CHAPTER 1 : Cute Thing
Seorang gadis dengan piyamah kebesaran yang ia pakai nampak berkutat dengan beberapa buku tebal disekelilingnya. Jari-jarinya dengan teliti menelisik satu persatu kata yang ada dalam buku tersebut. Mengabaikan suara bel apartemennya yang terus menerus berbunyi. Beberapa kali terdengar dumelannya karena merutuki orang bodoh yang berdiri didepan pintu apartemennya.
Seorang laki-laki melenggang masuk dan menjatuhkan pantatnya di kursi besar sang empu apartemen. Memandangi gadis didepannya dengan tatapan yang sulit diartikan lalu melempar boneka beruang besar yang bersender disebelah kursi yang ia duduki.
“Apa yang sedang kau lakukan?”
“Apa kau tidak bisa melihat? Bodoh!”
“Ya! Bukan itu maksudku…” Ia mengelak. “Kenapa kau membaca sambil tiduran seperti itu? Apa kau ingin menambah angka di kacamatamu?”
Gadis itu menurunkan buku yang sedang ia pegang dan duduk menghadap laki-laki didepannya. “Ya! Lee Donghae! Bisakah kau diam? Kenapa kau tidak kembali pergi? Mengganggu saja.”
“Astaga, berani sekali kau berteriak padaku.”
“Memangnya kau siapa?” Sungutnya.
Donghae lalu mendekati gadis itu lalu memasangkan kacamata padanya. “Kau benar-benar bodoh! Apa kau tidak lihat aku memakai lensa kontak? Cih, bodoh sekali…”
“Berhenti berteriak padaku, nona Shin! Kau terlihat jelek dengan lensa kontak dan rambut yang kau ikat seperti itu…”
“Kau perlu tau, tuan Lee bahwa aku selalu cantik.” Jawab gadis itu sambil tangan kanannya menyibak rambut seolah dia seorang putri.
Donghae menahan tawanya, “Ya, kau memang selalu cantik. Lalu, kau mau pergi kemana hari ini?”
“Apa ini hari yang spesial? Kenapa bertanya seperti itu padaku?”
“Kau lupa hari ini tanggal berapa?”
“Memangnya berapa?”
“Sekarang akhir agustus, kau ingat?”
Gadis itu tampak menerawang, “Akhir agustus… Akhir agustus…"
“Kau benar-benar pelupa, Yeon Rin-ah…” Donghae menghela nafasnya. Menggelengkan kepala tanda ia bingung bagaimana bisa seorang mahasiswi kedokteran tingkat akhir ini begitu pelupa. Entah karena isi otaknya yang hanya tentang materi hapalan saja atau memang tak ada hal lain yang ingin ia pikirkan. Namun begitu, ia tetap mencintai gadis didepannya dengan sepenuh hati.
“Ah, benar, ini hari ulang tahunku. Astaga, bagaimana aku bisa lupa…” Gadis itu terkekeh. “Baiklah, kita akan jalan-jalan hari ini... Tunggu aku sebentar…”
Gadis itu beranjak, “Kau mau kemana?”
“Aku mau mandi, oppa. Jangan mengintip!” Gadis itu tertawa dan membuat matanya seperti hilang(?).
“Cih, percaya diri sekali…”
“Ya! Jangan kemana-mana, kalau kau berani mengintip, aku akan membunuhmu!”
Donghae mengangguk, “Aku tau, cepatlah…”
***
Donghae terkesiap lantas tersenyum melihat gadis didepannya yang memakai dress peach selutut dengan membiarkan rambut panjangnya terurai bebas namun tetap rapi. “Kau cantik, Rin-ie…”
Sontak warna merah mendominasi pipinya yang chubby itu, “Gomawo oppa…”
“Kajja… Kita mau kemana?”
“Bagaimana kalau kita ke taman seperti biasa?”
Donghae lagi-lagi tersenyum. Mereka kemudian masuk ke mobil lamborghini hitam itu kemudian Donghae menyetir dengan kecepatan sedang dan sesekali melirik gadis yang duduk disebelahnya sedangkan orang yang dipandang hanya menatap ke luar jendela mobil seraya bersenandung kecil membuat Donghae untuk kesekian kalinya menampilkan senyum menawan khas miliknya.
Yeon Rin keluar dari dalam mobil mewah itu diikuti oleh Donghae yang mengekor dibelakangnya. “Oppa, di taman ini juga ada kedai es krim, kau mau kesana?”
“Kemana pun yang kau mau…”
Sepanjang jalan mereka terus saja berpegangan tangan membuat orang-orang disekeliling memandang mereka dengan tatapan iri dan berdecak kagum.
“Kau mau pesan apa?”
“Apapun yang berhubungan dengan coklat.”
Donghae menggeleng, “Aish, selalu saja…”
“Palliwa oppa!” Yeon Rin terkekeh.
Donghae lalu duduk bersebelahan dengan Yeon Rin, menyerahkan salah satu minuman favorit gadisnya itu.
“Terima kasih, ahjussi…” Kembali Yeon Rin terkekeh membuat Donghae mendecak kesal. Tanpa sadar, beberapa orang yang juga penikmat kedai es krim itu tak henti-hentinya memperhatikan mereka termasuk penjual itu sendiri. Yeon Rin kembali pada kebiasaan lamanya ketika menikmati es krim, selalu saja belepotan. “Makanlah dengan hati-hati…” Donghae mengelap poletan es krim di ujung bibir Yeon Rin membuat Yeon Rin terkejut sebentar namun lantas tersenyum.
“Lihatlah mereka, mesra sekali…”
“Mereka lucu, ya…”
“Ku harap mereka cepat menikah…”
Donghae dan Yeon Rin memandang satu sama lain kemudian saling melempar senyum.
“Rin-ie, kau dengar apa yang mereka bicarakan?”
“Tentu saja, oppa. Aku mendengarnya…” Yeon Rin tersenyum malu membuat warna merah mendominasi kedua pipinya.
“Mukamu merah sekali! Lihatlah…” Donghae tertawa. “Berhenti menertawaiku!”
“Kau lucu, Rin-ie…” Donghae memegangi perutnya, kembali terkekeh. “Kau seperti mendengar lelucon yang paling lucu sedunia!”
“Ini memang lucu… Aku tak bisa menahannya…”
Yeon Rin menggebrak meja lalu beranjak, “Aku mau pergi, kau masih ingin disini atau ikut bersamaku?”
Yeon Rin marah pada kekasihnya, Lee Donghae. Apakah gadis ini akan memutuskan hubungan keduanya karena hal sepele?
-To be continue-