DREAMERS.ID - Filler merupakan salah satu perawatan estetika yang populer. Filler merupakan suatu tindakan memperbaiki area wajah dengan teknik mengisi bagian yang dirasa kurang. Tujuannya untuk memperbaiki bentuk wajah atau perbaikan secara estetika.
Namun, selain dijadikan sebagai perawatan estetika, treatment filler ini juga bisa digunakan sebagai tindakan medis dan beberapa tindakan yang melibatkan tujuan psikis.
Hal ini disampaikan langsung oleh Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dr Dikky Prawiratama, SpKK. Menurutnya, di kalangan masyarakat memang filler sangat terkenal, seperti membuat bibir terlihat lebih bervolume, hidung terlihat lebih mancung, atau membuat dagu lebih lancip dan lebih panjang.
"Padahal, filler juga bisa dimanfaatkan untuk dunia medis. Tidak secara khusus memang, tapi kandungan yang ada di dalam filler, dimanfaatkan juga untuk pasien osteoporosis," terangnya dilansir dari Okezone
Dalam filler, terkandung asam hialuronat yang dapat berfungsi sebagai penahan kandungan air dalam kulit. Bahkan, asam ini juga diproduksi di dalam tubuh manusia, tapi karena seiring bertambahnya usia, produksi asam ini menjadi tidak maksimal.
Selain fungsi estetika, asam hialuronat ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk membantu menghidrasi sendi. Tidak sampai menyembuhkan osteoporosis, namun dapat mengurangi efek sakit yang ditimbulkan dari osteoporosis.
Baca juga: Super Junior Tutup Tur Konser SUPER SHOW SPIN-OFF : Halftime di Jakarta dengan Panggung Spektakuler
Hal ini terjadi karena di setiap sendi tulang terdapat pelumas yang menjadi unsur penting dalam pergerakan tulang yang aktif. Biasanya bagi para penderita osteoporosis mengalami penipisan pelumas dan asam hialuronat tersebut."Jadi, bukan mengatasi osteoporosisnya tetapi membantu mengembalikan pelumas sendi tulang para pasien osteoporosis yang mana dengan begitu aktivitas tulang mereka jadi kembali baik dan meminimalisir rasa nyeri akibat pengeroposan tulangnya," papar dr Dikky.
Sementara, dr Dikky menjelaskan jika tindakan filler ini juga berguna pada mereka yang memiliki masalah kulit sebelumnya. Dia menceritakan bahwa ia pernah menangani pasien yang masih berusia muda dengan kondisi Skleroderma yang mana kondisi itu membuat kulit wajah pasien mengeras.
"Alhasil, kita lakukan tindakan pengisian wajah dengan filler ini supaya si anak mau kembali ke sosialnya dan merasa percaya diri dengan tubuhnya," ungkap dr Dikky.
Dokter Dikky juga menjelaskan jika pasien tersebut sering dibully karena kelainan yang dimiliki. Dengan segala macam pertimbangan dan memang ada masalah kulit sebelumnya, tindakan filler dapat dilakukan.
Walaupun, harus ditekankan juga jika tindakan ini harus dilakukan dengan tenaga ahli profesional agar hasilnya dapat memuaskan dan meminimalisir risiko filler yang ternyata dapat mengakibatkan kebutaan.
(Rie127)