CHAPTER 1 : We Under The Moonlight
I see you neoreul bwa nunbusyeo
You see me nareul bwa seolleyeo
I see you neoreul bwa nunbusyeo
You see me nareul bwa modeun ge meomchwo
( cr : GOT7 - Moonlight)
Suasana kelam, terselimuti kabut kegelapan ditengah kilauan tersembunyi dari si cantik penghias malam. Karena ada sebuah keyakinan, walau segelap apapun ia saat ini. Pada akhirnya yang bersinar, yang berkilau akan tetap ada padanya.
Perasaan gundah, kacau dan merasa tak mampu lagi untuk tetap tegak terus menyelimutinya. Bagai harapan hidupnya telah musnah. Tak ada lagi yang akan membuatnya tenang di bumi yang kejam ini.
"Arrrrghhhhhhhhhh----"
"Praangg-"
"Blammm--"
Sekali lagi, pecahan benda penghias kesepian ruangan ini berhambur pasrah, berserak bak perasaan sakit hati yang tak dapat lagi kembali menyatu.
"Sayang .... Apa yang kau lakukan ?"
"Hentikan ...... "
Seorang penenang kembali datang, aura hangat yang ia pancarkan seolah mengajak si cantik untuk terus terjerat dalam dekap hangatnya.
"Hkssss..... Hks..Hks.."
Tak ada sahutan, tak ada ungkapan balas dari pertanyaannya. Hanya tangis menyayat yang kembali terdengar, isakan menyakitkan yang membelah relung hatinya.
Ini menyakitkan, sungguh sakit meski bukan ia yang secara langsung merasakannya. Melihat yang dicintai tersakiti, membuatnya tak lagi mampu untuk menunjukkan keangkuhan pada bumi.
"Aku tau kau pasti akan kesakitan malam ini, tapi tenanglah... Aku tak akan pernah meninggalkamu"
Ungkapan hangat itu kembali terdengar ditengah kesunyian. Mark Tuan. Pemuda tampan utusan Dewa cinta kembali berusaha mencurahkan segenap cinta yang dimilikinya untuk Gadis menyakitkan itu.
"Hksss... Arrrghhh- Mark hks Sa-ki-t hkss"
Rintihan penuh derai air menyakitkan yang keluar dari kedua kelopak mata indah gadis ini membuat Mark sedikit goyah. Pemuda tampan ini sedikit mengendurkan dekapan hangatnya, mengalihkan tatapan tajamnya kearah sang gadis yang kembali merintih.
"Tenanglah Suzy-ya... Kau harus bisa menahannya.."
Sekali lagi ucapan bak obat penenang itu kembali terlontar, Mark menyentuh lembut lengan kanan Suzy. Kilauan sinar yang dihasilkan dari sebuah tanda misterius yang ada pada lengan gadis ini belum juga meredup.
"Sebentar lagi Suzy-ya... bertahanlah"
Suasana semakin kelam. Keduanya sama-sama terdiam. Untuk beberapa saat, kilauan menyakitkan itu lenyap, dan membiarkan sang gadis untuk kembali sedikit menarik ujung bibirnya.
Tatapan tajam Mark belum juga beralih dari lengan kanan Suzy yang kini ia genggam, untuk beberapa saat ia menguatkan gadis ini dengan mengelus lembut surai hitamnya. Membantunya bertahan ditengah sakitnya fase-fase ini.
Dan...
-Blaaaammmmm-
Kilauan itu meredup untuk beberapa saat, Dan sesaat berikutnya sinar itu telah hilang dan benar-benar lenyap. Apakah meninggalkan jejak ?
Tentu saja, Sinar menyayat menyakitkan itu kini meninggalkan seorang gadis yang telah hilang dari sadar. Untuk kesekian kalinya, Suzy malang ini harus mengalaminya.
"Maafkan Aku Suzy-ya .... "
Dan benar, setelah peristiwa pesakitan ini berakhir, Mark akan selalu mengucapkan kata maaf untuk gadis yang dicintainya ini. Ia berjanji akan segera mencari jalan untuk bisa membawa Suzy nya keluar dalam peristiwa kelam yang ia buat. Itu janjinya.
Pemuda tampan ini segera membopong Suzy yang tak sadarkan diri, untuk ia tidurkan kambali di ranjang, Dan sekali menarik selimut tebal untuk menghangatkan gadisnya, tak lupa sebuah kecupan penenang ia daratkan pada puncak kepala gadis itu. Dalam diam Mark berdoa untuknya. Untuk Suzy pengisi jiwanya.
-000-
Setelah hilang kegelapan, Kini berganti cerahnya surya. Membawa kembali harapan yang sempat terenggut semalam. Memberikan semangat serta memancarkan aura kehidupan yang positif, yang membawanya kembali hidup tenang.
"Hyung, Apa yang terjadi semalam ?"
Seorang pemuda menyambut yang lebih tua dengan sederet kalimat tanya, ia sudah memendam pertanyaan ini sejak semalam. Setelah melihat sebuah kejadian. Seperti mimpi yang terus terulang.
Mark, yang mendapatkan pertanyaan masih bungkam. Rasanya ia hampir jengah untuk menjawabnya.
"Yugyeom-ah, Apa kau harus menanyakan itu lagi ? Pertanyaan mu itu akan terus berulang disetiap kejadian yang kau lihat, Apa kau tak bosan ?"
Seorang lain yang juga tampan menyahut, mengetuk pelan kepala maknae diantara mereka. Tentu saja membuat Yugyeom cemberut.
"Aeyy Hyung, Sinar yang keluar dari dalam Kamar Suzy Noona semalam begitu terang, berbeda dengan biasanya, Dan Aku hanya penasaran ? Apa salahnya ?"
Yugyeom tak terima, diringi dengan aksi 'pencurian' yang ia lakukan.
Tentu saja hal itu membuat Jinyoung kesal, setelah Yugyeom berhasil Melahap sepotong roti yang berniat ia jadikan santap sarapan paginya lenyap begitu saja dan beralih kemulut si maknae yang tengah sibuk menguyah hasil curiannya itu.
Melihat Yugyeom dan juga Jinyoung saling berebut roti tak membuat Mark tergoyah, untuk sekedar mengalihkan pandang saja tidak. Ada banyak hal yang menyelimuti fikirannya. Membuatnya beberapa kali tak fokus meski hanya untuk melahap sepotong roti yang disajikan Jinyoung.
"Arhhh ... "
Selalu seperti ini, bukan kali pertama Mark mengalaminya. Karena fokusnya terbagi, ia tak sengaja menggigit bibirnya sendiri, setelah roti yang berada dalam genggam garpunya terlepas. Dan membiarkan lelehan liquid merah itu membasahi bibirnya.
"Ya, Hyung Kau ini .... "
Jengah Jinyoung. Sebagai pemuda yang paling peka diantara kedua saudaranya ini, ia segera mengambilkan beberapa obat Dan kembali menghampiri Mark.
"Selamat pagi ...... "
"Ouh- Noona .. Kau mengagetkanku"
Teriak Yugyeom. Sesaat setelah ia menoleh disebelah kanannya berdiri seorang gadis berparas cantik. Namun dengan auranya yang pucat.
"Apa yang terjadi ?"
Tanya Suzy melihat suasana ruang makan yang mendadak dingin.
"Seperti biasa Noona... Mark Hyung menggigit bibirnya sendiri sampai berdarah yang dia kira roti hahaa.. "
Jawab si maknae diiringi dengan tingkah konyolnya. Namun tampaknya suasana ini tak cocok untuknya, lihatlah tak ada seorang pun yang tertawa selain dirinya sendiri. Suzy, Mark dan Jinyoung. Ketiga manusia yang lebih tua darinya itu sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun.
"Aehhh.. selalu seperti ini, Baiklah Aku berangkat Sekolah saja"
Keluh Yugyeom yang merasa dalam situasi memalukan. Ia memilih bangkit dari kursi, meja makan yang sejak tadi ia tempati. Tak lupa membawa ranselnya dan segera lenyap dari pandangan ketiga orang yang masih terdiam ini.
"Suzy-ya .. Apa Kau baik-baik saja ?"
Mark bangkit, setelah Jinyoung beberapa saat lalu memberikan obat pereda rasa sakit untuk bibirnya. Dan darah itu telah berhenti menetes.
"Ehm... Aku baik, Kau tenang saja"
Jawab gadis ini lembut sembari tersenyum pelan. Membuat wajah pucatnya sedikit bersinar.
"Kau harus beristirahat hari ini, jangan pergi kemanapun"
Titah Mark, pemuda ini tak biasa meminta, ia lebih suka memerintah.
"Baiklah, Aku tahu.."
Pasrah Suzy, ia tau Mark akan selalu melakukan hal ini terlebih ketika Suzy baru mengalami hal seperti semalam.
-000-
Semburat senja perlahan kembali terganti dengan kegelapan. Dengan beberapa tumpukan buku pengetahuan, kini Jinyoung memaksa kedua indera penglihatanya untuk menelusuri setiap kata yang ada didalamnya. Sampai pada akhirnya kedua bola matanya pun membulat. Sempurna, ia menemukan sebuah hal. Sesuatu yang sangat ingin ia temukan.
"Elf adalah makhluk dari mitologi Jermanik. Para elf pada awalnya dianggap sebagai suatu ras dewa yang diberkahi dengan kekuatan magis, yang mereka gunakan baik untuk memberi manfaat maupun untuk mencelakakan umat manusia."
"Hyung!!! Apa yang Kau lakukan ?"
Sebuah tepukan keras pada bahu kanan Jinyoung membuatnya menggeram kesal, siapa lagi dia ? Tentu saja sang Maknae, yang tak bisa jika sehari saja tak menganggunya. Dengan segala pertanyaan yang sebentar lagi pasti akan memburunya.
"Kau bisa lihat kan Aku sedang apa ? Mengapa harus bertanya ?"
Balas Jinyoung. Agak sadis memang, tapi begitulah. Untung saja Yugyeom tak pernah memakai perasaan mendengar jawaban Jinyoung. Sudah biasa lebih tepatnya.
"Ya, Aku tau kau pasti sedang membaca, dan mencari tau mengenai Suzy Noona kan ? Sebenarnya Suzy Noona itu makhluk apa Hyung ? Mengapa kulitnya begitu pucat ?"
-ssttth-
"Yugyeom-ah pelankan suaramu, Kau mau Mark Hyung mengetahui hal ini ?"
Kesal Jinyoung sembari bangkit dari kursi bacanya serta membungkam mulut sang maknae. Kemudian Yugyeom barulah mengangguk mengerti.
"Apa yang Kau fikirkan kan Hyung ?"
Kali ini, Yugyeom mulai bertindak serius.
"Kau tahu kan, Mark Hyung sangat melindungi Suzy, dia bahkan mau mengorbankan nyawanya hanya untuk gadis aneh itu, Apa dia sudah gila ?"
Jinyoung mulai berucap. Yang kemudian mendapat sanggahan dari Yugyeom.
"Itu karena Mark Hyung sangat mencintai Suzy Noona, Kau ini tak mengerti apa yang namanya cinta ya ? Hmmm"
Ledek Yugyeom, sukses ia mendapatkan sebuah jitakan dikepalannya.
"Bukan itu masalahnya bodoh, Ada hal besar yang akan terjadi Jika Mark Hyung terus melindungi Suzy"
Yugyeom seketika terdiam. Ia mulai tertarik dengan arah pembicaraan Jinyoung.
"Ketika Mark Hyung terus melindunginya, itu berarti tanda misterius di lengan kanan Suzy akan terus menyerap cahaya kehidupan dari Mark Hyung. Kau tau apa maksudku kan ?"
Jinyoung mendesah.
"Jadi maksudmu ? Mark Hyung bisa celaka jika dia terus melindungi Suzy Noona ?"
Jinyoung tak menjawab, ia hanya memberikan sebuah ekspresi datar, yang Yugyeom yakini sebagai jawaban.
"Lalu Apa yang harus kita lakukan Hyung?"
Yugyeom mulai panik.
"Diamlah, Kau membuat kepalaku semakin pening"
Jinyoung mengabaikan pertanyaan Yugyeom, ia memilih untuk kembali fokus pada buku yang dipegangnya, sederet kalimat dalam paragraf yang ia baca kali ini membuatnya tercengang.
"Kebanyakan dari mereka mengganggu melalui mimpi. Seseorang yang diganggu oleh elf akan diberikan mimpi buruk hingga seseorang itu mengalami trauma kejiwaan hingga akhir hayatnya."
"Ya, Hyung mengapaa Kau mengabaikanku ?"
Rengek Yugyeom. Maknae ini menggucang lengan Jinyoung sejenak, namun tetap saja terabaikan.
"Elf Salju, berkulit putih pucat tak ada darah dalam tubuhnya. elf ini sangatlah cantik, namun menyeramkan jika telah mengganggu hidup manusia."
"Yugyeom-ah, kau ingat dimana pertama kali Mark Hyung bertemu dengan Suzy ?"
Jinyoung menatap Yugyeom tajam. setelah beralih dari kalimat terakhir yang ia baca, Sedangkan yang mendapat pertanyaan mengangguk.
"Saat terjadi badai Salju tahun lalu"
"Tidak salah lagi! Kita harus bertindak cepat"
-000-
Gemerisik daunan tertiup angin kini terdengar, menyelimuti kesunyian yang tercipta.
Suzy dan Jinyoung terduduk disebuah kursi yang berada di taman belakang rumah mereka, berhiaskan deretan pohon menjulang. Sampai akhirnya, suara lain pun terdengar.
"Jinyoung-ah ... "
Suzy memanggil pelan pemuda yang terus terdiam disisi kanannya ini.
"Ouh ?"
Begitulah balas Jinyoung. Sembari mengalihkan pandang ke wajah si gadis seutuhnya.
"Kau pasti sudah tau, siapa Aku sebenarnya"
Ucap Suzy pelan. Membuat Jinyoung tercekat, nafasnya seolah berhenti saat ini juga. Tubuhnya pun seketika kaku. Tak dapat lagi bergerak walau hanya sekedar menggerakan sedikit persendiannya.
"Jangan takut. Aku tak akan mencelakaimu, justru Aku ingin meminta bantuan padamu"
Sambung Suzy, ia sadar jika Jinyoung mulai menjaga jarak padanya. Pasti benar dugaannya bahwa pemuda itu telah mengetahui jati dirinya.
"Kurasa ini saatnya, Aku ingin semuanya segera berakhir, bantu Aku Jinyoung-ah, Jebal"
Pinta Suzy, wajah pucatnya semakin terlihat, seolah tak ada lagi darah yang bersemayam dalam raganya. Untuk kasarnya, ia terlihat seperti mayat hidup. Orang lain yang belum pernah melihatnya pasti akan ketakutan.
Jinyoung terdiam, setelah mendengar permintaan Suzy ia mengalihkan pandangannya sejenak. Ada beberapa hal yang kini ada dalam fikirannya. Ia baru selesai membaca buku mengenai 'Elf' semalam, dan kali ini Suzy meminta bantuan padanya untuk mengakhiri semuanya ? Meski belum saatnya ? Hal besar Apa yang akan terjadi ?
Beberapa pertanyaan berputar dalam kepala dingin Jinyoung. Rasanya, Ia ingin segera menemukan jawaban dari semua hal.
"Bagaimana Jinyoung-ah ? Kau mau membantuku kan ?"
Suzy menyentuh lengan pemuda tampan ini pelan, benar. Ia membuyarkan lamunan Jinyoung.
"Ta-Tapi, Bukankah Kau tau resiko nya jika mengakhiri sebelum waktunya ?"
Balas Jinyoung, ada semburat keraguan di wajah tampan pemuda ini. Ia mulai paham dengan situasi yang terjadi.
"Uhm, Aku tahu.. Aku sudah mempersiapkannya, Jadi Kau hanya tinggal membantuku, Dan pastikan Mark akan tetap baik-baik saja"
Suzy tersenyum mantap, seolah menyakinkan Jinyoung yang masih berada dalam keraguan.
"Apa Kau yakin ?"
Untuk beberapa saat suasana kembali dingin.
"Aku tak bisa terus seperti ini, Bukankah lebih baik Aku mengakhirinya dan membuat Mark kembali menjalani hidupnya dengan baik ? sebelum terlambat, Aku tak mau dia celaka"
Jelas Suzy. Membuat seorang Park Jinyoung menganggukan kepalanya pelan. Ia menyerap keluh kesah Suzy dan mencoba merasakannya. Mungkin memang selama ini Suzy terlalu terkekang oleh Mark.
"Baiklah, Jika Kau memaksa"
Ungkapan singkat Jinyoung membuat Suzy kembali sedikit tersenyum,
diantara rona pucat di wajahnya, seolah ia sangat berterimakasih pada pemuda tampan dihadapannya ini. "Gomawo Jinyoung-ah" begitulah mata indah Suzy berbicara. Meski tak secara lansung berucap Jinyoung sudah paham. Ia tahu apa yang Suzy katakan meski hanya lewat sebuah tatapan. Sedangkan dalam hati Jinyoung berkata "Maafkan Aku Suzy-ya" untuk mewakili penyesalan yang mungkin akan terjadi dikemudian hari.
"Hyung.... Aku Lapar"
Baiklah. Itu Yugyeom yang baru saja pulang dari Sekolah. Membuyarkan suasana canggung antara Jinyoung dan Suzy.
"Aishh Anak itu"
-000-
Di dalam kamar ini, seorang gadis tengah berdiri diam. Tatapan nya nampak kosong, hanya menerawang tanpa arah. Seolah jiwa nya telah lenyap dan hanya meninggalkan raga tak berarti.
"Sayang, Kau sedang Apa ?"
Seseorang dengan aura hangat baru saja melingkarkan jemarinya pada pinggang ramping sang gadis, seolah mentransfer energi pada tubuh gadis yang dingin itu.
"Mark, Maafkan Aku ... "
Hanya kata itu yang terlontar dari bibir pucat sang gadis, sembari melepas dekapan hangat yang diberikan Mark, ia berbalik. Membuat Mark semakin bingung, terlebih dengan derai air mata yang mengalir di kedua belah pipi gadis yang dicintainya itu.
"Apa yang terjadi ? Kau kenapa ?"
Mark sesegera mungkin menggenggam jemari dingin milik Suzy. Ia bahkan sempat tersentak karena suhu dingin nya meningkat, sangat lebih dingin dari biasanya.
"Arrhhh .... "
Suzy meringis, ia meraskan bahwa tanda misterius di lengan kanannya kembali bereaksi jika bersentuhan langsung dengan Mark.
"Suzy-ya ... Apa Kau akan terus merasakan sakit jika Aku menyentuhnya ?"
Tanya Mark pelan, ia menatap manik mata berkaca milik Suzy, sembari sesekali mengalihkan pandangan kearah tanda misterius di lengan gadisnya itu. Sedangkan Suzy terdiam.
"Mark, Apa kau mau melepaskanku ?"
Pemuda tampan ini tersentak, Apa maksud dari ucapan gadisnya ini.
"Ini sudah saatnya Aku kembali, Aku tak mau membuatmu celaka"
Sambung Suzy, gadis ini masih mencoba untuk memberikan pengertian untuk pemuda dihadapannya.
"Kau tak akan membuatku celaka Suzy-ya, Kita bisa hidup damai dan bahagia bersama"
Sanggah Mark, sesekali jemarinya bergerak untuk menyelipkan helaian rambut panjang milik Suzy di balik telinga gadis itu.
"Tidak Mark, Aku tak bisa terus seperti ini, cepat atau lambat Kau pasti akan mendapatkan imbasnya, sebelum terlambat. Kumohon lepaskan Aku"
Dan kali ini, Suzy benar-benar memohon agar Mark mau melepaskannya.
"Tidak! Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Karena Aku berjanji Akan selalu melindungimu Sayang"
Mark merengkuh tubuh dingin Suzy. Membawanya dalam dekap hangat, bak penenang jiwa baginya.
Sedangkan dibalik punggung Mark, Suzy menahan tangisnya, derai pilu itu telah mengalir sejak tadi. Mark tak mau melepaskannya, dan itu berarti ia akan membuat Mark sengsara dikemudian hari. Alangkah berdosanya ia jika hal itu benar terjadi.
"Jangan pergi. Kumohon tetaplah bersamaku"
Dan untuk pertama kalinya, Mark memohon pada Suzy, ketika sebelumnya pemuda itu lebih sering memerintah. Mau tak Mau Suzy mengangguk lemah dalam dekap hangat seorang Mark Tuan.
-000-
Pancaran sinar rembulan malam ini kembali menguasa, kilau terangnya begitu indah, menimbulkan ketenangan dalam jiwa. Namun berbeda untuk Suzy, lagi ia harus menahan pesakitannya. Bahkan kali ini terlampau sakit, mengingat fase-fase ini adalah akhir dari segalanya.
"Arrhh ... hkss"
"Hkss.."
Tak ada lagi hal yang bisa ia lakukan selain merintih dan menangis, ingin rasanya ia bertahan. Namun tampaknya tak mampu.
"Mark, kumohon lepaskan Aku hks.."
Dibawah pancaran rembulan kini Mark dan Suzy berdiri. Lihatlah, kilauan pada tanda misterius itu meredup, bersamaan dengan melemahnya tubuh Suzy.
"Tidak! Aku tidak akan melepaskanmu!"
Mark bersikeras untuk menahan gadisnya. Mendekapnya erat tanpa mau merenggang barang sedikit pun.
"Kau akan celaka jika terus seperti ini. Lepaskan Aku Mark, hksss Lepaskan."
Dengan tenaganya yang semakin melemah, Suzy berusaha mendorong tubuh Mark agar menjauh darinya. Namun tetap saja, pemuda keras kepala itu justru semakin erat.
"Hyung!! Lepaskan Suzy, Kau bisa celaka Hyung!!"
Teriakan Jinyoung kini menyeruak menghampiri dua makhluk yang tengah melawan balada jiwa di bawah rembulan yang temaram.
"Diam Kau Jinyoung! Aku mencintai Suzy, dan Aku tak akan melepaskannya!"
Sentak Mark, pemuda ini semakin dipenuhi amarah.
"Cinta tak harus memiliki Hyung! Lepaskan Suzy Noona, dan Kau bisa hidup tenang seperti dulu"
Sanggah Yugyeom. Entah mendapat bisikan darimana ia berucap demikian.
Mark semakin geram. Ia bahkan menutup mata dan telinganya. Yang ia inginkan saat ini hanyalah Suzy. Gadis pujaannya yang semakin melemah, fase-fase pesakitannya akan berakhir malam ini. Namun Mark seolah tak mau mengerti akan hal itu.
"Mark, untuk terakhir kalinya, Kumohon Lepaskan Aku hkss... kembalilah hidup dengan baik sebelum Kau menyesali semuanya hkss.."
Ucapan Suzy semakin melemah, diiringi dengan sinar tubuhnya yang kini hanya menyisahkan area wajah. Wajah yang biasanya pucat itu kini menjadi pusat kilauan dari tubuh dinginnya.
"Jangan pernah memintaku untuk melepaskanmu Suzy-ya. Aku mencintaimu. Karena yang tulus tak akan pernah menyesali apa yang telah dan akan terjadi"
Begitu Mark menyelesaikan ucapannya, kilauan pada wajah Suzy semakin meredup, membuat Mark semakin panik akan keadaan gadisnya.
Namun hal lain terjadi, sebelum kilauan itu benar-benar meredup, sebuah cahaya terang terlebih dulu datang, menyelimuti tubuh dingin Suzy yang masih berada dalam dekap seorang Mark Tuan, memberikan dorongan kuat pada tubuh Mark untuk bisa melepaskan Suzy. Dan....
"Hyung.... Apa yang terjadi ?"
Yugyeom panik sembari memegangi lengan Jinyoung. Melihat peristiwa aneh dihadapannya, terlihat jelas bahwa disana Mark tak membuka sedikit celahpun untuk melepaskan Suzy meski cahaya itu terus mendorongnya. Dan akhirnya...
Blaaammmmmmmmm.....
"Hyunggggg!!!!!"
Kilauan itu pun lenyap, bersamaan dengan terpentalnya tubuh Mark ke tanah dengan sangat keras. Bahkan pemuda itu hingga tak sadarkan diri.
Sedangkan kilauan yang sangat terang tadi juga membawa Suzy untuk lenyap bersamanya, sama sekali tak meninggalkan bekas. Sama seperti ketika gadis itu datang kepada seorang Mark Tuan dan akhirnya kini pergi meninggalkannya.
-000-
"Aaarrhhhhhhhhh"
Sebulan berlalu, namun hal seperti ini terus saja terulang disetiap pemuda ini memejamkan mata. Sebuah mimpi buruk dengan segala hal mengerikan yang terus menghantuinya. Membawanya dalam kelam perusak jiwa.
"Hyung, Kau baik baik saja ?"
Jinyoung datang dengan membawa segelas air untuk menenangkan yang gelisah. Namun tetap saja ditepis dengan kasar.
"Arrrhhhh, Menjauhlah! Jangan ganggu Aku!!! Mengerikan!"
"Arrrhhhhhhhhh"
Racauan Mark terus menggema dan hal seperti ini akan terus terjadi ketika sang pemuda bangun dari memejamkan mata, karena mimpi mimpi buruk itu terus datang, Mark semakin terlihat memprihatinkan, ia mengalami trauma kejiwaan, imbas yang harus ia terima dimasa lalunya. Dan kini hanyalah penyesalan yang tercipta, karena melepaskan demi kebaikan akan memberikan ketenangan, dan mempertahankan untuk keegoisan hanya akan meninggalkan sebuah kehancuran.
"Mark, Aku juga mencintaimu... Tapi semoga Kau paham dengan Apa maksudku... Maafkan Aku... "
- END -