CHAPTER 1 : Azoth
Azoth
Title : Azoth
Author : alfykmn
Main Cast : Xi Luhan
Support Cast : Kris Wu, Oh Sehun, Krystal Jung, Oh Nara (OC)
Genre : Horror-Psychological, Crime, Mystery
Lengrt : Long Oneshot (10 page)
Rate : PG-16 (mungkin lebih ke R muahahaha/?)
Artworker : LeeYongMi @cafeposterart.wordpress.com
Author’s note : Genre Psychological disini itu lebih ke psikopat sama kepribadian ganda ya :D dan satu lagi, tulisan yang ada italic nya itu flashback.
Diharapkan untuk baca lebih jeli (fokus) biar gak kebingungan dan baca juga castnya biar bisa nebak si A itu Kris atau Sehun atau Luhan (karena diawal-awal, cast dirahasiakan)
Ini salah satu karya kebanggaan (?) saya *apaan sih* jadi jangan dicopas atau diplagiatin ya huhuhuhuhu.....dan mohon amat sangat untuk saran dan kritiknya karena ini ff crime pertama saya ^^
Terimakasih banyak buat blog izkystupidity.blogspot.com yang udah ngebahas Azoth hehehehe.
Terimakasih amat sangat banyak buat pengarang buku The Tokyo Zodiac Murders, paman Shoji Shimada yang ‘membuat’ Azoth lewat karya fiksinya.. Anda luar biasa!
Warning!! Alur flashback yang super duper kebolak balik (maju mundur)! Saya sarankan buat gak memperdulikan alur flashbacknya (read:nikmati aja flashbacknya) karena flashback ini dibuat cuma untuk ‘clue’ doang hihihi. Maaf atas note yang kepanjangan....
***
Tap....Tap....Tap....Tap
“Saya sudah mengecek semua tulang belulang yang ada sesuai perintah anda dan korban pertama tidak ada tulang untuk lengan kanan, kedua tidak ada tulang tengkorak, ketiga tidak ada tulang paha kanan-kiri.”
“To-tolong cek semua zodiak korban.”
“Korban pertama berzodiak Aquarius, kedua berzodiak Aries, ketiga berzodiak Sagitarius.”
“Berarti untuk korban selanjutnya kalau tidak lengan kiri, tulang dada, atau bagian perut ya?”
“Bu-bukan itu kesimpulannya....Aku masih tak percaya.”
“Maksudmu apa?”
“Ini seperti...buku yang sedang kubaca, The Tokyo Zodiac Murders...Azoth.....”
Aku memejamkan mataku sebentar, membiarkan setetes air melewati kelopak mataku. Lalu setelah itu aku meraba tetesan air itu. Keringat dingin.
...Aku harus cepat.
“Kau.....sudah ada kesimpulan?”
“Ada. Wae?”
“Beritahu aku. Kasus ini semakin runyam. Aku pikir kau tau jelas siapa pelakunya dan pelaku sepertinya tau jelas kalau kau mulai curiga dengannya jadi dia mengambil langkah ini, seharusnya yang dibunuh kemarin saudara perempuan terakhir korban keenam tapi sepupuku yang kena.”
“A-aku takut salah duga. Dia...dia tak mungkin melakukan hal itu.”
Ia menghela nafas. “Terkadang orang yang tampangnya tak bersalah bisa saja melakukan hal yang tak terduga. Apa kau mau menunggu sampai ada kerabat dari salah satu kita meninggal lagi?”
“Tentu tidak, tapi aku-”
“Aku harap yang kena masih kerabatku,” Ia mengulum senyum tipis. “Agar kau mampu berpikir lebih jernih tanpa memikirkan nasib kerabatmu nanti dan Oh, kau mau tau siapa korban selanjutnya menurut analisisku?”
“Siapa?” “Maafkan aku. Tapi aku pikir setelah ini pasti kerabatmu dan sepertinya kerabatmu paling banyak kena. Berjaga-jagalah.”
Aku memejamkan mata kembali. Membiarkan udara malam yang menusuk tubuhku dengan harapan hatiku ikut membeku.
“....Apa kalian membenciku?”
Lagi-lagi ia tersenyum lemah lalu menggeleng. “Tidak. Kalau memang semua bukti mengarah padaku, mau bagaimana lagi? Ditambah lagi aku dulu pernah berbuat onar.”
“Aku yakin bukan dia yang melakukannya. Aku sudah mengenalnya sebelum dia termakan omongan teman-temannya untuk berbuat onar,” Aku meringis saat genggamannya makin erat seperti ingin meremukkan tulang telapak tanganku.
“Aku juga tidak membencimu,” Genggamannya mulai mengendur, tidak sekuat tadi. “Tapi mohon bantuannya untuk mencari bukti lain.”
Tes....
Aku meraba kedua mataku. Kali ini bukan keringat sebiji jagung yang jatuh tapi air mata yang keluar dari mataku.
“Hai! Wah! Bau daging! Kau membeli banyak daging?” Aku mengerutkan keningku. “Bukankah kau tidak suka daging?”
Dia mengedikkan bahu. “Tetangga memberikannya padaku. Kalau aku menolak takutnya dia sakit hati. Err....Apa kau mau?”
“Tidak terimakasih.”
“Oh ya sudah nanti aku tawarkan ke teman satu kantor saja. Dan oh, kenapa kesini?”
“Aku mencium bau daging jadi kemari. Hanya itu-”
Keningku berkedut. Samar-samar kulihat ada dupa di belakang Sehun, batu berukuran sedang berbentuk unik (bulat) di sebelahnya, dan patung-patung setinggi manusia yang sangat cantik seperti dewi. Hey, bukankah benda-benda itu upaya mengabadikan kecantikan wanita untuk disandingkan dengan Azoth?
“Halo?”
“A-aku pergi dulu ya.”
“Ya,”BRAK! Aku langsung memasuki kamarku yang tepat disamping kamarnya dengan dada yang bergemuruh.
Sambil berjalan menuju ke kamar mandi agar merasa tenang, jari-jari tanganku dengan gemeteran mengetik satu pesan singkat ke puluhan orang yang semuanya teman satu kantorku.
‘Tolong jangan terima daging dari teman sekantor kita jika dia menawarkan. Aku mohon dengan amat sangat.’
Beberapa langkah lagi aku akan sampai.....
Aku baru mau keluar dari ruangan saat mataku tak sengaja melihat sesuatu yang ganjil.
Hey, itu buku. Buku hitam miliknya kalau tak salah. Coba buka ah....
Februari 2009
Nara kembali. Bukankah seharusnya dia tak ada sejak pergi bersama ayah? Anak itu....mengikutiku terus –bahkan kadang-kadang dia ada saat aku sedang belajar di kelas.
Dulu dia penurut tapi sekarang kenapa setiap aku suruh dia pergi atau menghilang dia jarang menurutiku? Bahkan saat aku sedang memandang orang yang kusuka, dia sering mengusikku dengan meminta dibelikan permen atau terus menggumamkan ‘aku benci dia kak’ saat aku di dekat orang yang kusuka. Apa mungkin karena dia tinggal bersama ayah ya? Hahaha
Tapi....apa tinggal bersama ayah membuatnya jadi sangat menyukai daging? Dia selalu saja meminta dimasaki daging untuk makan pagi, siang, sore, dan malam sampai aku lumayan bangkrut. Bukankah ayah sudah miskin? Tapi kenapa anak ini suka sekali daging?
....curhatan yang aneh?
Seharusnya aku bisa mencegah korban terakhir jatuh.
“Igeo....”
“Memangnya boleh aku menerima hal ini? Penjaga bisa marah,” Nada suaranya berubah jadi datar –sama seperti saat dia belum bertemu Krystal. Ya ampun....Penjara ini pasti sudah mencuci otaknya sampai seperti dulu!
“Hari ini yang menjaga Suho jadi tak apa,” jawabku ringan. Ia mengangguk lalu mulai membaca laporan dariku. Suho itu teman kami juga –tentu saja karena dia polisi. Bukankah polisi, jaksa, dan detektif harus perjalani hubungan yang baik?
“Pelaku yang membunuh kerabat kita mulai darimana kasus ini datang ke tangan siapa dahulu kan?
Kasus ini awalnya ditanganku –sepertinya pelaku sengaja ‘memberikannya’ padaku namun sayangnya aku ada kasus lain jadi aku memberikannya padamu. Kau protes tak mau menerimanya dan....”
Mataku sepenuhnya membulat. Tanpa berkata-kata lagi, aku sudah tau maksudnya.
Wajahnya langsung berubah tegang. Tentu saja, wajahku berangsur-angsur menjadi tegang juga.
Ka-kami.....tidak mau kehilangan lagi. Tidak untuk saat ini dan seterusnya jika pelaku itu masih bisa menghirup oksigen dengan lega.
“Kau.....hubungi Lay, Kai, atau Tao yang punya waktu untuk memantaunya secara diam-diam –tentu saja dia tak mau dilindungi– lalu hubungi Krystal untuk menemui salah satu dari mereka dan peringatkan dia juga.”
“Kenapa kau berpikir.....”
“Krystal berzodiac Scorpio dan pengetahuanku soal Zodiac itu tidak terlalu luas tapi aku tau kalau wanita berzodiac Scorpio memiliki pinggul yang paling baik serta jadi-”
“Satu-satunya hal yang belum pelaku ambil itu pinggul. Ya, aku mengerti maksudmu,” Potongku cepat karena wajahnya mulai memerah. Hahahahahaha dia memang selalu begitu kalau membicarakan hal soal Krystal.
“Jadi....Cepat lakukan apa yang kupinta sekarang.”
Aku baru merogoh sakuku saat ia berbisik, “Hati-hati. Kakak sepupuku pernah menghalanginya dan dia juga terbunuh. Semua organnya berceceran berserta tulang belulang yang utuh.”
“Ya, aku akan hati-hati dan...,” Aku menyodorkan sebuah ponsel biasa bahkan bentuknya tak pantas di sebut ponsel karena sudah penyok sana sini.
“Jaga baik-baik benda ini. Memang tak layak tapi masih bisa dipakai,” Aku melirik ke laporan yang sekarang berada di tanganku lalu menyodorkan surat yang terselip disana. “Ini jika aku tak kembali. Jaga baik-baik juga. Ini bisa membantumu keluar.”
“Ya.”
Dan disinilah aku.
BRAK....
Ia menoleh ke arah pintu yang baru saja kutendang lalu tersenyum miring saat melihat siluet tubuhku yang gampang ditebak sekalipun dalam kegelapan.
“Ternyata kau menyadarinya juga ya,” Ia lantas berdiri –aku langsung merogoh sakuku yang berisi pistol untuk jaga-jaga. Syukurnya dia hanya berdiri dan duduk kembali di sofa panjang miliknya. Sialnya, benda-benda yang tadinya tak terlihat karena tertutup badan jangkungnya langsung terlihat jelas....
Huek.....Kepala bersurai merah menyala yang terpisah dari tubuhnya. Siapa lagi teman wanita terdekatku yang berani mengecat rambutnya dengan warna nyetrik begitu kalau bukan Krystal?
Aku refleks berpegangan dengan pintu karena merasa tubuhku berguncang lalu membekap hidung sampai daguku dengan tangan kanan karena merasa perutku bergejolak. Untungnya wajah kepala itu membelakangiku kalau tidak mungkin aku sudah pingsan di tempat.
“Heh? Kau mual ya? Ya ampun, bukankah seorang jaksa sepertimu harusnya kuat akan hal seperti ini? Sudah kutebak, kau belum cukup mental melihat teman-temanmu jadi korban.”
“Shit, apa motifmu?”
Tanganku terkepal keras sampai aku rasakan tanganku seperti terbakar . “Dia teman kita kan? Dia juga tak bertingkah pada dirimu. Kau pasti bukan Oh Sehun!!!” Tangisku pecah kembali. Benar-benar memalukan.
“Aku adikmu, Luhan hyung sayang~Aku adalah Oh Sehunmu sisi berbeda....”
“Jangan bohong kau, Oh Nara,” sahutku tajam dengan suara serak. Aku....Aku tak boleh menangis....Air mataku terlalu mahal untuk anak sialan itu!
Sehun langsung tertawa cukup keras. “Ternyata kau tau juga...”
“Tentu saja,” Aku menggosok hidungku yang berair lalu kumasukkan kembali pistolku semakin dalam ke saku celana. “Kau belum menjawab pertanyaanku soal motifmu.”
“Motif? Sehun sendiri yang membangkitkanku. Gadis sialan ini,” Dia menunjuk ke arah kepala Krystal. “Sudah menolak kakakku 3 kali saat SMA dan malah menerima Kris pembuat onar. Kakakku depresi kau tau? Hanya saja dia terlalu polos dan bingung harus melakukan hal apa agar depresinya hilang dan dari sanalah aku bangkit.”
“Bu-bukan motif itu yang kumaksud...”
“Oh yang itu?” Nara melirikku dengan tatapan tertarik –seakan-akan dia sudah tau semuanya– sembari mengambil pisau yang berdarah –aku harap itu bukan darah Krystal– lalu memainkannya.
“Sehun depresi. Aku membujuknya untuk membuat Azoth sesuai keinginan kami yang tentu lebih sempurna dari Krystal agar dia bisa melupakan Krystal dan berahli ke Azoth itu. Dia yang tak tau Azoth –karya-karya fiksi mengandung Crime atau soal Detektif dia pun tak tau karena dia memang tak ingin masuk jurusan hukum, ini gara-gara Krystal itu, Cuih.”
Dia meludah dan mengenai puncak kepala Krystal. Tanganku terkepal kembali.
“Jadi dia setuju-setuju saja dan tak masalah jika aku mengambil ahli tubuhnya secara tiba-tiba untuk menjalankan misi. Arraseo?”
Tik. Dapat.
Ia meletakkan pisau ke atas nakas kembali dan malah mengambil pistol yang ada di sebelahnya.
“Jangan main-main dengan benda itu Oh Nara!” seruku memperingatkan –demi saus tartar, pistol lebih mengerikan daripada pisau!–. Tanganku berusaha mengambil pistol tapi mungkin karena efek gugup berlebihan –aku harap bukan karena tanganku licin karena ingus yang menempel–, pistol selalu tergelincir saat aku sudah bisa menggapainya.
“Memangnya kenapa? Wah, kau mau membunuhku ya? Jika peluru mengenaiku, aku mati bersama Oh Sehun.”
DEG....
Sial. Dia tau kelemahanku.
Aku tersenyum miring berusaha menutupi semua kegugupanku. “Kau kira aku mau mengambil pistol? Kau salah besar,” Aku mengambil ponselku yang sedang merekam suara lalu menggoyangkannya di depan mata Nara.
“Sialan!”
DOR!
Sialan. Bocah itu menembak ponselku.
Aku meringis sebentar –sejujurnya mau menangis rasanya– sebelum menggoyangkan ponselku yang bolong ini. “Sayangnya setelah kau menjelaskan hal itu, aku sudah terlanjur mengirimkannya ke detektif yang lain.”
“Ya ampun.....Sekarang Xi Luhan mau memasukkan adik tersayangnya ke penjara yang dingin itu?” Ekspresi dinginnya langsung lenyap dan tergantikan dengan ekspresi anak anjing kelaparan. Cih, kalau soal ekspresi palsu itu hatiku sudah kebal.
“Sehun mungkin akan marah padaku nanti tapi kalau kita bertemu di Surga nanti dia pasti mengerti.”
“Cih, tidak termakan juga rupanya,” Aku benar bukan?
“Kau bilang disurga? Akan kubuat kau merasakan hal itu lebih cepat.”
DOR! DOR!
Fiuh.....Tepat waktu. Untungnya aku dulu sering menerima tawaran Kris untuk latihan militer kecil kecilan.
“H-hyung....”
Aku mendongakkan kepala lalu membulatkan mataku.
Tak ada lagi seringai yang tak kusuka.
Yang ada hanya wajah pucat pasi dengan bibir bergetar yang terus menggumam kata ‘hyung’.
Itu Oh Sehunku. Adikku.
“Sehun!”
“H-hyung..,” Dia menggigit bibirnya. “Kenapa...kenapa kakiku ditembak?”
“Oh Nara! Dia-dia.....mau membunuhku! Kalau kau tak percaya kau bisa lihat ditanganmu ada pistol!”
Sehun menggeleng lalu menunjuk ke arah kepala Krystal. “Nara sedang bermain dengan kepala boneka disana,” Kemudian pandangannya beralih ke pistol di tangannya. “Nara bilang ini pistol mainan yang kita mainkan tapi ternyata pistol milikmu asli.”
Hah? Jelas-jelas tak ada apapun di sekitar kepala Krystal dan dia bilang kepala Krystal itu boneka? Hah?
“Dan oh, kenapa hyung tau soal Nara? Memangnya aku pernah bercerita pada hyung?”
“Sehun!” seruku membuatnya terlonjak kaget. “Nara ada di dirimu! Dia tak ada di kepala-yang-katamu-kepala-boneka. Itu kepala Krystal!”
“Hah? Krystal? Hyung jangan –WAAA!!!”
Sepertinya dia sudah tau ekspresi apa yang ditunjukkan Krystal sebelum ajal menjemputnya –ani, sebelum ajal Krystal dijemput Nara.
“Hyung! Krystal kenapa hyung? Kenapa dia melotot? Dan kenapa hanya kepalanya? Mana tubuhnya hyung?!”
“Hyung.....” Aku menoleh ke arahnya dan melihat bulir-bulir kristal keluar dari sepsang mata kecilnya kemudian ia berbisik, “Hyung....Sehun membunuh Krystal ya?”
“Ti-tidak....” jawabku gugup lalu menunjuk ke kepala Krystal. “Nara yang membunuhnya dan dia membunuhnya dengan tubuhmu. Sehun tidak salah.”
Dia menggelengkan kepalanya. “Tidak hyung. Nara terlalu kecil untuk membunuh orang. D-Dia memang membenci Krystal tapi tidak mungkin dia sanggup membunuhnya. Dulu saja membunuh kecoak dia tak tega.”
“Ta-tapi...Arrrrgh!!!” erangku depresi lalu kembali menunjuk ke arah kepala Krystal kembali dengan gerakkan antusias. “Itu dulu Sehun!!! Siapapun bisa berubah tanpa kau ketahui!!!”
“Hyung! Jangan berteriak! Nara jadi menangis!”
Menangis? Bahkan aku tak mendengar suara tangisannya!
“Sudah cukup dramanya. Huuuu~ membosankan,” Sialan, bocah itu kembali lagi.
“Keluar.dari.tubuh.Sehun.sekarang.juga.”
Nara langsung tertawa keras. “Lalu aku akan tinggal dimana Xi Luhan sayang heum?” lalu ia terkekeh sebelum berkata, “Awalnya aku menyukaimu karena dekat dengan kakakku dan melindungi kakakku kalau dia mulai envy dengan pasangan sialan itu. Tapi kadar kesukaanku langsung berkurang jika begini caranya.”
“Aku tak peduli mau kau membenciku atau tidak. Sekarang keluar bagaimana pun caranya.”
Gadis itu tersenyum picik lalu memutar pistol. “Aku mau-mau saja tapi ada syaratnya.” Kemudian dia menyeringai. “Aku pindah ke tubuhmu.”
Air mataku menetes kembali sebelum tersenyum. “Sampaikan salamku untuk Oh Sehun. Bilang aku sayang dia selalu.”
DOR DOR
***
“Kris hyung, sekarang kau dibebaskan.”
“Hah?”
“Kau....belum membaca artikel hari ini?” tanya Suho ragu-ragu.
“Artikel apa?”
“Beritanya di televisi mungkin?”
“Hot News kali ini datang dari dunia hukum.”
Mereka langsung menoleh ke arah televisi yang diletakkan di atas meja penjaga.
“Seorang Jaksa bernama Xi Luhan berhasil menaklukan tersangka pembunuhan berantai namun sayangnya, nyawanya tak tertolong dengan luka tembak di jantung sedangkan tersangka pembunuhan berantai berinisial OS ini diduga bunuh diri setelah menembak Xi Luhan dengan luka tembak tepat di dahi.
Meskipun begitu, Xi Luhan juga gagal menyelamatkan seorang Jaksa muda bernama Krystal Jung. Ia ditemukan hanya dengan kepala dan sisa anggota tubuhnya berada di dalam kulkas OS.
Sementara itu tubuh-tubuh korban yang menghilang ditemukan hanya potongan-potongan tubuhnya di gudang bawah tangan. Semua potongan tubuh mereka sudah disatukan dengan jahitan dan kedua tangannya diikat di tiang kayu berbentuk salib. Potongan tubuh yang sudah disatukan sampai menjadi wanita itu dalam keadaan mengenaskan, sampai saya tak bisa berkata-kata saat melihat fotonya.
Saya –tidak, kami semua berharap Krystal Jung adalah korban terakhir dari kasus semacam ini sekaligus berharap agar tak muncul OS-OS yang lain. Sekian dan terimakasih.”
-END-
Haiiiii~~~ Ini ff bergenre selain romance dan friendship pertamaku jadi bagaimana? Aneh ya? EMANG! *caps gak nahan*
Sebenarnya niat nulis tambahan ini buat jelasin Azoth itu apa hehehehe.
Azoth itu dewi yang digambarkan maha sempurna. Sang dewi yang memiliki kecantikan luar dan dalam yang tak dimiliki seorang wanita manapun. Memiliki bagian-bagian tubuh yang berasal dari metal murni.
Hanya saja azoth ini tidak ada dengan sendirinya karena azoth ini terdiri dari bagian bagian yang berbeda yang berasal dari bahan dasar murni (bahasa kasarnya itu potongan tubuh yang paling sempurna) yang berbeda pula. Bila semua bahan dasar tersebut disatukan barulah tercipta azoth sang dewi maha sempurna.
Azoth tercipta dari keinginan yang kuat untuk kesempurnaan membawa suatu obsesi tanpa batas yang membuat hati tertutup dengan ketamakan diri. Azoth adalah sebuah replika dari kesempurnaan dari kesempurnaan tapi bukan kebahagiaan dari kebahagiaan yang sesungguhnya.
Gak ngerti? Sama saya juga~Yah, bagi yang gak mengerti, ambil garis besar dari yang kalimat atau kata yang saya tebalkan~ pssttt sedikit bocoran, aku lagi bikin ff horror lagi cast antara Kyungsoo sama Chen hehehe^^
Terimakasih sudah mau membaca ff gak jelas diatas beserta penjelasannya! Jangan lupa klik Love button kalau suka ff ini dan komentarnya! ^^ Ppyong~