CHAPTER 1 : Oneshoot
“Jin Young-a kau tidak lupakan kalo tiket penjualan onlinenya akan dibuka besok malam jam 8. Kita harus sudah standby dari jam 7 malam dan memastikan koneksi internet kita kenceng” Jin Young mendengus kesal mendengar ocehan Hyemi yang terus membicarakan hal tersebut dari seminggu yang lalu.
“Hem” sahut Jin Young dengan malas, dia lebih memilih melanjutkan menyeruput jus pisang yang tinggal setengah lagi di gelasnya.
“hem? Jangan bilang kalau kau lupa dengan janjimu?” cibir Hyemi yang tak terima dengan dengan jawaban singkat dari Jin Young. Bibirnya mengerucut kedepan, hari ini dia benar-benar kesal dengan sikap Jin Young yang sepertinya lupa akan janjinya untuk membantu mendapatkan tiket fanmeeting aktor kesayangannya yang akan berlangsung bulan depan.
“arraseo, Hyemi-ya. Kamu perlu mengingatkan aku berapa kali lagi, hum? Aku tak akan lupa kalau setiap hari selama seminggu ini kamu selalu ngerecokin aku soal hal itu terus.” Jin Young menyentil kecil dahi Hyemi dengan gemas.
“Ne ne ne. makanya kalau aku bertanya kamu harus jawab dengan benar. Jangan hanya menjawab hem saja. Tidak sopan tahu kalau jawabannya seperti itu, apalagi kalau yang bertanya gadis cantik seperti aku. kkkkk~~” Jin Young pura-pura mendengus kesal, berusaha menutupi hatinya yang tidak karuan melihat senyum ceria Hyemi.
Jae Bum, Bambam, dan Hani hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan aneh sahabatnya, Jin Young dan Hyemi. Bukan hal aneh lagi untuk semuanya, bahkan sepertinya satu fakultas tahu bahwa Hyemi begitu menyukai Jackson Hwang. Yah actor asal China dengan penampilan yang begitu memukau membuat siapa saja bisa langsung jatuh cinta, termasuk Hyemi salahsatunya. Begitu salahsatu promotor mengumumkan bahwa Seoul masuk dalam salahsatu list kota yang akan dikunjunginya, tentu kalian bisa membayangkan bagaimana senangnya Hyemi. Jauh-jauh hari Hyemi sudah merancang apa yang perlu disiapkan untuk menyambut kedatangan oppanya itu. Dan selama seminggu ini Hyemi selalu menepel kepada Jin Young, pacarnya sendiri. Bukan untuk asyik berpacaran seperti remaja pada umumnya. Tapi untuk memastikan Jin Young agar membantunya mendapatkan tiket konser sesuai dengan keinginanya. Hyemi harus meminta bantuan namjachingunya itu, karena dia selalu tidak bisa berkonsentrasi jika sedang gugup. Hal yang ditakutkan Hyemi adalah dia akan terlalu gugup saat berjuang mendapatkan tiket, dan saking gugupnya dia malah kehilangan konsentrasi dan gagal mendapatkan tiket fanmeeting tersebut. Bayangkan saja, dia harus berlomba-lomba dengan fans lainnya yang sama-sama ingin menghadiri fanmeeting tersebut. Hyemi tak ingin bersikap bodoh hanya karena kegugupannya itu dia tidak mendapatkan tiket. Oh tidak!! Membayangkannya saja sudah membuat dia merinding. Jin Young, sang pacar adalah alternatif terbaik yang dia pikirkan. Dengan kepribadian yang santai, dan tangan cekatan Jin Young, Hyemi yakin bisa mendapatkan tiket yang diinginkannya.
“Dasar pasangan aneh” kekeh Hani sebelum meninggalkan kantin tempat mereka mengobrol sebelumnya.
###
Hyemi mengawali harinya dengan begitu gugup, alasannya seperti yang dikatakannya kemarin bahwa tepat pada hari ini penjualan tiket online untuk fanmeeting akan dibuka serempak nanti jam 8 malam. Hyemi memastikan lagi bahwa kartu kreditnya masih cukup untuk membeli 2 tiket, 1 tiket untuknya sendiri dan jangan lupakan 1 tiket tambahan untuk Jin Young yang dia paksa juga untuk ikut menonton fanmeeting tersebut. Dengan perjuangan yang begitu keras, sampai Hyemi menitikan sedikit (ingat hanya sedikit) air mata akhirnya Jin Young mengalah dan bersedia untuk ikut menonton juga.
“Kartu kredit udah siap, hati juga sudah siap” Guman Hyemi memastikan lalu merapihkan buku-buku yang tercecer di atas meja belajarnya.
Tok tok tok. Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas Hyemi, dia menoleh kearah pintu dan mendapati adiknya dengan muka masam.
“Sibuk sekali, nunna. Daritadi aku memanggil nunna, tapi nunna tetap diam!” sebal Youngjae dengan tangan yang dilipat di depan dada.
“Memang sibuk. Ada urusan apa pagi-pagi sudah ke kamar?” tak terima dengan ucapan adiknya yang kesal, Hyemi malah menjawab tak kalah kesalnya. Tak tahukan Youngjaenya ini, bahwa sang nunna untuk hari ini akan berjuang mati-matian untuk mendapatkan tiket fanmeet actor yang begitu dia sukai sampai pagi-pagi begini dia sudah sibuk.
“Tak usah marah. Itu Jin Young hyung sudah menjemput dibawah kasian sudah lama menunggu.” Ucap Youngjae, setelahnya dia sedikit membanting pintu kamar nunnanya.
“Pagi-pagi usdah marah-marah, dan tak bilang terima kasih lagi. Dasar nunna yang durhaka.” Gerutu Youngjae sambil melengos menuruni anak tangga.
“Nunna masih bisa dengar.” Youngjae sontak menoleh kaget, dibelakangnya sang Nunna melayangkan tatapan menusuk.
“E.eehh nu..nu..na yepeo.” Gugup Youngjae berusah menelan ludah yang mendadak begitu susah untuk ditelan.
“aku dengar hari ini tiket penjualan fanmeetnya dibuka, ya? Fighting Nunna. Semoga dapet nomer tiket diawal. Heheh.”
Hyemi berlari menuruni anak tangga, menyusul Youngjae yang sudah sampai dianak tangga terakhir. Dengan gerakan tiba-tiba, Hyemi memeluk Youngjae dengan kuat. Youngjae sudah tidak aneh lagi dengan perubahan sikap nunnanya ini. Bisa saja dia marah, tapi satu detik kemudian dia bisa tersenyum bahagia tidak jelas. Dasar nunna yang aneh batin Youngjae
“Aigoooo uri doengsaeng sudah tumbuh besar. Gitu dong kalau nunna sedang berjuang, ya harus disemangatin.”
“Ne. Pokoknya nunna harus semangat.” Ucap Youngjae yang dijawab dengan anggukan Hyemi.
Dia tak tahu bahwa sejak dari tadi sang dongsaeng mencibir tanpa suara, karena posis mereka yang berlawanan.
“Mohon maaf nona muda kita harus segera berangkat karena waktu sudah menunjukan jam 7 kurang seperempat.” Hyemi segera melepaskan pelukannya, dan mendapati Jin Young yang sudah berdiri disampingnya dengan tas dibahunya.
“Wah masa iya ada supir seganteng ini sih? Kalo ada wajib dimusiumkan, nih.” Puji Hyemi melihat penampilan Jin Young untuk hari ini.
“Tidak usah menggombal. Aku juga tahu nanti malamkan harus bantuin beli tiketnya?” Jin Young melengos keluar rumah. Dibelakangnya Hyemi membuntuti, menatap punggung lebar Jin Young lalu tersenyum manis membayangkan sesuatu yang seharusnya tidak dia bayangkan. Hyemi menggeleng kecil, dan melanjutkan jalannya yang sempat terhenti.
“Aku tidak sedang menggombal, kok. Kamu memang ganteng hari ini, eh setiap hari juga ganteng.” Oceh Hyemi sambil menunduk malu telah mengucapkan kata-kata yang tidak biasa dia ucapkan sebelumnya.
“Awwww” sedikit meringis, Hyemi memegang dahinya karena membentur sesuatu. Karena menunduk dia tidak sadar telah membentur punggung Jin Young.
“Kenapa tiba-tiba berhenti?” sungut Hyemi tak terima dahi indahnya terbentur dengan sangat tak elitnya.
“Jalan duluan saja!” bukannya menjawab, Jin Young malah menyuruh Hyemi untuk berjalan duluan didepannya. Dengan sebal Hyemi menghentakan kakinya berjalan lebih dulu, sekali-kali dia memegangi dahinya karena masih sedikit sakit. Dibelakangnya Jin Young menaikan tangannya, menekan jantungnya yang tiba-tiba berdetak dengan cepat. Ucapan sederhana Hyemi tadi telah mampu membuat jantungnya bekerja 2 kali lipat. Jin Young menggigit pipi bagian dalamnya, mati-matian berusaha menahan senyum lebarnya. Ini bukan styleku batin Jin Young. Dia segera menyusul Hyemi yang sudah duduk manis dibangku penumpang mobilnya.
“Nanti sore aku ada latihan basket dulu sebentar. Kamu mau pulang duluan atau mau menunggu dulu?” tanya Jin Young begitu sampai didepan kelas Hyemi.
Hyemi sedikit menimbang-nimbang bagaimana baiknya, “Emmm aku pulang duluan saja, ya. Soalnya masih ada pekerjaan yang belum selesai di rumah”
“Arraseo. Nanti hati-hati di jalannya. Kalau sudah sampai rumah langsung hubungin aku.” Hyemi hanya mengangguk dengan mata yang berbinar. Jin Young spontan mengacak rambut Hyemi dengan gemas.
“YAK! Rambutnya jadi berantakan lagi!” omel Hyemi, bukannya minta maaf Jin Young malah mengulang mengacak rambutnya. Kemudian sebelum terkena omelan lagi, dia sudah berlari menjauhi Hyemi yang geram akan kelakuannya.
“Huh dasar!” dengus Hyemi sambil melengos masuk ke kelas. Beberapa detik kemudian dia malah senyum-senyum sendiri mengingat sentuhan Jin Young dikepalanya.
###
“Hyemi-ya, selesai kelas terakhir kau akan langsung pulang?” Hyemi menoleh ke samping, dilihatnya Hani yang fokus menyantap makan siangnya. Hyemi mengalihkan lagi perhatiannya, menatap lurus kedepan. Dihadapannya para mahasiswa sedang mengantri mendapatkan jatah makan siangnya.
“Iya.” Lirih Hyemi, pandangannya masih fokus menatap antrian yang sudah mulai sepi.
Mendengar jawaban yang terasa aneh, buru-buru Hani menoleh pada sahabatnya ini. “Hyemi-ya wae geurae? Kau sedang tak enak badan?” tanyanya untuk memastikan bahwa sahabatnya ini sedang tidak apa-apa. Hyemi menghembuskan nafasnya berat.
”aku tak sakit, Hani-ya. Aku hanya merasa tegang, takut tidak kebagian tiket fanmeetingnya. Kau tahu sendirikan, Jackson terakhir menggelar fanmeet di sini itu 2 tahun yang lalu. Pasti fans-fans yang lain akan berebut tiket untuk menonton nanti.” Jelasnya panjang lebar.
Hani hanya melengo tak percaya, dia pikir sahabatnya ini sedang sakit atau ada masalah sehingga terlihat tidak seperti biasanya.
“MICHOSEO! Aku pikir kau sedang ada masalah.”
“Mwo? siapa yang gila? Kalau bicara dipikir-pikir terlebih dahulu.” Sungut Hyemi tak terima dengan ucapan Hani yang mengatainya gila.
“Hyemi-ya aku kasian dengan Jin Young, namjachingu kamu. Kamu benar-benar menduakan Jin Young dengan Jackson oppamu itu, padahal Jin Young jelas-jelas namja baik dan ganteng.”
Hyemi melihat ke arah depan lagi, sudah tidak antrian seperti tadi rupanya. Hyemi mencerna lagi ucapan yang dikatakan Hani tadi, menduakan Jin Young? Tanyanya dalam hati.
“Nugu? Siapa yang menduakan Jin Young?”
“Aigooo Tuan Putri masih tidak sadar juga ya?” sindir Hani dengan kekehan dibelakangnya.
“Hani-ya kamu harus tahu, aku tidak menduakan Jin Young. Bukannya aku sudah pernah memberitahumu bahwa selain Jackson Wang aku juga menyukai teman satu agensinya juga, Mark Tuan dan Kim Yu Gyeom. Jadi aku tidak pernah menduakan Jin Young, tapi mengempatkannya. KKKKK”
Hani menggeleng-geleng kepalanya, temen aku sudah tidak waras. Diambilnya botol minum yang berada disampingnya. ”Yak napeun yeoja!!!”
“YA!!Sakit tahu.” Sebal Hyemi pada Hani yang dengan sengaja melempar botol hingga mengenai dahinya. Lama-lama Hyemi harus membentengi dahinya dari gangguan luar, baru tadi pagi dahinya terbentur punggung Jin Young dan sekarang dengan sengajanya Hani juga sengaja melempar botol ke dahinya.
###
Waktu menunjukan 07.57 malam, Hyemi dan Jin Young sudah duduk manis didepan komputer sejak 1 jam yang lalu. Jin Young dengan malas-malasan mengambil snack yang berada disamping meja komputernya.
“YA! Jangan memakan snack terus. Sudah tinggal 3 menit lagi sebelum penjualan tiketnya dibuka. Jin Young-a nanti kalo kamu malah keasyikan makan, terus sampai kebagian nomer antrian tiket terakhir othokkae? Kamu tahu sen..” ocehan Hyemi terpotong karena dengan usilnya Jin Young memasukan snack kedalam mulutnya sehingga Hyemi otomatis berhenti.
Baru saja Hyemi ingin mengoceh lagi, Jin Young sudah menghentikan niatnya.
“Diam atau kamu ingin aku masukan snack lagi?” Hyemi memberenggut tak suka. Dia akhirnya berhenti mengomel dan menuruti perintah Jin Young, duduk manis sambil mengunyah sisa makanan yang masuk kedalam mulutnya tanpa dia minta.
Jam 8 teng. Hyemi menutup matanya rapat-rapat, sambil menangkupkan kedua tangannya didepan dada. Berharap dapat mendapatkan tiket fanmeet dengan nomer antrian yang bagus. 50 detik telah berlalu, Hyemi masih belum berani membuka mata. Tapi rasa penasarannya begitu besar, karena sejak beberapa detik yang lalu dia sudah tak mendengar suara dentingan keyboard disebelahnya. Apakah Jin Young sudah menyelesaikan dan mendapatkan tiketnya? Denga perlahan Hyemi membuka mata, melihat kearah samping tempat Jin Young duduk. Dilihatnya Jin Young yang sedang menatap kearahnya. othokae? Tanya Hyemi dalam hati. Seolah mengerti, Jin Young mengarahkan kepalanya kearah komputer. Hyemi mengikuti arah pandang Jin Young.
1 detik, 2 detik, 3 detik, 4 detik, 5 detik
Hyemi masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, matanya mengerjap-ngerjap tak karuan. Merasa tak ada reaksi apapun dari pacarnya ini, Jin Young berniat menyadarkan Hyemi dari keterkejutannya.
“Ya ampun, Jin Young-a aku tidak menyangka kamu melakukannya dengan sangat baik. Aku masih tidak percaya. Kita benar-benar mendapatkan section blue di row A, kan?” tanya Hyemi untuk lebih memastikan lagi. Jin Young hanya mengangguk dua kali, membenarkan pertanyaan Hyemi.
“Jin Young-a tolong cubit lenganku? Ini benar-benar bukan mimpi, kan?” masih tidak percaya, Hyemi meminta Jin Young untuk mencubitnya.
“Aigoo, sepertinya kamu benar-benar senang mendapatkan tiketnya. Harga diriku sebagai namja chingumu benar-benar terluka.” Ucap Ji Young pura-pura kesal.
“Yak! Apa yang kamu katakan, Jin Young-a? kamu masih tetap jadi namja chinguku.”
Cerca Hyemi sambil memeluk Jin Young dengan erat. Jin Young dibuat membeku dengan pelukan hangat Hyemi.
“Hyemi-ya” Jin Young melepaskan pelukan Hyemi di bahunya. Jin Young menangkup wajah Hyemi dengan kedua tangannya.
“Lihat dan dengarkan aku dengan baik-baik. Aku hanya akan berbicara sekali dan tidak akan mengulangnya.” Kali ini Jin Young mencoba untuk berbicara dengan serius.
“Aku tidak mengerti kenapa kamu begitu menyukai Jackson Wang-mu itu, tapi aku harus mecoba mengerti keinginan kamu itu. Aku senang setiap kamu tersenyum bahagia dan matamu berbinar setiap kali kamu melihat dia. Untuk sekarang aku akan mengikhlaskannya, tapi suatu hari nanti saat kamu sah menjadi milik aku, aku harap senyum dan tatapan itu hanya kamu tunjukan buat aku.” ucap Jin Young panjang lebar, mata Hyemi sudah berkaca-kaca dan dengan dengan spontan dia mengangguk dan memeluk Jin Young.
“Orang-orang akan berpikir aku pria gila karena membiarkanmu meneriaki pria lain, Jackson oppamu itu.”
“Jin Young-a” suara Hyemi tercekat mendengar penuturan Jin Young.
“Aku tidak perlu cinta yang besar seperti yang kamu tunjukan untuk Jackson oppamu itu. Aku hanya perlu cinta yang secukupnya dari diri kamu. Cukup untuk kemarin, cukup untuk hari ini, dan cukup untuk masa yang akan datang.”
Hiks hiks hiks
Hyemi menangis terharu mendengar semua penuturan jujur dari Jin Young. Hatinya begitu tersentuh mendengar semuanya.
“Jin Young-a ada yang harus kamu tahu.” Hyemi melepaskan pelukannya. Hyemi meraih kedua telapak tangan Jinyoung, mengelus-elusnya dengan lembut.
Jin Young hanya mengernyit, dan menunggu apa yang ingin Hyemi katakan.
“Jin Young-a kamu jangan marah ya. Sebenarnya selain Jackson oppa, aku juga sangat menyukai Mark Tuan dan Kim Yu Gyeom.” Ucap Hyemi dengan takut-takut.
Jin Young hanya melongo tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Hyemi.
“Yak Hyemi-ya!! Kau benar-benar ya. Wahh… aku masih tidak percaya dengan apa yang barusan kamu katakan.”
“jadi selain Jackson oppamu itu masih ada oppa-oppa yang lainnya? Wah tidak bisa dipercaya.” Kali ini Jin Young benar-benar kesal.
Hyemi menggigit bibir bawahnya karena gugup.
“Jin Young-a kamu harus tahu bahwa cinta aku padamu dan cinta aku pada mereka itu berbeda. Di dalam hatiku ada 2 tempat spesial, 1 tempat untuk mereka, dan 1 tempat yang special hanya bisa diisi oleh kamu.”
Jin Young menatap tajam ke arah Hyemi yang berusah menghindari tatapan matanya. Jin Young menghembuskan nafas beratnya.
“Hyemi-ya kalau kamu masih tidak memperhatikan aku setelah semua yang aku lakukan untuk kamu, aku mau jadi trainee di JYP Entertainment saja. Heheh”
“Jin Young-a kenapa tidak daftar dari dulu saja?” semangat Hyemi. Jin Young menghembuskan nafasnya dengan kesal. Sepertinya aku salah berbicara lagi batin Jin Young.