CHAPTER 1 : Seperti Aku Pada Hujan
Sore itu, hujan kembali turun. Sudah keempat kalinya dalam seminggu. Tidak ada masalah bagiku. Karena aku sangat menyukai hujan. Aku berlari-lari kecil menuju pos satpam yang terletak di dekat gerbang depan sekolahku. Sesampainya, aku menaruh buku dan tasku di atas meja satpam dan merapikan rambutku yang jadi basah dan agak berantakan.
Letak pos satpam memang agak jauh dari gedung sekolah, karena harus melewati lapangan sekolah dulu. Aku yang memang tidak pernah membawa payung jadi harus terkena hujan. Tapi tidak apa-apa, malah aku senang. Aku jadi bisa merasakan sensasi yang menyenangkan saat aku terkena air hujan itu. Aku sangat menyukai hujan. Terlebih hujan minggu lalu. Tepatnya, hujan selasa sore minggu lalu.
*
Aku selalu bahagia saat hujan turun
Karena aku dapat mengenangmu
*
Pos satpam, selasa sore minggu lalu.
Aku melirik ke arah pergelangan tanganku. Melihat ke arah jam keluaran terbaru yang sedang digandrungi oleh anak-anak sekolah. Sudah hampir 30 menit aku menunggu jemputanku. Gerimis yang tadi turun sekarang sudah menjadi hujan yang lumayan deras. Aku merapatkan cardigan biru ditubuhku. Tambah lama udara disini semakin dingin.
“Hhh.. deres banget ya hujannya?”, aku tersentak. Suara bariton itu, seperti milik...... Jinyoung sunbae. Ya, dia! Jinyoung sunbae yang baru saja berbicara padaku tadi.
Aku menautkan kedua alisku, tak percaya. Bukannya apa-apa, aku hanya tidak menyangka Jinyoung sunbae, kakak kelas yang hampir setiap malam mengganggu tidurku kini berada tak sampai seratus meter di depanku.
“Deres ya?”, tanya Jinyoung sunbae ulang.
“Eh, iya. Deres banget ya.”, jawabku. Aku menghela napas gugup. Udara yang tadi begitu dingin sekarang jadi terasa... hangat.
“Haha. Oh iya, aku Jinyoung. Nama kamu siapa?”, aku tersenyum. Dalam hati histeris, aku tahu kok, aku tahu namamu!
“Nama aku Haru.”
“Kelas berapa?”
“Aku kelas 10. Sunbae kelas 11 kan? Hehe.”
“Oh, iya iya.”, Jinyoung sunbae mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah itu suasana kembali hening. Hanya helaan nafas dan suara gemericik hujan yang terdengar. Aku merasa gugup bisa berada sedekat ini dengan Jinyoung sunbae.
Bukannya mengambil kesempatan ini untuk dekat dengan sunbae aku malah melakukan sesuatu yang mungkin terlihat bodoh. Seperti memainkan ujung-ujung rambutku. Lalu menghela napas berkali-kali. Bodoh, bodoh, bodoh. Kenapa diam saja? Batinku, merutuki diriku sendiri.
“Ehm.”, Jinyoung sunbae berdeham. “Nunggu jemputan?”
“Eh iya. Sunbae, abis ekskul musik kan?”, Jinyoung sunbae menatapku bingung. Refleks aku menundukkan kepalaku malu. Bodoh!
“Kok tahu?”, aku terdiam bingung mau menjawab apa. Tuh kan Haruuu. Masa aku harus jawab, kan aku tahu semuanya tentang sunbae. Gak mungkin, mau taruh dimana mukaku?
Tin! tin!
Terdengar suara klakson mobil. Jemputanku sudah datang. Fyuh! Untung saja.
“Aku udah dijemput. Duluan ya.”, pamitku.
“Oh, iya iya. Hati-hati ya.”, balas Jinyoung sunbae sambil tersenyum manis. Aku balas tersenyum lalu langsung berlari menuju mobil. Saat akan membuka pintu mobil, Jinyoung sunbae memanggilku.
“Haru!”, aku menoleh.
“Ya?”
“Hm makasih ya.”, seru Jinyoung sunbae sambil melambaikan tangannya. Walaupun bingung aku mengangguk sambil melambaikan tanganku. Lalu segera masuk ke mobil dan meninggalkan Jinyoung sunbae sendirian.
*
Bagiku, hujan itu indah
Suaranya bagai sebuah alunan melodi yang indah
Tetesan beningnya mampu membuat suasana terkesan damai
Dan seperti itulah kamu
Aku menyukainya, seperti aku pada hujan
*
Hujan masih turun dengan derasnya. Dan aku masih berdiri sendiri sambil tersenyum-senyum membayangkan kejadian selasa sore minggu lalu, di tempat yang sama.
“Hei Haru.”, aku tersentak dari lamunanku. Eh, siapa yang memanggilku?
“Lagi nunggu jemputan lagi?”
“Eh, sunbae. Iy.. eh engga hehe. Nunggu hujan reda aja”, jawabku gugup. Pipiku terasa memanas. Menahan malu.
“Oh haha. Eh iya, kamu menang juara nulis puisi kan ya?”
“Iya kak.”
“Wah, selamat ya! Aku udah baca puisi buatan kamu . Aku sampai hapal salah satu baitnya, loh. Hm.. Aku sangat menyukai hujan, dan seperti itulah aku padamu, seperti aku pada hujan.”, kata Jinyoung sunbae sambil tersenyum memandangku.
“Makasih ya.”, aku balas tersenyum ke arahnya.
“Haru, si ‘kamu’ dipuisimu itu kayanya beruntung banget ya. Aku ngerasanya, puisi itu bener-bener diambil dari perasaan si penulis. Am I right?”, aku terhenyak. Sebegitu terlihatnyakah perasaanku didalam puisi itu?
“Hm, kayanya aku berlebihan deh ya, muka kamu sampai tegang gitu haha.”, gelaknya. “Ya kalopun itu bener aku rasa dia berhak tahu. Sayang kalo perasaan sebesar itu cuma diungkapkan lewat tulisan. Apalagi tanpa si ‘kamu’ tahu. Cinta itu tentang berbagi, Haru. Sama kaya hujan, yang selalu datang ke berbagai tempat. Buat yang suka hujan kaya kamu, hujan itu bakal kasih sesuatu yang menyenangkan tapi mungkin buat yang gak suka sama hujan sesuatu yang menyenangkan itu malah jadi kerasa sesuatu yang dingin, sedih. Tergantung suasana hati aja. Sama kaya cinta, kalo waktunya tepat mungkin itu bakal ngasih kamu sesuatu yang menyenangkan. The time can’t wait you. Kalo sekarang waktunya, kamu harus lakuin sekarang. Sebelum telat.”, sahut Jinyoung sunbae lagi.
Aku menatap Jinyoung sunbae dalam diam. Seandainya sunbae tahu.. ‘kamu’ yang dimaksud itu dirinya. Apa yang harus aku lakukan? Lidahku terasa kelu. Aku tidak mampu mengucapkan apapun.
“Hujannya udah berhenti. Aku duluan ya.”, pamit Jinyoung sunbae tiba-tiba.
Tapi aku masih belum mengucapkan apapun. Sunbae!
“Sunbae! Jinyoung sunbae!”, aku mencoba memanggil Jinyoung sunbae. Tapi kulihat ia sudah tidak ada.
Mungkin ini belum waktunya.
“Dia itu sunbae. ‘Kamu’ itu sunbae. Aku sayang sama sunbae.”, ucapku lirih.
Tidak ada yang mendengarnya. Perasaan ini masih hanya aku yang tahu. Mungkin saat ini belum waktunya. Atau mungkin waktu itu tidak akan pernah ada.
*
Aku selalu ingin bersama hujan
Aku selalu senang saat hujan turun
Dan aku selalu menunggu hujan
Karena aku sangat menyukai hujan
Dan seperti itulah aku padamu
Seperti aku pada hujan
Selalu ingin bersamamu
Selalu senang saat bersamamu
Selalu menunggu kehadiranmu
Karena aku sangat menyukaimu
Seperti itulah aku padamu
Seperti aku pada hujan
*