ya ampun, dia seperti Pangeran Philips yang sedang membangunkan Putri Aurora tidur dari kutukan penyihir jahat.
Aku melantur lagi, dan lagi.
Ah, dia bukanlah seorang Pangeran Philips, dia adalah pangeranku! Belahan jiwaku!!!!
Sekarang aku tersenyum semanis mungkin menatapnya. Kukira ia akan balas menatapku dengan wajah pucat dan selanjutnya ia berlari tunggang-langgang.
Ia menatapku dengan lembut. Lebih lembut dari sebelumnya.
Dan lebih parahnya lagi, ia sekarang mengenggam tanganku dan mengajakku berdiri tanpa melepas pandangannya dariku.
Astaga, ini seperti adegan di dalam drama yang sering kutonton dengan Ibu.
Kami saling bertatapan cukup lama. Sampai akhirnya ia melepas tanganku dan memutuskan pandangannya dariku kemudian ia sibuk meraba-raba kantong celananya. Aku menghela napas. Mengapa kejadian ini begitu cepat? Tahu begini coba aku sudah siap merekamnya dengan kameraku. Setiap malam aku bisa melihat kejadian ini sebagai pengantar tidurku. Kalau nasi sudah menjadi bubur, aku bisa apa?
Tetapi kekecewaanku menjadi keterkejutan. Sebuah kotak merah tahu-tahu muncul dari balik kantong celana kanannya. Belum sampai disitu Taeyong berlutut di hadapanku dengan tangan kiri yang siap membuka kotak itu. Aku berdebar, menanti kejadian apa yang selanjutnya terjadi. Ketika kotak itu dibuka...
Terlihat sebuah cincin perak yang berkilauan dengan hiasan bunga lily.
Ommo! Aku tidak percaya dengan ini semua. Kejadian ini terasa begitu cepat. Sampai-sampai aku tidak tahu harus mencernanya dari mana. Sudah lama aku mengejar cinta Taeyong dan kukira ia menganggapku tidak ada. Tetapi pada hari ini, ia melamarku di tengah hamparan bunga lily. persis seperti impianku.
Ada apa ini? Dunia seperti berbalik. Apakah hari ini adalah Hari Kebalikan Nasional?
Kemudian aku melantur (lagi, lagi, dan lagi). Taeyong yang tidak tahu apa-apa terlihat santai dan berisap menyematkan cincin itu di jariku. Dan sialnya kenapa kupu-kupu ini bertebangan dari perutku? Ini bukanlah waktu yang tepat untuk kalian keluar!
Tetapi, mendadak terdengar suara gemuruh dan tanah tempat berpijakku bergetar hebat. Langit yang awalnya bersinar cerah menjadi gelap dan muncul petir yang menggelegar. Angin pun bertiup kencang, menerbangkan bunga lily di padang yang semulanya menjadi hancur tak terbentuk. Aku seperti merasakan firasat tak enak, ketika aku menoleh ke arah Taeyong ia juga menatapku dengan cemas.
Dalam hitungan detik, tanah tempatku berpijak runtuh dan aku ikut terperosok masuk jauh ke dalam. Aku menangis ketakutan. Ada apa ini? Mengapa disaat-saat selangkah lagi aku akan mendapat cinta Taeyong terjadi kejadian seperti ini? Ketika aku menatap ke atas, Taeyong sudah tidak ada disana. Ia meninggalkanku, tidak peduli dengan keadaanku sekarang.
Mengapa ia sangat jahat? Padahal tadi ia bersikap sangat manis dan perhatian ke padaku, tetapi kenapa ia sekarang tidak mau menolongku? Air mataku mengalir deras, aku menangis sejadi-jadinya. Semuanya terasa begitu cepat. Disaat aku ingin menikah dengan Taeyong, ia meninggalkanku sendirian di lubang yang sangat dalam.
Semua impianku kandas di tengah jalan.
"AAAAHH!!!"
Aku meringis kesakitan. Dengan terpaksa aku membuka mataku. Aku sudah berada di atas lantai. Dan barusan aku kesakitan karena aku jatuh dari tempat tidur dan bokongku mencium lantai. Okay, it's the baddest day ever! Aku sudah bermimpi buruk tadi dan sekarang ditambah dengan tragedi jatuh ke tempat tidur. Sempurna.
Eh, tunggu. Apa? Aku barusan bermimpi buruk? Jadi kejadian aku masuk ke lubang itu adalah mimpi buruk? Aaah! Aku berjingkat kegirangan. Ternyata kejadian itu hanyalah mimpi buruk.
Kemudian aku terdiam. Aku penasaran sekaligus heran. Apa maksud dari mimpi itu? Apakah mimpi itu berkaitan dengan hubunganku dengan Taeyong?
Seketika aku dilanda dengan rasa penasaran itu.