CHAPTER 1 : Meet A Miracle
Tak terbayangkan bahwa Rara mendapatkan liburan gratis. Bermula dari Ia menemukan tiket kekorea dijalan. Rara mencari dan memberikan pada empunya. Seorang bapak meminta padanya untuk menggantikan menemani putrinya,Yuki, berlibur kekorea bersama seorang pembantu.
Udara Korea memang tampak berbeda dari negaranya, begitu bersih dan segar.
“tunggu disini, aku akan membelikan minuman hangat” kata Rara pada Yuki.
“teh hangat tiga” pesan Rara pada pramusaji.
Rara keluar kafe, dari kejauhan tampak banyak wanita mengejar seseorang. Semakin dekat kearahnya. Tepat didepannya, bruuuuuuk! Rara menabrak beberapa orang dari mereka.
“aaaaaah!”Teriak salahsatu dari mereka yang terjatuh.
“apa kau punya mata!”umpat diantara mereka.
“gimana bisa hanya berdiri disini”sahut yang lain.
“baju kami basah”ya 3teh Rara tumpah. merasa terpojokkan namun tak gentar.
“gimana mungkin kalian lari seperti segerombolan gangster yang melarikandiri dari kejaran polisi” penekanan suaranya pertanda Rara tak takut. “jika kalian berjalan dengan baik, baju kalian tidak akan menjadi korban” lanjutnya.
Rara yakin mereka merasa bersalah karena membalikkan badan dengan kecewa sambil bergumam. Seseorang keluar dari ’persembunyian’nya sambil membawa 3teh hangat. Ia menyodorkan namun Rara merasa acuh tak acuh setelah mengambilnya.
Pria tampan, tinggi,dan putih heran dengan tingkahlaku gadis manis itu. Hanya bisa melongo sambil melihat punggungnya. Jung Yong Hwa adalah seorang musisi muda yang terkenal dikorea bahkan didunia. Namun ada seorang gadis yang merasa bahwa Ia tak mengenalnya.
“baru saja menginjakkan kaki diSeoul, aku sudah mendapatkan momen buruk” gumam Rara.
Keesokan harinya Rara memutari kota dengan Yuki. Menikmati Seoul setiap sudutnya sambil berfoto dengan riang. Kota yang sangat indah,batinnya. Mereka keliling hingga malam hari.Yuki tertidur dibus. Rara menggendongnya dan menyusuri gang dengan sedikit lampu menuju penginapannya. Dari arah berlawanan ada beberapa anak muda berjalan dengan goyah. Rara memberanikan diri untuk tetap berjalan.
“hey cantik,gimana bisa kau sendirian” seperti dugaannya, mereka mabuk dan mengganggunya.
“apa yang kalian mau?” tantang Rara dengan sok kuat.
“apa yang kami mau?” mereka tertawa.
“berani sekali kau!” salah seorang dari mereka marah dan menghampirinya. Tangannya sudah melayang keatas dan Rara segera menutup mata sambil memegang Yuki dengan erat. Rara berpikir bahwa Ia akan mati.
Seseorang menolongnya. Mereka berkelahi. Walaupun 1:3 rasanya cukup imbang. Wah Ia terlihat seperti atlet profesional, batinnya. Anak-anak muda itu lari setelah dihajar dengan satu orang.
“bukankah cukup berani melawan mereka” jelasnya. Rara hanya diam dan tertegun melihat lukanya.
“hutangku sudah lunas” Yonghwa menatap kearah Rara dan membalikkan badan untuk pergi. “masuklah” kata Rara tiba-tiba.
Rara membersihkan dan mengobati lukanya.
“sebenarnya hari ini aku mengikutimu” Rara menghentikan kegiatan tangannya diwajah Yonghwa.“ini sudah kedua kalinya kita bertemu tapi belum tahu satu sama lain,namaku....”
“lukamu tidak begitu parah, besok sudah membaik” belum selesai Yonghwa memperkenalkan diri, Rara langsung memotongnya.“aku sudah selesai mengobatimu, pulanglah” perkataan Rara adalah pengusiran. Rara mengantar ke pagar.
Udara pagi hari sangat sejuk. Rara harus memiliki liburan yang manis hari ini, tekadnya.
“Yuki, hari ini kita pergi kemana?” tidak seperti Rara, Yuki tampak lelah dengan tiduran di atas sofa.
“sepertinya dia masih capek karena seharian kemarin keluar” sahut bibi. Rara memandang wajah Yuki dengan iba.
“tapi Yuki mau permen gulali yang besar” tangan Yuki membentang pertanda bahwa Ia ingin permen yang sangat besar.
“Ok! Aku keliling sendiri untuk mencarinya” janji Rara sambil tersenyum.
Rara melewati gang penginapannya namun tampak dari kejauhan, Ia melihat sosok yang tidak asing. Semakin dekat, ia semakin mengerti. Apakah Seoul kota yang sangat kecil? Tanyanya dalam hati. Yonghwa terlihat baik-baik saja.
“apa mungkin kita ditakdirkan” sapaan itu membuatnya menarik nafas yang dalam. “pagi gini mau kemana?” tanyanya singkat.
“suatu tempat” jawab Rara lebih singkat.
“wah sepertinya kita punya tujuan yang sama” dengan percaya dirinya ia bicara.
Aku harap tidak, batin Rara.
Rara mempercepat langkahnya, tapi itu tidak mempersulit langkah Yonghwa yang lebar. Rara mencoba untuk belok kiri, lalu kanan namun Yonghwa tetap mengikutinya. Ada pertigaan didepan dan tiba-tiba Rara berhenti. Yonghwa kemudian berhenti pula.
“kau belok kiri atau kanan?” tanya Rara tegas.
Yonghwa berpikir dengan melihat jalan sekitar. “kiri!” katanya begitu yakin.
“Ok!” kata Rara sambil berjalan kearah kanan.
Ini sedikit menyebalkan baginya harus selalu bersama Yonghwa. Yonghwa tertegun melihat Rara berjalan kearah yang berlawanan.
“Ah! Aku baru ingat kalau aku dulu lewat sini” Yonghwa berlari kecil untuk mengejar Rara. “bangunan ini tampak berbeda dengan dulu, tapi aku masih bisa merasakan hawa yang sama hahahaha” tawanya, tanpa melihat Rara kesal, namun Rara tak bisa menghindar. Yonghwa berhenti ditoko kaset. “aku sudah sampai”
Baguslah! Batin Rara.
“10menit lagi aku akan menunggumu disini” Ia pergi begitu saja.
“gimana bisa ada orang seperti dia” gumam Rara sambil berjalan.
Rara tersenyum lebar akhirnya menemukan permen gulali, Rara keluar toko sambil berjalan kecil untuk menikmati suasana Seoul.
Beberapa wanita dibelakang Rara begitu heboh dengan ceritanya. Langkah Rara dipercepat, sampai belokan depan tempat janjian mereka. Yonghwa sedang menunggu, yang terlihat tidak jauh dari pandangannya.
Rara menghampirinya, lalu menariknya hingga berada digang sempit yang buntu. Wanita gerombolan tadi berlalu dengan tetap asyik mengobrol dengan pembicaraan yang sama. Kringkring! Bel sepeda berbunyi seakan berteriak ‘jangan halangi jalanku’.
Rara tersudutkan dipinggir dinding sambil memegang lengan Yonghwa, Rara hanya terdiam sedangkan Yonghwa tampak heran. Mereka begitu dekat, bahkan Rara bisa mendengarkan detak jantung Yonghwa.
Yonghwa pun diam sambil berpikir dengan sendirinya. Rara tersadar dan melepaskan lengannya. Segeralah Ia menjauh.
“apa mungkin kau....” tanya Yonghwa ragu.
“ada sepeda tepat dibelakangmu, aku hanya menyelamatkanmu” jawab Rara cepat. “apa yang sedang kau pikirkan, babo” ejeknya.
“aku tidak memikirkan apa-apa” jawab Yonghwa dengan keras.
“ya sudah kalau memang tidak, tak perlu bicara keras seperti itu”
“tapi memang aku tidak berpikir apa-apa”
“aaiiiisssh” keluh Rara.