CHAPTER 1 : #1 HOPES
Hope is being able to see that there is light despite all of the darkness. –Desmond Tutu
Ketika salju pertama turun, apa yang kau lakukan?
Jika aku melihat salju pertama turun, aku akan membuat suatu harapan. Entah harapan itu akan terwujud atau itu hanya sebuah penyemangat agar aku bisa melewati keputusasaan.
*Lee Chaerin
Aku melihat salju pertama turun saat pulang dari kuliah. Melihat salju tidak bemakna apa-apa karena aku lebih senang kalau hujan yang turun. Minji pernah berkata bahwa kita dapat membuat suatu harapan apabila salju pertama turun. Hahaha...itu memang konyol sih. Aku lebih percaya kalau Minji mengatakan harapan dapat dibuat saat ada bintang jatuh ataupun sebelum meniup lilin ulang tahun. Ya...tapi apa salahnya sih kalau cuma berharap. Oke, anggap saja kalau saat ini aku lagi random, jadi...
“Aku berharap aku dapat melewati musim dingin nanti dengan baik dan mungkin....aku dapat memiliki teman baru yang dapat aku percaya selain Minji.”
*Yong Junhyung
“Jadi, kau akan meninggalkanku dan pergi dari Gwangju” ucap getir seorang gadis. Saat itu, taman sedang sepi dan hanya ada sepasang kekasih yang sedang duduk di bangku taman tersebut. Pemuda yang duduk disampingnya lalu menoleh ke arah gadis itu dan menatap wajahnya.
“Aku terpaksa melakukan ini karena aku sudah berjanji untuk mengikuti ayahku kemana saja. Kau tau kan kalau perceraian ayah dan ibu sudah diproses kemarin. Ketika ayah dan ibu membicarakan perceraian mereka denganku dan Junsung, mereka meminta kami memilih untuk hidup bersama siapa. Junsung memilih tinggal bersama ibu dan aku otomatis bersama ayah. Ayah mengatakan bahwa ia ingin membuka lembaran baru di Seoul dan kebetulan dia diminta direktur perusahaan untuk menangani perusahaan cabang di Seoul. Aku harap kau mengerti, Hara. Aku menyayangimu tapi aku tak dapat menentang pilihan ayahku. “ Gadis yang bernama Hara itu lalu mengenggam tangan kekasihnya dan kemudian tersenyum menandakan bahwa ia mengerti alasan kepergian pemuda yang dicintainya itu.
“Oppa, kita akan berstatus sebagai kekasih jarak jauh. Kau harus sering menghubungiku dan sesekali berkunjung kesini untuk menemuiku.” ujar Hara kepada pemuda disampingnya. Pemuda itu juga tersenyum kepadanya dan menganggukkan kepalanya. Dia merasa senang bahwa Hara mengerti dengan keputusannya. Tanpa mereka sadari, bulir-bulir salju turun dari langit dan mereka lalu memandangi salju-salju tersebut.
“Oppa, kau tau ada mitos bahwa kita dapat membuat harapan saat salju pertama turun. Aku ingin membuat harapan baik untuk hubungan kita.” ucap Hara. Ia lalu memejamkan matanya dan berbisik “Aku berharap hubunganku dengan Junhyung oppa akan berjalan baik walau ada jarak di antara kami.”
“Hahahaha...Ada-ada saja kau Goo Hara! Kau percaya saja dengan mitos tersebut padahal kau bukan anak kecil lagi.”
“Biarin! Menurutku, Oppa juga harus membuat harapan karena kita jarang melihat salju pertama turun.” balas Hara kepada kekasihnya. Pemuda yang ternyata bernama Junhyung itu hanya bisa tertawa mendengar ucapan Hara. Ia lalu menuruti permohonan kekasihnya dengan bergumam di dalam hati “Aku harap aku bisa menjalani hidup yang lebih baik bersama ayah di Seoul.”
*Gong Minji
“Apa kau sudah menelpon nenekmu?” Pertanyaan itu mengagetkanku yang sedang menatap luar jendela studio. Ternyata pertanyaan itu keluar dari mulut Dara unnie. Aku menggelengkan kepala dan mengisyaratkan bahwa aku tak ingin membahas perkara itu. Dara unnie lalu duduk di sampingku dan menghela nafas. Aku tau saat ini Dara unnie sedang memikirkan masalahku yang tak kunjung selesai atau lebih tepatnya, aku lari dari masalah.
“Minji-ah. Ibumu sangat mengkhawatirkan keadaanmu. Kemarin, dia menelponku untuk menanyakan kabarmu. Kau seperti ini sampai kapan?” tanya Dara unnie. Aku paham bahwa aku tak dapat lari dari masalah selamanya. Kulihat kembali ke luar jendela studio dan tampak salju turun dari langit. Astaga! Sekarang sudah memasuki musim dingin dan ini berarti aku sudah lari dari rumah selama enam bulan. Pantas saja, ibu menelpon Dara unnie karena khawatir denganku. Aku tak mungkin merepotkan Dara unnie dan keluarganya lebih lama lagi. Mereka telah menampungku selama ini dan membantu semua keperluanku selama di Seoul.
“Unnie, aku akan mencari kerja disini. Kau mau membantuku kan? Aku akan membayar hutang budiku kepada unnie dan keluarga.” ucapku perlahan. Dara unnie tampak kaget mendengarnya.
‘Aku tak memintamu untuk balas budi, Minji-ah. Aku dan keluargaku tulus membantumu karena kau telah kami anggap sebagai bagian dari keluarga kami. Aku hanya cemas kepadamu. Kau tak mungkin lari dari keluargamu selamanya kan? Aku ingin kau bisa berbicara baik-baik dengan orang tuamu terutama dengan nenekmu mengenai pilihan hidupmu. Kau harus bisa meyakinkan mereka dan buktikan kepada mereka bahwa kau bisa survive dengan caramu sendiri.” saran Dara unnie kepadaku.
“Tapi, Unnie....aku tak ingin merepotkanmu lebih lama lagi. Mungkin sudah saatnya aku mencari tempat tinggal dan bekerja untuk bisa bertahan hidup di Seoul.” ujarku. Tampak Dara unnie memikirkan kata-kataku.
“Kau tau Park Bom, Minji-ah? Dia sahabatku yang memiliki toko roti di Hapjeong-Dong. Aku pikir kau bisa bekerja part-time disana dan tetap bisa berlatih menari disini di waktu luang. Aku juga akan meminta Sanghyun mencarikan tempat tinggal yang sesuai denganmu. Bagaimana? Apa kau tertarik?” tanya Dara unnie. Aku terdiam mendengar itu. Dara unnie sangat perhatian kepadaku. Ia mencoba mencari jawaban terbaik bagi masalahku.
“Unnie, terima kasih sekali. Aku benar-benar berhutang budi denganmu.” jawabku yang juga berarti mengiyakan tawarannya. Dara unnie tersenyum dengan manisnya. Ia membelai rambutku lalu merangkulku dengan hangat.
“Aku hanya memiliki satu permohonan padamu, Minji-ah. Teleponlah nenekmu dan selesaikan masalah dengan keluargamu! Kau harus berjanji padaku untuk melakukan itu! ” pinta Dara unnie. Aku tersenyum getir meresponnya. Entahlah! Aku tak yakin bahwa aku bisa mewujudkan permohonan itu. Tapi.....tunggu dulu! Aku tadi melihat salju turun. Ini salju pertama kan? Aku pernah membaca artikel di sebuah majalah mengenai mitos unik salju pertama yang diyakini wanita-wanita di Rusia. Menurut artikel itu, wanita di Rusia sangat menyukai salju pertama dan mereka akan membuat suatu harapan saat salju pertama turun. Aku pernah mengatakan ini pada Chaerin dan dia tertawa terbahak-bahak saat mendengar ceritaku. Mungkin, saat ini aku butuh kekuatan dari salju pertama untuk melewati masa-masa sulit. “Aku berharap aku bisa meyakinkan keluargaku bahwa aku tidak salah memilih jalan hidup dan semoga mereka bisa menerima keputusanku. Bantu aku wahai salju pertama!” gumamku dalam hati. Aku kemudian tersenyum kepada Dara unnie dan menganggukkan kepala pertanda setuju terhadap permintaannya.
*Lee Seunghoon
Suasana Seoul Express Bus Terminal padat seperti hari-hari biasanya. Akan tetapi, di tengah padatnya warga Seoul yang hilir mudik itu, terlihat seorang pemuda berambut pirang berjalan dengan langkah percaya diri. Dia mengenakan t-shirt extra large berwarna hitam dengan jeans belel. Dia juga menyandang tas carrier di punggungnya. Tiba-tiba pemuda itu berhenti di pojok terminal, tampak di wajahnya tersirat kekhawatiran. Ia lalu memperhatikan orang-orang yang lewat di hadapannya dan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya dengan seorang petugas yang sedang mengawasi lalu lintas bus.
“Permisi, darisini menuju Hapjeong station naik apa ya?’” ucap pemuda itu dengan dialek Satoori yang kental.
“Ah..kau berjalan terlebih dahulu ke Terminal Express Bus Station kira-kira 200 meter darisini. Setelah itu, kau bisa mencari bus yang menuju Chongsin University Station disana. Setelah sampai di Chongsin University, kau naik bus menuju Samgakji Station. Sesampainya disana, kau bisa menemukan bus menuju Hapjeong Station. Bertanyalah lagi dengan petugas di stasiun apabila belum menemukan bus yang tepat.” jawab petugas itu dengan ramah. Tak lupa, ia menunjukkan arah menuju Terminal Express Bus Station kepada pemuda pirang itu. Pemuda itu menganggukkan kepalanya pertanda mengerti dengan petunjuk petugas. Ia lalu melanjutkan perjalanannya. Tanpa diduga, terdapat bulir-bulir salju turun jatuh ke wajahnya. Ia kemudian menyeka salju tersebut dan menatap langit dengan pandangan kosong. Entah kenapa, dia teringat dengan memorinya sewaktu kecil saat ia diceritakan oleh neneknya tentang legenda salju pertama turun. Dia lalu memejamkan matanya dan bergumam, “aku berharap aku bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.” Dia lalu membuka matanya dan tersenyum kepada langit. Setelah itu, dia kembali melanjutkan perjalanannya menuju Terminal Express Station.
###