DREAMERS.ID - Setelah dua bulan melakukan aksi, akhirnya demonstrasi Hong Kong berakhir kontak senjata api. Demonstrasi menyuarakan anti-pemerintah kali ini pun menjadi yang terparah dalam sejarah Tiongkok.
Aksi unjuk rasa ini pun mendapat perhatian dunia, salah satunya oleh kelompok G7 yang berisikan 7 negara ekonomi terbesar di dunia. Dalam pertemuannya, G7 membahas demonstrasi Hong Kong dan mendesak pemerintah setempat untuk mengamankan kondisi keamanan disana.
Seperti yang diketahui, Hong Kong saat ini sedang mengalami ketegangan antara masyarakat sipil dengan pemerintahan. Rancangan Undang-Undang Ekstradisi menjadi alasan aksi unjuk rasa ini terjadi. Masyarakat sipil mendesak pemerintah untuk segera membatalkan RUU Ekstradisi yang dalam penjelasannya akan memberikan kebebasan China untuk mengadili pelaku kriminal dari Hong Kong.
Setelah RUU tersebut ditangguhkan pada pertengahan Juni lalu, ternyata masyarakat Hong Kong masih melakukan aksi karena menilai pemerintahan Hong Kong sangat dipengaruhi oleh China dan mendesak agar Hong Kong tetap menjadi daerah otonom sesuai perjanjian 1984 tanpa campur tangan pihak China.
"G7 menegaskan kembali keberadaan dan pentingnya Perjanjian China-Inggris 1984 tentang Hong Kong, dan seruan untuk menghindari kekerasan," menurut pernyataan bersama pada akhir pertemuan puncak G7 di Biarritz, Prancis.
Secara garis besar, seluruh pemimpin G7 menyatakan keprihatinan mendalam terhadap apa yang terjadi di Hong Kong dan menghimbau agar kondisi Hong Kong teta damai, seperti dilansir dari Liputan 6.
"Negara-negara G7 semua ingin mendukung Hong Kong yang stabil dan makmur, dan kami secara kolektif berkomitmen pada kerangka satu negara dua sistem," tandas Johnson.
(mnc)