CHAPTER 1 : It's Begin
Part 1
_A CHILD’S DIGNITY_ [IT’S BEGIN]
Malam ini, mungkin tengah menjadi hari bahagia bagi pasangan beda usia Choi Yoon dan Im Meahri. Terpaut perbedaan 17 tahun diantara mereka tidak menyurutkan langkah Meahri untuk mengejar cinta Yoon, seorang duda yang notebene adalah sahabat karib oppanya, Im Taesan. Meski awalnya Yoon menolak mentah-mentah semua perhatian yang Meahri berikan. Tapi pada akhirnya hatinya luluh dan memohon pada sang teman, Taesan untuk merestui hubungan mereka. Karena dari awal Taesan pun tidak setuju Meahri yang selalu mengejar-ngejar Yoon. Alasannya? Apalagi kalau bukan perbedaan usia mereka. Sudahlah, itu segelintir kisah Yoon dan Meahri yang penuh lika-liku dan berakhir bahagia.
Malam semakin indah dengan petikan gitar dan alunan suara seorang namja tampan bernama Lee Jonghyun atau yang biasa disapa Collin mampu membius pasangan pengantin dan tamu undangan. Demi Meahri – nuna yang pertama kali ia suka setiba di Seoul beberapa bulan yang lalu. Collin bersedia memenuhi keinginan Meahri yang memintanya bernyanyi di hari bahagia gadis itu. Walau hati Collin sebenarnya tidak bisa dipungkiri tengah tersayat. Tapi, ia juga tau seberapa keras usaha Meahri untuk mendapatkan hati Yoon, sahabat karib ayahnya - Lee Dojin.
Lee Dojin, Choi Yoon, Im Taesan, dan Lee Jungrok sudah bersahabat sejak duduk di bangku menengah atas. Bahkan di usia mereka yang sudah lewat 40 tahun persahabatan itu tidak pernah lekang. Jungrok yang pertama kali melepas masa lajangnya di usia 22 tahun dengan menikahi seorang gadis yang terpaut 3 tahun diatasnya. Pernikahannya membuahkan seorang putri cantik yang kini tengah menetap di Jerman sejak usia 10 tahun. Berbeda dengan Yoon dan Jungrok yang sudah menikmati indahnya berumah tangga, Lee Dojin dan Taesan sampai sekarang belum menikah. Walau begitu, setidaknya Dojin memiliki seorang putra berusia 19 tahun, Collin. Kehadiran Collin memang sangat tiba-tiba di kehidupan Dojin. Collin mengaku pada pada empat sekawan itu bahwa mungkin ia adalah anak salah satu dari mereka. Ia pergi dari Jepang ke Seoul hanya untuk mendapati kebenaran siapa ayah kandungnya.
Akhirnya, kebenaran terungkap. Dojin adalah ayah biologis Collin. Ibu Collin sengaja menyembunyikan Collin karena takut membebani Dojin yang saat itu mungkin belum siap menerima kehadiran seorang anak di masa mudanya. Ia pergi ke Jepang lalu menikah dengan seorang pria asing.
Dojin meminta Collin agar tinggal bersamanya saja di Seoul. Ia juga meminta izin pada ibu Collin. Ibu Collin tidak keberatan. Semua tergantung pada Collin. Dan Collin setuju, ia akan tinggal dan meneruskan sekolahnya di Seoul. Dojin pun memberi nama Korea untuk puteranya itu, yaitu Lee Jonghyun.
Kembali ke pernikahan Yoon dan Meahri. Semua tamu memberikan stand applaus atas perform Jonghyun yang menyanyikan lagu ‘Illa Illa’ di iringi gitar. Jonghyun mencoba tersenyum dan menikmati pesta ini.
Disisi lain, seorang gadis dengan blazer berwarna hitam dan syal putih yang menutupi lehernya menatap Jonghyun yang tengah mengambil minuman. Perlahan ia mendatangi namja itu.
“Annyeong,” sapa gadis itu sambil tersenyum.
Jonghyun mengerutkan keningnya tampak berpikir, “Kau…!!!”
=FLASHBACK ON=
Dua orang namja tampan yaitu Lee Jonghyun dan Kim Woo Bin tengah sibuk melayani para ABG yang memesan makanan. Jonghyun dan Woo Bin agak kewalahan menghadapi mereka yang sibuk berebutan. Bahkan ada beberapa yang mengambil foto 2 namja ini. Sejak Jonghyun dan Woo Bin bekerja sebagai pekerja paruh waktu di restoran cepat saji ini, penjulan meningkat drastis. Entahlah, yeoja yang kebanyakan abg ini memang lapar atau hanya ingin melihat namja-namja tampan itu.
Seorang gadis yang baru saja tiba di Seoul hendak memesan makanan dan minuman sedikit terkejut mendapati pemandangan itu. Padahal ini masih jam 11 siang. Apa abg-abg itu benar-benar kelaparan? Pikirnya. gadis itu – Lee Jiyeon mengikat rambut panjangnya. Lalu duduk di bangku, ia mengurungkan niatnya untuk mengantre memesan makanan melihat keadaan yang begitu ramai. 15 menit berlalu, keadaan sudah sedikit tenang. Ia pun melangkah mendekati meja tempat memesan makanan. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang tidak sengaja menabraknya dari belakang.
“Jeonsohamnida,” ucap yeoja yang menabraknya.
Jiyeon hanya tersenyum simpul lalu mengambil kacamatanya yang terjatuh.
Yeoja yang menabrak Jiyeon – Meahri tersenyum bahagia melihat Jonghyun. Begitupun Jonghyun. Woo Bin melihat temannya lalu bertanya, “Nugu?”
“Gadis yang aku sukai,”
Perlahan Gyu Ri berjalan ke tempat Jonghyun. “Kelihatannya kau bahagia sekali,” sapa Jonghyun. Sementara itu Woo Bin ke bagian dapur karena pemilik resto memanggilnya.
“Geuromnyo. Bolehkah aku meminta hadiah padamu?” tanyanya.
“Hadiah untuk apa?” Jonghyun bertanya balik.
“Pernikahanku. Benyanyilah di hari pernikahanku.”
“Menikah?” wajah Jonghyun yang awalnya bahagia perlahan memudar ditutupi dengan kesedihan hatinya, lalu mencoba tersenyum kembali.
“Nde. Aku berhasil mendapatkannya.”
“Jinjja? Chukkae, aku akan bernyanyi di pernikahanmu, Nuna.”
Meahri tersenyum, biasanya gadis itu marah kalau Jonghyun memanggilnya nuna. Karena menurutnya itu menggelikan. Mereka lebih dulu kenal sebelum mengetahui kalau ternyata Jonghyun adalah anak teman oppa-nya.
Jiyeon tidak sengaja mendengar percakapan mereka, mengamati 2 orang yang tengah berbincang-bincang itu. Setelah Meahri pergi barulah ia memesan makanan sambil terus melihat Jonghyun dengan tatapan aneh. “Kau menyukainya..” ucap Jiyeon.
“Nde?”
“Yeoja tadi. Kau menyukainya kan?” tebak Jiyeon.
“Anda pesan apa Agassi?” tanya Jonghyun ramah tanpa memperdulikan pertanyaan Jiyeon.
“French fries dan pepsi blue.”
“Algyeseumnida.” Jonghyun dengan sigap mengambil makanan dan minuman yang di pesan Jiyeon.
“Semuanya 5000 won.”
Jiyeon mengambil beberapa lembar uang di dompetnya dan menyerahkannya pada Jonghyun “Ige.”
“Khamsahamnida,”
“Hey, jangan terlalu di pikirkan. Masih banyak yeoja di luar sana. Aratchi?” Jiyeon tersenyum memamerkan dimple pipinya, lalu pergi.
“Nugu?” tanya Woo Bin yang muncul tiba-tiba dan hanya sekilas melihat Jiyeon.
“Mulla.” Jonghyun menggedikkan bahunya.
=FLASHBACK OFF=
“Nde. kau ingat aku?” tanya Jiyeon.
“Kenapa kau disini? Kau mengikutiku?” selidik Jonghyun dengan mata sedikit memicing.
“Ani. Untuk apa aku mengikutimu? Aku disini karena ini adalah hari pernikahan teman ayahku. Ternyata kau cukup berani. Aku salut padamu. Kau benar-benar datang dan bernyanyi di hari pernikahannya. Daebak!” kata Jiyeon sambil mengacungkan dua jempol tangannya.
“Jangan ikut campur urusanku,” kata Jonghyun dengan nada kesal.
“Geure. Araseo.”
Pletak!!
“Ahh.” Jiyeon menjerit karena tiba-tiba mendapat jitakan di kepalanya. Lalu berbalik dan bersiap-siap mengumpat siapa yang berani memukulnya, “Appa, Eomma.!”
“Dasar anak kurang ajar. Kau pulang tidak mengabari kami, eoh?” tanya sang ayah, Jungrok.
“Mianhe Appa. Aku ingin memberi kalian kejutan. Surpriseee!!!” jawab Jiyeon sambil nyengir lalu memeluk ayah dan ibunya bersamaan.
“Lalu kenapa kau disini? Bukannya langsung menemui kami? Dan kalian sudah saling kenal?” tanya eomma Jiyeon sambil menunjuk Jonghyun.
“Ne.” // “Ani!” jawab Jiyeon dan Jonghyun bersamaan namun dengan jawaban yang berbeda.
“Aigoo! Jawaban apa ini?”
Jiyeon hanya memajukan bibirnya beberapa centi untuk mencibir Jonghyun sedangkan namja itu hanya mendengus kesal.
“Waeniriya?” sebuah suara mengejutkan mereka.
“Ahjussi!” pekik Jiyeon saat melihat Dojin.
“Nuguseo?” tanya Dojin.
“Ahjussi! Apa kau sudah benar-benar pikun sekarang?”
“Ani. Lee Jiyeon. Putri sang playboy Lee JungRok.” Dojin tersenyum jahil.
“YAA!!” Dojin mendapat tatapan tajam dari JungRok.
Jonghyun hendak pergi, “Kau mau kemana Jonghyun-ah?” tanya sang ayah. Dojin lebih suka memanggil puteranya itu dengan nama Jonghyun dari pada Collin.
“Aku keluar sebentar Appa. Disini terlalu pengap.”
“Appa?” Jiyeon terlihat bingung.
“Nde, dia putraku,” Jawab Dojin.
“Jeongmalyo Ahjussi?” Jiyeon tampak semakin tidak percaya.
“Eoh.”
“Kau tidak mengabariku kalau sudah menikah?”
“Ani. Aku belum menikah. Hanya..” Dojin ragu untuk menjawab.
“Arraseo. Aku sudah dewasa. Aku mengerti. Jadi, kalau dia putramu…” Jiyeon melihat Jonghyun lalu mengalihkan matanya ke tempat Meahri yang terlihat bahagia bersama Yoon ahjussi.
“Waeyo?” tanya Dojin.
“A..aniya..”
“Kau bertemu Jonghyun dimana?”
“Itu. Di res… hmbpp..” ucapan Jiyeon terhenti karena Jonghyun menutup mulutnya. Lalu membawa Jiyeon keluar bersamanya. Orang tua mereka hanya saling pandang lalu menggedikkan bahu.
Jiyeon menghempas tangan Jonghyun yang menutup mulutnya. “Aishh.. Mwo anneungoya?!” teriak Jiyeon.
“Ayahku tidak tau aku berkerja paruh waktu. Jadi, kau jangan coba-coba memberitahunya. Arasseo!”
“Yaa!! No—” ucapan Jiyeon terhenti karena mendengar sebuah suara.
“Aigoo~ kau Yeonni kan?” sapa Woo Bin yang tiba-tiba muncul.
Jiyeon menatap Woo Bin tanpa ekspresi. Ekspresi datar Jiyeon melihat Woo Bin membuat Woo Bin mendekat hingga jarak mereka hanya tinggal satu langkah, tetapi ekspresi gadis itu tidak berubah sedikit pun. Sedangkan Jonghyun sedikit tegang tentang apa yang akan Woo Bin lakukan selanjutnya. Woo Bin memajukan kepalanya dan memiringkannya sedikit hingga jarak mereka cukup dekat. Nafas Woo Bin bahkan sudah menerpa wajah Jiyeon.
”Mau apa kau?” tanya Jiyeon dengan santainya.
Woo Bin memundurkan kepalanya. ”Aish!! Kau tidak ingat aku?” tanya Woo Bin.
”Arra. Kim Woo Bin, si pembuat onar.”
Tanpa basa basi Woo Bin memeluk erat Jiyeon. Membuat gadis itu sedikit kesusahan untuk bernafas dengan benar ”Yaa!! Lepaskan! Kau mau membunuhku ya?”
”Bogosipho.” tanpa memperdulikan ucapan Jiyeon. Terpaksa Jiyeon menendang tulang kering Woo Bin. Namja itu pun merintih kesakitan dan melepas pelukannya.
”Sadis! Kau tetap saja sadis!”
”Terserah,” jawab Jiyeon dengan nada cuek.
”Kau mengenalnya?” tanya Jonghyun pada Woo Bin.
”Geuromnyo. Dia teman masa kecilku.”
”oh iya, kenapa kau ada disini? Siapa yang mengundangmu?”
”Aku hanya mengantar Sera immo.”
”Sera immo? Maksudmu Hong Sera. Kau mengenalnya?”
”nde. Hong Sera, dia adik ibuku.”
”Hhh.. dunia ini begitu sempit,” Jonghyun menghela nafas.
Jiyeon merasa diabaikan, kenapa namja-namja ini malah asik sendiri.
***
Jiyeon merebahkan tubuhnya di kasurnya yang empuk. Tidak ada yang berubah dari kamarnya ini. Semua sama seperti 8 tahun yang lalu. Di usia 10 tahun Jiyeon memutuskan ikut neneknya yang berkebangsaan Jerman. Hal itu ia lakukan karena tidak tahan setiap hari mendengar pertengkaran orang tuanya. Penyebabnya karena ayahnya, Jungrok yang sering tebar pesona pada wanita. Apalagi ayahnya membuka coffee shop. Setiap hari ada saja customer-customer cantik yang mampir ke coffee shop itu. Bahkan sang ayah tidak segan-segan menyembunyikan cincin pernikahannya. Meski begitu, toh pernikahan mereka masih tetap berjalan, walau sudah sering kali ibunya menuntut perceraian. Ayah dan ibunya sudah sering meminta Jiyeon pulang. Tapi, ia tidak mau. Ia lelah menghadapi orang tuanya yang selalu bertengkar. Kini, ia memutuskan kembali ke Seoul. Sungguh, sebenarnya ia juga sangat merindukan ayah dan ibunya. Dan sahabat kecilnya, Woo Bin.
_o0o_
Jiyeon menikmati sarapan paginya bersama ayah dan ibunya. Hari ini ia mulai bersekolah di Seoul.
”Sepertinya kau senang sekali chagi.” kata eommanya.
”Ne, aku senang kembali ke sini. Aku senang melihat kalian seperti ini. Tidak ada pertengkaran lagi. Sepertinya aku kembali di waktu yang tepat”
”Hm, kau akan bersekolah di tempat yang sama dengan Collin,” ujar appanya.
”Collin? Nugu?” tanya Jiyeon.
”Puteranya Dojin, maksudku Jonghyun. Ah, aku lebih suka memanggilnya Collin dari pada Jonghyun”
”Jeongmal? Woah. Aku senang sekali mendengarnya.”
”Keunde, dimana kau mengenal Jonghyun? Kalian kan sama-sama baru di Seoul.”
”Itu..aku..aku tidak sengaja bertemu dengannya di restoran saat aku tiba di Seoul.” Jiyeon sedikit gugup menjawab pertanyaan ayahnya itu.
”Geureso.”
@Paran High School
”YiSoo-ssi. Aku titip putriku ya. Kalau dia membuat masalah hukum saja. Aku serahkan semuanya padamu,” ucap ayah Jiyeon pada guru Seo yang merupakan kekasih Dojin (ayah Jonghyun). YiSoo adalah guru etika di Paran High School.
”Gokjonghajima Jungrok-ssi. Aku yakin Jiyeon anak yang baik.”
”Kalau begitu aku permisi. Na kalkke chagi,” kata Jungrok sambil mengecup puncak kepala putrinya.
”Benar, dunia ini begitu sempit,” gumam Jiyeon.
”Yeh?”
”Ahjumma. Kau pacar Dojin ahjussi kan?” Jiyeon mengingat wajah yeoja ini, karena sebelumnya pernah bertemu dengannya di pesta pernikahan Yoon ahjussi. Ia terlihat mesra bersama Dojin ahjussi.
”Aish! Sekarang aku gurumu. Ahjumma aniya.”
”Nde, jeonseohamnida sem..” ucap Jiyeon sambil menundukkan kepalanya.
”Geure, kau akan di tempatkan di kelas XI. Ayo ikut aku.”
Skip~~
Bel istirahat berbunyi, Jiyeon mencari kelas Woo Bin dan Jonghyun. Di bagian kelas namja. Di sekolah ini kelas namja dan yeoja memang terpisah. Jiyeon masuk ke kelas Woo Bin tanpa ragu-ragu. Padahal ia adalah siswa baru. Tapi, Jiyeon tidak peduli dengan tatapan seluruh siswa yang semuanya namja. Ia menghampiri tempat duduk Woo Bin dan Jonghyun. Ia duduk di sebelah Jonghyun. Karena Woo Bin sedang duduk di meja -_-
”Annyeong chingudeul!!” sapa Jiyeon sambil tersenyum super manis. Jonghyun sedikit terganggu dengan kehadiran Jiyeon. Menurutnya Jiyeon adalah gadis berisik yang sok tau.
”Eoh, kenapa dengan wajahmu?” tanya Jiyeon ke Jonghyun karena tiba-tiba namja itu terlihat angkuh. Padahal sebelumnya ia asik bercanda dengan Woo Bin.
”Aniya. Obseo,” jawab Jonghyun datar.
”Kajja kita ke kantin. Aku lapar.”
”Aku tidak lapar,” tolak Jonghyun.
”Aku tidak peduli. Kajja.” Jiyeon menarik tangan Jonghyun. Jonghyun yang ogah-ogahan terpaksa mengikuti Jiyeon. Entahlah, Jiyeon hanya ingin menghibur namja yang baru saja patah hati itu.
”Aku ikut,” pinta Woo Bin mengulurkan tangannya sambil ber-aegyo ria. Sangat tidak cocok dengan wajahnya, membuat Jiyeon mual.
Jiyeon tersenyum garing, lalu ia menendang tulang kering Woo Bin. ”Gunakan kakimu!!”
”Aish!!” Woo Bin kesal sambil mengusap-usap kakinya, lalu pergi mendahului Jiyeon dan Jonghyun.
--TBC--