CHAPTER 2 : Spring In Love - Chapter 2
Spring In Love
Chapter 2
”kau tak akan bekerja sia-sia..., aku akan memberimu apa yang sepantasnya kau dapat...”sela Saeng.
”tapi aku....”
”ah sudahlah..., jangan katakan apapun lagi…, sebaiknya kalian menginap di suatu tempat, aku akan kabari kalian kapan kita akan ke sana…, tenang saja aku akan menanggung penginapanmu…, dan aku akan memotong sebagian dari gajihmu…”kata Saeng sebelum sempat Lee Na membantah hingga akhirnya Lee Na hanya diam dan Saeng kembali menyalakan mesin mobilnya dan pergi.
+++=========*******=========+++
Selama seminggu penuh Lee Na dan anak-anaknya tinggal di sebuah penginapan dengan jaminan kelas atas. Padahal tak sedikitpun Lee Na mengharapkannya.
Hingga tiba di mana Saeng Baksanim menjemput Lee Na. Lee Na sempat ragu namun setelah sekali lagi dia kembali ke rumahnya Lee Na mendapatkan hal yang menyakitkan, tak sedikitpun tersisa dari puing-puing bagian rumahnya yang terbakar habis.
“tidak…”ucap Lee Na lemah dan terduduk.
“umma…”kata Rae Ah sambil menggenggam erat tangan Lee Na.
”pa...”ucap Yu Na yang mengintip dari punggung Lee Na.
Lee Na berusaha menahan air matanya, tempat kenangannya bersana Hyun Jong kini telah habis terbakar, hatinya perih menerima kenyataan yang ada. Namun Lee Na tak ingin terlihat rapuh di depan anak-anaknya.
”ayo Rae Ah...”Lee Na bangkit dan menggenggam tangan Rae Ah erat kemudian berbalik, saat akan meninggalkan perkampungan itu, tiba-tiba suara kecil memanggil.
”Rae Ah...”Rae Ah menoleh, T-Chan berlari ke arahnya,”Rae Ah, kau mau pergi?”
”m...”angguk Rae Ah.
”kenapa? Para preman itu jahat ya pada kalian?” tanya T-Chan dengan polosnya.
”iya T-Chan..., mereka menjahati ummaku...” jawabnya. Lee Na mengerti dan hanya diam.
”kenapa? Rae Ah bisa tinggal di rumahku...”tawar T-Chan.
”T-Chan....” ucap sang ibu sambil menghampiri anaknya.
”umma...”
”kau jangan begitu sayang, Rae Ah dan ibunya harus pergi..., iyakan nyonya Hyun...” ucap ibu T-chan yang diikuti anggukan Lee Na.
”tapi....”
”kau tak bisa melarang mereka manis...”tambah ibu T-chan,”nyonya Hyun saya ikut berduka, dan m.... bisakah kalian pergi secepat mungkin..., kami tak ingin para preman itu membakar ruamah kami juga...”kata ibu T-chan yang membuat Lee Na terkejut.
”ibu...”tegur T-chan.
”umma..., ayo kita pergi...” kata Rae Ah yang mengerti akan ketidak wajaran itu.
”ya sayang...” kata Lee Na di paksakannya tersenyum,”baiklah nyonya, kami akan segera pergi..., maafkan kami jika kami ada salah....” tambah Lee Na.
”Rae Ah.., maafkan ibuku... jangan pergi...”pinta T-chan.
”ayo T-chan...”sang ibu menarik lengan T-chan untuk pulang. Sementara Rae Ah menggenggam tangan ibunya, lalu berbalik pergi.
”Rae Ah....”panggil T-chan sambil menangis.
Rae Ah sempat berbalik dan meneteskan air matanya.
”Rae...., Rae Ah....”T-chan terus memanggil Rae Ah. Rae Ah terus berjalan sedih hingga tiba di mobil Saeng yang menunggu mereka.
”ah... Saeng Baksanim...mianhamnida(maaf)....kami membuatmu menunggu...”ucap Lee Na dengan sungkan dan duduk di kursi belakang.
”m...,tidak apa...”jawabnya sambil menggeleng, saat mobil akan berjalan tiba-tiba ketukan kecil terdengar dari jendela mobil di dekat Rae Ah. Lee Na membukakan kaca jendela hingga terlihat T-chan yang terlihat.
”Rae Ah...,terimalah ini...”T-chan memberikan sebuah untaian gelang yang terbuat dari rotan tipis dan sedikit harum,”supaya Rae Ah tidak melupakan ku...” ucap T-chan dengan polosnya,”Rae Ah..., maafkan ibuku...”
”T-chan...,jangan lupakan aku...”ucap Rae Ah pada akhirnya.
”aku tak akan pernah melupakanmu Rae Ah....” ucap T-chan saat mobil mulai bergerak,”Rae Ah.....” teriak T-chan saat mobil itu benar-benar ninggalkan perkampungan itu.
Rae Ah terduduk sambil menggenggam gelang rotan itu.
”Rae Ah...” ucap Lee Na dengan lembut,”kau tak apa sayang?”
”m...”Rae Ah menggeleng,”Rae Ah tak apa umma...”Rae Ah menyimpan gelangnya lalu bersandar ke lengan Lee Na,”umma tak ke makam appa?”tanya Rae Ah.
”tidak sayang umma tak akan sanggup berpisah jika umma ke sana..., tapi mungkin...suatu saat kita bisa ke sana...” ucap Lee Na tertahan. Saeng hanya diam dan terus fokus menyetir, sementara Rae Ah hanya diam sambil bermain dengan Yu Na yang terbangun. Hyo Ri kecil tetap berada di pelukan Lee Na dan terus tertidur dengan manisnya seakan mengerti perasaan sang ibu yang hanya dapat terus terdiam. Segalanya akan berubah, Lee Na telah memutuskan apa yang menjadi pilihannya untuk anak-anaknya. sepanjang perjalanan itu mereka hanya diam, tak ada yang khusus tapi Lee Na mengerti semua harus ia jalani dengan semangat untuk ke 3 anaknya.
===========================***==============================
PANTI ASUHAN DOM YANG, 4 tahun kemudian...
”hweee..., kalian tak akan bisa merebut ini dariku...ayo tangkap jika bisa....”teriak Yu Na dari atas pohon sambil melambaikan sebuah mainan pada anak-anak di bawahnya.
”ayolah Yu Na..., kau curang!!”teriak seorang anak laki-laki.
”enak saja...kalian yang mengambil boneka Yoo Ra..., kembalikan dulu bonekanya sebelum mainan kalian kembali...,weeek...”Yu Na menjulurkan lidahnya nakal, anak-anak yang di bawahnya yang mengomel lalu menyerahkan sebuah boneka pooh pada seorang anak perempuan yang sedang menangis.
”heyy...Turun!!!! dasar anak nakal....”bentak salah seorang pengurus panti pada Yu Na yang langsung meringis kecil kemudian turun.
”hehehe...bibi kau tau tidak..., semakin hari kau bertambah....”gantung Yu Na sambil tersenyum jahil.
”Mwo?...arûmdapta? (apa?...cantik?)”ucap wanita itu sambil membetulkan kerah bajunya.
“nyahahahahahahaha…”tawa Yu Na. “bibi lucu..., justru aku ingin mengatakan bibi bertambah galak seperti penyihir..., hiiiiiii......”ucap Yu Na yang kemudian langsung berlari pergi sambil tertawa senang, diikuti anak-anak lain.
”ugh..., dasar kau anak nakal..., awas saja akan ku adukan ke ibumu...” teriak wanita itu dengan kesal sementara gadis kecil yang menangis itu tersenyum menatap Yu Na.
====***====
Yu Na terus berlari sambil tertawa hingga menabrak Rae Ah.
”aduh kakak....”pekik Yu Na yang terjatuh dan terpekik terkejut.
.
”kau berbuat onar lagi?”tanya Rae Ah,”dasar! kau ingin membuat umma kita di bentak lagi oleh bibi Kim?” omel Rae Ah.
”tidak kak..., aku mengerti...”kata Yu Na sambil menunduk bersalah.
”aku heran padamu....”
”sudahlah kak..., lagi pula aku hanya memanjat pohon ketika nenek sihir itu memarahiku...”bela Yu Na tak ingin kalah.
”iya tapi...”
”permisi kak Rae Ah..., Yu Na...”ucap seorang gadis kecil menyela.
”Yoo Ra....”ucap Yu Na sedikit terkejut.
”a....aku...aku hanya ingin mengucapkan te...terimakasih padamu..., eh...e...aku ....pergi dulu....se...sekali lagi terimakasih ...”ucap Yu Na lalu pergi sambil memeluk bonekanya.
Rae Ah terdiam bingung, namun situasi itu di gunakan Yu Na untuk kabur .
Rae Ah berteriak kesal,”hei YU NA!! kau meninggalkan tugas menyapumu .... Yu Na!!!” omel Rae Ah, diikuti tawa Yu Na yang semakin menjauh.
“mana Yu Na?” tanya Rae Ah kesal pada Hyo Ri yang tampak asyik sedang bermain dengan bonekanya.
”Hyo Ri tidak tahu kak...”ucap Hyo Ri tak perduli dan terus bermain dengan bonekanya.
”huh..., anak itu awas saja jika ketemu...”sungut Rae Ah lalu pergi begitu saja sambil mengomel.
”Hyo Ri..., apakah kau lihat Yu Na?”tanya Yoo Ra yang baru saja datang.
Hyo Ri mendesah kesal dan menatap malas pada Yoo Ra,”kenapa sih orang-orang selalu menanyakan kak Yu Na? Aku tidak tahu di mana Kakak aneh satu itu....”kata Hyo Ri ketus lalu meninggalkan Yoo Ra.
”h...” Yoo Ra yang menatap kepergian Hyori tiba-tiba terduduk sambil memegang dada kirinya,”aduh...”rintih Yoo Ra kesakitan.
Lee Na yang sedang melintas, datang mendekat,”kau tidak apa-apa Yoo Ra?” tanya Lee Na dengan nada khawatir.
”m...”angguk Yoo Ra berpura-pura,”bu..., aku akan kembali ke kamar...”ucap Yoo Ra berusaha menutupi rasa sakitnya lalu pergi cepat sebelum Lee Na sempat bertanya lagi.
Lee Na mendesah kecewa menatap ke arah Yoo Ra pergi,”kenapa anak itu selalu menghindar dariku..., h....”Lee Na meninggalkan tempatnya dengan pertanyaan yang terus membebaninya.
====***====
”dasar! anak nakal, kau harus menerima hukumannya!” pekik Kim sambil menarik telinga Yu Na.
”Aduh! sakit bi...”Pekik Yu Na sambil meringis kecil.
”nona Kim..., apa yang anda lakukan...”pekik Lee Na.
Kim melepaskan Yu Na yang langsung bersembunyi di belakang Lee Na sambil menahan sakit.
”didik anak mu dengan betul! lihat, dia menumpahkan kue di dapur!”ucap Kim dengan membentak.
”baiklah jika anakku bersalah..., maafkan dia...” pinta Lee Na.
”enak saja kau berbicara kau tau Saeng Baksanim ( Dokter Saeng) akan datang sore ini dan anakkmu mengacaukan jamuan untuknya...!!”bentak Kim.
”sudahlah Kim..., dia masih anak-anak...”ucap Bo Young salah satu pengurus panti.
”kau membela mereka Bo Young? Kau membela anak nakal ini...” pekik Kim tak percaya.
”aku yang salah, Yu Na berusaha mengusir kucing tapi aku terpeleset” tambah Bo Young dengan bijak.
”iya umma..., bukan aku yang menumpahkan kue-kue itu...” ucap Yu Na membela diri.
”Gôjitmalhaji maséyo! (jangan bohong!)...”bentak Kim membuat Yu Na kembali mundur.
”Kim!”seru Bo Young.
Lee Na mulai berbicara pelan,”aku mempercayai anakku…”
“MWO!! (apa!!)”bentak Kim marah,”untuk hari ini kalian tak akan mendapat jatah makan!!!”pekik Kim dengan kesal lalu pergi.
Bo Young menatap kaku pada Kim,”Lee Na..., ku harap kau bersabar dengannya…”ucap Bo Young dengan prihatin.
“iya kak aku mengerti…,kamsahamnida….”Lee Na menunduk hormat lalu menuntun Linda pergi.
“umma…. maaf…,ini semua salahku…”ucap Yu Na sambil menunduk,”aku hanya ingin membantu tapi akau malah mengacau…”.
Lee Na tersenyum pada Yu Na,” Gwænchansēmnida (tidak apa-apa) anak manis..., asalkan kau memang benar-benar tak bersalah...umma akan membelamu…”.
“Jinca? (sungguhkah?)”yakin Yu Na,”aku hanya ingin meminta makanan untuk Yoo Ra umma..., tapi aku…”.
“ssttt…, umma mengerti…sudahlah…ayo kita kembali...”kata Lee Na dan dengan patuh Yu Na mengikutinya.
====***====
“apa umma!! Kita tidak makan?”pekik Rae Ah, keempatnya berkumpul di sebuah petak rumah kecil tempat mereka tinggal selama ini di belakang panti,”apa ini karna ulah Yu Na lagi?” sudut Rae Ah sambil menatap Yu Na tajam.
”kakak jangan selalu menyalahkanku dong..., aku kan tidak sengaja..., aku hanya ingin membantu...”Yu Na beralasan.
”tapi kakak malah mengacau...”sambung Hyo Ri,”kakak selalu saja begitu...”
”tapi aku tidak sengaja...”pekik Yu Na tak ingin kalah.
Lee Na menengahi keributa kecil itu,”sudahlah..., jangan saling menyalahkan..., umma tak suka itu..., dan apapun yang terjadi umma akan mengusahakan agar kalian tetap makan...” kata Lee Na tegas.
”tapi umma...”Rae Ah berusaha membantah.
”tidak apa-apa Rae Ah..., umma akan membeli makanan dengan tabungan kita...” senyum Lee Na menghentikan perdebatan saat itu hingga suara ketukan kecil terdengar.
Rae Ah langsung beranjak dari tempat duduknya kemudian membuka pintu.
”Yoo Ra...”pekik Yu Na smbil menghampiri Yoo Ra.
Yoo Ra menunduk pada Lee Na lalu tersenyum pada Yu Na,”ku dengar kau mendapat masalah karena ingin membantuku?”.
“apa? Tidak...tentu saja tidak..., hanya saja aku sedang sial...kau tau nenek sihir itu tetap saja parah...”cibir Yu Na membuat Yoo Ra tertawa kecil.
”umma pergi dulu..., kalian tetap di rumah hingga umma datang...”pesan Lee Na lalu pergi.
”ya umma....”jawab Rae Ah, Hyo Ri, dan Yu Na bersamaan.
”aku harus kembali Yu Na..., kak Rae...,Hyo Ri, Mônjô silyéhagéssēmnida....(saya permisi dulu...)”kata Yoo Ra sambil menunduk.
”perlu ku antar?”tawar Yu Na dengan penuh perhatian.
”aniyo (tidak)..., aku pergi dulu...”ucap Yoo Ra menolak dengan halus.
Yu Na mengantarnya dengan pandangan khawatir.
”apa tidak apa-apa membiarkannya sendiri?”tanya Rae Ah yang tau kekhawatiran adiknya.
Yu Na menghela nafas pendek,”entahlah, ku fikir tak akan terjadi apa-apa padanya kak...”ucap Yu Na dengan desahan pendek.
”apa kakak tidak tahu katanya mereka akan mengerjainya jika kakak tidak ada di dekatnya...”ucap Hyo Ri sambil memainkan bonekanya.
”Mwo? (apa?)..., aku tidak me...”Yu Na menghentikan kata-katanya ketika terdengar teriakan Yoo Ra.
”tuh kan...”kata Hyo Ri dengan santai. Yu Na langsung berlari ke asal suara sebelum sempat di cegah oleh Rae Ah.
====***====
”dasar penyakitan..., berikan bonekamu pada kami..., jangan kira karena ada Yu Na kau bisa berjaya ya...”ucap Si Yoon, seorang anak perempuan penghuni panti sambil menarik paksa Yoo Ra hingga jatuh ke kubangan lumpur.
”jangan..., kak ku mohon kembalikan...”tangis Yoo Ra sambil mencoba merebut namun anak lain mendorongnya dan membuat Yoo Ra semakin kotor.
”kau tau jika Yu Na datang dan mencoba menolongmu..., pengurus Kim kemungkinan besar akan mengusir dia dan keluarganya..., dan kami akan bebas...”tambah seorang anak perempuan lagi bernama Yon Ha.
Yoo Ra menatap marah,”kenapa kalian membenci Yu Na?”
”karena dia sok berkuasa dan anak-anak laki-laki takut padanya..., dia kira dia bos di sini...” bentak Si Yoon dengan galak.
”aku memang bos...,jika kalian ingin menantangku..., lawan aku...”ucap Yu Na sambil membantu Yo Ra bangun,”kembalikan boneka Yoo Ra...”.
” aniyo (tidak)...”ucap Si Yoon yang langsung membuang boneka Yoo Ra ke arah kubangan. Dan ke 4 anak-anak lain langsung menginjaknya.
”tidak...!!”teriak Yoo Ra, dan tanpa fikir panjang dia langsung memeluk bonekanya dan sempat terinjak hingga ia merintih.
”hei..., kalian sudah keterlaluan....!!!”teriak Yu Na dan langsung menyerang Si Yoon.
Yu Na berusaha melawan, namun Si Yoon di bantu ke 4 temanya berhasil menjatuhkan Yu Na ke kubangan lumpur dan menertawakannya.
”HEY....”bentak seseorang dengan keras. Si Yoon dan ke 4 temannya langsung lari meninggalkan Yu Na dan Yoo Ra.
”Yu Na...”pekik Yoo Ra langsung membantu Yu Na berdiri,”kau tidak apa-apa?”tanya Yoo Ra panik.
” Gwænchansēmnida (tidak apa-apa)”ucap Yu Na sambil mengusap wajahnya yang penuh lumpur.
”kalian tidak apa-apa?”tanya seseorang yang telah menolong mereka.
”tidak apa-apa paman...,kamsahamnida (terimakasih) telah menolong kami...”ucap Yu Na sambil menunduk hormat diikuti Yoo Ra.
”aku harap kalian tidak terlibat masalah lagi...”ucapnya dengan nada bijak.
”ya paman sekali lagi terimakasih...”ucap Yoo Ra kali ini. Laki-laki itu segera pergi, ketika tak lama kemudian Kim datang diikuti Si Yoon dan teman-temannya.
”Hei anak nakal!!! Benar kau telah memukul Si Yoon…!!!”bentak Kim.
Yu Na mendesah kesal namun Yoo Ra membelanya,”tidak ibu Kim...,Yu Na tidak bersalah...mereka yang...”
”diam kau!!! Aku tidak berbicara padamu!!”bentak Kim pada Yoo Ra yang langsung terdiam.
”aku tidak memukul mereka bi..., mereka yang mendorong ku ke lumpur!!”bela Yu Na pada dirinya sendiri.
”Gôjitmal! (bohong!), dia memukulku dengan keras bu...”ucap Si Yoon sambil berpura-pura kesakitan memegang pipinya.
”aku tidak berbohong!!!” bantah Yu Na yang tak terima dirinya dipersalahkan.
”cukup!!! Kau YU NA!! Sekarang cepat bersihkan seluruh kamar mandi panti!! Dan kau Yoo Ra!!! Cepat kembali dan bersihkan badanmu!!!”bentak Kim diikuti tatapan marah Yu Na dan senyum kemenangan Si Yoon.
Rae Ah yang tiba-tiba datang langsung membela adiknya,”Yu Na tidak bersalah bi..., mereka yang menyerang!!!”ucap Rae Ah tak terima.
”kau berani menentangku!!! Menentang pengganti pengurus utama panti ini!!! Cepat kalian berdua bersihkan seluruh kamar mandi panti sekarang!!!!” kata Kim dengan suara tinggi.
”Tapi...”Rae Ah berusaha menyela.
”CEPAT...”lengking Kim tajam.
Dengan perasaan marah Rae Ah dan Yu Na berjalan ke arah kamar mandi panti sementara Yoo Ra yang akan mengikuti, langsung di cegah Kim.
”cepat kembali kekamarmu atau aku tak akan memeberi jatah makanmu untuk malam ini...”kata Kim, sementara Si Yoon tersenyum sinis penuh kemenangan.
Yoo Ra sempat menatap Yu Na yang diikuti anggukan Yu Na yang kemudian menghilang pergi.
====***====
”tumben kakak membelaku...”ucap Yu Na dengan nada heran sambil menyikat dinding kamar mandi.
”memang tidak boleh?..., aku kesal kau di begitukan kau tahu!!!”jawab Rae Ah sambil menyikat di dinding sisi lain.
”Aniyo eoniku (tidak kakak), aku malah merasa senang..., ku kira kau tak akan pereduli pada adikmu yang manis ini...” cibir Yu Na sambil tersenyum jahil.
”apa kau bilang? Haish... dasar!!! Gara-gara kau aku ikut menggosok dinding kotor seperti ini..., padahal besok aku harus ke sekolah...”sungut Rae Ah dengan menghentak.
”ah kakak..., kau kan kakakku yan paling baik...”ucap Yu Na sambil menyentuh kedua pipi Rae Ah dengan tangan penuh sabun.
”tidak! Haiss! dasar kau!” Rae Ah mencoba membalas Yu Na yang langsung menghindar dan tertawa.
Hingga malam menjelang…
“kakak…, aku lelah…”ucap Yu Na sambil tertunduk lesu. Keduanya masih di beri tambahan tugas dengan membersihkan halaman panti di belakang.
“kau kira aku tidak…,haish…Aigo!(aduh!)”pekik Rae Ah sambil memegang kakinya.
“ada apa kak?” ucap Yu Na dengan nada panik.
”hanya terkilir..., aduh...” ringis Rae Ah.
Tak lama Lee Na datang dengan wajah penuh kekhawatiran,”kalian tak apa? Oh syukurlah...”ucap Lee Na sambil memeluk Yu Na dan Rae Ah. Hyo Ri berjalan di belakangnya diikuti Yoo Ra yang tersenyum lega.
”Umma...”seru Yu Na kaget,”Yoo Ra..., kalian...”
”ayo kita kembali...” ucap Lee Na,”Yoo Ra...,yang memberitahu umma, ayo kita kembali..., kamsahamnida (terimakasih) Dhicca....”
”chon maneyo bibi”balas Dhicca dengan wajah lega.
”tapi Umma ...”Rae Ah berusaha membantah sambil menatap sekelilingnya.
”tidak apa-apa..., ayo kita kembali…”Lee Na berusaha menuntun Rae Ah namun belum sempat berjalan jauh Kim datang.
”kalian tidak boleh pergi sebelum anak-anakmu membereskan semua ini!!” ucap Kim dengan membentak.
”tapi kak..., anak-anakku butuh makan..., dan Rae Ah harus sekolah besok...”kata Lee Na membantah.
”TIDAK...!!!”pekik Kim dengan kasar.
”apa maksudmu Kim?”ucap seseorang dengan suara dingin.
” Saeng Baksanim ( Dokter Saeng)...”ucap Kim dan Lee Na berbarengan.
”paman...”pekik Yu Na senang.
”paman...”ucap Yoo Ra dengan suara kecil.
”Bo Young..., ajak mereka makan bersama anak-anak lain...”perintah Saeng.
”Gērǽyo(ya, baiklah...)”kata Bo Young dengan sopan.
Kim berusaha membantah,”tapi anak itu telah merusak hidangan dan berkelahi...”
”tidak bukan anak itu..., dia yang di serang terlebih dahulu..., aku melihatnya sendiri...”kata Saeng hingga membuat Kim terdiam kaku.
Lee Na menunduk hormat pada Saeng lalu berkata pelan,” Saeng Baksanim ( Dokter Saeng), maafkan kami..., aku tak sepantasnya mengatakan ini..., tapi akan lebih baik jika kami keluar dari panti ini...”.
”Wæ?(mengapa?)”tanya Saeng dengan berat.
”maafkan aku..., tapi aku tak ingin merepotkan Saeng Baksanim ( Dokter Saeng),lebih jauh lagi...”ucap Lee Na beralasan.
Saeng tak dapat membantah saat menatap kesungguhan Lee Na,”baiklah...,kalian akan ke mana?”tanya Saeng menyerah.
”aku akan mencoba kembali kerumahku...”ucap Lee Na.
”umma...”kata Rae Ah dan Yu Na kaget, mereka tak menyangka memiliki rumah lain.
”baguslah...!!!”dengus Kim kesal.
Bo Young hanya mendesah heran.
”baiklah jika itu maumu aku tak akan memaksa, sekarang mari kita kembali”ucap Saeng bijak.
”umma..., benarkah kita memeiliki rumah?” tanya Yu Na tak percaya.
”mullonimnida!(tentu saja!) umma di hubungi bibi kalian...”kata Lee Na sambil tersenyum cerah.
”ahjumma?(bibi?), kita memiliki bibi?”tanya Rae Ah tak percaya dan menatap Yu Na yang juga tak percaya.
”tentu saja kakak..., ahjumma ada di rumah sekarang...”jawab Hyo Ri sambil berjalan riang berpegangan pada Lee Na. Keluarga itu berjalan ringan diikuti Yoo Ra yang berjalan tertunduk dengan perasaan kecewa.
====***====
“jadi…, ku mohon.. kalian mau tinggal kembali menempati rumah itu…, aku harus mengambil beberapa pesanan dengan suamiku di luar daerah...” ucap seorang wanita.
”bibi Geun Na..., kami pasti akan membantu kalian...,tapi benar tidak apa-apa kami menempati rumah bibi?”tanya Lee Na meyakinkan.
”tentu saja..., oh iya..., kami juga ingin kau menjaga toko bunga kami...dan Ha Bin kami...”ucap Geun Na dengan tatapan sedih.
”kenapa bi?”tanya Lee Na dengan nada khawatir.
”ini..., maafkan aku Lee Na...,, aku tak bermaksud tak ingin memberi tahumu cepat tapi kedua orang tuamu tak mengizinkanku mengatakannya..., maafkan aku...dua tahun yang lalu...”putus Geun Na dengan berat.
”katakan saja bi...”ucap Lee Na mencoba tenang sementara Rae Ah, Yu Na dan Hyo Ri diam mendengarkan.
”maafkan aku Lee Na...,dua tahun yang lalu orang tuamu meninggal dunia, mereka berdua tertabrak bus sesaat sebelum menjemput adikmu Chae Ri...”ucap Geun Na dengan berhati-hati.
Lee Na terdiam kaku dan tatapannya tak fokus. Tiba-tiba perasaan menyesalnya kembali menyerang batin terdalam, menyesal ia belum sempat meminta maaf secara tulus kepada kedua orang tuanya.
”umma...,ada apa?”tanya Rae Ah pelan.
”kakak katanya halmeoni (nenek)...”ucap Yu Na.
”sssttt...”putus Rae Ah pada Yu Na yang langsung terdiam.
”ahjumma..., umma kenapa?”tuntut Hyo Ri saat tangis Lee Na pecah seketika.
”maafkan aku Lee Na...” pinta Geun Na dengan perasaan bersalah yang teramat.
Lee Na terus menangis hingga seseorang datang.
”Cheon Nim..., kenapa kau....”Geun Na terdiam ketika menatap suaminya datang beserta seorang anak perempuan.
Lee Na langsung menatap anak itu dan tahu siapa dia.
”kakak..., siapa itu?”tanya Yu Na dengan berbisik.
Rae Ah hanya menggeleng tak mengerti lalu menatap Hyo Ri yang mengangkat bahunya tak tahu.
”Geun..., maafkan aku..., tapi dia ingin bertemu dengan Lee Na...” ucap Cheon Nim sambil menatap Geun Na dengan pandangan serba salah.
Lee Na terus memandang anak itu hingga akhirnya dia bangkit dan mendekat.
”kenapa kakak tidak pernah kembali?”tanya anak itu dengan air mata yang hampir keluar.
Lee Na menunduk hingga sejajar dengan anak itu,”...”Lee Na hanya diam kaku.
”kakak membenciku?”tanya anak itu lagi dengan polosnya hingga tangis Lee Na kembali pecah dan berlari memeluk anak itu.
”mianhe....,yongsôhǽ jusibsio (maaf..., maafkan aku...)”pinta Lee Na dengan perasaan bersalah.
”kakak membenciku?”ulang anak itu dengan perlahan. Semua yang ada di ruangan itu ikut terhanyut dengan suasana itu.
”aku tak bermaksud membencimu..., mianhe..., aku memang egois...aku tak pernah memikirkan kalian aku hanya memikirkan bahwa mereka telah meninggalkan ku..., maafkan aku aku tak bermaksud untuk sejauh ini..., tapi aku merasa sendiri...mianhe....”tangis Lee Na kembali pecah dan dia terduduk.
Anak itu menatap Lee Na lalu menyentuh pipi Lee Na dan menyeka air matanya,”ayah dan ibu selama ini merasa bersalah pada kakak, mereka ingin kakak kembali, maafkan mereka kak...”ucapnya dengan air mata yang ikut mengalir,”hingga saat terakhir merekapun, yang mereka fikirkan hanya kakak...”.
Keduanya saling bertatapan dan berpelukan sambil menangis haru. Tak ada yang mengganggu ataupun mengusik ke duanya.
====***====
1 minggu kemudian.....
”ayo pindah...pindah...”ucap Hyo Ri dengan suara riang sambil membawa tas mungilnya.
“mana Yu Na?”tanya Lee Na pada Rae Ah.
Rae Ah menggeleng,”aku tak tahu Umma...”, Rae Ah mengangkut barangnya dan memasukkannya ke dalam mobil Geun Na yang telah siap.
Lee Na berkeliling mencari ketika Lee Na mendengar suara terisak di belakang panti.
”Yoo Ra jangan menangis..., aku akan meminta umma untuk membawamu juga...”ucap Yu Na berusaha menenangkan.
”percuma..., aku bukan keluarga kalian...”ucap Yoo Ra dengan terisak.
Yu Na menggenggam tangan Yoo Ra lalu berkata,”aku sudah menganggapmu saudara..., kau teman sekaligus saudaraku..., aku tak akan membiarkanmu sendiri...”kata Yu Na sembari beranjak ketika Yoo Ra menarik tangannya hingga Yu Na terjatuh ke depan.
Gubrak...
”Aigo!(aduh) Yoo Ra!”pekik Yu Na sambil bangkit mengelus hidungnya yang membentur tanah.
”ma...,maaf...maaf Yu Na aku tidak bermaksud...”pinta Yoo Ra sambil membantu Yu Na bangun.
Lee Na tertawa tertahan di tempatnya berdiri ketika Saeng menyapanya.
”kurasa..., kau ingin membawa anak itu?” Saeng tersenyum sambil menatap ke arah Yoo Ra.
” Saeng Baksanim ( Dokter Saeng)...”kata Lee Na tertunduk sopan.
”maaf mengagetkanmu...”kata Saeng tetap dengan snyum ramahnya.
Lee Na menggeleng malu,”saya yang seharusnya meminta maaf pada Saeng Baksanim ( Dokter Saeng)...,saya...”ucap Lee Na dengan terbata.
”sudahlah..., aku mengerti..., aku tak akan memaksamu...”ucap Saeng sambil tersenyum dan lagi-lagi membuat Lee Na terdiam,”jadi..., kau ingin membawanya?”tanya Saeng lagi.
”...”Lee Na diam berfikir keras ketika Yu Na datang.
”umma...”ucap Yu Na diikuti Yoo Ra. ”umma sedang apa di sini?”tanya Yu Na lagi.
“tidak umma hanya...”
“umma..., biarkan Yoo Ra ikut bersama kita ya? Aku mohon umma...”pinta Yu Na memotong penuh harap. Yoo Ra hanya tertunduk menunggu penuh harap pula.
“Saeng Baksanim ( Dokter Saeng)..., bolehkan Yoo Ra ikut dengan kami?”tanya Yu Na pada Saeng yang tersenyum dan menunduk.
“tentu saja boleh jika kalian menjaganya dengan baik..., kau mau menjaganya anak manis?”tanya Saeng diikuti senyum indahnya sambil membelai kepala Yu Na pelan.
Yu Na mengangguk kuat,”tentu saja Saeng Baksanim ( Dokter Saeng)..., aku berjanji akan menjaga Yoo Ra dengan baik...”ucap Linda sambil mengangkat tangannya.
“chaech’i innûn...(pintar...)”ucap Saeng lalu menatap Lee Na,”jadi...kau mau merawatnya?”.
Lee Na menatap Yu Na yang memberi dukungan pada ibunya, saat Rae Ah dan Hyo Ri datang.
”kami tidak keberatan Umma...”ucap Rae Ah,”kami akan senang mendapat saudara baru...”.
”iya umma..., kakak ku akan bertambah lagi...”kata Hyo Ri dengan anggukkan kuatnya.
”umma ku mohon...”pinta Yu Na penuh harap.
Lee Na tersenyum pada Yoo Ra yang masih terus berdoa dalam hatinya,”Mullonimnida(tentu saja)” angguk Lee Na dengan senyum yang cerah.
Yu Na berteriak dan langsung memeluk Yoo Ra,”Yoo Ra...,kita akan terus bersama”.
”Né(ya)” angguk Yoo Ra menahan tangis. Rae Ah dan Hyo Ri mendekat lalu ikut memeluk Yoo Ra dan Yu Na. Sementara Lee Na hanya tersenyum bahagia. Dan Kim menatap marah dari sudut ruangan.
====***====
2 jam perjalanan penuh, ditempuh dengan gelak tawa dan diiringi dengan...,, Jedugh....
”au....”rintih Yu Na yang lagi-lagi kepalanya terbentur untuk ke-5 kalinya akibat saling ledek dengan Rae Ah.
”hahahahahaha...., Joayo(bagus) ,kepalamu memang kuat dan tahan benturan...”tawa Rae Ah membuat Yu Na cemberut dan langsung memasang tampang wajah sebal.
”hihihihi...”tawa Hyo Ri sambil memegang perutnya yang sakit akibat terlalu banyak tertawa. Dan Yoo Ra hanya dapat menahan tawanya sambil berpura-pura menatap ke luar.
”umma..., lihat kakak menertawakan aku terus...”Yu Na mengadu manja pada Lee Na yang sedari tadi hanya tersenyum menatap anak-anaknya.
”sudah-sudah, sebentar lagi kita akan sampai...”ucap Geun Na sambil fokus mengarahkan mobilnya di sebuah daerah.
Mobil itu berhenti di sebuah rumah yang sebagian besar di alih fungsikan sebagai toko bunga dan di sebelahnya ada taman kecil yang sangat cantik.
”nah..., inilah rumah kami..., ayo semua...”ucap Geun Na.
Selagi Lee Na dan yang lain menurunkan barang mereka seorang anak datang sambil tertawa senang.
”kak Ji Young..., benarkah kakak akan pergi?”tanya anak itu.
”Ajik mollayo(aku tak tau)..., itu ibumu ...”tunjuk anak laki-laki berusia 15 tahun itu pada Geun Na.
”mama....”anak itu langsung berlari menghampiri Geun Na dan langsung naik ke pelukannya.
”Ha Bin..., kau tidak nakalkan bersama Kwon?” tanya Geun Na penuh kasih sayang.
Anak bernama Ha Bin itu menggeleng,”Mullon animnida(tentu saja tidak ) mama..., kakak Ji Young mengajariku membuat origami..., lihat ini...bunga kertas untuk mama...”ucap Ha Bin sambil menyerahkan sebuah bunga kertas pada Geun Na.
”terimakasih sayang...” ucap Geun Na mengecup kening anaknya,”Kwon terimakasih menjaga Ha Bin selagi suamiku pergi..., lalu kemana Chae Ri?”tanya Geun Na.
”paman sudah mengantarnya kesekolah..., kata paman biar dia yang menjemput...”ucap Ji Young,”sama-sama bibi aku kembali dulu..., Ha Bin ingat pesanku...”
”Gērǽyo (ya, baiklah) aku mengerti kak...”kata Ha Bin mengangguk menurut. Geun Na menatap Ji Young dan tersenyum hingga masuk ke rumahnya.
”Ha Bin..., ayo perkenalkan ini bibi Lee Na..., dia yang akan menjagamu selama mama dan papa pergi...”ucap Geun Na sambil memperkenalkan Lee Na dan yang lain.
”hai...”sapa Yu Na mencoba ramah, namun Ha Bin langsung memalingkan wajahnya,”hwe..” kata Yu Na sebal.
”aku tidak kenal mereka mama...” ucap Ha Bin manja.
”kau akan mengenalnya...”kata Geun Na pelan,”ayo kita masuk...” ke limanya segera membawa barang mereka dan mengikuti Geun Na masuk.
Setelah merapikan segalanya Cheon Nim datang bersama Chae Ri.
”ôsô oséyo (selamat datang)...”ucap Chae Ri dengan cerah.
”ahjumma....(bibi) bisa tidak kau tenang sedikit?”tanya Yu Na dengan sedikit mencibir Chae Ri yang datang dengan tergesah.
”a...apa kau bilang? Ah...ahjum....”
Hyo Ri tertawa kecil melihat wajah sebal Chae Ri dan Rae Ah serta Yoo Ra hanya menggeleng menyerah.
”adik umma sama denga AHJUMMA....”kata Yu Na sambil menyanyikan lagu insomnia.
”dasar kau...”
”Lee Na..., kau sudah selesai? Ada beberapa hal yang harus kau ketahui sebelum kami pergi...” ucap Geun Na. Lee Na mengangguk lalu mengikuti Geun Na.
Setelah menjelaskan segala apa yang di perlukan Geun Na dan suaminya bersiap akan pergi.
”kenapa Ha Bin di tinggal?”tanya Ha Bin yang akan menangis.
Geun Na menatap anaknya penuh cinta,”karna kau masih kecil, mama akan membawa hadiah yang kau suka”kata Geun Na bijak, sementara Cheon tersenyum sambil memasukkan barang-barangnya.
”Jinca?(sungguh?)” tanya Ha Bin setengah hati.
” Gērǽyo (ya, baiklah ) tentu saja anakku sayang...” ucap Cheon sambil membelai kepala Ha Bin dengan lembut.
Ketiganya lalu berpelukan dan saling mencium kening.
”Lee Na...aku titip Ha Bin ya? setelah urusan selesai kami akan segera kembali...”ucap Geun Na lalu memeluk Lee Na erat.
”hati-hati di jalan bi...”ucap Lee Na setelah melepas pelukannya.
“Né Mullonimnida (iya tentu saja)” Geun Na menyusul suaminya kemobil mereka yang telah bersiap.
“mama....”panggil Ha Bin hingga Geun Na menatapnya dari jendela,”hati-hati...”Geun Na melempar senyumnya pada Ha Bin lalu mobil itu meninggalkan halaman saat Ha Bin tanpa di sadarinya berlari mengejar. Bruk..., Ha Bin terjatuh dan menangis saat Ji Young datang dan membantu Ha Bin berdiri. “kakak..., hue....kakak Ha Bin sendiri...”ucap Ha Bin sambil memeluk Ji Young. Ji Young mengangkat Ha Bin dan membawanya ke dalam rumah.
“ah...m... terimakasih....”ucap Lee Na yang langsung membawakan kotak P3k.
“tidak apa bi, biar aku yang mengobatinya”ucap Ji Young langsung mengobati luka dilutut Ha Bin.
“au...perih...”kata Ha Bin sambil meringis perih.
Ji Young merekatkan plester luka lalu menatap Ha Bin dengan senyum lembut,”kau tahu...,bibi itu mengkhawatirkanmu..., jangan membencinya...”ucap Ji Young dengan lembut.
”aku tidak...”kata Ha Bin dengan wajah memerah menahan malu.
”aku tau dari wajahmu..., lihatlah...mereka ingin berkenalan denganmu...”tambah Ji Young sambil merapikan kotak p3k.
”ya kak aku mengerti tapi...”
Ji Young mengusap kepala Ha Bin lembut sekali lagi,”katanya kau ingin punya temankan? mulailah dengan mereka..., jika kau masih bersikap dingin aku akan menghukummu” canda Ji Young hingga Ha Bin tertawa kecil,”aku harus kembali...”
Ha Bin mengangguk lalu berkata,”kakak terimakasih...”
====***====
Selama 2 minggu penuh sikap Ha Bin perlahan mulai berubah walau masih agak canggung, Lee Na mengerti dan tetap memberikan perhatian padanya.
”aku tak mengerti mengapa kita harus bersekolah?” tanya Yu Na dengan wajah sebal saat Lee Na memasangkan dasi padanya.
”kau mau menjadi orang bodoh?”cibir Rae Ah memakan telur gorengnya.
”kau menghinaku kak?” tanya Yu Na ketus. Yoo Ra tertawa sambil memasang kaus kakinya.
”tidak..., hanya saja kau...”putus Rae Ah.
Chae Ri datang dengan pakaiannya yang kusut,”kakak..., kau sudah menggosok bajuku?”tanyanya sambil menguap lebar.
”sudah..., ada di tumpukan ke 2 ..., cepat mandi aku akan mengantar kalian...”kata Lee Na yang tengah sibuk mengenakan pakaian pada Hyo Ri.
”Umma..., Hyo Ri juga ingin sekolah...” ucap Hyo Ri dengan manja.
”nanti sayang..., Ha Bin...”ucap Lee Na menghampiri Ha Bin di kamarnya,”kau sudah siap?” tanya Lee Na penuh sayang ketika mendapati Ha Bin sedang mematung ditepi jendela.
”ya...”kata Ha Bin dengan malas,”kakak Ji Young yang akan mengantarku...”
”oh...m..., baiklah...”kata Lee Na lalu keluar dari kamar Ha Bin sambil mendesah berat.
Lee Na dan yang lain telah bersiap ketika Ji Young datang dengan sepedanya.
”kau yang mengantar Ha Bin ke Tknya?”tanya Lee Na sambil tersenyum ramah.
”ya, baiklah bi...”kata Ji Young dengan sopan.
”kakak...”ucap Ha Bin menghampiri Ji Young.
”kau siap?” tanya Ji Young sambil membantu Ha Bin naik di belakang.
”iya kak...” kata Ha Bin dengan senyum terkembang.
Lee Na tersenyum lalu menunduk,”selamat jalan...”
”kenapa sih anak itu selalu bersikap dingin”cibir Chae Ri yang baru saja selesai memakai sepatunya.
”kurasa dia tidak menyukai kita...”ucap Hyo Ri sambil memeluk bonekanya.
”masa? Aku rasa dia rindu pada orangtuanya...”ucap Rae Ah berpendapat.
Yu Na berkata menyela,”dan aku rasa aku tak menyukai menggunakan rok ini...”
”Yu Na...,feminimlah sedikit...”ucap Yoo Ra sambil tersenyum.
”Huwwwwwwwaaaaaa lebih baik aku berkelahi daripada menggunakan rok...”pekik Yu Na sambil menarik rok sekolahnya.
Semua langsung tertawa dan Chae Ri berkata,”dasar berkepribadian ganda!!”
”ugh...,dasar AHJUMMA cerewet”cibir Yu Na di sertai sindiran sambil menjulurkan Lidahnya.
”berhenti memanggilku dengan sebutan itu....!!!!”Chae Ri langsung berlari mengejar Yu Na yang tertawa senang. Lee Na dan yang lain hanya tertawa heran.
====***====
”aku ingin mie ramen...”pekik Yu Na malam itu.
”tidak ini milikku...”ucap Chae Ri tak mau kalah sambil menarik mangkuk mie.
”ahjumma..., mengalahlah sedikit...”pinta Yu Na,”akukan keponakanmu yang paling manis...”
”Hoek....”ucap Chae Ri berpura-pura muntah.
”huh...”
”sudahlah..., ini makan milikku...”kata Yoo Ra menyerahkan mie miliknya.
”mana umma dan yang lain?”tanya Yu Na bingung dengan keadaan rumah yang sepi sambil memakan mie yang diberikan Yoo Ra.
”entahlah tadi mereka terburu-buru...”jawab Chae Ri dengan cuek dan terus memakan mienya.
Ketika itu, tiba-tiba terdengar suara tangis memecah keheningan saat itu.
”MAMA...PAPA...kalian tidak boleh pergi...,biarkan aku menyusul bi....MAMA...”tangis Ha Bin pecah di pelukan Lee Na yang juga saat itu meneteskan air mata dalam diam.
”umma ada apa?” tanya Yu Na bingung.
”ahjumma dan ahjussi...., meninggal dunia...”ucap Rae Ah perlahan sambil menggandeng Hyo Ri masuk. Tak ada yang dapat berkata lagi dan segala keheningan terpecahkan oleh tangisan Ha Bin.
====***====
Di pemakaman umum, Ha Bin terus menangis di makam ke dua orang tuanya.
”MAMA...PAPA....jangan tinggalkan Ha Bin sendiri..., jangan tinggalkan Ha Bin ...Ha Bin sayang kalian jangan tinggalkan Ha Bin...”ratap Ha Bin di makam itu.
Lee Na dan yang lain hanya dapat diam di tanpa dapat mengusik Ha Bin ketika Ji Young datang.
”ayo kita pulang...”ucapnya penuh kelembutan.
”tidak..., aku ingin bersama mama dan papa...”kata Ha Bin bersikeras. Ji Young langsung mengangkat Ha Bin yang terus memberontak,”aku ingin bersama mama dan papa..., kakak turunkan aku...”. Ji Young terus menggendong Ha Bin ke mobil diikuti yang lain.
”biarkan aku turun...”ucap Ha Bin yang mulai kelelahan akibat menangis.
”kau tidak ikut?”tanya Lee Na pada Ji Young.
”tidak bi..., aku harus pergi...”tolak Ji Young dengan suara yang janggal.
”kakak mau kemana? Kakak mau meninggalkanku seperti mama papa?”tangis Ha Bin kembali pecah.
Ji Young tersenyum dan membelai kepala Ha Bin,”aku tidak akan meninggalkanmu..., aku akan selalu bersamamu..., tapi saat ini aku harus pergi..., kau mengertikan?”ucap Ji Young sambil membelitkan saputangannya di lengan Ha Bin yang terluka.
”tapi kakak...”
”aku menyayangimu Ha Bin...,aku akan kembali...”janji Ji Young sambil mengangkat kelingkingnya.
”janji?”tanya Ha Bin sambil membuat janji kelingking dengan Ji Young.
”ya..., aku berjanji...”ucap Ji Young lalu menutup pintu mobil. Perlahan mobil berkabung itu meninggalkan makam. Ha Bin terus menatap kebelakang tempat di mana Ji Young masih berdiri menatap mobil yang berlalu pergi itu.
Suasana berkabung itu masih terasa namun keluarga kecil itu, satu dengan yang lain saling menghibur hingga kesedihan itu sedikit demi sedikit mulai sirna.
====***====
10 tahun kemudian…..
“sudah ku bilang jangan ganggu Yoo Ra!!!”suaranya melengking tinggi. Tiga orang laki-laki langsung berlari ketakutan.
“Yu Na…, sudahlah…, mereka hanya ingin berkenalan denganku…”ucap Yoo Ra sambil mengambil tas Yu Na yang sempat terjatuh.
Yu Na hanya mendengus kesal lalu mengambil busur yang sempat dia pakai untuk memukul,”aku hanya tak suka mereka memaksamu…,sudahlah ayo kita berangkat…, aku dengar adik dari dokter Ji Hoon akan bersekolah di tempat kita….”kata Yu Na lalu melangkah masuk ke halaman sekolahnya.
“m…, entahlah…,lalu bagaimana dengan kau? Kau akan melanjutkan kemana?”tanya Yu Na mengimbangi langkah Yu Na.
“entahlah…, aku rasa aku belum memutuskan…”Yu Na sedikit mendesah lalu manatap jengkel pada kerumunan orang yang menghalangi jalan masuknya. “hei…., bisa tidak kalian tidak menghalangi jalan kami?”tanya Yu Na setengah berteriak.
”sudahlah, ayo kita lewat sebelah sini saja”kata Yoo Ra sambil menarik Yu Na melalui jalan memutar.
”Huh..., aku heran...setiap kali tahun ajaran baru selalu saja ribut...”omel Yu Na,”oh iya..., Dhicca bagaimana jika kita berlatih panah saja?” tawar Yu Na.
”untuk apa? Turnamen musim panas kemarin kau berhasil menangkan?”
Yu Na tersenyum cerah pada Yoo Ra,”ya...dan kau tau aku menjadi kaptennya...”
”apa!! kenapa kau tidak mengatakannya?”ucap Yoo Ra setengah terkejut.
Yu Na menggeleng kuat,”aku tak ingin memberi kejutan, lalu, apa kau mau menemaniku?”tanya Yu Na mengulangi dengan semangat.
”baiklah....”keduanya berjalan ke arah gedung belakang dengan diikuti tatapan seseorang.
====***====
”Rae Ah....”panggil seseorang dan menghampiri Rae Ah yang baru saja tiba di universitasnya.
”Shi Na...”kata Rae Ah sambil menunduk.
”ku dengar kau berhasil memenangkan lomba karya ilmiah itu...”ucap Shi Na dengan wajah berseri.
Rae Ah hanya tersenyum dan mengangguk,”ya..., berkat bantuanmu...”.
”aku hanya menyarankan, selebihnya kau yang mengerjakannya, ayo kita masuk, aku yakin mereka pasti ingin mengucapkan selamat padamu...”Shi Na menggandeng Rae Ah masuk kekelas mereka.
”Rae Ah..., selamat ya...”ucap Jin Ai seorang sahabat Rae Ah yang langsung memeluknya erat.
“Ai…, terimakasih…”ucap Rae Ah sambil melapas pelukannya.
“kalian tahu…, ku dengar akan ada yang masuk kekelas kita tahun ini… dan ku dengar dia seorang artis…”tambah Jin Ai dengan berbinar.
Shi Na dan Rae Ah saling bertatapan lalu tersenyum,”dasar ratu gosip”ucap ke duanya bersamaan.
“enak saja kalian berdua ini…”ucap Jin Ai lalu memasang wajah sebal dan membuat Shi Na dan Rae Ah tambah ingin menggoda.
“kau yakin?”tanya Shi Na disela tawanya.
Sambil mengangkat tangannya Jin Ai berkata,”aku yakin...”.
Tak lama dia berkata seperti itu tiba-tiba suara gaduh dan teriakan histeris bergema di koridor.
”ada apa?”tanya Shi Na pada salah seseorang yang terlihat berwajah sebal.
”mereka ribut hanya gara-gara artis itu..., akh...menyebalkan...”ucapnya sambil berlalu dan pergi.
Ketiganya saling pandang kemudian menengok ke jendela di mana tempat kerumunan itu ada.
”tuh kan..., aku benar ”pekik Jin Ai yang langsung menunjuk kearah seseorang di tengah kerumunan,”lihat..., itu Hee Chul....huwwaaaa....., dia tampan sekali..., aku harus ke sana....”teriak Jin Ai lalu berlari ke luar sementara Shi Na dan Rae Ah terus memandang ke arah sosok itu yang tiba-tiba memandang tajam ke arah Rae Ah dan tersenyum.
”kau..., mengenalnya?”tanya Shi Na yang mengerti arah tatapan pria itu.
Rae Ah menggeleng kuat,”tidak..., aku tidak mengenalnya aku hanya tau dia personil boy band itu kan?” ucap Rae Ah meyakinkan.
”ku rasa dia mengenalmu...”yakin Shi Na yang penasaran,”dia melihat ke arahmu terus”.
Rae Ah berbalik,”sudahlah..., mungkin dia melihat yang lain, ayo kau temani aku ke perpustakaan...”ucap Rae Ah sambil tersenyum.
”ya..., baiklah....”ucap Shi Na sambil mengangguk setuju.
====***====
”apa?”tanya Hyo Ri dengan ketus pada Kim Bum, teman masa kecil Hyo Ri setelah ia dan keluarganya pindah ke rumah bibi Geun.
Laki-laki itu hanya menuntun sepedanya,”maafkan aku..., aku tak tahu jika kau menungguku semalaman..., ponselku disita ibuku...”ucap Kim Bum dengan penuh permintaan maaf.
”kau sengaja melupakan ku kan...”sudut Hyo Ri.
”tentu saja tidak..., sungguh aku tak pernah berbohong padamu..., kau bisa menanyakannya pada ibuku...”kata Kim Bum meyakinkan.
Hyo Ri terus saja berjalan tak perduli melewati Ha Bin yang berjalan tenang menggunakan headsetnya sambil menatap pohon di sepanjang jalan.
”Ha Bin, kau bisa jalan cepat sedikit tidak?”gerutu Hyo Ri sambil menarik lengan Ha Bin perlahan.
Ha Bin hanya mendesah pendek lalu mengikuti langkah cepat Hyo Ri, diikuti Kim Bum.
”kenapa kau tak bersama kak Yoo Ra atau kak Yu Na saja jika ingin cepat?”tanya Ha Bin agak kesal sambil terengah sesampainya di sekolah mereka.
”tidak oleh si preman itu!!!”tolak Hyo Ri,pletak...,”aw...”Hyo Ri mengerang memegangi kepalanya dan menatap orang yang menjitaknya,”kak Yu Na...!!!”seru Hyo Ri kesal.
”apa kau bilang...!!! aku preman?!!”ucap Yu Na dengan nada tinggi.
”iya...,dasar kakak serampangan...”cibir Hyo Ri menjulurkan lidahnya dan berlari pergi ketika Yu Na akan mengejarnya.
”hei kau!!!”pekik Yu Na hingga orang-orang yang ada di sekitar menatap kearah mereka.
”kalian berdua ku mohon hentikan ...”ucap Yoo Ra namun terlambat keduanya telah pergi entah kemana. Yoo Ra hanya mendesah lalu menatap Ha Bin.
”ayo kita masuk”, ucap Yoo Ra yang langsung diikuti oleh Ha Bin.
”kakak..., kau berlatih panah lagi... bukankah kata dokter kau...”ucap Ha Bin yang langsung di sela oleh Yoo Ra dengan nada berbisik.
”rahasiakan ini dari Yu Na dan yang lain ya? hanya kau dan umma yang tahu, ku mohon”pinta Yoo Ra pada Ha Bin yang menatapnya aneh. Namun Ha Bin kemudian mengerti dan mengangguk pelan.
”baiklah..., aku tak akan mengungkitnya tapi ku harap kakak tidak melakukan hal yang berat...”ucap Ha Bin datar mengingatkan lalu berjalan memasuki lorong.
”tentu saja adikku...”senyum Yoo Ra ketika seseorang mendekat ke arah mereka.
”selamat pagi kak...”ucap Hong Ki sambi menunduk hormat pada Yoo Ra.
Yoo Ra balas menunduk dan tersenyum,”pagi...”
Ha Bin hanya menatap dingin pada Hong Ki yang langsung menatapnya.
”kau anggota club basket putrikan?”tanya Hong Ki pada Ha Bin dengan cepat.
”ya...”ucap Ha Bin datar.
”sepertinya aku harus kembali ke kelasku..., baiklah aku harus duluan...”ucap Yoo Ra sambil menatap jam tangannya.
”m...”angguk Ha Bin. Hong Ki tersenyum pada Yoo Ra yang kemudian berjalan pergi.
Ha Bin yang mulai jengah berjalan melewati Hong Ki yang langsung menarik tangannya.
”apa?”tanya Ha Bin dingin.
”Ada yang ingin aku bicarakan...”kata Hong Ki dengan pandangan memohon.
”tidak, maaf aku harus kembali ke kelas”ucap Ha Bin dengan cueknya melepas genggaman Hong Ki.
”tidak sebelum kau mendengarkan apa yang ku katakan ”ucap Hongki yang berkeras dan menarik Ha Bin kehalaman belakang.
”apa maumu sih!!!”ucap Ha Bin dengan marah dan mencoba menarik tangannya.
Hong Ki berlutut pada Ha Bin dan berkata,”ku mohon..., ajari aku bermain basket..”ucapnya dengan memelas.
“a...,apa?”pekik Ha Bin bingung.
“ku mohon ajari aku, ajari aku agar bisa bermain sepertimu, dipertandingan persahabatan musim panas lalu, aku sungguh-sungguh mengagumi permainanmu, tolong ajari aku”pinta Hongki memohon.
“...”Ha Bin hanya diam tak menjawab.
====***====
”apa yang kau harapkan? Chae Ri itu hanya peran kecil..., jika aku jadi kau aku tak akan pernah mau menerimanya...”ucap Kim Aru Na teman Chae Ri satu jurusan yang sama.
Chae Ri tersenyum,”jika kau berfikir itu hanya peran kecil kau tak akan pernah maju Aru Na..., kau tahu tokoh idolaku memulai karirnya di dunia keartisan dari hal kecil itu..., aku tak akan menyia-nyiakannya....”tekad Chae Ri kuat.
Aru Na mendesah kecil,”baiklah jika itu keputusanmu..., aku tak ingin berdebat denganmu yang keras kepala ini...”.
”jangan marah Aru Na..., hm....kau tahu ku dengar dia mencarimu...”ucap Chae Ri berbisik sambil menatap ke arah seorang laki-laki.
”benarkah?”tanya Aru Na setengah berbisik.
”benar..., benar-benar bohong kataku...haha...”Chae Ri langsung berlari ketika Aru Na memasang wajah kesal padanya dan mencoba melemparnya dengan pensil.
”Chae Ri!!!!!”teriak Aru Na kesal sambil mengejar Chae Ri ke luar.
Chae Ri berlari sambil tertawa hingga ia kurang fokus dan terpeleset dari tangga yang ia turuni.
”hup...”ucap Seseorang sambil memegang pinggang Chae Ri hingga ia tak terjatuh.
Chae Ri yang sempat menutup matanya lalu menatap seseorang yang telah menolongnya. Chae Ri tertegun pada sosok itu hingga terdiam dalam posisinya hingga orang-orang menatap ke arahnya.
”eh...hm...,maaf...”ucap Chae Ri cepat sambil membetulkan posisinya.
Ia tersenyum kecil pada Chae Ri,”ku rasa kau harus berhati-hati nona...”.
Chae Ri mengangguk,”ya..., ma...maafkan aku...”ucap Chae Ri terbata.
”Jong Hun...”ucap seseorang tiba-tiba,”ada apa ini? Kenapa kalian semua berkumpul?”.
”ah...., manager..., aku hanya membantunya...”ucap Jong Hun sambil menunduk. Semua yang berkumpul kemudian membubarkan diri bahkan ada yang menggerutu kesal.
”kau tak apa-apa?”tanyanya pada Chae Ri.
Chae Ri yang sempat mematung, menggeleng lalu menunduk,”sekali lagi maafkan aku..., permisi...” ucap Chae Ri kemudian pergi dengan menunduk sambil memukul kepalanya sendiri dengan tangannya,”dasar aku bodoh...”
====***====
”biar aku saja yang memasukkannya ke dalam...”ucap Lee Na pada pekerjanya yang sering membantunya menjaga toko bunga.
”baik...”angguknya pekerjanya menurut.
”Oh Gu..., kau bisa mengantarkan pesanan di gedung sebelah...”pesan Lee Na sambil mengambilkan buket bunga mawar putih dari jok belakang,”dan ingat jangan lupa berikan lebihan uang mereka...”.
”baik boss...”
Lee Na tersenyum sesaat lalu turun dari mobil pengantar bunganya ke arah sebuah gedung besar. Dengan ragu Lee Na melangkah ke dalam. Lee Na berjalan kearah resepsionis yang terlihat mengacuhkannya.
”nona aku mengantarkan pesanan, dimana aku harus meletakkanya? Atau aku yang akan...”kata Lee Na dengan sabar.
”tunggu sebentar nyonya...”katanya dengan ketus lalu menghubungi seseorang. Setelah Lee Na menerima kartu pengunjung, Lee Na langsung naik ketingkat atas tempat pemesan bunganya dengan lift,”huh..., sial...”pekik Lee Na kesal.
Ketika pintu lift terbuka Lee Na tertegun menatap kearah seseorang hingga menjatuhkan buket bunganya. Tatapannya tajam, sepasang mata indah yang membuat Lee Na benar-benar tak dapat berkata apapun.
Lee Na berpaling, dan dengan wajah memerah ia sempat melihat adegan ciuman itu.
”sayang....,sepertinya kita harus melanjutkannya besok saja...”ucap seorang wanita sambil melepas ciuman dan pelukannya.
”m..., gērǽyo (baiklah...)”ucap seorang laki-laki sambil menatap Lee Na sedikit meneliti.
Wanita itu berjalan melewati Lee Na yang telah memungut bunganya sambil berjalan menunduk.
”hei ahjumma...(bibi) ”ucap Hyung Joon menahan langkah Lee Na.