CHAPTER 1 : I Love You, Park Jiyeon
Di salah satu ruangan cukup luas sebuah apartement terlihat lima lelaki menikmati cemilan ringan sambil meminum wine. Mereka tampak bersenang-senang menghilangkan rasa jenuh dan bosan yang tengah dirasakan. Mereka duduk melingkari sebuah meja sedang dengan banyak cemilan dan lima botol wine di atasnya.
“Hyung! Seharusnya malam Minggu seperti ini kau ajak kencan gadis barumu.” Celetuk lelaki paling muda diantara mereka, Lee Taemin.
“Kalian tahu? Kemarin sore aku sudah bertemu gadis baru Choi Minho.” sela lelaki lain, Jonghyun yang duduk di sebelah lelaki tampan yang sedang menuangkan wine ke dalam gelas kosongnya.
“Bagaimana bisa?” tanya lelaki yang duduk di seberangnya, Onew.
“Kemarin aku tidak sengaja bertemu Minho dan gadisnya di kafe yang sering kita kunjungi.” Jawab Jonghyun.
“Jeongmal? Seperti apa dia?” tanya lelaki yang gayanya agak feminim, Key.
“Dia cantik, manis. Hanya saja.. apa menyenangkannya berkencan dengan gadis sepertinya? Dia terlihat menikmati dunianya sendiri dengan membaca buku fiksinya dan mengacuhkan Minho yang malah terus memandanginya. Membosankan.” Cerita Jonghyun mengingat kembali pertemuan pertama kali dirinya dengan Park Ji Yeon, pacar baru Choi Minho.
Minho yang mereka bicarakan malah tampak menikmati wine nya dan entah sudah berapa gelas yang sudah ia teguk habis.
“Jeongmal? Dia sudah menyia-nyiakan kesempatan berkencan dengan Minho. Dari banyak gadis yang berada di sekitar Minho, Minho malah memilihnya dan dia bersikap seperti itu pada Minho?” sahut Onew.
“Yang ku lihat seperti itu. Bahkan ketika Minho mengenalkanku padanya, dia hanya menyebutkan namanya dan tersenyum sekilas, lalu kembali membaca buku fiksinya. Itu tidak sopan sekali.” jawab Jonghyun dengan wajah tidak sukanya.
“Gadisku itu bukan tidak sopan, hanya saja dia tidak suka berbasa-basi, berbicara yang remeh-tameh dengan sembarang orang, apalagi orang yang baru ia kenal.” Sela lelaki yang sejak tadi mereka bicarakan, Choi Minho. Dia tidak suka orang lain menganggap buruk gadisnya. “Asal kalian tahu saja, betapa sulitnya aku meyakinkan dirinya bahwa aku sungguh ingin menjadikannya sebagai gadisku. Aku sudah mengenalnya sejak empat tahun yang lalu dan perlahan mendekatinya. Park Ji Yeon adalah satu-satunya gadis yang berhasil menggetarkan hatiku.” Cerita Minho.
“Jeongmal? Kau butuh waktu selama itu untuk mendekatinya?” sahut Key tidak percaya.
“Seorang Choi Minho membutuhkan waktu selama itu untuk mendapatkan gadisnya? Kalau aku jadi dirimu, lebih baik aku cari gadis lain daripada menunggu gadis yang tidak pasti.” Timpal Jonghyun.
“Aku kan sudah katakan kalau hanya Park Ji Yeon yang sukses menggetarkan hatiku. Aku tidak mungkin mengejar-ngejar gadis yang tidak ku cintai.” Minho bernafas pelan. “Yang terpenting usahaku membuahkan hasil. Park Ji Yeon sudah menjadi gadisku, yaa… meskipun aku masih merasa tidak benar-benar dekat dengannya karena dia itu tidak pernah mau menceritakan apapun yang berhubungan tentang dirinya dan keluarganya.” Lanjutnya. Ia masih merasa harus berusaha keras untuk menjadi lelaki yang mendapat kepercayaan gadis yang ia cintai, Park Ji Yeon. Ia ingin menjadi satu-satunya lelaki yang menjadi tempat sandaran keluh-kesah, membuat nyaman dan tawa di wajah cantik Park Ji Yeon yang selama ini selalu ia bayangkan di kepalanya. Dia sangat tergila-gila pada Park Ji Yeon.
“Introvert?” celetuk Taemin, membuat ke empat lelaki yang lebih tua darinya itu memandang padanya. “Dia gadis introvert, cenderung tertutup. Ia tidak akan menceritakan apapun ataupun yang bersifat pribadi pada orang lain, kecuali mungkin pada orang yang memang ia percaya. Dia sulit bersikap terbuka pada setiap orang. Gadis itu terlihat menganggap Jonghyun hyung merasa tidak penting ketika perkenalan kalian, sepertinya itu sudah menjadi bagian dari psikologi mereka.” cerita Taemin, dia terlihat seperti lelaki dewasa.
“Ne, gadisku itu memang sangat tertutup bahkan pada temannya sendiri. Tapi.. bagiku dia adalah gadis terbaik untukku. Dia memang bukan type gadis yang cerewet dan menceritakan banyak hal pada semua orang. Namun, ketika bola mata kami bertemu.. Kalian tahu? Aku merasakan electric shock.” Timpal Minho, lalu tertawa sambil meneguk sisa wine di dalam gelasnya. “Sebenarnya, kemarin malam aku sudah mencoba untuk mengajak Ji Yeon kencan untuk pertama kalinya denganku, tapi Ji Yeon menolak. Dia bilang, dia tidak suka banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Yaaa… karena aku ingin menjadi pacar yang memahaminya, aku hanya mengangguk saja.” Minho menghembuskan nafasnya pasrah.
Ke empat temannya tampak merasa iba pada kisah cinta Choi Minho bersama gadis yang bernama Park Ji Yeon hingga mereka hanya diam menjadi pendengar yang baik bagi Choi Minho.
“Terkadang aku merasa sangat tersiksa dengan cara kami berkencan. Sikapnya tidak berbeda sejak status kami hanya teman hingga menjadi sepasang kekasih. Bahkan ketika aku ingin meraih jari-jemarinya saja, dia menghindar.” Curhat Minho.
“Minho, kau yakin akan bertahan mengencani gadis introvert sepertinya? Itu membosankan. Kau yakin dia juga mencintaimu?” tanya Jonghyun, ia ingin tahu seberapa serius Choi Minho mengencani gadis yang tergolong ‘introvert’, Park Ji Yeon.
“Tentu saja, aku serius mengencaninya. Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku akan membuatnya merasa nyaman bersamaku.” Tegas Minho penuh optimis. Ia kembali mengangkat gelas yang ia kira masih terisi wine dan meminumnya. “Oh shit!! Gelasnya kosong!! That sucks.” Desisnya.
Ke empat temannya berusaha mendukung pilihan Choi Minho. Mereka sebagai teman yang baik hanya berharap Minho selalu mengambil langkah yang tepat terutama mengenai gadis yang akan menjadi calon pendampingnya kelak.
***
Pagi ini Minho sengaja menjemput Ji Yeon di rumahnya untuk berangkat ke kampus bersama. Suasana begitu hening tanpa satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. Minho, dia terlihat bosan dan Ji Yeon, dia tampak diam kaku dengan pandangannya lurus ke depan. Ji Yeon tidak tahu harus berbuat apa hingga akhirnya Ji Yeon lah yang membuka pembicaraan, “Minho sunbae, ku rasa sebaiknya kita putus saja….” Deg!! Menusuk jantung Minho hingga ia injak rem mobil mendadak. “Sunbae, berhak mendapatkan gadis yang lebih baik. Aku tidak pantas untukmu.” Lanjutnya tanpa menoleh pada Minho yang kini tengah memandangnya tanpa kata. Ia terlampau terkejut dengan kata ‘putus’ yang tiba-tiba terlontar di mulut mungil gadisnya itu.
Minho merasakan lidahnya begitu kelu seketika hingga ia butuh beberapa saat terdiam dan kembali menyahut, “Kita baru berkencan dan kau mau putus dariku? Ayolah Park Ji Yeon, kau tidak sungguh-sungguh mengatakannya? Kita baru saja memulai dan kau….”
“Mianhae sunbae.. Ku pikir, kau memang tidak cocok bersama gadis sepertiku. Kau pasti merasa bosan berkencan denganku.” Sela Ji Yeon, sepertinya ia mulai meragukan Minho yang sudah mengencaninya.
“Tidak mau! Aku tidak mau putus darimu!” Minho kembali melajukan mobilnya. “Kau tidak usah cemas kalau aku akan mempermainkanmu. Aku bukan type lelaki seperti itu. Sekarang aku tanya, apakah selama ini kau pernah melihatku menanggapi setiap gadis yang mendekatiku? Apakah kau pernah melihatku mendekati gadis lain selain dirimu selama ini?” Minho terus meyakinkan Ji Yeon bahwa dirinya memang tidak main-main. “Lagi pula aku tidak pernah bosan walau hanya memandang wajahmu.” Timpalnya dan membuat ke dua sisi pipi Ji Yeon merona.
“Sunbae.. kalau sunbae sudah merasa bosan mengencani gadis sepertiku, kau bisa katakan…”
“Tidak! Park Ji Yeon, aku tidak akan pernah bosan padamu. Arraseo! Jadi, mulai sekarang aku tidak mau mendengarkan kata-kata perpisahan darimu.” Sela Minho dengan tegasnya.
Ia sudah mendekati Ji Yeon secara perlahan selama empat tahun sebelum akhirnya Ji Yeon menerimanya sebagai kekasih. Ia tidak mungkin mundur begitu saja. Ia ingin memenangkan hati Ji Yeon sesungguhnya.
***
Minho dan Ji Yeon tampak memasuki kampus bersama-sama. Hampir semua orang yang mereka temui menyapa mereka, tepatnya menyapa Minho yang memang mahasiswa populer dan digilai banyak gadis. Ji Yeon, gadis cantik ini mau tidak mau harus ikut populer karena ia sering didekati oleh Minho dan membuat iri banyak gadis.
“Ji Yeon…” Minho memanggil nama Ji Yeon lembut.
“Ne?” sahut Ji Yeon pendek.
“Kau tahu kan kalau aku sudah menyukaimu sekian lama. Kau itu salah satu tujuan hidupku. Membuatmu bahagia adalah impianku. Bisakah kau belajar mencintaiku? Aku.. aku tidak tahu apa yang akan ku lakukan untuk melanjutkan hidupku seandainya aku kehilanganmu.” Ungkap Minho dengan gamblangnya menyentuh hati Ji Yeon, sayang Ji Yeon terlalu pintar menyembunyikan perasaannya hingga yang terlihat hanya raut wajah cantik tanpa reaksi.
“Minho sunbae!!” teriak seorang gadis cantik dari belakang. Gadis cantik itu tampak berlari menghampiri Minho dan Ji Yeon yang kini sudah berbalik ke arahnya.
“Minho sunbae!” ulangnya memanggil nama Minho setelah ia berdiri tepat di hadapan lelaki yang sejak tadi ia panggil.
“Ada apa Krystal-ssi?” tanya Minho pada gadis di hadapannya. Dia adalah Jung Soojung, tapi lebih dikenal dengan nama Krystal. Semua orang di kampus sudah tahu kalau Krystal menaruh hati pada Minho dan sangat berharap Minho menganggapnya lebih dari sekedar teman.
Krystal tersenyum seraya mengatur nafasnya yang tersengal-sengal akibat berlari sebelumnya.
Ji Yeon hanya bisa diam tanpa niat memandang Minho atau Krystal yang tengah saling berhadapan dan saling pandang. Ada rasa tidak suka di benaknya ketika Minho menatap gadis lain selain dirinya.
“Aku hanya ingin memastikan sesuatu.” Ucap Krystal dengan nafasnya yang mulai teratur. “Saat ku dengar khabar hari ini. Sulit untukku percaya. Maka, aku harus menemuimu dan mendengarkan langsung darimu.”
“Apa maksudmu?” tanya Minho yang belum mengerti kemana arah pembicaraan salah satu gadis yang menggilainya ini.
“Kalian berpacaran?” tembak Krystal tanpa basa-basi seraya memandang Minho dan Ji Yeon secara bergantian.
Ji Yeon masih memandang ke arah lain dan pura-pura tidak mendengar pembicaraan Minho dan Krystal.
“Maksudmu aku dan Ji Yeon?” tanya Minho dan dibalas beberapa anggukkan kepala oleh Krystal.
“Memang benar. Aku dan Ji Yeon, sekarang kami sudah menjadi sepasang kekasih.” Tegas Minho. Ia tersenyum dan Krystal bisa menyimpulkan sendiri lewat roman wajah Minho saat ini, Minho tidak sedang berbohong.
“Lalu, bagaimana denganku?” Krystal tampak mencuatkan bibirnya seperti anak kecil bahkan membuat Minho ingin menertawainya.
“Kau mau menyalahkanku?” tanya Minho acuh. Dia tidak peduli kalau Krystal akan patah hati, lagipula selama ini dia sudah tahu kalau gadis yang ia cintai hanyalah Park Ji Yeon.
“Tidak! Aku tidak akan menyalahkanmu. Aku terlalu pongah untuk menangisi hubunganmu bersamanya.” Krystal melirik sebal ke arah Ji Yeon yang masih enggan ikut campur dalam pembicaraan Minho dan Krystal. “Aku yakin hubungan kalian tidak akan bertahan lama.” Ucapnya tajam seraya melirik Ji Yeon, lalu kembali menatap Minho. “Sunbae pasti tidak akan tahan berkencan dengan gadis sepertinya. Dia itu bukan gadis yang menyenangkan.” Timpalnya. Ia berlari meninggalkan Minho dan Ji Yeon begitu saja.
Minho menoleh pada Ji Yeon yang masih mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia bisa melihat jari-jemari Ji Yeon yang tampak bermain-main di sekitar tali tas selendang cokelat kesayangannya. Rasanya, ia ingin sekali meraihnya dan menyelipkan jari-jemarinya bersama jari-jemari milik Ji Yeon. Namun, ia takut penolakan seperti yang sering Ji Yeon lakukan sebelumnya.
“Ji Yeon, kajja aku antarkan kau ke kelasmu.” Tawar Minho.
Ji Yeon membalikan tubuhnya tanpa menyahut tawaran Minho dan berjalan duluan meninggalkan Minho yang hanya tersenyum, lalu menyusul langkah Ji Yeon dari belakang.
***
Seorang lelaki tampan dengan sikap dingin yang sering ia tunjukkan pada orang lain. Dia terlihat berjalan menelusuri koridor kampus dengan ke dua tangan ia selipkan ke dalam ke dua sisi kanan dan kiri celananya. Ia tidak peduli dengan tatapan penuh kesima yang ditunjukkan para gadis yang ia temui, ia tetap memasang wajah dingin seraya mendengarkan i-pod tanpa musik melalui headset di telinganya.
Di arah berlawanan tampak Minho dan Ji Yeon yang berjalan bersama, entah mengapa membuat sepasang mata milik lelaki itu menajam dan terlihat tidak suka dengan kebersamaan Minho dan Ji Yeon.
“Hi! Kris!” sapa Minho ketika bola mata mereka saling bertemu.
“Hi!” balas lelaki itu, Kris seraya menatap sekilas Ji Yeon yang juga memandangnya dalam diam. “Ku dengar, kalian berpacaran?” tanyanya.
“Ne, kami sudah resmi pacaran.” Jawab Minho dengan senyuman bangganya.
“Berbahagialah. Sampa jumpa lagi.” Kris pun melewati Minho dan Ji Yeon begitu saja.
“Ji Yeon.” Minho kembali memanggil nama gadisnya itu.
“Ya?” sahut Ji Yeon pendek.
“Entah hanya perasaanku atau bagaimana, aku melihat sorot kesedihan di matamu setiap kali memandang Kris.” Ujar Minho agak ragu dengan pertanyaan yang ia lontarkan pada gadisnya itu.
“Hanya perasaanmu saja.” Jawab Ji Yeon pendek dan kembali berjalan lebih dulu meninggalkan Minho dengan rasa penasaran di benaknya.
Selama ini Minho memang selalu berada di sekitar Ji Yeon, memang ada beberapa lelaki yang sempat mendekati Ji Yeon dan ia bisa melihat tatapan kesedihan yang selalu terpancar lewat mata indah gadisnya setiap kali memandang Kris, teman seangkatannya. ‘Apakah Ji Yeon diam-diam menyukai Kris?’ pertanyaan itu tiba-tiba muncul di pikirannya. Apalagi tahun lalu, Kris dan Ji Yeon sempat menjadi partner di kompetisi dance yang sering diadakan setiap tiga tahun sekali di kampus dan dipilih langsung oleh Rektor hingga mereka menjadi ‘The Best Couple Dance’ saat itu.
***
Ji Yeon tampak berdiam diri, hanya berdiri memandang dirinya sendiri di sebuah cermin besar di ruang koreografi kampus. Hingga seorang lelaki masuk ke dalam ruangan dan berdiri di samping Ji Yeon. Ia memandang sosok Ji Yeon di dalam cermin besar.
“Kau berpacaran dengan Minho?” tanya lelaki itu tanpa basa-basi.
“Ne, saem. Minho memintaku untuk belajar mencintainya.” balas Ji Yeon seraya tersenyum simpul pada lelaki yang ia sebut sebagai ‘saem’.
“Berhati-hatilah dengan cinta.” Pesannya dan terdengar tidak asing di telinganya. Ji Yeon pernah mendengar kata-kata itu dari seseorang. “Ku kira sejak kau dan Kris dipasangkan menjadi partner dance tahun lalu, hubungan kalian akan terjalin lebih dari sekedar teman atau hunbae dan sunbae. Kalian berdua terlihat nyaman satu sama lain. Park Ji Yeon yang begitu tertutup bisa menunjukkan senyum, tawa dan bercerita lepas pada seorang lelaki dingin seperti Kris. Kau terlihat nya….”
“Stop Donghae saem!” sela Ji Yeon yang tampak tidak suka dengan topik obrolannya bersama lelaki yang masih berdiri di sampingnya seraya tersenyum memandang raut wajah Ji Yeon yang sedikit berekspresi sebal. “Aku tidak suka saem membicarakan Kris sunbae di hadapanku.” Timpalnya.
Donghae hanya tertawa dan kembali menyahut, “Arraseo arraseo. Tapi setidaknya biarkan aku menuntaskan omonganku dulu.”
“Arraseo. Aku akan mendengarkannya untuk kali ini.” jawab Ji Yeon malas karena ia yakin Donghae masih ingin membahas soal Kris padanya.
“Ketika itu kau terlihat nyaman bersama Kris. Ahh iyaa… dulu bukankah kau sempat bilang padaku kalau kau sedang jatuh cinta pada seseorang? Ku kira lelaki yang beruntung itu adalah Kris karena kau mengatakannya beberapa hari setelah kau dan Kris selesai menjadi partner dance. Benar?” Donghae tampak yakin dengan dugaannya itu.
“Saem… Ku mohon jangan membahas tentang Kris sunbae apalagi cinta.” Rengek Ji Yeon. Ia terlihat sangat nyaman berbicara dengan Donghae.
“Ku kira lepas dari cinta sangat sulit. Kau ingat Hyomin?”
“Ne, tentu saja. Hyomin saem kan juga tutor dance ku tahun lalu. Saem mau bilang, kalau saem belum bisa melupakan Hyomin saem yang kini entah kemana? Kalau saem masih belum bisa melepaskan Hyomin saem, kenapa saem tidak mencoba untuk mencarinya?” cerewet Ji Yeon Ia memang sangat nyaman berbicara dengan Donghae dan tanpa mereka sadari Kris tampak menguping pembicaraan mereka di balik pintu.
“Ji Yeon, lepas dari cinta itu memang sangat sulit. Tapi lebih sulit lagi kalau jatuh dalam sebuah pengkhianatan.” Balas Donghae sedih dan kecewa.
“Arraseo. Aku tahu. Aku tahu Donghae saem sangat mencintai Hyomin saem waktu itu. Tapi, tiba-tiba Hyomin saem menghilang begitu saja ketika Donghae saem memergoki Hyomin saem sedang berkencan dengan lelaki lain. Itu menyedihkan.” Iba Ji Yeon pada Donghae.
“Ne, aku terlalu bodoh percaya pada cinta dan kata-katanya. Semua janjinya yang akan tetap bersamaku ikut menguap begitu saja.” Kemudian Donghae menunjukkan seulas senyumnya. Ia tidak mau dianggap lelaki lemah oleh muridnya itu. “Mungkin Hyomin bukan jodohku.” Lanjutnya.
‘Jatuh dalam sebuah pengkhianatan memang lebih sulit dan sakit. Itu yang aku rasakan.’ Batin Ji Yeon merenung.
“Lebih baik kau ganti pakaianmu. Kau mau menari dengan pakaian seperti itu?” Donghae tampak mengamati penampilan Ji Yeon dari ujung rambut hingga ujung kaki yang mengenakan t-shirt polos warna biru muda dilapisi cardigan rajut berwarna biru tua, celana jinz hitam dan sepatu snaekers serta rambut panjang bergelombangnya yang dibiarkan tergerai cantik.
“Arraseo.” Ji Yeon tersenyum ketika Donghae mengusak rambutnya dengan gemas. Mereka sudah seperti kakak dan adik yang membuat iri banyak orang karena kedekatan mereka terutama Minho.
Kris tampak tertunduk. Ingatannya kembali pada segelintir kenangan yang pernah ia lewati bersama Ji Yeon. ‘Ma’afkan aku Ji Yeon.’ batinnya, lalu pergi berlalu begitu saja.
***
Flashback on
Hari sudah cukup gelap, di ruang koreografi Kirin University masih terlihat seorang lelaki yang tengah mendekap hangat gadis cantik di pelukannya. Mereka adalah Kris dan Ji Yeon yang baru saja menyelesaikan latihan ‘couple dance’ mereka beberapa menit yang lalu.
“Ji Yeon…” Kris memanggil nama Ji Yeon dengan lembutnya membuat Ji Yeon tidak bisa menyembunyikan senyum serta rona merah di ke dua sisi pipinya.
“Ne?” sahut Ji Yeon sangat manis.
“Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan sedekat ini denganmu. Kau memiliki hatiku, Park Ji Yeon.”
“Jeongmal?”
“Ne, ku rasa aku jatuh cinta padamu.”
“Kau jatuh cinta padaku?”
“Ya.. setelah aku tahu kau sama sekali tidak manaruh hati pada Choi Minho, ku rasa jawabannya iya. Aku jatuh cinta padamu.”
Ji Yeon tersenyum manis mendengar kata cinta kembali terlontar di mulut Kris yang kini memandangnya dengan senyuman.
“Kau tahu?” Kris melekatkan keningnya pada kening Ji Yeon membuat jarak mereka begitu dekat.
“Sebelumnya aku tidak pernah membuka hati untuk siapapun. Kau.. itu berbeda. Kau sangat memahamiku dan aku nyaman bersamamu.” Kris tampak memiringkan kepalanya ke arah kanan hingga kening mereka tidak lagi saling melekat. “Aku tak pernah benar-benar mencintai seseorang. Tapi dirimu…..” ‘Chu˜’ Kris melekatkan bibirnya di bibir mungil Ji Yeon dan membuat mereka menutup mata seketika, membiarkan bibir mereka saling bertautan dan berbalas lumatan lembut cukup lama. Deep and long kiss. “Kau gadis satu-satunya yang membuatku merasakan perasaan mencintai seseorang.” Ungkapnya selepas ciuman mereka membuat Ji Yeon tersenyum dan hanya bisa menghempaskan tubuhnya ke dalam pelukan hangat Kris. Kris ikut tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada Ji Yeon.
Flashback of
***
Minho dan teman-temannya terlihat baru saja keluar dari ruang musik. Minho selalu menebar senyum seperti biasanya. Ia begitu hangat pada semua orang.
“Hei Choi Minho! Kau membuat geer gadis-gadis itu.” celetuk Suho, lelaki tidak kalah tampan yang berjalan di sampingnya.
“Aku hanya tersenyum pada mereka dan membalas sapaan mereka. Aku hanya bersikap ramah pada mereka.” sahut Minho dengan entengnya.
“Ne ne ne ne.” nyanyian Suho. “Bagaimana perkembangan hubunganmu dan Ji Yeon?” tanyanya.
Minho menghembuskan nafas pendek dan menjawab, “Kau tahu? Tadi pagi hampir saja kami putus.”
“Mwo? Putus? Kalian baru berkencan beberapa hari terakhir ini kan? Kalian pikir cinta itu game apa?” sahut Suho tidak menduga.
“Sepertinya aku masih harus berusaha keras untuk membuat Ji Yeon nyaman bersamaku. Aku bingung, kenapa dia bisa akrab dengan Donghae songsaenim? Sedangkan denganku? Bahkan kami sudah saling kenal sejak di Senior High School. Menurutmu Ji Yeon akan membalas perasaanku suatu saat nanti?”
“Ntahlaah.. Aku bukan Tuhan yang tahu segalanya. Ji Yeon itu sangat tertutup dan terlihat memilih-milih teman. Kau bisa lihat sendiri kan, selama ini Ji Yeon tidak dekat dengan siapapun selain Donghae songsaenim.”
“Ne, kau benar.” Senyum Minho memudar seketika.
“Lalu, rencanamu apa? Kau akan tetap mengejar-ngejar Ji Yeon sampai dia membalas perasaanmu begitu? Melelahkan sekaliiii.. Padahal banyak gadis cantik yang menyukaimu, tapi kau malah mengejar-ngejar gadis arogan sepertinya.” bawel Suho.
“Yak!! Jangan menilai seseorang hanya dalam penampilannya saja. Ji Yeon itu hanya sedikit tertutup bukan berarti arogan. Dia itu tidak sepertimu yang berbicara sambil berpikir. Ji Yeon itu gadis yang berpikir sebelum bicara. Dia tidak suka bicara yang tidak punya arah tujuan.” Sangkal Minho.
“Arraseo. Kau lebih tahu Ji Yeon daripada aku. Tapi, Ji Yeon memang seperti itu, terlihat dingin dan tenang, seperti tidak punya masalah. Tidak cerewet seperti kebanyakan gadis. Ji Yeon itu seperti Kris versi perempuan.” Diakhiri dengan celetukan yang terlontar begitu saja di mulut Suho, membuat perasaan Minho sedikit terusik ketika mendengar nama Kris jika disangkut-pautkan dengan Ji Yeon.
***
Di sebuah rumah pohon yang ada di belakang kampus, disana ada Kris yang tengah tertidur, tepatnya hanya memejamkan mata hingga terdengar berisik suara beberapa gadis yang mengganggu ketenangannya dan memaksanya membuka mata karena tidak tahan dengan teriakan gadis-gadis yang tengah mengeroyok seorang gadis yang hanya diam, mengacuhkan gadis-gadis yang tengah mengelilinginya dengan tatapan tidak suka.
“Hei!! Park Ji Yeon!! Kau apakan Minho sunbae sampai dia masih belum berhenti mengejar-ngejarmu dan bahkan sekarang kalian berpacaran? Huhh?” sembur salah gadis cantik berambut sebahu berponi berwarna pirang dengan tatapan sebalnya pada Ji Yeon, namanya Jiyoung.
“Apa hebatnya dirimu huhh? Sampai-sampai Minho sunbae sangat menyukaimu. Kau pikir, kau gadis hebat?” timpal gadis cantik lainnya, Suzy.
“Ne, kau pikir kau ini siapa? Kenapa Minho sunbae begitu menyukaimu? Lebih baik kau jauhi Minho sunbae, atau kami akan terus mengganggumu. Kami tidak akan berhenti mengganggumu kalau kau menjauhi Minho sunbae.” Ancam gadis cantik lainnya, Sulli.
“Tsk! Bicara saja tidak bisa, apalagi membela dirinya sendiri. Park Ji Yeon.. kau ini benar-benar menyebalkan yaa. Kau pikir ancaman kami selama ini hanya sebatas gertakan saja?” bentak gadis cantik lainnya, Minah.
“Hei!! Kalian berisik sekali.” terdengar teriakan Kris di atas rumah pohon membuat Ji Yeon, Jiyoung, Suzy, Sulli dan Minah mendongakan kepalanya dan memandang Kris dengan tatapan dingin dan tajamnya.
“Kris sunbae!!!” teriak mereka kecuali Ji Yeon. Wajah gadis-gadis itu kecuali Ji Yeon tampak tersenyum berbinar memandang Kris dari bawah pohon.
“Pergilah kalian! Kalian mengusik ketenanganku saja.” Ketus Kris, membuat gadis-gadis itu kecuali Ji Yeon mendengus kesal.
“Park Ji Yeon!! Kali ini kau selamat. Lihat saja nanti kalau kami masih mendengar kau masih dekat-dekat dengan Minho sunbae, kami akan bertindak lebih dari sekedar teguran.” Ancam Suzy menatap rendah ke arah Ji Yeon yang hanya diam saja. “Girls, kajja kita tinggalkan tempat ini.” Suzy dan teman-temannya pun meninggalkan Ji Yeon dengan tatapan sebal di wajah mereka.
Kris masih berada di atas rumah pohon dan memandang Ji Yeon yang masih belum beranjak pergi di tempatnya.
“Hei! Sampai kapan kau ada berdiri disana? Pergilah.” Kris mengusir Ji Yeon dengan gaya dinginnya.
Ji Yeon masih tidak bergeming.
“Hei! Kau tidak mendengarku.” Ulang Kris.