CHAPTER 1 : HELLO, GOODBYE (NU'EST)
Yeoboseyo babeun meogeotni (Halo, kau sudah makan?)
Eodiseo mwo haneunji geokjeongdoenikka (Dimana kau, apa yang kau lakukan? Aku khawatir)
Tell me baby where you at
Yeoboseyo (Halo)
Call me baby I be there
Wherever you are I be there
Yeoboseyo (Halo)
Pick up the phone girl
Cause I gotta be there
"Ya! geumanhae. Hentikan mendegarkan lagu itu" ujar Ren yang saat ini sedang duduk disampingku. Dia segera memindah lagu yang sedang kudengarkan di mobil. Tidak bisakah sekali saja dia tidak cerewet? baru 3 kali aku mengulangi lagu ini dia sudah sangat uring-uringan.
"Ah wae? ini kan lagu kita? kenapa kamu tidak suka?" aku memukul pundak Ren. Mengisyaratkan untuk mengembalikan ke lagu yang aku dengarkan tadi.
"Andwae andwae. Aku sudah bosan mendengarkan lagu itu" Dia menyilangkan kedua tangannya di atas dadanya "MinHyun hajima!" dia berteriak tepat di sebelah telingaku ketika tanganku mulai menggapai pemutar musik itu. Dengan sangat terpaksa tanganku kembali memegang setir mobil.
Aku MinHyun. Dan disebelahku ini adalah Ren. Kami berdua adalah member dari grup NU'EST. Tidak biasanya Ren seperti ini. Dia biasanya termasuk member yang sabar. Walaupun kadang betingkah manja padaku dan pada member-member yang lain karena dia adalah maknae, dia jarang sekali bertingkah seperti sekarang ini.
Sepanjang perjalanan menuju dorm, wajah Ren terlihat tegang. Ada yang aneh dengannya. Aku yang biasanya selalu menggodanya ketika dia sedang diam seperti ini kali ini tidak berani bicara apa-apa. Wajahnya terlalu tegang. Aku sempat bergidik ketika melihat matanya yang tajam menatap dasboard mobil. Rahangnya mengeras. Ada yang tidak beres dengannya.
***
"Yoboseyo, Naeun oediya?"
"Emm.. Aku.. Emm aku sedang di dorm. Oppa oediya?"
Naeun, dia adalah pacarku. Ada yang aneh dengan suaranya saat itu. Terdengar seperti menyembunyikan sesuatu. Sejak 3 tahun dia menjalin hubungan denganku tidak pernah dia berbicara se kaku ini padaku
"Aku baru sampai dorm. Apa Aron hyung menghubungimu? Dia tidak terlihat di dorm sejak tadi pagi"
"Aa..ania oppa. Kenapa Aron oppa harus menghubungiku? Emm.. Aku ada schedule siang ini di radio. Aku mau bersiap-siap dulu. Nanti aku akan menghubungi oppa lagi"
Naeun langsung memutus telfonku tanpa menunggu jawababku. Ada apa dengannya? Apa yang coba dia sembunyikan? Ahh. Kenapa aku jadi gelisah?
"JR! Baekho! oediyaaaa?" aku berjalan mencari mereka berdua ke ruang tengah. Mereka tidak disana. Aku berjalan menuju kamar Aaron hyung yang berdatan dengan ruang tengah. Pintunya terkunci. Mobilnya juga tidak terlihat didepan tadi. Dia pasti sedang pergi. Beberapa bulan ini dia jarang ada di dorm ketika tidak ada schedule. Sepertinya dia sudah punya pacar.
Aku terkekeh sendiri mengingat ketika dulu aku dan Naeun baru pacaran. Selama beberapa bulan aku jarang ada di dorm ketika tidak ada schedule. Sekarang Naeun yang baru saja disibukkan dengan debutnya jarang bisa bertemu denganku
Aku kembali memutar langkahku menuju kamar JR dan Baekho. Mereka adalah teman sekamar. Aku membuka pintunya. JR dan Baekho terlihat sibuk memandangi televisi dan memencet-mencet joystick-nya. Aka berjalan mendekati JR dan merebut joysticknya.
"Ya! MinHyun andhwae. Aku hampir menang!" JR merebut kembali joysticknya dan mendorong badanku jauh-jauh. Ujung mataku melihat Baekho yang sedang terkekeh melihat JR yang mendorongku. Aku mengepalkan tanganku dan mengarahkan padanya.
Aaahh... Menyebalkan sekali. Kenapa hari ini membosankan? Aron hyung yang biasanya bermain game denganku sekarang tidak dirumah. Ponselnya pun tidak aktif. Dengan terpaksa aku masuk ke kamarku. Ren yang merupakan teman sekamarku terlihat sudah tertidur. Aku berusaha memejamkan mataku dan membuat diriku tertidur.
***
Suara apa itu? Telingaku menangkap suara seseorang yang sedang berbisik. Kulihat Ren sedang berdiri membelakangiku dan berbicara dengan suara berbisik dengan seseorang dari ponselnya. Aku tidak mengubah posisiku. Aku hanya menbuka sedikit mataku. Aku ingin mengetahui apa yang sedang dibicarakan Ren. Suaranya terlalu pelan, tapi aku bisa menyimpulkan kalau dia sedang bertengkar dengan seseorang melalui telfonnya.
Ren membalikkan badannya. Aku cepat-cepat menutup mataku lagi. Aku melihatnya sekilas mengambil jaketnya dan pergi meninggalkan kamar. Mau kemana dia tengah malam begini? apa ada hubungannya dengan wajah kusutnya sejak tadi pagi? Kuputuskan untuk mengikutinya. Aku mengambil jaketku dan mengikutinya yang pergi membawa mobilnya. Aku mencegat taksi dan menyuruh driver itu mengikuti mobil Ren.
***
Kenapa dia kesini? kenapa dia datang ke lingukungan apartemen naeun? Apa dia mengenal seseorang yang tinggal disini? Aku terus mengikuti langkah Ren. Dia menuju ke kolam renang yang terletak di belakang taman sekitar apartemen. Langkahnya yang semakin cepat membuatku susah mengejarnya. Mataku yang lupa kupasangkan lensa kontak juga membuat pandanganku tidak terlalu jelas
Aku kehilangan Ren. Dia berjalan terlalu cepat. Lampu yang remang-remang juga menyusahkanku untuk mengikuti Ren.
Ah itu dia! aku menemukan Ren yang sedang berbicara dengan seorang wanita yang berdiri memunggungiku. Aku berusaha melihat Ren yang posisinya menghadapku dan berusaha bersembunyi agar dia tidak melihat keberadaanku.
Tunggu dulu! apa itu Aron hyung? kenapa dia disini? Dia yang berdiri di antara Ren dan perempuan itu memegang pundak Ren seperti mencoba menahannya. Ingin rasanya aku berteriak memanggil mereka. Tapi kenapa wajah Aron hyung terlihat sangat tegang?
Aku melihat Ren berteriak pada perempuan itu. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan menusukkan ke perut perempuan itu.
Ya! apa yang Ren lakukan? tubuh gadis itu mengeluarkan darah. Aku melihat setidaknya 4 kali Ren menusukkan benda itu ke perut perempuan yang ada di depannya. Aron hyung yang mencoba menghentikannya kemudian harus jatuh tersungkur karena Ren melemparnya jauh ke belakang sampai tercebur ke dalam kolam.
Gadis itu kemudian jatuh tergeletak.
Tiba-tiba aku kehilangan nafasku. Tenggorokanku mengatup. Perutku terasa mengejang. Aku langsung berlari menuju perempuan itu. Naeun! Perempuan itu adalah naeun. Naeun kekasihku!
Aku menyanggah tubuhnya berusaha mengajaknya berbicara. Tapi dia tidak menjawab. Matanya terpejam.
Ren menatapku. Dia berjalan mendekatiku.
"Hajima! Berhenti disana! Kau sudah gila Ren!" Aku berteriak menatap Ren dengan wajah penuh kebencian dan ketakutan. Ingin rasanya aku menonjok wajahnya itu, tapi aku harus menyelamatkan Naeun terlebih dulu
"Ya! Aku melihatnya tidur dengan Aaron hyung kemarin. Dia selingkuh MihHyun-ah! lepaskan dia! Kau tidak perlu menolongnya. Dia menghianatimu!!" Ren menjerit ke arahku. Dia membuat tubuhku semakin lemas setelah mendengar itu. Ren kembali melangkahkan kakinya mendekatiku.
"Berhenti kataku! Kau membunuhnya! Ara??!! Kau membunuh naeunku! Kau sungguh sudah gila Ren!" aku tidak bisa menahan sesak ini. Terlalu ngilu.
"MinHyun hajima! jangan menyentuhnya lagi. Dia telah menghianatimu!"
"Ara!! aku tau dia menghianatiku. Tapi kau tak perlu membunuhnya! Micheoseo??!!"
Saat ini wajah Ren terlihat mulai tenang. Dia mengatur nafasnya dan mulai berkata lagi padaku
"3 tahun lalu aku sudah mengatakkan padanya untuk meninggalkanmu jika dia tidak benar-benar mencintaimu. 3 tahun yang lalu aku sudah mengatakkan padanya jika aku lebih mencintaimu daripada dia mencintaimu. Tapi dia tetap memilih untuk terus menggodamu. Perempuan sialan itu menggodamu! Sekarang dia sudah merasakan balasan karena telah menyakitimu dan menyakitiku!"
Apa yang dia katakan? Dia mencintaiku? Dia seorang laki-laki dan dia mengatakan kalau dia mencintaiku? dia benar-benar sudah gila
Aku melihat salah satu sisi bibirnya terangkat. Ren tersenyum sinis sambil menatap Naeun yang berada di pangkuanku
Good bye baby good bye baby
Neo eopsi maeil nungamado (Bahkan jika aku menutup mataku tanpamu)
Ijen geuman (Sekarang semuanya berakhir)
Good bye baby good bye baby
Ni son dasin mot japneundaedo (Bahkan jika aku tidak bisa memegang tanganmu lagi)
Nada dering itu terdengar mengalun dari ponsel Ren.
Wajah Ren terlihat sangat memuakkan saat itu. Dia benar-benar sudah gila.
End
***