Dreamland
>
Lifestyle
>
Article

Pengamat Sosial Bicara Soal 'Kecanduan' Cerita Horror, Antara Tren Sosial atau Kelainan?

10 September 2019 16:32 | 622 hits

DREAMERS.ID - Cerita horor biasanya disebarkan melalui pembicaraan masyarakat secara ‘mulut ke mulut’ maupun lewat film layar lebar. Tetapi seiring berkembangnya teknologi maupun media sosial, setiap orang bisa menjadi produsen cerita horor lewat akun pribadinya sendiri.

Salah satu contoh sarana yang digunakan dalam menyebarkan konten horor bisa melalui thread di Twitter ataupun blog dan juga vlog. Maka dari itu rasa penasaran masyarakat atau pecinta cerita horor semakin dipuaskan dengan mudah.

Selain mudahnya mendapatkan konten horor, Dr. Devie Rahmawati, M.Hum yang merupakan pengamat sosial Universitas Indonesia menjelaskan ada tiga faktor lain penyebab tingginya minat membaca cerita horor.

PSIKOLOGIS

Studi global menjelaskan dengan menonton atau membaca cerita horor, manusia dapat melepaskan rasa ketakutannya akan suatu hal atau biasa disebut katarsis. Cerita horor juga dapat menjadi sarana seseorang  untuk melepaskan perasaan dirinya sendiri yang tidak berdaya.

BIOLOGIS

Baca juga: Rasakan Langsung Kengerian Badarawuhi di Wahana KKN di Desa Penari, Berani Coba?

Dengan membaca cerita horor, manusia mendapatkan sarana ekternal untuk memberi dorongan terhadap hormon kesenangan manusia. Hormon ini akan meningkat ketika manusia merasakan sensasi rekreasi didalam pikirannya ketika menonton atau membaca cerita horor.

SOSIOLOGIS

Secara sosiologis, orang akan berusaha untuk selalu berkumpul bersama dan merekatkan hubungan dengan orang lain ketika sedang menonton atau membaca film horor. Selain bisa menjadi partner menonton/membaca, manusia bisa berelasi dan menonton film bersama-sama. Tetapi hal ini tidak dapat diukur sama rata sehingga memiliki dampak yang berbeda dilihat dari perbedaan usia.

Devie menjelaskan bahwa ketakutan menonton atau membaca cerita horor bagi anak-anak akan membutuhkan waktu yang panjang dibanding orang dewasa.

Perbedaan yang umum dapat dilihat di antaranya dari segi usia. Bagi anak dan remaja, ketakutan akibat menonton film horor dapat berlangsung lebih panjang. Ini sebagaimana hasil penelitian di US, bahwa 26% penonton akan terus mengalami gangguan di antaranya gangguan makan dan tidur," ucap Devie, melansir Detik.

Ia pun menambahkan bahwa orang dewasa lebih bisa mengkontrol diri untuk tidak melihat bagian dari cerita horor yang membuat dirinya sendiri merasa trauma.

(mnc)

Komentar
RECENT ARTICLE
MOST POPULAR
BACK TO DREAMLAND | TOP | View Desktop Version
CONTACT US
Dreamers.id
dreamersradio