CHAPTER 2 : The Best Gift!
“Yeon Rin-ah…” Donghae mencoba memanggil gadis yang duduk membelakangi disebelahnya.
“Rin-ie, bicaralah…”
“Kau masih marah padaku?”
“Kalau sudah tahu, kenapa bertanya? Bodoh!” Yeon Rin tampak menggembungkan pipinya, kesal.
Donghae menghela nafas, “Maafkan aku, Rin-ie…” Donghae menggenggam tangan gadis disebelahnya. “Jangan marah lagi. Maafkan aku…”
“Hentikan mobilmu disini.”
“Kenapa? Kau masih marah padaku?”
“Tidak, kita sudah sampai, oppa.” Lagi-lagi dan lagi entah apa alasannya Donghae bertindak tampak seperti orang bodoh didepan Yeon Rin. “Oppa, kau tidak mau turun?”
“Iya, tunggu aku!”
Dua orang itu berjalan layaknya pasangan paling bahagia yang pernah ada. Donghae sedari tadi menggenggam erat tangan Yeon Rin seperti tak ingin melepasnya seakan takut Yeon Rin akan tiba-tiba menghilang atau apalah.
“Oppa, kau tidak apa-apa menemaniku berbelanja?”
“Tidak apa-apa, aku malah senang…” Donghae tersenyum. Mereka terus menelusuri pasar itu dan berkeliling. Yeon Rin terlihat memberi tanda contreng pada kertas yang ia bawa. “Oppa, kita tinggal membeli buah.”
“Ah, apa kalian ingin mencoba beberapa?” Tawar seorang bibi penjual buah.
Yeon Rin kemudian menarik tangan Donghae, “Terima kasih, bibi. Buahnya manis sekali. Kau mau mencoba, oppa?” Donghae mengambil buah yang ditawarkan, kemudian mengunyah lalu menelannya.
“Enak, manis sekali. Bibi, kami ingin membeli beberapa buah…”
Bibi penjual itu lantas mengambil beberapa buah lalu memasukkannya ke dalam kantong. “Buah ini tidak terlalu manis, sebenarnya kalianlah yang lebih manis.” Pujinya. “Kau cantik dan kekasihmu tampan. Kalian sangat cocok…”
Semburat merah kembali menghiasi kedua pipi Yeon Rin yang chubby itu, tersenyum dan membuat mata sipitnya tenggelam dibalik kacamata minusnya. “Terima kasih, bibi. Ini uangnya…”
“Tidak apa-apa, ambillah. Aku tak akan rugi memberi beberapa pada pasangan seperti kalian…”
Mereka kembali tersenyum, “Kami benar-benar berterima kasih pada bibi…”
“Iya dan semoga kalian cepat menikah…”
“Terima kasih, bibi. Kalau begitu kami permisi…”
Berbagai harapan yang dilontarkan beberapa orang membuat keduanya tak berhenti menyunggingkan senyum selama mereka menuju ke dalam mobil. Donghae melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan tak ada yang bersuara, mereka hanya bergelut dengan pikiran masing-masing. Entah apa yang dipikirkan. Tak lama, Donghae menepikan mobilnya disebuah danau dengan pemandangan yang indah. Tanaman hijau mengelilingi disekitarnya. Donghae berjalan keluar diikuti oleh Yeon Rin yang mengekor dibelakangnya. Mereka duduk di kursi panjang di tepi danau tersebut.
“Kau mau kemana lagi setelah ini?”
Yeon Rin menggeleng, “Tidak ada, oppa. Bahkan jika kita seharian di apartemen aku tak apa.”
“Kau tidak meminta hadiah?”
“Tidak, dengan kau berada disampingku seperti ini aku sudah merasa bahagia.” Yeon Rin tersenyum.
Donghae menatap lekat gadis didepannya, perasaan bahagia, haru dan bangga bercampur jadi satu. Membuatnya kembali menyunggingkan senyum di wajahnya yang tampan. Ya, Shin Yeon Rin. Gadis cantik keturunan Korea-Amerika ini telah berhasil meluluhkan hati seorang Lee Donghae sejak beberapa bulan yang lalu.
“Tutup matamu.”
“Kau mau apa? Jangan macam-macam!”
“Percaya padaku, tutup saja matamu…” Yeon Rin sejenak memicingkan matanya memastikan agar tidak terjadi sesuatu padanya setelah ini.
Donghae kemudian mendekatkan diri pada Yeon Rin, tangannya mencoba menyingkirkan rambut panjang Yeon Rin kemudian memasang sesuatu dileher jenjang itu. “Sekarang, bukalah…”
“Oppa, ini indah sekali…” Lirihnya. “Aku benar-benar berterima kasih padamu.” Yeon Rin memandang kalung liontin berlian itu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Tidak, aku yang lebih berterima kasih padamu, Rin-ie… Jangan menangis…” Donghae memeluk Yeon Rin.
“Oppa…”
“Rin-ie, terima kasih telah datang dihidupku… Terima kasih telah menjadi orang yang berarti bagiku… Terima kasih telah mau mendampingiku, menyayangiku, dan menjadi istri yang baik untukku.”
Istri? Ya, tentu saja. Sejak 2 bulan yang lalu, Shin Yeon Rin menjadi seorang Nyonya Lee muda. Mengabdikan seluruh hidupnya untuk menjadi istri dari seorang CEO perusahaan ternama, Lee Donghae. Siapa menyangka jika pada awalnya pernikahan keduanya terjadi karena perjodohan? Donghae dan Yeon Rin menolak mentah pernikahan ini awalnya, seiring berjalannya waktu benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya dan semakin hari semakin besar seperti saat ini. Memang seperti itulah cinta, ketika ia datang, tak ada seorang pun yang mampu menolaknya.
***
Laki-laki berperawakan tinggi dengan garis wajah yang tampan beberapa kali menghela nafas kasar memperhatikan atasan sekaligus adik sepupunya itu.
“Kau kenapa? Ada masalah?”
Donghae menggeleng, “Tidak ada, Yesung hyung. Aku hanya bingung mau memberi hadiah apa pada Yeon Rin. Hari ini adalah hari kami yang ke 100.”
“Bagaimana kalau kau memberi barang kesukaannya yang belum pernah kau beri?”
“Aku sudah memberikan semua barang kesukaannya, Hyung.” Donghae menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Dia itu benar-benar membuatku bingung.”
“Tunggu! Tadi kau bilang hari kalian yang ke 100?” Donghae mengangguk. “Astaga, aku lupa. Ini ada kiriman dari istrimu.” Serunya sambil menyerahkan amplop besar berwarna cokelat itu.
“Gambar apa ini?”
“Memangnya apa? Coba ku lihat.” Yesung beranjak mengambil kertas ditangan Donghae lalu berbalik memunggungi sedangkan Donghae sibuk memungut kertas yang jatuh dan membacanya.
To: Pangeran ikanku
Oppa, apa kau sudah melihat gambarnya? Aku hanya heran kenapa beberapa hari ini aku merasa tidak enak badan lalu aku mencoba memeriksanya dan ternyata aku hamil, oppa. Dia baru berumur 3 minggu saat aku bercerita pada eonni. Oppa, aku hanya bisa memberi ini pada hari ke 100 kita. Maaf aku tidak bisa memberi hadiah yang lebih padamu. Ku harap oppa menyukainya…”
-Lee Yeon Rin-
“Hae, istrimu memberitahu bahwa dia---” Yesung berbalik badan.
“Hyung! Yeon Rin hamil! Umurnya baru 3 minggu. Dia hamil, hyung!” Donghae berteriak dan memeluk Yesung. Sesekali ia melompat dan berputar layaknya anak kecil. Yesung tersenyum, “Kau tidak meneleponnya?”
“Ya, aku harus meneleponnya…” Jari-jari tangan Donghae menari dengan lincah diatas layar handphonenya. Mencoba menghubungi sang istri. Beberapa detik kemudian, panggilan itu pun tersambung.
“Yeoboseyo? Rin-nie?”
“Ya, oppa. Ini aku. Ada apa?”
“Kau dimana?”
“Seperti biasa, di taman. Kenapa?”
“Tunggu, oppa akan kesana sekarang.”
Plip. Donghae bergegas mengambil kunci mobilnya, “Hyung, aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa hubungi saja. Aku pergi…”
“Ya, tentu saja…”
Donghae melajukan mobil mewahnya dengan kecepatan yang agak tinggi melihat jalanan cukup senggang dan hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Tampak ia ingin sekali bertemu dengan istrinya. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat, matanya menyisir ke seluruh penjuru taman itu, pandangannya berhenti pada satu objek yang duduk di kursi panjang di bawah pohon rindang tak jauh dari tempat ia berdiri. Tak henti-hentinya ia menyunggingkan senyum di bibirnya. Perlahan tapi pasti, ia mendekati objek yang selalu dicarinya itu.
“Rin-nie…”
“Oppa, kau sudah datang?”
Donghae mengangguk. “Oppa, aku minta maaf tidak bisa memberimu hadiah yang lain.” Yeon Rin berdiri, “Maaf tapi ku harap oppa menyukainya…”
Lagi, Donghae menatap lekat orang yang berdiri di hadapannya tak lupa dengan senyumnya yang terus mengembang. “Oppa sangat menyukainya. Oppa tidak membutuhkan hadiah apapun darimu, asal kau selalu berada disampingku, aku akan selalu bahagia, Rin-nie…”
Buliran air menggenang di pelupuk mata Yeon Rin, “Selamat hari yang ke 100, oppa...”
Donghae mendekap erat Yeon Rin, “Selamat hari yang ke 100, Rin-nie… Terima kasih telah memberi hadiah yang paling indah di dunia.” Ia lalu mengecup bibir mungil Yeon Rin sekilas. “Ku mohon, tetaplah bersamaku apapun yang terjadi. Tetaplah menjadi istri yang baik untukku, menjadi satu-satunya pendamping dalam hidupku, dan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita kelak. Aku akan selalu mencintaimu, Lee Yeon Rin…”
-Fin-
Terima kasih buat yang udah mau nyempetin ngebaca ff abal-abal ini, monggo diberi sarannya biar sayanya bisa membuat ff yang lebih berkualitas ke depannya. Hehe.