CHAPTER 2 : Annyeong :)
Rumah besar bernomor JYP07 bercatkan silver dengan taman yang cukup luas sudah berada di depan mata, lalu aku turun dan membukakan pagar untuk jalan masuk mobil yang di kendarai oleh Jinyoung oppa. Sesampainya di depan pintu rumah, aku langsung membuka pintu dan masuk ke ruangan yang belum dinyalakan lampunya itu.
“Oppa… kau lupa menyalakan lampu? Atau kau lupa membayar tagihan listrik?” Tanyaku pada Jinyoung oppa yang sedang sibuk menurunkan koperku dari mobil.
“Ahhhh… sepertinya ia tidak mendengarku.” Gerutuku
Setelah aku berjalan meraih sakelar listrik, tiba-tiba saja aku terjatuh menabrak meja. Karena keadaan sangat gelap sontak saja aku perlahan berdiri dan kembali mencari-cari sakelar listrik untuk menyalakana lampu. Tiba-tiba saja……
“SURPRISE…” Lampu pun menyala, ternyata teman-temanku tengah memberikan kejutan selamat datang untukku.
“Omo… kkamjjagiya! Hyaaa chinggudeul, kalian mengagetkan ku saja.” Kataku.
“Welcome home ji-ah…” Kata Youngjae.
“Kami semua merindukanmu.” Kata Dahyun dan Momo berbarengan.
Mereka langsung menyambutku dengan teriakan dan pelukan hangat. Mereka adalah teman-teman satu geng ku di sekolah, ada Momo, Dahyun, dan Youngjae yang telah menyambut kedatanganku. Momo adalah teman sebangkuku, Dahyun adalah adik kelasku tetapi dia selalu bersamaku sejak kecil, karena aku dan dia bertetangga, dan yang paling tampan dari kami semua ada Youngjae, semenjak dia menjadi murid pindahan dikelasku, ia selalu bersamaku dan Momo, bagaimana tidak aku adalah ketua kelas di dalam kelas, dan Youngjae duduk tepat di belakangku dan Momo, maka dari itu kami bertiga sangat dekat, tetapi tidak heran banyak murid laki-laki di kelas kami selalu mengolok-ngolok Youngjae banci, karena ia dekat dengan ku, Momo dan Dahyun. Sebenarnya tidak, ia tidak banci, ia memiliki seorang yeoja chinggu bernama Coco teman sekelas Dahyun, yeojanya itu juga sangat cantik dan populer di kelasnya.
Betapa senangnya aku setelah hampir 2 bulan tidak bertemu dengan mereka bertiga, aku pun memeluk erat mereka bertiga. Tetapi ada yang mencuri perhatianku….
“HAH? Sedang apa JB oppa di sini? Ada angin apa dia kesini? Kenapa dia disini?” Pikirku, sambil memandanginya dalam keadaan masih berada dipelukan ketiga temanku tadi.
YJ: “Kami sangat merindukanmu Youngji, mengapa kau betah berlama-lama di Indonesia? Apa kau tidak merindukan kami?”
MM: “Iya, apa yang kau pikirkan sampai kau tega meninggalkan kami bertiga sangat lama?”
DY: “Unnie… kau tidak merindukanku? Unnie jawab aku ! (Sambil menarik lengan bajuku).”
Aku hanya bisa diam tidak menyangka kalau JB oppa juga ikut menyambut kedatanganku, dan aku pun hanyut dalam lamunanku seraya menatap wajahnya yang sedang memberikanku senyuman dan membuat mata sipitnya semakin sipit.
DY: “Unnieeeee… kau hanya melihat JB oppa dan tidak memperdulikan kami?”
YJ: “Ayolah Youngji kau terlihat bodoh seperti ini.”
Aku pun tersadar dari lamunanku setelah Dahyun menarik-narik lenganku, “Mianhe chinggu… aku masih tidak menyangka bisa bertemu kalian laa…..”
MM: “Heol, kau tidak menyangka bertemu kami atau kau tidak menyangka dan bertanya-tanya mengapa JB oppa bisa ada disini?” Momo pun menggodaku.
Aku pun diam, tersipu malu dan sangat terlihat bodoh di depan mereka semua. Dahyun memberitahu ku kalau JB oppa sangat merindukanku juga sama seperti mereka. JB oppa adalah oppa kandung dari Dahyun, dan ia adalah cinta pertamaku sejak kecil, sontak saja aku langsung bertingkah aneh dan membuat diriku sendiri terlihat bodoh.
JB: “Annyeong J.” JB oppa menyapa ku, dan ia berjalan mendekatiku.
Aku langsung diam membisu seperti patung, tidak bergerak sama sekali dan terus menatap matanya tanpa berkedip. Dan… ia tepat berada di depanku,
JB: “Jiji-ah (sambil melambaikan tangannya untuk menyadarkanku), Jiji… Hyaaaaa Youngji!”
“Eh... Ah… Hmm… aku sedang apa? Eh… JB oppa Annyeong, long time no see.” Aku pun melemparkan senyumanku untuknya, dan disitu jantungku terus berdetak tanpa henti, bagaimana tidak sejak kecil ia selalu memanggilku dengan sebutan Jiji bukan Youngji, dan selalu saja ketika aku berada di dekatnya aku seperti orang bodoh karena salah tingkah.
JB: “Ahhh… kau masih sama saja, begitu menggemaskan (sambil mengelus rambutku).”
JB oppa selalu saja menganggapku sama seperti Dahyun, ia selalu menganggapku seperti adik kecilnya, tidak lebih. Padahal sudah sejak lama aku menyukainya dan ia tau perasaanku, tetapi tetap saja tingkahnya sama seperti Jinyoung oppa, selain umur mereka sama, mereka berdua selalu menganggap aku ini menggemaskan seperti anak kecil, padahal aku dan JB oppa hanya berbeda 3th, berbeda dengan Dahyun yang memiliki perbedaan umur 4th lebih muda dari dia.
JY: “Hyung, berhentilah menggodanya… bantu aku membawa barang bawaannya yang super banyak ini.”
JB: “Aku pergi membantu Jinyoung dulu ya Jiji *wink*.” Setelah ia memberikanku wink, ia langsung lari untuk menghampiri Jinyoung oppa.
MM: “Lagi-lagi kau terlihat seperti orang bodoh Youngji.”
DY: “Huh… unnie… unnie…aku tidak habis pikir, meskipun kau pernah berpacaran dengan Yugyeom dan ia mencintaimu tetapi mengapa kau tetap memilih JB oppa, mengapa cintamu bisa bertepuk sebelah tangan (menggandeng tanganku).”
“HAH? DIA SUDAH PUNYA PACAR?” Teriakkanku sangat kencang.
YJ: “Hyaaaa ! Ji-ah… kau mengagetkanku saja (sambil membekap mulutku).”
DY: “Aniyo… bukan seperti itu maksudku unnie, JB oppa orang yang sangat cuek dan tidak peduli terhadap perasaan perempuan manapun, itu yang ku maksud unnie, bukan berarti dia punya pacar.”
MM: “Ahhh… sudah sudah, aku sudah sangat lapar… Jinyoung oppa telah memasakan makanan special untuk kita semua, jadi mari kita makan.”
Kami berempat langsung pergi ke meja makan, dan makan bersama. Kemudian Jinyoung oppa dan JB oppa datang menuju meja makan, dan ikut makan bersama kami. Dahyun, Momo, dan Youngjae sangat cerewet, mereka selalu tidak berhenti berbicara pada saat makan, dan mereka selalu menanyakan apa yang aku lakukan selama berada di Indonesia sana. Aku pun langsung menceritakan semua pengalamanku selama berada di tempat paman dan bibi di Indonesia. Kami semua pun larut dalam obrolan yang begitu menyenangkan, sesakali JB oppa menanyakan sesuatu hal kepada ku, lalu kami semua bercanda dan akhirnya malam semakin larut, menandakan mereka harus pulang kerumah mereka masing-masing.