CHAPTER 2 : Investigation Started
INFESTIGATION STARTED
Burung besi dari Tokyo itu telah mendarat sejak lima belas menit yang lalu. Para penumpang sudah turun dan berjalan keluar dari pintu kedatangan, mencari orang yang dikenalnya diantara kerumunan orang yang mengangkat berbagai tulisan tinggi-tinggi dengan berbagai bahasa pula. Bandara Incheon merupakan bandara Internasional, tentu saja banyak sekali orang asing dari banyak Negara yang mendarat disana, siap mengunjungi destinasi-destinasi wisata di penjuru Kota Seoul.
Tapi, berbeda dengan seseorang yang kini sibuk dengan gadgetnya. Kim Myungsoo, dia tidak ingin berlibur di kota ini. Tidak juga ingin mengunjungi sanak keluarganya. Dengan kacamata dan pakaian berwarna netral seperti biasa, ia tidak langsung mencari seseorang di kerumunan sana, melainkan menunggu seseorang dengan layar tabletnya.
Sementara itu, tepat disampingnya seorang Irene juga berdiri dan menunggu. Sesekali ia melirik arlojinya, memastikan waktu yang tertera disana.
“ Hei, mengapa orang-orang itu terlambat menjemput kita?”
“ Sabarlah sedikit. Sebelum kemari aku menyuruh mereka untuk memastikan sesuatu.”
“ Apa itu?” tanyanya ingin tahu.
“ Akan kuberitahu begitu mereka sudah menemukannya…”
Wanita itu hanya mendesah jengkel. “ Aish! Kau selalu saja begitu!” Sahutnya kesal. Ia menyerah. Jika Myungsoo sudah menyelidiki sesuatu, sangat mustahil ia akan mengetahuinya sebelum pria itu menceritakan semua hasil temuannya. Dia terlalu misterius dan sangat hati-hati. Informasi yang sangat rahasia, tak akan dibiarkannya bocor.
Tak lama kemudian, dari kejauhan tampak dua pria yang berjalan kearah mereka. Satu orang memiliki tubuh tinggi ramping dengan penampilan rapi dan kacamata bulat yang membingkai matanya. Sementara yang satu lagi penampilannya sedikit berantakan ( lebih dibilang stylenya memang begitu) dengan rambut bersemir coklat. Tingginya sekitar 175 cm, jauh dibawah pria yang satunya.
“ Yo! Kalian menunggu kami?” Sapa pria yang pendek begitu berdiri tepat di depan mereka. Ia mengulurkan tangannya lalu memperkenalkan namanya serta pria tinggi berkacamata disampingnya. “ Jang Dongwoo imnida. Dia Lee Sungyeol.”
Pria berkacamata itu sedikit membungkuk. “ Saya Lee Sungyeol.”
Myungsoo membalas uluran tangannya. Begitu juga Irene.
“ Kim Myungsoo.”
“ Irene Arizawa.”
Dongwoo tersenyum lebar. “ Tentu saja kami tahu kalian kan agen terbaik kami dari Jepang.” Sahutnya bangga. Mereka berempat segera berjalan meninggalkan bandara menuju mobil yang sudah terparkir di parkiran.
Mobil hitam itu pun melaju memecah jalanan kota Seoul dengan kecepatan rata-rata dengan Dongwoo yang mengemudikan.
“ Jadi, apa kalian telah menyelidiki apa yang telah kukatakan tempo hari di telepon?”
Sungyeol menoleh ke bangku belakang tempat Myungsoo dan Irene duduk. Segera dikeluarkan tabletnya miliknya dari tas yang dicangklongnya sedari tadi.
“ Ini. Aku dan Sungjong sudah mengumpulkan data-data tentang perusahaan Han Group.” ucap Sungyeol sembari menyerahkan tablet pada Myungsoo.
“ Sungjong?”
“ Oh, dia partner ku. Kami mengumpulkan data-data itu hingga tengah malam.”
Myungsoo hanya menganggukkan kepalanya lalu menatap layar di depannya. Ia men-scrooll dari atas ke bawah membaca bagian-bagian penting beberapa data dari kedua perusahaan besar di Korea tersebut. Namun, gerakan jarinya berhenti tiba-tiba. Dibacanya dengan seksama tulisan-tulisan disana. Sesuatu yang membuatnya tertarik.
“Apa yang kau dapatkan dengan menyelidiki mereka?” Irene bertanya penasaran.
Tanpa menoleh Myungsoo mengatakan, “ Dia mengambil resiko dengan menyamar sebagai Daniela Park. Ada suatu hal yang mendorongnya untuk tetap melakukannya. Dan aku curiga dua perusahaan itu yang menjadi tujuannya.”
Sungyeol mengangguk, membenarkan. Dia lalu menyahut, “ Dari semua data disitu, ada sesuatu yang menarik dari Han Group. Kau bisa lihat laporan kekayaannya. Banyak sekali uang yang masuk dari sumber-sumber yang mencurigakan. Yang kami pikirkan, mungkin ada semacam bisnis gelap disana.”
“ Bisnis gelap?” Irene kembali berkomentar. Ia ingin penjelasan. “ Apa lagi yang kalian ketahui tentang Han Group itu?” lanjutnya kembali bertanya.
“ Sebenarnya tak banyak. Yang kami ketahui mereka berbisnis di berbagai sektor. Mulai dari elektronik, hotel, agensi, dan software komputer. Semua sudah terkenal hingga asia, tapi tetap saja mereka mencurigakan.” Dongwoo menyahut sementara pandangannya tetap pada jalan di depannya. Kedua tangannya sibuk memegang setir mobil.
Myungsoo menyandarkan punggunya. Ia menatap pantulan wajah Dongwoo dari spion tengah.
“ Apa kau mengenal seseorang dari sana?”
Dongwoo tertawa.
“ Kalau kau mencari seorang kenalan, hanya seseorang yang bisa diandalkan.” katanya.
***
“ Woohyun-ah! Kemari!”
Dongwoo melambai pada seorang pria yang tampak sibuk berbincang dengan beberapa wanita di depannya. Hari ini pun masih sama. Restoran yang terletak sangat strategis di tengah gedung-gedung pencakar langit tentu ramai di waktu jam istirahat seperti ini.
Pria itu menoleh dan langsung berjalan menghampiri mereka.
“ Ada apa kalian menemuiku?”
“ Ya! Bersikaplah serius sedikit! Berhentilah menggoda mereka!” Omel Sungyeol menasehati.
Woohyun hanya tertawa menampakkan gigi gingsulnya. “ Sesekali kita membutuhkan orang untuk dijadikan relasi!” Ia menyahut santai. “ Kau terlalu serius di depan komputer. Bersosialisasilah sedikit.”
“ Aku tidak butuh nasehatmu, hyung (kakak).” Balas Sungyeol tak peduli.
Woohyun hanya tertawa kecut. Tak perlu ia memperdulikan ucapan pria berkacamata ini. Toh, sudah dua tahun ini ia menjadi team dan kinerjanya juga cukup bagus meski sesekali membuatnya kesal.
Kini pandangannya beralih pada dua orang di belakang Dongwoo dan Sungyeol. Tepatnya pada Kim Myungsoo dan Irene.
“ Lalu, siapa kalian?” tanyanya.
“ Ah! Mereka ini Kim Myungsoo dan Irene.” Dongwoo yang angkat bicara. Ia maju dan berbisik pada Woohyun. “ Mereka yang menyelidiki ‘orang-orang itu’. Dua-duanya mungkin akan masuk ke team kita.”
“ Delapan orang? Bukankah terlalu banyak?”
“ Kau tahu betapa berbahayanya ‘orang-orang itu’, kan?” kata Dongwoo menimpali.
Woohyun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lalu menyalami keduanya, tanda perkenalan. “ Senang bekerja sama dengan kalian.” Ucapnya dengan senyum.
Sesaat kemudian, ia kembali bertanya, “ Jadi kalian ada perlu apa menemuiku?”
“ Aku memerlukan bantuanmu.” Myungsoo menjawab. “ Apa kau mengenal seseorang dari Han Group? Seseorang yang memiliki peran penting disana.”
“ Han Group? Maksudmu perusahaan besar itu?” Woohyun balik bertanya dan dijawab dengan anggukan kepala. Untuk sesaat ia berpikir, mencoba mengingat. “ Ya. Sekitar dua bulan yang lalu aku berkenalan dengan wanita bernama Hwang Ara. Dia sekretaris pribadi direktur Ma Jaehyun. Lalu, apa yang bisa kubantu?”
Myungsoo mengeluarkan tabletnya kemudian memberikannya pada Woohyun.
“ Bantu kami masuk ke sana.” jawabnya.
Woohyun membaca sebuah artikel di layar. Tertulis dengan besar dan jelas judul disana.
Han Group Kembali Meluncurkan Smartphone Barunya
Woohyun mendongak. Ia memandang Myungsoo dan Irene bergantian.
Tak lama kemudian, ia mengangguk. “ Gure (baiklah). Aku akan membantu.”
“ Terima kasih.”
Woohyun mengembalikan tablet itu pada Myungsoo lalu kembali bertanya, “ Kalau begitu, kau akan kemana dulu?”
Myungsoo mengulum senyum. “ Ada seseorang yang harus kami temui.”
***
Baik Myungsoo dan Irene keluar dari mobil yang dikemudikan Dongwoo di depan sebuah rumah yang tak hanya besar tapi juga mewah. Setelah menurunkan mereka, mobil hitam itupun kembali melaju dan berhenti di salah satu sudut gang yang lepas dari pandangan. Tujuan mereka mengintai dari kejauhan.
Myungsoo membuka gerbang yang tidak dikunci lalu masuk kedalam pekarangan rumah yang sangat luas. Sementara itu, Irene masih setia mengikutinya. Dibunyikannya bel yang terletak di samping pintu utama.
Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Dia adalah pelayan keluarga di rumah ini.
“ Annyeong Haseyo. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sopan.
“ Saya Seowoo dan dia Hyunri. Kami teman dari nona Dan.” Jawab Myungsoo menyamar. “ Kami mendengar mereka dia kecelakaan. Apa kami bisa menemuinya?”
“ Tunggu, saya akan bicara dengan nona terlebih dahulu.” Katanya. Ia segera menekan interkom dan bicara pada sang nona yang entah ada dimana itu. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya pelayan itu kembali bicara pada Myungsoo.
“ Kalian dapat menemuinya di kamar. Mari saya antar.”
Mereka berdua segera masuk dan mengikuti si pelayan menaiki tangga menuju lantai dua. Ketiganya berjalan menyusuri koridor dengan beberapa pintu yang tertutup. Kini, pintu yang letaknya di paling sudut telah tampak dimata Myungsoo.
Mereka berhenti, si pelayan mengetuk pintu dan memanggil dengan suara lirih, “ Nona,”
“ Masuklah.”
Terdengar suara dari dalam sana. Pelayan itu pun langsung memutar engsel pintu dan membukanya perlahan menampakkan seorang wanita muda yang duduk bersandar pada tumpukan bantal. Wajahnya tak menoleh dan tampak asyik membaca Koran paginya sembari menikmati secangkir teh lemon hangat.
Kamar itu sangat luas dengan tempat tidur yang besar. Meski semua jendelanya tertutup dengan gordyn-gordyn yang menggantung disana, ruangan ini cukup terang dengan cahaya matahari yang masuk melalui lubang-lubang udara.
“ Anda kedatangan tamu nona.”
Wanita itu menoleh. Ia hanya tersenyum lalu mengangguk. “ Ya. Kau bisa keluar sekarang.”
Pelayan itu membungkuk kemudian melangkah mundur dan perlahan menghilang dari ruangan tersebut.
Kini hanya tinggal mereka bertiga yang tinggal disana. Membuat suasana hening terasa untuk beberapa saat.
Wanita itu meletakkan korannya lalu menghadap kearah Myungsoo dan Irene.
“ Apa kalian teman-temanku? Seowoo dan Hyunri?” Tanyannya menatap mereka bergantian. Sesaat kemudian ia tertawa malu. “ Maaf, aku tak bisa mengingat kalian berdua…”
Myungsoo melangkah maju. Ditatapnya dengan tajam wanita di depannya kini. Seulas senyum tipis tersungging dibibirnya, seolah puas menemukan buruannya.
“ Kau tak akan bisa mengingat kami karena kami memang bukan temanmu, nona.” katanya.
Seketika, wanita di depannya itu menoleh cepat kearahnya. Matanya terbuka lebar, namun bibirnya tak berkomentar. Ia diam, mendengarkan setiap penuturan Myungsoo selanjutnya.
“ Dengan berpura-pura kecelakaan dan hilang ingatan, kau pikir bisa mengelabuhi semua orang? Menyerahlah nona Daniela Park.?”
Seketika, wajah wanita itu memerah, tampak terkejut juga ketakutan. Dengan segera ia turun dari tempat tidurnya dan mengelak dengan perkataannya, “ A-apa yang kau katakan, hah! Siapa kalian sebenarnya!”
“ Saya Kim Myungsoo dari badan kepolisian rahasia” Myungsoo menjawab santai. Dilangkahkan kakinya semakin mendekat, membuat wanita itu mundur hingga terduduk di tepi tempat tidurnya. Dia mendongak, menatap takut Pria di depannya.
“ Nah, sekarang kau bisa membuka kedokmu, Nona Dan.” Ucap Myungsoo semakin mengintimidasi. Seulas senyum sinis kembali tersungging di bibirnya.
“ Ah, bukan. Apakah aku harus memanggilmu Cha Seoyeon?”
***TO BE CONTINUE***