DREAMERS.ID - Berbagai macam varian vaksin sudah banyak digunakan di Indonesia. Jenis vaksin Corona yang paling umum digunakan di Indonesia adalah Sinovac, Sinopharm, dan AstraZeneca. Baik Sinovac, Sinopharm maupun AstraZeneca, sama-sama menggunakan virus yang telah dimatikan dengan proses kimiawi.
Sejauh ini, pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan jumlah penerima vaksinasi dengan kelompok yang memiliki kerentanan tinggi lebih diutamakan untuk, seperti orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), penyandang disabilitas, lansia, dan tenaga kesehatan.
Kini, semua warga negara Indonesia sudah bisa mendapatkan vaksin gratis yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Masih bingung mau terima vaksin jenis apa? Dikutip dari Detik, berikut tiga jenis vaksin corona yang telah digunakan di Indonesia dan perbedaan efikasi hingga efek sampingnya.
Vaksin Sinovac
1. Efikasi
Baru-baru ini, vaksin Sinovac mendapat izin penggunaan darurat (EUL) dari WHO. Artinya, Sinovac dinilai memenuhi standar persyaratan internasional terkait mutu dan keamanannya.
Berdasarkan hasil uji klinis, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan efikasi Sinovac sebesar 65,3 persen. Angka ini memenuhi persyaratan WHO yakni di atas 50 persen.
Riset awal pada tenaga kesehatan di DKI Jakarta yang mendapatkan vaksin Sinovac menunjukkan efektivitas di dunia nyata sebesar 90 persen lebih.
2. Efek samping
Uji klinis di Bandung menunjukkan efek samping Sinovac bersifat ringan hingga sedang. Efek samping lokal yang umum biasanya akan merasakan nyeri, indusrasi atau iritasi, badan kemerahan dan pembengkakan.
Sedangkan efek samping yang sistemik seperti myalgia atau nyeri otot, fatigue atau atau kelelahan dan merasa demam.
3. Dosis dan interval penyuntikan
Vaksin COVID-19 Sinovac memiliki dosis 0,5 ml per penyuntikan, dengan jarak penyuntikan pertama hingga kedua 28 hari pada dewasa berusia 18-59 tahun.
Vaksin AstraZeneca
1. Efikasi
Mengacu pada studi di Lancet, uji klinis tahap ke-3 di Brasil, Afrika Selatan, dan Inggris menunjukkan efikasi vaksin COVID-19 AstraZeneca mencapai 70,4 persen.
Sedangkan WHO menyatakan vaksin AstraZeneca 63,09 persen mampu mencegah gejala pada infeksi COVID-19.
Baca juga: Jleb! Inikah Sindiran Menohok Menko Luhut Untuk Kaum Anti Vaksin?
2. Efek sampingKomnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menyatakan bahwa hingga Mei 2021, terdapat sekitar 9.000 kasus KIPI non-serius dan 18 kasus KIPI serius pasca penyuntikan vaksin AstraZeneca. Keluhan non-serius mencakup demam, nyeri, mual, hingga lelah.
Namun, vaksin AstraZeneca beberapa kali diduga memicu kasus pembekuan darah, terlebih pada penerima vaksin berusia muda.
3. Dosis dan interval pemberian
Penyuntikan dosis 1 dan 2 vaksin AstraZeneca bersela waktu 12 minggu atau sekitar 3 bulan. Penentuan waktu ini mengacu pada studi tentang interval paling tepat untuk efikasi vaksin terbaik.
"Interval antara 8-12 minggu berkaitan dengan efikasi vaksin yang lebih baik," terang WHO dalam laman resmi.
Vaksin Sinopharm
1. Efikasi
Uji klinik fase 3 yang dilakukan pada lebih dari 42.000 subjek di Uni Emirat Arab dan beberapa negara menunjukkan, efikasi vaksin Sinopharm sebesar 78,02 persen. Berdasarkan pengukuran imunogenitas vaksin setelah 14 hari penyuntikan dosis ke-2, 98,09 persen orang dewasa dan 97,62 persen lansia mengalami pembentukan antibodi.
Terkait imunogenesitas, 99,52 persen orang dewasa dan 100 persen lansia menunjukkan pembentukan antibodi yang dapat menetralisasi virus SARS CoV-2.
2. Efek samping
Kepala BPOM, Penny K Lukito menyebut, efek samping vaksin Sinopharm bisa ditoleransi dengan baik. Frekuensi kejadian masing-masing efek samping adalah 0,01 persen atau sangat jarang.
Efek samping lokal ringan mencakup rasa sakit dan kemerahan. Sedangkan efek samping sistemik mencakup sakit kepala, nyeri otot, diare, dan batuk.
3. Dosis dan interval penyuntikan
"Indikasi yang disetujui adalah untuk membentuk antibodi yang memberikan kekebalan untuk melawan virus SARS CoV-2 dan mencegah COVID-19 pada orang dewasa di atas 18 tahun, dengan pemberian 2 dosis pada durasi 21-28 hari," jelas Penny dalam keterangan resmi, Jumat (30/07/2021).
Keterangan Menteri Kesehatan pada 11 Mei 2021 menyatakan, 1 dosis vaksin Sinopharm dalam program Gotong Royong seharga Rp 321.660 (tiga ratus dua puluh satu ribu enam ratus enam puluh rupiah), dengan tarif pelayanan vaksinasi sebesar Rp 117.910 per dosis.
Masyarakat pun dihimbau agar tidak perlu takut dalam menerima vaksi baik itu Sinovac, AstraZeneca, maupun Sinopharm, karena semua sudah teruji klinis. Serta demi segera menciptakan herd immunity dan menekan angka penularan COVID-19.
(rzlth)