CHAPTER 2 : Verschijnsel (Phenomenon)
“TAEYONG! KAU DENGAR AKU?! TAEYONG! KITA HARUS BERTAHAN! KAU HARUS KUAT! KITA TIDAK BOLEH MATI SIA-SIA DI SINI—”
Taeyong tidak terlalu mengindahkan perkataan Jaehyun. Ia masih berusaha mengingatnya. Ia tahu salah satu dari sekian mantra tersebut.
Mantra ini…
“Mantra teori menembus ruang dan waktu! Jaehyun! Kau dengar aku?! Ada mantra untuk menembus ruang dan waktu!”
“Apa mantranya?!”
“Less aventeur imequora alzjenbeire anlure tahranatendt la imvioux insiqieuor.”
“PEJAMKAN MATAMU SAAT MERAPALKANNYA!”
Keduanya pun menutup mata rapat-rapat lalu merapalkan mantra tersebut dengan lantang dan sangat jelas. Tak lama setelah merapal mantra, angin pun malah semakin berembus kencang dan gempa pun semakin kuat. Mereka refleks membuka mata saat sebuah cahaya menyinari mereka. Cahaya tersebut amat benderang. Tak lama setelah itu, mereka tak lagi merasakan goncangan. Angin masih berembus, namun tidak sedahsyat sebelumnya.
“Itu gerbang dimensinya! Kita harus segera pergi dari sini, Jaehyun!”
Jaehyun mengangguk kuat. Mereka pun berlari sembari masih menggenggam satu sama lain dengan kuat menuju gerbang dimensi. Embusan angin masih setia menemani acara berlari mereka.
“Kita harus cepat, Jaehyun! Menurut sumber yang kubaca, gerbang dimensi akan tertutup jika lebih dari dua puluh detik. Lihat! Lingkar cahayanya sudah mulai mengecil.”
Mereka berlari dengan kekuatan penuh. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di depannya. Taeyong memegang lututnya. Napasnya kacau tak beraturan, pun Jaehyun.
“Tunggu apa lagi? Ayo masuk!”
Taeyong mengangguk mendengarnya. Tiba-tiba Taeyong membelalakkan matanya ketika melihat sosok Sehun yang berlumur darah sedang berusaha menghampiri dirinya dan Jaehyun dengan berjalan menggunakan bokongnya. Ia beberapa langkah berada di belakang Jaehyun dengan tangan yang terulur-ulur seolah ingin menggapai Jaehyun.
“S-Sehun?! Jaehyun! Di belakangmu ada Sehun! Kita harus menyelamatkannya! Kau dengar aku?
Jaehyun mengacak rambutnya frustrasi dan memegang bahu Taeyong kuat.
“Taeyong! Berhenti mengkhayal! Kemungkinan besar, Sehun sudah mati! Kita harus segera pergi dari sini!”
Cahaya gerbang pun semakin mengecil. “Waktu kita tidak banyak, Taeyong! Kita harus pergi!”
Taeyong menangis, namun ia mengangguk. Ia mempererat genggamannya pada Jaehyun dan mulai memasuki gerbang. Sebelum ia benar-benar masuk, ia menyempatkan diri untuk menoleh dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat bahwa sosok yang ia kira Sehun pun sudah lenyap, yang ada hanya sesosok dengan kulit hitam nan melepuh dengan wajah yang hancur dan bola mata yang hilang sebelah.
.
Jaehyun dan Taeyong benar-benar menembus ruang dan waktu. Rasanya seperti terombang-ambing di kayangan. Sensasi ini membuat perut mereka mual sekaligus merasa bebas. Mereka hanya melihat putih selama perjalanan ini.
.
Dua Minggu Setelahnya
“Ini.”
Pria tersebut tersenyum girang lalu mengambil buku catatan yang ia nantikan sedari tadi.
“Auh. Terima kasih banyak, Taeyong. Kau memang yang terbaik.” Ucap pria tersebut—Jaehyun dengan nada yang menurut Taeyong menyebalkan.
“Terima kasihmu aku terima. Jangan lupa traktir besok.” Datarnya. Jaehyun terbahak. Ia mencolek-colek dagu Taeyong, berusaha menggoda sahabat sehidup-sematinya tersebut. Taeyong berdecak lalu menyentil tangan Jaehyun. Jaehyun mengangguk, “Siap, Kapten Lee.
.
Setelah kejadian mematikan yang ia dan Jaehyun alami dua minggu silam, Jaehyun memutuskan untuk pindah sekolah ke sekolah yang sama dengan Taeyong. Mereka sudah bersahabat sejak kecil, namun sejak masuk SMA, keduanya jadi jarang berhubungan. Kejadian tak terduga tersebutlah yang justru mempertemukan mereka kembali. Sejak kejadian tersebut, Jaehyun mendedikasikan Taeyong sebagai sahabat sehidup-sematinya. Taeyong pun. Mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya.
.
Taeyong gelisah. Ia bingung harus melakukannya atau tidak. Ia lupa mengeluarkan email yang ia gunakan untuk berselancar ke deep web agar dapat memasuki situs Verbotene Walder. Bisa bahaya jika para peretas andal dari deep web meretas data dirinya. Itu sangat berbahaya.
Taeyong melirik jam dinding yang menunjukkan setengah pukul dua belas malam. Ia memantapkan hati untuk membuka laptopnya dan berdoa sebelum memasuki deep web. Rasa trauma masih melandanya.
Taeyong berhasil mengeluarkan emailnya tanpa kendala apa pun. Ia menghela napas lega kemudian bersandar pada kursi belajar sembari menengadahkan kepalanya. Taeyong masih menyesali perihal kejadian yang menimpa Sehun. Ia merasa sangat bersalah. Secara tidak langsung, ia dan Jaehyun menjadikan Sehun tumbal untuk mereka. Sialnya juga, waktu itu Sehun sudah menjadi manusia setengah iblis. Menurut informasi yang ia baca juga, manusia yang terinfeksi jeratan ibis alam ilusi jika dibawa ke dunia nyata akan menjadi iblis seutuhnya dan beribu kali lebih kejam dari iblis biasa. Ia hanya perlu belajar merelakan. Ia memejamkan matanya perlahan.
Apa pun yang terdapat di deep web sangatlah berbahaya. Ini gila. Fenomena ini…sangat tak masuk akal.
Alam ilusi itu nyata. Hutan Terlarang itu ada. Aku jadi merasa sangat bersyukur. Tuhan masih menyayangiku. Fenomena ini tidak akan kulupakan.
.
FIN