CHAPTER 2 : Blossom Flower Part 2
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan. Rasanya berat sekali untuk membuka mata. Aku beranjak dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk mandi. Aku ingin berangkat lebih pagi untuk sekedar jalan-jalan. Suasana di rumah sangat membosankan bagiku.
Aku adalah satu-satunya penghuni di rumah ini. Appa tinggal di Paris untuk mengelola hotelnya, tentu saja sebagai istri yang baik, eomma juga ikut tinggal di Paris bersama appa. Aku adalah satu-satunya anak mereka, awalnya aku juga diajak untuk pindah ke Paris, namun aku segera menolaknya. Bukannya aku tidak ingin hidup bersama mereka, tentu saja aku mau. Hanya saja aku tidak mungkin terus menerus bersama mereka setiap saat, aku juga butuh teman dan masalahnya adalah aku tidak bisa berbahasa Prancis! Berbeda dengan appa dan eommaku yang sudah fasih dengan bahasa asing tersebut. Aku tidak mungkin bergaul dengan orang Prancis dengan menggunakan bahasa Korea. Yang paling memungkinkan adalah berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Namun yang aku tahu, orang Prancis lebih mengutamakan bahasa mereka sendiri. Film-film luar negeri yang beredar disana pun di dubbing dengan menggunakan bahasa mereka. Entah pernyataanku ini benar atau salah, yang pasti aku masih mencintai negaraku sendiri.
Aku bercita-cita ingin menjadi seorang desainer. Ketika ada waktu luang, biasanya aku iseng mendesain pakaian. Tapi aku tidak pernah merealisasikan karya ciptaanku ke bentuk nyata karena aku tidak pintar menjahit. Pernah sekali aku mencoba untuk menjahit, tapi hasilnya kacau. Hal inilah yang menghambat cita-citaku, jadi sampai saat ini mendesain pakaian hanyalah salah satu bagian dari hobiku.
Aku sudah berdandan cantik dan siap untuk berangkat. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh. Aku melangkah keluar rumah, tidak lupa aku mengunci pintu rumahku untuk menjaga keamanan.
“Yoojin-ah, mengapa kau baru keluar? Aku sudah bosan menunggumu selama satu jam.” Suara tersebut benar-benar mengagetkanku dan saat aku melihat wajahnya, ekspresi wajahku lebih terkejut lagi.
“Jiyong oppa, mengapa kau disini?”
“Mengapa kau kaget? Bukankah kemarin aku sudah bilang ‘sampai bertemu besok’? Aku kan berjanji untuk mentraktirmu.” Ternyata perkataannya bukan bualan belaka.
“Wah oppa, kau benar-benar serius dengan perkataanmu kemarin? Aku kira kau hanya bercanda.”
“Aku selalu serius dengan janjiku. Jika aku bilang ingin mentraktirmu maka aku harus menepati janji tersebut.”
“Memangnya kau tidak sibuk?” Ia menjawab pertanyaanku yang satu ini hanya dengan senyuman. Apa maksudnya ya?
“Tapi bagaimana kau tahu kalau aku masih berada di rumah?”
“Apakah kau lupa dengan perkataanmu kemarin? Kau sendiri yang bilang kalau kau kuliah siang.”
Ah, aku lupa. Apa iya aku pernah berbicara seperti itu?
“Ayo kita berangkat!”
“Tunggu, kita mau kemana oppa?”
“Aku akan mengajakmu ke studio Big Bang.”
“Ye!!??”
Tanpa sepatah katapun Jiyong oppa menarikku pergi dan menyuruhku masuk ke dalam mobilnya. Aku hanya pasrah dengan perlakuannya. Apakah dia serius? Jika memang serius, itu berarti aku akan bertemu dengan semua personil Big Bang!
Jiyong oppa memberhentikan mobilnya dan membukakan pintu mobilnya untukku. Kami benar-benar sampai di gedung YG Entertainment! Ia menggandeng tanganku menuju ke tempat tujuan. Sepertinya Jiyong oppa sangat tahu bahwa aku sulit untuk melangkahkan kakiku akibat kejutannya itu.
Akhirnya, tibalah aku disini. Di tempat dimana mereka merekam lagu mereka. Aku masih takjub dengan apa yang kulihat ini. Tidak pernah terpikir olehku bahwa aku akan ke tempat ini.
“Yoojin-ah, mengapa kau masih berdiri disitu?”
“Ah, ani oppa.” Aku segera memasuki studio itu.
“Yoojin-ah, kenalkan, ini adalah Choi Seung Hyun hyung, Dong Young Bae hyung, Kang Daesung-ssi dan maknae Seungri.” Ucapnya sambil menunjuk satu persatu dari mereka.
“Ya, hyung! Mengapa kau memperkenalkan mereka semua dengan nama asli, tetapi aku tidak?” Jiyong oppa segera menutup mulut Seungri supaya dia berhenti protes.
“Annyeonghaseyo, Yoojin imnida” Ucapku sambil tersenyum kecil melihat tingkah Seungri.
Setelah memperkenalkan namaku, Seungri melihatku secara lebih seksama. Aku jadi grogi. Tanpa sadar aku memegangi wajahku, apakah ada sesuatu yang aneh di wajahku?
“Sepertinya aku pernah melihatmu noona?” Pinta Seungri sambil memicingkan matanya.
Aku membelalakkan mataku. Apakah dia masih ingat dengan kejadian kemarin? Eothokhe? Aku tidak tahu harus berkata apa... Tunggu! Tadi dia memanggilku apa!? Dia memanggilku dengan sebutan noona!?
“Ya Seungri-ssi mengapa kau memanggilku noona? Kita itu seumuran!” Tiba-tiba aku berani mengeluarkan kata-kata yang sedikit membentak. Semuanya tertawa mendengarnya.
“Mwo? Aku pikir kau lebih tua dariku. Mian.”
Omo! Aku tidak percaya dengan yang ia katakan. Apakah tampangku setua itu? Walaupun ia sudah meminta maaf, tapi wajahnya masih terlihat menjengkelkan bagiku.
Seungri kembali melihatku dengan tatapan serius, “Ya! Bukankah kau gadis yang di Hongdae kemarin? Kau yang mempermalukanku pada saat kami syuting Guerilla Date bukan? Kau lebih memilih Jiyong hyung sebagai member Big Bang favoritmu dibandingkan dengan aku”
“Ne. Wah, ternyata kau memiliki ingatan yang kuat ya, Seungri-ssi?” Ucapku dengan wajah meledek dengan menjulurkan lidah. Kini anggota Big Bang yang lain balik menertawakan Seungri. Aku benar-benar senang bisa membalasnya setelah dia mempermalukanku dengan memanggilku noona. Padahal aku lebih muda dua bulan darinya.
“Wah, berarti kau adalah putriku itu ya?” Ucap Jiyong oppa sambil memegang pundakku. Wajahku memerah mendengar kata ‘putri’ yang keluar dari mulutnya.
“Hyung, cepat bawa dia pergi dari sini, aku tidak mau melihat orang yang telah mengkhianatiku.”
‘Mengkhianati’? Maknae Big Bang ini benar-benar aneh.
“Seungri-ah dia adalah tamu istimewaku. Jika kau tidak nyaman dengan keberadaannya. Kau boleh pergi dari sini.”
Woah, Jiyong oppa membelaku. Walaupun ini hanya candaan, tapi aku sangat senang.
“Hyuuunggg...” Rengek baby-Seungri
Aku kembali menjulurkan lidahku untuk meledeknya
“Ya! Beraninya kau meledekku!?” Ucapnya sambil ingin menghampiriku, namun dicegah oleh TOP oppa. “Sudah sudah, kalian jangan membuat kami tertawa geli dengan tingkah kalian semua. Ayo, kita lanjutkan latihan.”
Anggota lain menuruti perkataan TOP oppa. Wah TOP oppa benar-benar cool. Omo, dia berjalan menghampiriku. Ia mencubit pipiku, “Kau ini lucu sekali Yoojin-ah”.
Aku terus memegangi pipiku, tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh TOP oppa barusan. Kalau Hyerim melihat perbuatan TOP oppa ini, aku sangat yakin dia akan membunuhku hidup-hidup.
...
Aku mendengarkan mereka latihan. Suara yang indah, lagunya pun enak didengar. Beberapa lagu di album mereka ini diciptakan oleh Jiyong oppa. Dia memang sangat berbakat dalam menciptakan lagu. Aku senyum-senyum sendiri mengetahui bahwa aku adalah orang pertama yang mendengarkan lagu mereka ini.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Mereka beristirahat sejenak. Semua anggota Big Bang menghampiriku untuk membanggakan suara mereka. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka ini.
Teleponku bergetar menandakan adanya PESAN.
From: Hyerim
Yoojin-ah, kau kemana? Kelas sudah dimulai. Apakah kau sakit?
Omo! Aku lupa! Aku kan ada jam kuliah siang. Aku terlalu asyik mendengarkan rekaman Big Bang.
“Oppa, aku harus pergi. Aku sudah telat kuliah. Annyeonghigaseyo.” Tidak lupa aku membungkukkan badanku kepada mereka. Aku langsung berlari ke luar gedung tapi ada tangan yang menarikku.
“Biar aku antar.”
“Ah, euu.. Ne.. Kamsahamnida Jiyong oppa.” Kubungkukkan badanku sekali lagi untuk menujukkan kesopanan.
Aku dan Jiyong oppa hanya hening di dalam mobil.
“Mian, aku lupa kalau kau ada kuliah Yoojin-ah.”
“Itu bukan kesalahanmu oppa. Aku saja yang lupa waktu, terlalu asyik mendengarkan kalian rekaman.”
...
“Oppa, kita balik saja ke studio rekaman.”
“Wae?”
“Oppa kan belum selesai rekaman. Lagipula kelasku selesai pukul tiga.”
“Sekali lagi maafkan aku Yoojin-ah, kau jadi membolos hari ini...”
“Aniyo, gwencanayo Jiyong oppa.”
“Aahh, tapi aku sangat malas untuk kembali ke studio rekaman. Bagaimana kalau kita makan saja?”
“Apakah tidak apa-apa? Bagaimana dengan anggota lainnya?”
“Tentu saja! Aku yakin mereka juga bosan bernyanyi terus-menerus. Kami bisa melanjutkan rekaman nanti malam.”
“Memangnya kita mau makan dimana oppa?”
“Meolla. Apakah kau ada rekomendasi tempat makan yang enak?”
“Entahlah. Aku tidak punya tempat makan favorit. Menurutku semua tempat makan sama saja rasanya. Aku lebih suka memakan makanan buatanku sendiri.”
“Jjinjjayo? Kalau begitu, bagaimana jika kau memasakkan makanan untukku?”
“Ah, tapi masakanku tidak seenak makanan yang terdapat di restoran-restoran oppa.”
“Tidak apa-apa. Aku juga bosan dengan makanan restoran. Kau mau kan membuatkan makanan untukku?”
“My pleasure, oppa.”
Akhirnya kami tiba di rumahku. Sudah ada seorang perempuan yang berdiri di depan pagar rumahku.
Omo! Ternyata itu Hyerim.
“Nugu?”
“Oppa, dia adalah teman kuliahku. Sepertinya aku tidak bisa membuatkan makanan untukmu sekarang. Bisa gawat kalau dia mengetahui idolanya sedang bersama denganku.”
“Baiklah. Sepertinya hari ini bukanlah hari keberuntunganku.” Raut wajahnya menampakkan kekecewaan. Aku tidak tahu jika ia benar-benar ingin mencoba masakanku.
“Jeosonghamnida oppa. Hati-hati di jalan oppa.” Aku menutup pintu mobilnya dan menghampiri Hyerim. Ia melihatku dengan pandangan curiga. Sepertinya ia penasaran dengan orang yang bersamaku tadi di mobil.
“Hyerim-ah, apa yang kau lakukan disini?”
“Neo paboya!? Tentu saja aku khawatir denganmu. Pesan yang kukirim tidak kau balas. Berulang kali aku meneleponmu, kau tidak mengangkatnya. Apa yang membuatmu tidak masuk? Kau tidak pernah membolos Yoojin-ah.”
“Jeongmal mianhae Hyerim-ah.”
“Memangnya kau kemana? Siapa orang yang bersamamu tadi? Sepertinya aku tidak asing dengan mobilnya.”
“Emm, dia hanya temanku. Mobil seperti itu kan tidak hanya satu di dunia ini, mungkin mobil yang kau lihat adalah mobil yang lain.” Jawabku dengan nada gugup. Hyerim adalah papparazi Big Bang. Walaupun anggota Big Bang favoritnya adalah TOP oppa, tetap saja dia akan histeris kalau melihatku bersama salah satu anggota Big Bang.
Hyerim masih menunjukkan rasa penasarannya.
“Sudahlah tidak usah kau pikirkan. Lebih baik kita masuk. Aku akan buatkan makanan untukmu.” Aku menyeretnya masuk ke dalam rumahku.
...
“Woah, maeuntang buatanmu memang paling enak! Massida!” Hyerim memang paling menyukai maeuntang buatanku. Dia bilang maeuntang buatanku berbeda daripada yang terdapat di restoran-restoran. Aku sendiri tidak tahu apa yang berbeda dari resepku dengan resep yang lain.
“Jadi, apa yang tadi kau pelajari di kelas?”
“Tidak ada. Kau kan tahu aku kuliah hanya untuk memenuhi absenku.” Senyum seperti malaikat tak berdosa terukir di wajahnya. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku.
“Yoojin-ah, apakah kau masih sering mendesain pakaian?”
“Tentu saja! Itu adalah hobiku. Memangnya kenapa kau menanyakan hal itu?”
“Bisakah kau membuatkan satu desain gaun pesta untukku. Aku membutuhkannya untuk menghadiri acara pernikahan sepupuku.”
“Mwo!? Kau bercanda!? Kau mau memakai desainku untuk pergi ke acara pernikahan sepupumu?”
“Ne, waeyo? Memangnya tidak boleh?”
“Aniyo, bukannya begitu. Tapi kau kan orang yang fashionable. Kau bisa membeli beraneka ragam gaun yang cantik atau jika kau ingin membuat sendiri, mengapa kau tidak mencari designer yang sudah terkenal?”
“Ya! Memangnya tidak boleh kalau sesekali aku memakai pakaian yang di desain oleh sahabatku? Aku tidak ingin didahului orang lain. Setidaknya, jika kau sudah terkenal nanti, aku bisa dengan bangga menunjukkan bahwa aku adalah orang pertama yang memakai pakaian yang di desain olehmu.”
... “Hyerim-ah, jeongmal jeongmal gomawo.. Kau adalah sahabat terbaikku!” Aku langsung memeluknya dengan sekuat tenaga dan mencium pipinya. Ini seperti mimpi bagiku.
“Ya! Ya! Senang sih senang, tapi kau tidak perlu menciumku seperti ini!” Hyerim dengan segera mengusap pipinya yang aku cium tadi.
“Mian. Hehehe. Oh iya, kapan kau membutuhkan desainnya?”
“Secepatnya. Karena juga membutuhkan waktu untuk menjahitnya. Yang pasti pernikahan sepupuku dilaksanakan dua bulan lagi.”
“Ne! Akan aku selesaikan secepat mungkin untuk sahabat terbaikku! Model seperti apa yang kau inginkan?”
“Gaun one shoulder yang elegan. Sisanya aku serahkan padamu. Kau pasti sudah tau gaya berpakaianku kan?”
“Ok Hyerim-ah.”
...
“Yoojin-ah, selama ini aku hanya melihat berbagai macam desain pakaianmu di atas kertas, apakah kau tidak ingin mengubah semua desain tersebut ke dalam bentuk nyata?”
Aku menghela napasku, “Hyerim-ah, kau tau sendiri, aku ini sangat payah dalam hal jahit menjahit. Kau pun sudah melihat satu-satunya karya hasil jahitanku yang gagal total...”
“Maka dari itu kau harus kursus menjahit! Aku yakin kau pasti bisa!”
Aku kembali menghela napasku, “Tidak mau! Dulu kan aku sudah pernah kursus, tapi hasilnya nihil. Aku tidak punya cukup kesabaran untuk menjahit.”
“Hmm, susahnya punya teman pesimis seperti dirimu. Lihat aku! Aku sangat menyukai Big Bang, untuk itu aku selalu berusaha mencari informasi tentang mereka dan menjadi papparazi. Tidak seperti kau, kau bilang kau menyukai Big Bang, tapi tiap aku ajak kau untuk membuntutinya kau tidak pernah mau ikut.” Hyerim terlihat sangat bangga dengan ucapannya.
Lagi-lagi aku menghela napasku, kenapa dia mengambil contoh yang aneh. Jelas-jelas impian dan obsesi adalah dua hal yang berbeda. Sepertinya isi kepalanya hanya ada ‘BIG BANG’ saja.
“Hyerim-ah, apa hubungannya menjahit dengan Big Bang?”
Belum sempat ia menjawab pertanyaanku, tiba-tiba suara telepon Hyerim berbunyi, sepertinya dari eommanya.
“Yoojin-ah, aku harus segera pulang. Eommaku sudah menyuruhku pulang.”
“Baiklah, gomawo sudah mau datang kesini menengokku Hyerim-ah. Jalga.”
“Ne, annyeong Yoojin-ah.”
Saat menutup pagar, aku tidak sengaja menginjak kertas. “Jiyong 235 62869” Omo! Apa maksudnya ini? Jiyong oppa memberikan nomor teleponnya kepadaku!
Tanpa pikir panjang aku memencet nomor sesuai dengan yang tertera di kertas tersebut.
“Yeopposeyeo.”
“Jiyong oppa?”
“Nuguseyo?”
“Yoo..jin...”
“Ah, aku lega. Ternyata kertas tersebut sampai ditanganmu.”
“Jadi, untuk apa kau memberikan nomormu kepadaku, oppa?”
“Apakah kau tidak senang mengetahui nomor telepon idolamu?”
“Ani, tentu saja senang oppa. Tapi kau pasti punya tujuan lainkan? Tidak mungkin oppa memberi nomor teleponnya begitu saja kepada orang yang baru ia kenal.”
“Bingo! Kau kan masih berhutang padaku.”
“Hutang apa oppa?”
“Memasak untukku! Masa kau lupa!?”
“Aaaa, kau masih menginginkannya?”
“Tentu saja!”
“Memangnya kau tidak sibuk oppa?”
“Aku akan selalu menyempatkan waktu untuk menagih hutangmu ini.”
“Besok?”
“Of course I can! Apakah kau tidak ada kelas besok? Aku tidak mau membuatmu membolos lagi.”
“Tentu saja tidak. Hari Jumat adalah hari libur bagiku. Kau mau dimasakkan apa?”
“Apapun yang Yoojin masak, aku akan memakannya. ㅋㅋㅋ.”
...
“Yoojin-ah, mian, aku harus kembali rekaman. Sampai bertemu besok.”
“Ne, hwaiting oppa untuk rekamannya!”
“Ne.. Gomawo.”
Telepon sudah ditutup, tapi mengapa jantungku masih berdetak cepat?
***
Hoaamm... Rasanya masih ngantuk sekali. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh tepat. Sebenarnya bisa saja aku tidur lagi, tapi tidak bisa. Aku harus segera merapikan rumahku dan segera memasak karena akan ada tamu istimewa yang datang. ㅋㅋㅋ.
Kira-kira apa yang harus kumasak ya? Masa maeuntang lagi? Tapi menurut Hyerim, masakanku yang paling enak adalah maeuntang. Ah, biarkan sajalah, toh Jiyong oppa tidak tahu kalau kemarin aku telah memasak maeuntang.
...
Aku mengelap keringat dan melihat seisi rumahku. Aku takjub melihat hasil beres-beresku. Ternyata tamu bisa membuat kita rajin untuk membersihkan rumah. ㅋㅋㅋ
Aku melihat jam di dinding, ternyata sudah pukul sembilan. Aku langsung menuju kamar dan melesat ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang dicucuri keringat.
Setelah mandi, aku menuju dapur untuk memasak maeuntang (lagi). Untung bahan-bahannya masih tesedia di dalam kulkas, jadi aku tidak perlu repot-repot ke supermarket untuk membelinya lagi. Aku tidak membutuhkan resep lagi untuk membuat maeuntang, masakan ini sudah sering kubuat. Kalau Hyerim ke rumahku pasti dia minta dibuatkan maeuntang.
Hyerim dan aku adalah teman sejak SMA. Dialah yang membuatku mengidolakan Big Bang. Hyerim sudah mengidolakan TOP oppa semenjak Big Bang memulai debutnya. Walaupun aku mengidolakan Jiyong oppa, tapi aku tidak segila dia yang harus tahu informasi tentang mereka setiap saat.
Sementara aku menunggu maeuntang buatanku masak, aku menuju kamar untuk berdandan, untuk memperlihatkan penampilan terbaikku di depan Jiyong oppa.
Setelah selesai berdandan, aku mengecek layar ponselku, ternyata ada pesan dari Jiyong oppa.
From: Jiyong oppa
Son Yoojin, aku sudah sampai di depan rumahmu. Cepat bukakan pintunya sebelum ada orang yang mengenaliku.
Aku pun segera turun untuk membukakan pintu, tidak lupa aku mematikan kompor yang dipakai untuk membuat maeuntang.
“Welcome to my house oppa.” Ucapku dengan senyum manis
“Wah rumahmu rapi sekali. Tapi mengapa disini sangat sepi? Dimana appa dan eommamu?”
“Kamsahamnida Jiyong oppa. Ah, appa dan eommaku tidak tinggal disini. Mereka menetap di Paris. Aku hanya tinggal sendiri di rumah ini.”
“Wow, Paris? Itu adalah negara impianku. Aku ingin sekali kesana. Mengapa kau tidak ikut bersama kedua orang tuamu?”
“Tidak oppa, aku terlalu cinta dengan Seoul. ㅋㅋㅋ.”
“Jadi, mana masakanmu. Aku sudah sangat lapar. Aku sengaja tidak sarapan pagi ini supaya aku bisa menghabiskan semua masakanmu. ㅋㅋㅋ.”
”Oppa terlalu berlebihan. Bagaimana jika masakanku tidak sesuai dengan selera oppa?”
“Emm, kalau itu terjadi aku akan keluar dan mencari makanan lain.” Ledek Jiyong oppa dengan senyum yang juga meledek. Aku hanya merengutkan wajahku.
“Aku hanya bercanda Yoojin-ah. Tentu saja aku akan tetap memakan masakanmu apapun rasanya.”
“Jjinjja?” Tanyaku masih meragukan ucapannya dan hanya dibalasnya dengan anggukan.
Aku menuangkan maeuntang yang telah kumasak dan kuberikan pada tamu istimewaku ini.
Jiyong oppa mengambil sesendok maeuntang tersebut dan meniupkannya supaya tidak panas. Aku harap-harap cemas dengan reaksi yang akan diberikannya setelah mencicipi maeuntang buatanku ini.
“Woah! Massida!! Apa resep dari maeuntangmu ini? Sepertinya kau harus membuka restoran. Oppa jamin pasti laku.”
“Kamsahamnida oppa. Tapi aku hanya bisa membuat maeuntang saja. Masakanku yang lain biasa saja. Aku juga bukan orang yang hobi memasak. Aku memasak hanya jika aku lapar.”
“Benarkah? Lalu apa hobimu?”
“Hobiku adalah mendesain pakaian.”
“Jeongmal? Bolehkah aku melihat desainmu?”
Aku menganggukkan kepalaku dan segera mengambil semua desain yang telah aku buat. Sudah tiga buku yang aku penuhi dengan ide-ideku.
“Woah! Apakah benar kau yang membuat semua desain ini!?”
“Tentu saja oppa! Setiap ada waktu luang, aku menuangkan ide-ideku ke dalam buku tersebut. Apakah kau tidak percaya?”
“Ani.. ani.. Tentu saja aku percaya, hanya saja aku takjub. Apakah kau tidak berniat untuk menjahit semua karyamu ini?”
“Hmm, disitulah kendalaku. Aku bisa membuat semua karya itu di atas kertas, tapi aku bukanlah orang yang pandai menjahit. Hasil jahitanku payah.”
“Waeyo? Kau kan bisa mengikuti kursus menjahit?”
Lagi-lagi kursus... “Sudah pernah oppa, tapi tetap tidak bisa. Aku menyerah, menjahit itu sulit sekali. Membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk bisa menjahit dengan sempurna, dan aku tidak memiliki konsentrasi setinggi itu.”
“Yoojin-ah, kau tau? Oppa paling benci dengan orang yang mudah putus asa. Semua itu butuh proses. Oppa pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk diorbitkan menjadi penyanyi. Lagu karya ciptaanku juga tidak langsung diorbitkan ke pasaran. Tapi karena itu adalah cita-citaku, makanya oppa berusaha keras agar impian oppa dapat tercapai. Dan sekarang impian oppa sudah tercapai. Kau juga harus seperti itu Yoojin-ah, jangan hanya bermimpi, tapi berusahalah menggapai mimpimu tersebut.” Tidak lupa ia mengusap rambutku.
Woah! Nasehatnya benar-benar menyentilku. Aku jadi merasa ciut sendiri. Semua yang dikatakannya memang benar. Intinya, buang saja impianmu jika kau tidak ingin berusaha untuk mengejarnya.
“Woah! Oppa daebak! Kau tahu oppa, nasehatmu memberikanku semangat yang tinggi untuk kembali berusaha meraih impianku yang selama ini sudah kukubur dalam-dalam. Aku akan berusaha untuk belajar menjahit dan menjadi seorang designer yang terkenal! Gomawo oppa atas nasehatnya.”
“My pleasure. Yoojin-ah, hwaiting!”
...
Jiyong oppa melihat jam tangannya, “Omo! Yoojin-ah aku harus segera kembali. Manajerku hanya mengijinkanku keluar sampai jam 12, aku harus melanjutkan kembali rekamanku.”
“Tapi kau belum menghabiskan masakan buatanku oppa. Kau kan berjanji untuk menghabiskan semuanya. Kau bilang kau selalu menepati janjimu oppa!?” Ucapku merengut.
“Mian Yoojin-ah. Kalau begitu bisakah kau bungkuskan semua maeuntang buatanmu itu? Aku janji akan memakannya sampai habis di studio nanti.”
“Ye?” Aku hanya diam saja.
Jiyong oppa menyeretku ke dapur, “Tolong bungkuskan semua ini untukku Yoojin-ah.” Ucapnya sambil menunjuk maeuntang buatanku. Tentu saja ia mengucapkannya dengan senyuman seperti anak kecil.
Akupun menuruti permintaannya. Entahlah, apakah maeuntang tersebut akan benar-benar ia habiskan atau ia hanya ingin menghiburku. Yang pasti aku tetap senang.
Aku memberikan bungkusan yang berisi maeuntang itu kepada Jiyong oppa.
“Annyeong Yoojin-ah.”
Deg. Aku membeku. Jiyong oppa mencium keningku! Lalu ia melambaikan tangannya dan dalam sekejap mobilnya hilang dari pandanganku.
Apakah aku kembali bermimpi? Mengapa aku merasa seperti seorang istri yang membuatkan bekal untuk suaminya yang akan bekerja. Dan tak lupa, sebelum sang suami berangkat bekerja, ia mencium kening sang istri.
Aigo.. Semenjak bertemu dengannya aku jadi semakin suka berkhayal yang tidak-tidak.