CHAPTER 1 :
Welcome Back To Seoul!
Eternal a page [Part 1]
Title: Eternal A page
Author: Monie Akakuro
Rating: PG - 13
Main Cast:
- Kris Wu (EXO)
- Jung Laura (OC)
Other Cast:
- temuin aja kkkk
Disclaimer:
Hello ada fanfic lagi~~!! :D
Ini remake dari FF jepang gw yang udah lama banget kkkkk
***
“Kris Wu-ssi, apakah gossip itu benar?”
“Apakah berpengaruh ke penjualan album baru anda?”
“Apa benar anda dengan Jessica sepasang kekasih? Bagaimana tanggapan anda?”
Para wartawan terus saja menanyakan beberapa pertanyaan kepada Kris setelah ia keluar dari pintu Seoul Art Cinema untuk menghadiri premiere film terbarunya.
Kris melangkahkan kakinya lebih cepat hampir berlari untuk menuju mobil yang sudah menunggunya di depan. Dengan sedikit bantuan para bodyguard, akhirnya Kris bisa masuk kedalam mobil dengan aman tanpa terdorong-dorong oleh tingkah wartawan yang ingin meminta jawabannya untuk pertanyaan mereka. Ia tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka seputar gossip itu, karena ia belum tahu apa-apa mengenai hal ini.
“apa maksudnya para wartawan itu? aku digosipkan pacaran dengan Jessica?” Tanya Kris heran ketika mobil mulai melaju. Ia menoleh ke Manajer hyung untuk meminta penjelasan.
Manajer hyung mengambil Koran yang ada di depannya lalu memberikannya pada Kris. "lihat ini..”
Kris melihat judul yang tercetak di Koran itu, lalu membacanya pelan, “Percintaan Kris Wu dan Jessica telah terungkap? Apakah mereka benar-benar sepasang kekasih?”
Tidak tahu harus berkata apa, Kris hanya tertawa setelah membacanya. “dan lihat!” ia memperlihatkan gambar yang ada di halaman depan Koran itu kepada Manajer hyung, “aku sedang berciuman dengan Jessica!!?”. Kris tertawa terbahak-bahak melihat foto dirinya terpampang sedang berciuman dengan Jessica di sebuah restoran.
“Angel yang bagus..” Manajer hyung terkekeh memberi penilaian terhadap gambar itu. “kau seperti sedang berciuman Kris"
“hmm.. angel yg sangat bagus”. Kris sedikit menghentikan tawanya dan mulai melihat lagi gambar di Koran tersebut. Pintar sekali yang memotretku seperti ini, pikirnya.
Tapi sepertinya foto ini baru diambil, karena ia ingat pakaian yang dikenakannya itu baru beberapa hari dipakainya. Kris memperhatikan foto itu sambil mengernyitkan dahinya mengingat-ingat kapan ia berpose seperti ini. Bersama Jessica… di restoran… memakai jaket kulit cokelat.. kalau tidak salah ia memakai jaket itu setelah menghadiri premiere film 5 hari yang lalu.
Aah~ iya, waktu itu Kris ingat dia bertemu dengan Jessica ketika makan malam bersama untuk merayakan cast party. Tapi.. kapan Jessica bisa berada sedekat ini?? Kris menelengkan kepalanya berpikir lagi.
“OH!”. Kris menepuk jidatnya sendiri setelah mengingatnya.”serangga!”.
Manajer hyung menoleh kearah Kris mengangkat alisnya, “apa hubungannya foto ini dengan serangga?” tanyanya heran.
Kris tertawa sebentar lalu menjawab, “kau tahu kan, selain takut dengan hantu aku takut sekali dengan hewan yang bernama serangga.” Jelasnya sambil menggosok-gosok hidungnya sendiri.
“lalu?” Manajer hyung masih belum mengerti.
“5 hari yang lalu ketika sedang makan di restoran aku bertemu dengan Jessica yang juga berada direstoran itu. Akhirnya dia ikut bergabung makan bersamaku dan cast yang lain. Waktu kami sedang makan tiba-tiba ada serangga yang menempel didaguku..”
“besar?”. Potong Manajer hyung.
“kecil.. tapi aku tidak perduli serangga itu besar atau kecil, aku tetap saja tidak suka makhluk itu menempel di wajahku.” Kris bergidik pelan lalu menjelaskan kejadiannya lagi, “aku meminta tolong kepada Jessica yang duduk disampingku untuk mengambil hewan menyebalkan itu. Mungkin karena serangga itu kecil dan Jessica tidak terlalu melihatnya, maka ia mendekatkan mukanya ke muka ku agar lebih jelas dan mudah untuk membuangnya. Tapi… paparazzi ini membuat keadaannya menjadi berbeda” Ketus Kris dan melemparkan korannya ke pangkuan Manajer hyung.
“hmph, jadi seperti itu kejadiannya?” Manajer hyung menahan tawa. Ia mengambil Koran di pangkuannya dan memperhatikan foto itu lagi. “sepertinya paparazzi itu memotret mu dari luar restoran. Pas sekali posisinya Jessica menutupi tubuhmu, menelengkan kepalanya seperti sedang berciuman”. Ujarnya meneliti poto tersebut. “tapi sepertinya Jessica membuat paparazzi itu puas dengan hasil jepretannya sendiri.. lihat saja tangan kirinya yang menempel di pipi mu”. Kata Manajer hyung sambil nyengir dan menyodorkan Koran itu lagi agar Kris melihatnya lebih jelas.
Kris melirik Koran itu dengan malas. Tapi Ia ikut memperhatikannya juga. Memang benar saat itu tangan Jessica sedang menempel di pipinya, dan membuat foto itu semakin mesra.
Lalu ia menaruh korannya lagi di pangkuan Manajer hyung “haa~ kau seperti tidak tahu kelakuannya Jessica saja.” Ujar Kris sambil mereganggkan badannya di kursi mobil yang nyaman. “memegang pipi seperti itu ke laki-laki bagi dia normal-normal saja. Jangan kaget kalau pipimu juga dipegang olehnya”. Kata Kris memperingatkan.
“ada-ada saja kelakuan dia..”. Kekeh Manajer hyung mengeleng-gelengkan kepalanya. “mungkin karena dia agak sedikit manja”.
“mungkin saja.. tapi terkadang sikap dia jauh lebih dewasa dibanding denganku.” Jawab Kris sambil memandang kearah jendela mobil.
Dilihatnya langit diluar sudah sangat gelap. Walaupun sudah hampir tengah malam, tetapi kota Seoul selalu masih terang oleh cahaya lampu-lampu toko ataupun papan iklan yang tergantung diatas gedung-gedung.
“tapi.. apakah gossip ini akan menjadi baik-baik saja??”. tanya Manajer hyung lagi sedikit ragu, dengan adanya berita seperti ini akan membuat popularitas Kris akan merosot, apalagi sekarang Kris sedang berada di puncak kepopularitasannya. Konser bersama grup EXO nya kemarin berjalan dengan sangat sukses dan dia juga baru saja mendapatkan peran pertamanya dalam layar perak.
Sebetulnya Kris juga tidak mau ambil pusing dengan segala gossip yang ditujukkan kepadanya. Karena menurut dia, paparazzi itu tahu apa tentang dirinya? Mereka hanya buang-buang waktu saja membuat cerita-cerita sampah.
“biarkan saja nanti juga hilang sendiri” jawab Kris singkat sambil mengibas-ngibaskan sebelah tangannya . “huaa~ aku capek sekali”. Katanya menguap.
“tapi, bagaimana kalau…”
Omongan Manajer hyung terpotong oleh dering ponsel Kris yang tiba-tiba berbunyi. “sebentar..”. kata Kris sambil merogoh saku celana jeans untuk mengambil ponselnya. Kris menarik sebelah sudut bibirnya dan mendengus saat melihat nama yang tertera dilayar ponsel, Xi Luhan.
“ada apa??”. Tanyanya sebelum Luhan sempat mengucapkan kata ‘halo’.
“tidak ada apa-apa~ hanya mengecek saja”. Jawab Luhan santai.
Kris sudah tahu pasti temannya ini sudah mendengar gossip tentang dirinya. Kalau tidak buat apa orang ini menelepon dengan sangat tidak penting.
“kenapa? Kau kangen padaku??”. Goda Kris.
“un~ sangat kangen~… rasanya aku ingin mencoba sarung tinju baruku ke badanmu, pasti asyik sekali! Ayo kita bertemu!”. Ajak Luhan tanpa rasa dosa.
Kris tersenyum kecut saat mendengar ajakannya. Sepertinya anak ini mau pamer kalau ia berhasil mendapat kontrak di film terbarunya.
“bagaimana kalau jam…”. Kris melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam. “jam setengah 12 kita ketemuan di club Gangnam seperti biasa”. Lanjutnya lagi.
“okey~”. Sahut Luhan setuju. “tapi ajak beberapa temanmu yang blondy-blondy itu biar ramai. Aku tidak mau wartawan mengejar-ngejarku hanya karena kita tertangkap basah sedang berciuman mesra disana”. Ledek Luhan.
Kris tertawa mendengarnya, “sepertinya mereka selalu ada disana setiap saat, tenang saja~”.
“baiklah! Bye~ Kris~”. Ujar Luhan centil lalu menutup teleponnya.
“e? menjijikan…” Kris baru saja ingin memasukkan ponselnya kembali ke saku, tapi tiba-tiba ponselnya berdering lagi. Dilihatnya nama Zhang Yixing yang muncul di layar. Ia langsung menjawab teleponnya dengan sangat cepat. “1 jam lagi kau sudah harus sampai di Gangnam Club! Jangan sampai telat!”. Klik. Kris menutup ponselnya lalu tertawa terbahak-bahak.
“kau akan pergi lagi malam ini?” Tanya Manajer hyung yang sejak tadi melihat kelakuan Kris.
“ya. Sepertinya mereka harus menghiburku malam ini”. Jawab Kris masih sambil sedikit tertawa.
“jaga kesehatan mu kalau begitu. Jangan minum terlalu banyak, karena besok kau harus menghadiri rapat dan promo kebeberapa tempat lagi”. Ujar Manajer hyung menasehatinya.
“aku selalu mengingat itu”. Gumam Kris sambil memakaikan tudung jaket ke kepalanya, lalu keluar ketika mobil berhenti di depan kantor SM Entertainment.
***
Suasana bandara Incheon masih sangat ramai walaupun diluar sudah sangat gelap. Laura melirik arlojinya, pukul 3 pagi. Selarut ini ia baru tiba di Korea, Negara yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan dan tidak pernah ia ingatnya lagi.
Laura melihat ke sekeliling dengan bingung. Lalu sekarang ia harus kemana?. Sebelum berangkat Laura diberitahu oleh perusahaannya jika ia sampai nanti akan ada yang menjemputnya. Tapi dimana yang menjemputnya sekarang?
Lauta menarik koper besarnya dan berjalan kearah pintu keluar. Mungkin ada seseorang yang menunggunya disana, pikirnya sok tahu.
Ternyata tebakannya benar. Sebelum ia mencapai pintu keluar dilihatnya ada seorang wanita yang sedang jongkok bersandar ke dinding sambil memain-mainkan karton putih yang bertuliskan ‘LAURA JUNG’ dengan sangat besar.
Laura mengahampiri wanita itu dan berdoa semoga Laura yang dia maksud adalah dirinya.
“permisi…” sapa Laura pelan-pelan.
Wanita itu mengangkat wajahnya saat mendengar ada yang menyapa. Matanya terlihat sangat mengantuk dan poninya sudah acak-acakan keluar dari topi rajutnya. “oh.” Ucapnya kaget saat melihat Laura berdiri di depannya.
“permisi.. apa kau yang datang menjemputku?”. Sapa Laura lagi.
“apa kau Laura Jung?” tanyanya sambil mengangkat tubuhnya berdiri. “jurnalis dari Vancouver, Canada itu?”
“benar. Namaku Laura Jung dari Vancouver.” Jawab Laura dan membantu wanita itu berdiri yang kelihatannya sangat lelah sekali berjongkok disitu dari tadi.
“akhirnya kau datang juga~”. Ujarnya menarik napas panjang lega.
“kenalkan namaku Kim Hyejin" sambil tersenyum Hyejin membungkukkan badannya memberi salam.
Baru saja Laura ingin menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Hyejin tapi ia menariknya kembali. Lupa kalau di Korea memberi salamnya dengan cara membungkuk.
Laura membungkuk kikuk, membalas salam Hyejin.
“panggil aku Hyejin saja, mulai sekarang kau akan tinggal bersamaku”. Katanya sambil melipat kertas karton yang ia pegangi dari tadi.
Akan tinggal dengannya? Laura sangat gembira mendengar itu. Karena perusahaannya di Canada tidak memberitahunya akan tinggal bersama seseorang di Korea nanti. Jadi ia tidak perlu repot lagi mencari hotel atau apartemen selama ia tinggal disini.
“aku akan tinggal bersamamu selama di Korea?” Laura bertanya lagi untuk memastikan.
“memangnya kau tidak mau tinggal bersama ku?”
“bukan, bukan seperti itu maksudku…”. Laura buru-buru menjawab saat melihat muka Hyejin berubah menjadi sedih. “justru aku senang sekali bisa langsung mendapatkan teman dan tempat tinggal saat tiba disini”. Tambahnya lagi dan tersenyum memastikan bahwa dia benar-benar senang.
Hyejin tersenyum kembali saat mendengar jawaban dari Laura. “kalau begitu ayo kita pulang”. Ajaknya.
Laura menarik kopernya lagi dan mengikuti Hyejin berjalan kearah tempat parkir. Hyejin menekan tombol kunci mobilnya dan sedan merah yang terparkir di paling ujung langsung berbunyi.
“sini ku bantu”. Hyejin membuka pintu bagasi dan menawarkan bantuannya saat melihat Laura merasa keberatan mengangkat kopernya sendiri.
“terima kasih”. Lalu mereka berdua mengangkat koper Laura yang sangat besar.
“waw! Ternyata berat sekali..”. Kata Laura tersengal dan menutup pintu bagasinya lagi.
“maaf”. Sahut Laura meminta maaf merasa tidak enak.
“tidak apa.. ayo!” Hyejin masuk kedalam mobil dan Laura mengikutinya.
**
“jadi kau editor ditempat aku bekerja nanti?” Tanya Laura setelah mereka banyak mengobrol selama perjalanan pulang.
“un!” Angguk Hyejin, matanya masih tetap kedepan karena sedang menyetir.
“tapi kau tahu? Waktu pertama aku diterima di perusahaan majalah itu aku sangat senang sekali~!”. Ujar Hyejin berseri-seri. “siapa yang tidak senang coba? Bekerja dj majalah Gossip Girl yang sangat terkenal di Korea. Dari dulu aku sangat mengidamkan bisa bekerja disana, kau bisa bekerja sambil melihat artis bertebaran”. Hyejin melirik Laura sambil senyum-senyum.
Tidak aneh kalau melihat Hyejin senang bekerja disana. Sepertinya dia tipe wanita yang senang sekali bergosip. Dari tadi Laura dijejali oleh ocehan Hyejin tentang beberapa orang dikantornya ataupun tentang keluarganya yang akhirnya Laura tahu sekarang, semua keluarga Hyejin berada di Busan. Dan Hyejin hanya tinggal di Seoul sendirian.
“oh iya! Sejak kapan kau tinggal di Canada?” Tanya Hyejin tiba-tiba.
“sudah 12 tahun aku tinggal disana. Sejak umurku 13 tahun”. Jawab Laura.
“lama juga yah? Tapi bahasa korea mu masih bagus sekali walaupun kau sudah lama tinggal disana.”
Laura hanya tersenyum menjawab pertanyaan Hyejin.
Bahasa Korea Laura memang masih baik karena kedua orang tuanya selalu memakai bahasa korea dirumah.
“mmhh.. berarti kau sempat sekolah di SMP Korea yah kalau kau pindah saat umur 13 tahun? Kau sekolah dimana waktu itu?” Tanya Hyejin ingin tahu lagi.
“hah?” Laura terdiam sesaat saat Hyejin mengajukan pertanyaan yang satu ini.
Selain karena alasan Laura dibutuhkan untuk seorang jurnalis yang bisa bahasa Korea dan Inggris. Karena alasan ini juga lah Laura mau ditugaskan dari perusahaannya untuk bekerja di Korea. Laura tidak pernah mengingat masa sekolahnya ataupun masa kecilnya pada saat ia tinggal di Korea. Yang dia ingat hanya begitu ia keluar dari rumah sakit karena kecelakaan, keluarganya langsung membawanya pindah ke Canada. Alasan ibunya waktu itu hanya mengatakan untuk pengobatan dirinya. Pengobatan untuk otaknya yang mengalami pendarahan begitu parah dan mereka bilang pengobatan di Korea tidak selengkap dan secanggih di Canada. Itulah mengapa Ia kembali kesini, untuk mengetahui masa kecilnya dulu. Dan ada satu hal lagi yang sampai sekarang Laura juga tidak tahu sebabnya, ia selalu merindukan Korea.
Entah mengapa jika ia memikirkan Korea ada suatu kerinduan yang begitu dalam dihatinya. Dan sekarang ia ingin menemukan jawaban itu.
“Laura?” suara Hyejin menghentakkan lamunannya.
Laura menoleh ke Hyejin
“kau ingin tahu aku sekolah dimana??” Laura menelengkan kepalanya seolah sedang berpikir.
“aku lupa..” Cengir Laura.
“kau lupa kau dulu sekolah dimana??”. Hyejin merasa tidak percaya.
“Tapi yang pasti dulu aku tinggal di Seoul. Mungkin sekolahku disekitar situ juga. Mungkin lain kali akan kuceritakan”. Janjinya.
“kau berjanji padaku, awas kalau tidak kau ceritakan”. Ancam Hyejin sambil tersenyum.
“janji!” Laura mengangkat jari kelingkingnya lalu tersenyum juga.
Sepertinya Laura bisa menjadi teman yang baik selama ia tinggal di Korea. Mudah-mudahan saja.
Hyejin membelokkan mobilnya kearah supermarket. Laura melihat tanda ‘24H’ menyala diatas bangunannya. Supermarket yang buka 24 jam.
“aku ingin membeli beberapa makanan sebelum sampai rumah. Tadi siang aku lupa membelinya. Tidak apakan Laura?”
“tidak apa, sekalian aku juga ingin ke toilet. Sudah tidak tahan dari tadi”. Laura juga baru sadar sejak di pesawat tadi sebetulnya ia ingin sekali buang air kecil. Tapi karena pikirannya takut tidak ada yang menjemputnya, dia lupa.
“kau tahu dimana toiletnya?”. Laura menanyakan arah toiletnya saat turun dari mobil.
“kau berjalan saja kearah sana”. Hyejin menunjuk kearah samping kanan gedung. “aku tunggu didalam yah?”
Laura mengangguk lalu pergi kearah yang tadi ditunjuk Hyejin.
Karena sudah tidak tahan lagi, Laura sedikit berlari untuk segera sampai di toilet. Tapi pada saat ia berbelok tubuhnya ditabrak oleh seseorang sampai ia terjatuh dan bahunya membentur dinding.
“aaww!”. Jerit Laura kesakitan.
Laura mengusap-usap bahunya yang terbentur tadi. Cukup sakit.
“maafkan aku”. Laura mendengar suara berat seseorang meminta maaf padanya. Pasti orang yang menabraknya tadi.
“kau tidak apa-apa?”. Orang itu menjulurkan tangannya untuk membantu Laura berdiri.
Laura mendongak menatap wajah orang yang menjulurkan tangan kepadanya. Tapi Laura heran dan sedikit takut saat melihat orang itu. Bagaimana tidak? Malam-malam begini orang itu masih memakai sunglasses dan kepalanya ditutupi tudung jaket hitamnya. Apakah dia seorang penjahat. Pikiran Laura sudah melayang kemana-mana.
“kau tidak apa-apa? Mari kubantu”. Kata orang itu lagi masih tetap menjulurkan tangan, Laura terpaksa memegang tangannya, karena ia begitu kesulitan ketika berdiri.
“aku tidak apa-apa”. Ujar Laura setelah ia berhasil berdiri dan menyenderkan tubuhnya ke dinding.
“aku sungguh-sungguh minta maaf telah menabrak mu sampai jatuh”. Pria itu membungkukkan badannya meminta maaf.
“iya, aku tidak apa-apa”. Ujar Laura sekali lagi meyakinkannya.
“tadi aku terburu-buru jalannya sampai aku tidak melihat ada orang yang berbelok”. Jelas pria itu saat sudah berdiri tegak.
Tubuh pria itu sangat tinggi. Laura hanya se telinga pria itu saja. Laura menatap laki-laki didepannya dengan jelas sekarang. Pakaian dan sunglasses yang dipakainya seperti barang mahal. Terkesan jauh dari penjahat yang ia pikirkannya tadi. Dan cukup lumayan tampan.
“sekali lagi maafkan aku..”
Euwh. Laura mengernyitkan hidungnya. Mulut pria itu bau sekali alcohol. Pasti sedang mabuk, pantas saja dia menabrak dirinya.
“kau belum ke mobil juga Kris?”
Laura menoleh kearah sumber suara. Dilihatnya seorang pria baru keluar dari toilet berjalan kearah mereka. Pria itu sangat tampan. Sebetulnya ia hanya memakai tshirt putih dan celana jeans biasa, tapi entah kenapa menurut Laura ada suatu aura yang membuat pria itu sangat menarik.
“ada apa?” Tanya pria itu heran melihat temannya membungkuk di depan Laura.
Kris menoleh kearah temannya, “aku baru saja menabrak wanita ini sampai jatuh..”. jelasnya.
Temannya itu malah tertawa dan merangkul bahu Kris. “walaupun kau mabuk sepertinya masih sadar juga yah sama wanita?”.
“Luhan diam kau~”. Kris mengelakan pundaknya mengusir tangan temannya itu.
Luhan menoleh dan tersenyum kearah Laura. “apa kau baik-baik saja? Maafkan temanku ini.. kalau sudah mabuk dia memang suka aneh”. Tangan Luhan meraih kepala Kris menyuruhnya membungkuk bersamanya. Dan Kris mengikutinya saja.
“iya aku baik-baik saja kok, tenang saja..”. ujar Laura sambil menyibakkan poninya karena kikuk dihadapi dua orang pria tampan.
“Laulau...” desis Kris tiba-tiba saat melihat tahi lalat yang berada di mata kiri Laura.
“e? apa??”. Laura tidak mendengar terlalu jelas perkataan Kris tadi.
“sepertinya dia benar-benar mabuk.” Luhan merangkul Kris mengajaknya pergi. “kalau begitu kami permisi, dan sekali lagi maafkan kami.” Pamitnya sambil mendorong Kris yang saat itu masih menatap Laura supaya segera jalan.
Laura masih terdiam disitu, masih memikirkan perkataan orang yang dipanggil Kris tadi. Laulau? Mengapa orang itu tahu nama panggilannya?.
Atau mungkin saja dia salah dengar, orang tadi kan lagi mabuk pasti ucapannya tidak jelas. Sambil memegangi pundaknya yang rada nyeri, akhirnya Laura masuk kedalam toilet.
“lama sekali!”. Yixing mengomel di balik kemudi setirnya ketika Luhan dan Kris masuk kedalam mobil.
“tadi ada sedikit kecelakaan”. Kata Luhan yang duduk di bangku depan.
“kecelakaan apa?”.
“Tanya saja sama dia..”. Luhan menunjuk kebelakang.
Kris sudah merebahkan dirinya di kursi belakang. Matanya terpejam.
Mereka berdua mendengar kata ‘laulau’ keluar dari mulut Kris seperti mengigau.
“siapa Laulau”. Yixing nengok ke Luhan bingung.
Luhan mengangkat bahunya tidak tahu.
“oi Kris! Siapa Laulau?”. Yixing memanggil Kris dengan agak keras.
Tapi Kris diam saja tidak menjawabnya. Kepalanya hanya beringsut sedikit membenarkan posisi tidurnya dengan mata tetap terpejam.
“tadi saja wanita yang ditabraknya dipanggil seperti itu”. Ujar Luhan memberitahu Yixing.
“tadi dia menabrak wanita??”.
Luhan mengangguk.
“dasar bodoh..”. ucap Yixing terkekeh. Dan menjalankan mobilnya.
Tapi sepertinya Luhan tidak pernah mendengar nama Laulau sebelumnya dari Kris. Apa Kris tidak pernah menceritakannya?
“kau juga tidak mengenal nama Laulau?" Tiba-tiba Luhan bertanya ke Yixing. Dia masih penasaran.
“tidak, aku baru saja mendengar nama itu. sebutan barunya untuk setiap wanita yang ditabraknya mungkin.” Jawab Yixing asal.
Laura kembali ke dalam supermarket setelah dari toilet. Tapi ia tidak melihat Hyejin. Kemana dia?
“Laura!"
Terdengar suara Hyejin memanggilnya. Laura menengok ke luar dan dilihatnya Hyejin sudah ada di depan mobil melambai-lambaikan tangan.
“dari mana saja kau? Lama sekali”. Tanyanya saat Laura mendekat.
“tadi aku ditabrak orang di depan toilet sampai terjatuh”. Kata Laura mengadu kejadian tadi.
“tapi kau baik-baik saja?”. Hyejin terlihat cemas.
“un.” Laura mengangguk.
“sepertinya orang itu sedang mabuk, makanya jalannya tidak benar sehingga menabrakku.” Katanya lagi.
“menyeramkan sekali.. lain kali kau hati-hati Laura. Sekarang banyak sekali pemabuk yang pura-pura menabrak tapi niat sebenarnya dia ingin mencopet”. Kata Hyejin memberitahunya.
“tapi sepertinya dia bukan pencopet. Yang menabrak ku dan seorang temannya sangat tampan.” Laura senyum-senyum mengingat wajah kedua pria tadi.
“benarkah?”. Hyejin tertarik mendengarnya.
“yang menabrakku memang agak terlihat aneh. Malam-malam begini masih saja memakai sunglasses dan kepalanya ditutupi tudung jaket. Tapi saat aku perhatikan lebih dekat ternyata dia lumayan tampan. Dan temannya juga, seperti seorang artis kelihatannya”. Ujar Lauta mendeskripsikan.
“aku menyesal tidak ikut dengan mu, mungkin saja aku mengenal mereka kalau mereka itu artis. Lumayankan bisa mendapat berita tentang artis yang sedang mabuk”. Insting jurnalis Hyejin langsung jalan.
Laura tertawa mendengar pendapat Hyejin. “sayang sekali aku belum mengenal banyak artis-artis Korea. Kau mau kan membantuku?”. Pintanya.
“dengan senang hati”. Hyejin tersenyum lebar dan masuk kedalam mobilnya.
To be continued...