CHAPTER 2 : I Was Wrong
FF " HIS MIRACLE CONCEPT" (PART-2) - I Was Wrong
Monday,Tuesday,Wednesday...
Jadi hari ini telah menjadi hari keduapuluh lima dimana aku berada di Cheonggyecheon Stream, menunggu seseorang yang bisa meyakinkanku akan keajaiban.
Hari ini, tepat satu tahun aku bertemu dengan Byun Baekhyun ditempat ini. Benar, hari ini malam natal –tanggal dua puluh lima. Dimana tas-ku dulu tersangkut dengan tas Baekhyun.
Ia pernah mengatakannya sekali, Jangan pernah berhenti berusaha karena tepat pada detik kita berhenti berusaha sebenarnya Tuhan sedang menyiapkan sebuah keajaiban.
Aku ingat percakapan terakhirku dengan Baekhyun, hari itu awal musim gugur dibulan September. Ia mengatakannya ketika ia memelukku erat, jangan pernah takut pada gelap, meskipun nantinya kau kehilangan cahaya.
Dan aku baru menyadarinya –Saat itu Baekhyun mencoba mengucapkan kata perpisahannya. Jangan pernah takut pada gelap, yang artinya jangan pernah takut pada hidupku sendiri. Meskipun nantinya kau kehilangan cahaya –meskipun nantinya aku kehilangan dirinya.
Aku menatap kearah sekeliling, sekilas bayangan ketika Baekhyun sedang terduduk di seberang dan menatap gedung pencakar langit yang berada tak jauh dari kami kembali terputar dalam otakku. Ketika ia tiba-tiba saja menyadari bahwa aku memperhatikannya sejak tadi, dan ia menunjukkan sebuah senyuman lebarnya dengan kerutan pada keningnya.
Tuhan menciptakan sesuatu dengan rencana –Baekhyun membuatku mempercayainya.
Dan kukira dulunya rencana Tuhan menciptakanku adalah untuk bertemu dengan seseorang seperti Byun Baekhyun dan kami berdua dapat berjalan di kehidupan yang baik. Tapi lagi-lagi aku sepertinya salah mengartikan.
Aku tidak pernah menangis, tidak sekalipun setelah mengetahui Baekhyun tidak datang pada hari pernikahan kami. Semua itu karena aku percaya, Baekhyun pasti akan kembali. Ini terdengar semakin bodoh –tapi aku belajar berpikir dari sudut pandang seorang Byun Baekhyun.
Han Minjung yang dulunya seorang gadis keras kepala, seorang gadis yang selalu dikejar oleh keinginan kedua orangtuanya dan tidak mempercayai adanya keajaiban dan kebebasan. Tapi kemudian aku bertemu dengan Byun Baekhyun, suatu keajaiban karena gadis pemarah dan menyebalkan sepertiku dapat bersama dengan lelaki baik seperti dirinya. Dan saat itu keajaiban pada malam natal benar-benar terjadi.
Tuhan merencanakan semuanya, Jika saja aku tidak pergi kabur dari perjodohan dan berlari menuju Cheonggyecheon Stream malam itu aku tidak akan bertemu dengan Baekhyun dan jika saja hari itu tas kami tidak saling tersangkut mungkin sekarang kami tak lebih dari orang asing bagi satu sama lain.
Jadi dulunya aku mulai percaya, Tuhan pernah memberiku keajaiban –dan itu adalah Byun Baekhyun.
Dan menunggu Baekhyun selama beberapa bulan terakhir ini telah membuatku benar-benar lelah. Aku mulai berpikir untuk pulang, menyerah, dan menyutujui perjodohan yang disodorkan begitu saja oleh kedua orangtuaku.
Jam mulai menunjukkan pukul duabelas dan aku melihat pasangan lainnya saling bertukar kado sementara aku hanya menjadi pengamat. Mungkinkah pemikiran Baekhyun tentang keajaiban berubah?
Jika Tuhan memang mendengarkan permintaanku aku hanya berharap Santa membawakan Baekhyun tepat dihadapanku. Tidak ada hal lain yang lebih kuinginkan dari lelaki itu diduniaku yang mulai memburuk ini.
Aku bangkit dari tempatku, berjalan menabrak beberapa orang yang lain yang berjalan menuju arah yang berlawanan denganku. Mencoba mengabaikan perasaan sedih yang tiba-tiba begitu menyesakkan bagiku. Hingga akhirnya aku sendiri yang terjatuh karena tidak memperhatikan jalanan.
Aku dapat melihat seseorang mengulurkan tangannya padaku, tanda ingin membantuku untuk bangkit. Tapi tidak, aku hanya ingin jatuh untuk lebih lama lagi. Membiarkan perasaan kehilangan menguasai diriku dan entah bagaimana mulai membuatku ingin menangis.
“ Pergilah, aku tidak butuh bantuanmu siapapun kau.”
Aku berusaha keras menahan tangisku untuk pecah, setidaknya aku selalu berpura-pura menjadi gadis kuat dengan baik selama ini. Jadi aku hanya harus melakukannya lagi hingga nantinya aku sampai pada rumahku dan menangis seperti gadis gila.
Dan lelaki yang sepertinya ingin membantuku telah pergi, meninggalkanku sendiri –Seperti biasanya.
***
Hari itu setelah malam natal aku telah memutuskan untuk menghentikan kegiatan bodohku untuk menunggu Baekhyun. Seharusnya aku tidak perlu banyak berharap padanya dan lelaki itu bahkan tidak berjanji apapun padaku.Tapi kenapa aku rasanya terus menerus ingin percaya bahwa Baekhyun akan kembali nantinya padaku.
Aku percaya begitu saja dan mengira Baekhyun akan berada disana pada malam natal, datang dan tersenyum padaku lalu memelukku. Tapi malam itu dia tidak datang.
Jadi aku berada disini, berjalan kaki menuju tempat pertemuanku dengan klien selanjutnya dan secara tidak sengaja berjalan tepat diatas Cheonggyecheon Stream disiang hari dengan salju lebat pada hari pertama sesudah malam natal.
Aku menghentikan langkahku, menatap kearah bawah, sesekali mencari sesosok lelaki berambut coklat kehitaman yang sedang duduk disalah satu sisi Cheonggyecheon Stream. Tapi lagi-lagi aku membuktikan bahwa diriku salah, tidak ada orang yang berada disana sama sekali tidak ada karena salju yang terlalu lebat dan membuktikan bahwa Baekhyun tidak berada ditempat ini. Entah mengapa semua ini sedikit membuatku kembali kecewa dan sedih dalam satu waktu yang bersamaan.
Tapi ketika tubuhku berbalik tiba-tiba sesosok lelaki dengan tinggi yang melebihiku beberapa senti sedang menatapku dengan tatapan hangatnya. Sementara aku terus menerus mengerjapkan mataku jika saja seseorang dihadapanku hanyalah delusi yang dibuat oleh pengelihatanku sendiri.
Ini semua bukan delusiku, karena saat ini ia mulai menarik tanganku menyelipkan jemarinya diantara milikku seperti yang selama ini ia lakukan.
“ Kau terlihat memotong rambutmu Han Minjung? Kenapa?”
Aku terdiam selama beberapa saat sementara ia mulai tersenyum melihat ekspresi wajah bodoh pada wajahku. Hei, ini benar-benar terjadi? Apa ia sedang tersenyum dihadapanku saat ini?
“ Aku sangat menyukaimu Byun Baekhyun.”
Dari sekian banyaknya kata-kata yang sedang terangkai dalam otakku hanya kata itulah yang berhasil meluncur dengan tepat dari bibirku. Benar –aku menyukainya, faktanya aku bahkan tidak bisa berhenti hidup dibawah bayangannya.
Dan detik berikutnya Baekhyun tidak perlu menjelaskan apapun karena pelukannya telah memberikan semua jawaban dari pertanyaanku sejak awal penantianku padanya. Ia kembali untukku, ia kembali untuk membuatku percaya konsep keajaibannya selama ini bukanlah hanya omong kosongnya semata.
“ Aku mengawasimu setiap hari. Hanya saja banyak urusan yang harus kuselesaikan –maafkan aku membuatmu menunggu.”
“ Aku bisa gila karena merindukanmu Bae.”
Baekhyun melepaskan pelukan kami lebih dulu, mengusap kepalaku beberapa kali sementara tiba-tiba saja air mata telah menggenangi pelupuk mataku. Membuat wajah Baekhyun terlihat tidak jelas dalam pandanganku.
Tapi aku bisa melihat jelas, Byun Baekhyun ada disini.
“ Aku akan selalu ada berada dibelakangmu, percayalah.”
“ Maafkan aku karena mengira selama ini konsep keajaibanmu itu tolol.”
Aku tersenyum tipis sementara Baekhyun meletakkan tangannya pada pipiku, mengusap air mataku yang jatuh dengan menggunakan ibu jarinya.
“ Kau sudah percaya sekarang eh?”
Aku mempercayainya, sejak dulu aku selalu mempercayainya tapi aku hanya butuh pembuktian dan bukti dari keajaiban Tuhan yang paling terbaik padaku sekarang telah ada dihadapanku. Apa ada hal lain yang dapat membuatku tak percaya?
“ Aku kemarin datang, tapi kau sendiri mengusirku dan memintaku pergi.”
“ Kau kemarin datang?”
“ Aku selalu datang untukmu Jungie-ya. Selalu.”
Lelaki itu mendekatkan tubuhnya padaku, meletakkan kedua tangannya pada kedua pipiku yang mulai memerah dan selanjutnya aku bisa merasakan ia sedang menciumku perlahan, seperti aku adalah sebuah porselen yang mudah rapuh.
But he made it, ia selalu berhasil membuatku percaya padanya dan entah mengapa aku merasa ia dan presepsi anehnya itu selalu benar.
Dan lagi-lagi aku salah mengartikan sesuatu...
Tunggu dulu, Byun Baekhyun bukan lelaki yang berusaha membantunya berdiri kemarin kan?
-END-