CHAPTER 2 : ~part 2
Semenjak pertemuan pertama mereka di hutan, Hayi semakin sering menyambangi Kim Hanbin. Bermacam-macam alasan yang dilontarkan Hayi pada Kim Hanbin agar memperbolehkannya untuk bisa menemuinya.
“Ah..ini sudah ketiga puluh kalinya, aku melihat engkau berada di hutan ini. Sekarang apa lagi alasanmu?” dengus Kim Hanbin. Hayi menunjukkan keranjang kecil yang ia bawa.
“It’s time to picnic! Mari temani aku piknik di taman bunga surga!!” ajak Hayi sambil berusaha menggandeng tangan Kim Hanbin. Kim Hanbin yang selalu waspada lalu menggeser posisinya, mengabaikan tangan Hayi.
“Kenapa Kim Hanbin? Kenapa kau menolak untuk menyentuh tanganku?” Hayi bertanya dengan suara lirih.
“Apa kau tak tau, Hayi? Seluruh anggota badanku ini diciptakan untuk mencabut nyawa. Jika aku menyentuh tanganmu, maka kau akan mati. Dan satu lagi, aku ini seorang shinigami[1]. Aku tak memiliki keinginan untuk makan sepertimu.” Ucapan dingin Kim Hanbin menyadarkan Hayi sesaat. Tapi hal itu tak menyurutkan harapan Hayi untuk berteman dengannya.
“Tak apa-apa, Kim Hanbin. Pokoknya kau harus menemani aku!” paksa Hayi. Dan, seperti hari-hari sebelumnya, Kim Hanbin terpaksa mengikuti keinginan Hayi.
###
Waktu terus berputar. Hubungan Lee Hayi dan Kim Hanbin semakin dekat. Kepribadian mereka yang bertolak belakang malah menjembatani perbedaan di antara mereka. Hayi yang optimistis sering meremehkan pemikiran Kim Hanbin yang pesimistis. Hayi yang senang menggoda Kim Hanbin dengan menyebutnya ‘si tua penyendiri’ dan selalu membandingkan Kim Hanbin dengan Kor – karena menurut Hayi, Kor lebih baik dari Kim Hanbin ; Kor selalu menuruti perintahnya sedangkan Kim Hanbin tak pernah lelah membantahnya. Hayi yang selalu menegur kesombongan Kim Hanbin. Hayi yang tak pernah absen mengunjungi Kim Hanbin walau Kim Hanbin selalu mengeluh Hayi mengganggu pekerjaannya. Dan, Hayi yang mengajarkan Kim Hanbin bahwa penting baginya mengekspresikan emosi. Hayi percaya bahwa hal itu membuat Kim Hanbin dapat memahami dirinya sendiri dan orang lain lebih baik lagi. Usaha Hayi terbayarkan dimana Kim Hanbin mulai memahami perasaannya sendiri dan belajar untuk mengekspresikannya.
Hingga suatu ketika, dimana Hayi mencoba menolong anak-anak burung surga dengan cara bergelantungan di sisian tebing dan bergantung pada pedang yang ia jadikan pegangan. Tangan kiri Hayi bertumpu dengan pedang dan ia mencoba meraih sarang burung yang hampir jatuh dengan tangan kanannya. Akan tetapi, tanah tempat pedang Hayi bertumpu longsor membuat Hayi terjun bebas menuju jurang terdalam. Tanpa Hayi sadari, dia diselamatkan oleh Kim Hanbin. Kim Hanbin terbang dengan sayap tunggal kanannya dan mencengkram kerah gaun Hayi lalu mendaratkan Hayi ke tempat yang aman.
Melihat Kim Hanbin yang telah menolongnya, sudut bibir Hayi terjungkit.
“Terima kasih telah menolongku, Kim Hanbin. “
“Belum waktunya kau mati sekarang.” balas Kim Hanbin datar.
“Aku tak menyangka kau berada di wilayah ini. Apakah kau juga mengamati anak-anak burung itu?” tanya Hayi sambil tersenyum simpul.
“Kau memiliki penampilan yang menakutkan tetapi nyatanya, kau adalah seseorang yang terbuka dalam menyatakan cintanya. Seperti menyelamatkan jiwa anak-anak yang sedang terlibat masalah-“
“Jangan salah paham! Aku hanya menunaikan tugas sebagai shinigami sambil menggunakan kemampuan yang telah dianugerahkan oleh Dewa Surga. Tidak ada cinta di dalam kamus seorang shinigami. Bagiku, cinta adalah kesia-siaan. “
“Benarkah? Aku rasa tidak seperti itu. Kau dapat menolong seseorang. Kuyakin itu dikarenakan cinta dalam dirimu yang menuntunmu ke arah yang tepat.”
Eksistensi Hayi tampak bersinar di mata Kim Hanbin sehingga tanpa sadar naluri kegelapan Kim Hanbin berupaya menguasai dirinya. Tangannya bergerak ke arah Hayi, bernafsu untuk mencabut nyawa Hayi.
....terlalu berkilau. ....seperti. ......sebuah cahaya.
.......kuingin kau selalu berada di sisiku.
Hayi terkesiap melihat wujud normal Kim Hanbin berubah menjadi sosok tengkorak. Sayap tunggal kanannya juga bertransformasi menjadi sabit besar yang siap menelan nyawanya saat itu juga.
“Kim Hanbin.” ucap Hayi lirih.
Suara Hayi mengembalikan kesadaran Kim Hanbin. Sabit besarnya lalu menghilang. Wujud tengkorak Kim Hanbin kembali menjadi bentuk normalnya.
“Tadi...apa yang aku harapkan?” batin Kim Hanbin. “Hatiku sepertinya terganggu oleh sesuatu....”
###
[1] Bermakna Dewa Kematian dalam Bahasa Jepang.