CHAPTER 1 : Second Chance
Seorang pria dengan setelan jas berwarna hitam berdiri tegap dengan senyum jahat menghiasi wajahnya.
Ia berkata bahwa dirinya sudah memberikan kesempatan tetapi pria di hadapannya tidak mempergunakan kesempatan itu dengan baik.
Pria berjas tadipun bersiap untuk menarik pelatuk pistolnya lantas mengarahkannya pada pria malang di hadapannya. Pria malang itu bergeming di tempatnya, menantikan nasib hidup dan matinya yang tengah dipermainkan oleh pria berjas hitam tersebut.
Satu detikpun berlalu cepat bersamaan dengan menggemanya suara tembakan pistol yang membelah keheningan. Pria malang itu sontak memegangi dadanya dan membuka kedua matanya yang sebelumnya tertutup rapat. Ia terbelalak sekaligus bersyukur ketika mendapati bahwa kejadian mengerikan yang ia kira terjadi sesungguhnya adalah mimpi.
Pria malang itu bernama Tae Joon. Ia sudah menghabiskan dua puluh tujuh tahun hidupnya seorang diri. Ia juga seorang anak yatim piatu. Ibunya meninggal dunia setelah melahirkannya sedangkan ayahnya meninggalkannya di depan panti asuhan setelah perusahaan miliknya bangkrut. Kira-kira begitulah cerita yang ia ingat dari beberapa pengasuh panti asuhan yang merawatnya dulu.
“Kenapa dunia begitu kejam, Nevi?” tanya Tae Joon pada seekor kucing peliharaannya. Sedangkan objek yang sedang ia ajak berbicara hanya dapat mengeong sesekali lalu kembali sibuk menjilati bagian tubuhnya yang lain.
Kini pandangan Tae Joon beralih pada sesuatu yang melayang di atas kepalanya. Benda yang tidak jelas apa jenisnya itu menanyakan hal-hal yang menurut Tae Joon tidak penting. Benda berwarna merah muda itu terus saja mengulang sebuah pertanyaan yang sama.
“Apa kau tidak tertarik pada hal apapun?” tanyanya untuk kesekian kali.
Tae Joon menatap benda yang tak jelas itu kesal. “Sebenarnya kau itu apa? Kenapa terus-menerus mengusik hidupku dengan pertanyaan bodohmu itu?!”
“Aku sel cintamu. Aku harusnya ada di dalam dirimu namun karena aku muak akan sikapmu yang tak jelas begini, akhirnya aku keluar dari dalam tubuhmu daripada aku mati membusuk di sana,” jelasnya panjang lebar namun tidak didengarkan oleh Tae Joon. Ia malah tertidur. Melihat tingkah Tae Joon, sel cintapun semakin kesal.
Di sisi yang lain, Nevi yang merasa kelaparan menatap sel cinta dengan tatapan lapar. Dan dengan satu lompatan kecil, Nevi berhasil menangkap sel cinta itu. Tak menunggu waktu lama, sel cinta milik tuannya itupun kini berpindah tempat ke perut Nevi. Bersamaan dengan itu, sebuah petir menyambar di tengah suasana yang cerah hingga Tae Joon pun terbangun karena ikut mendengar suara sambaran petir yang begitu keras.
Tae Joon terhenyak ketika mendapati seorang gadis tiba-tiba duduk manis di depannya. Gadis itu menatap Tae Joon ramah sedangkan Tae Joon malah berteriak histeris. Sontak gadis itu segera menutup mulut Tae Joon rapat dengan kedua tangannya.
“Kenapa malah berteriak histeris begitu?” tanyanya heran.
Tae Joon segera menyingkirkan kedua tangan itu dari mulutnya. Ia menatap gadis itu dengan tatapan takut sekaligus terkejut. “Siapa kau?!” tanyanya terbata-bata.
“Sel cintamu.”
“Dimana Nevi?”
“Dia memakanku.”
“Aku pasti tengah bermimpi,” sahut Tae Joon cepat. Ia pun segera mencubit lengannya sendiri sekuat tenaga dan pada detik selanjutnya ia berteriak sangat keras karena merasa sangat kesakitan. “Ini seperti mimpi namun ini kenyataan.”
“Jadi akhirnya kau sadar juga ya,” sahut gadis itu sambil melayangkan senyum pada Tae Joon.
“Dimana Nevi?” ulang Tae Joon, kali ini sudah terlihat lebih tenang dari sebelumnya.
“Secara teknis, aku ini Nevi karena kucingmu itu baru saja memakan sel cintamu. Tetapi jangan terlalu memikirkannya sebab aku tetaplah sel cintamu, apapun wujudku.”
“Ini jelas tidak mungkin,” ucap Tae Joon lalu tiba-tiba saja pingsan.
Nevi yang kini sudah berubah menjadi seorang gadis pun terkejut. Ia terus memanggil nama Tae Joon berulang kali sembari menampar-nampar kedua pipinya pelan. Setelah berusaha cukup keras, akhirnya Tae Joon kembali sadar.
“Pergilah!” perintah Tae Joon.
“Tidak mau,” tolak Nevi.
“Aku baik-baik saja hidup sendirian lagipula kau ini hanya sel cinta yang tidak berguna.”
Nevi kaget mendengar kalimat Tae Joon barusan. Ia mendengus kesal, “Kau pikir akan jadi apa hidupmu jika tanpa sel cinta?!”
“Baik-baik saja. Sel cinta tidak akan berpengaruh apa-apa padaku.”
“Apa kau ini benar-benar tidak tahu, akan jadi apa hidupmu tanpa sel cinta?” ulang Nevi mulai frustasi.
Tae Joon menggelengkan kepalanya, tidak peduli.
“Ada tiga tahapan ketika sel cinta mati. Tahap pertama, saat tahun pertama setelah putus. Kau tidak akan merasakan waktu terus bergulir sebab kau hanya fokus pada perasaanmu yang terluka dan terasa begitu perih.”
“Selanjutnya tahap kedua. Kau mulai merasa depresi berat dan ingin menumpahkan segalanya dengan cara apapun. Biasanya orang-orang akan memilih jalan bunuh diri.”
“Terakhir, saat sel cinta mati maka kau tidak akan memiliki emosi lagi persis seperti robot.”
Tae Joon langsung merasa lemas seketika. Ia merasa seluruh semangat hidupnya tersedot entah kemana. Nevi pun merasa kasihan pada Tae Joon. Ia menepuk-nepuk bahu Tae Joon pelan guna menguatkan.
“Itulah sebabnya aku disini untuk membantumu. Waktu kita hanyalah empat puluh delapan jam sampai kau menemukan seseorang yang kau cintai dan sel cintamu akan terselamatkan.”
“Seseorang yang aku cintai?” ulang Tae Joon.
Nevi mengangguk.
“Baiklah sekarang mari kita mulai membuat daftar siapa nama-nama wanita yang pernah dekat denganmu. Coba kau ingat-ingat siapa saja!” perintah Nevi.
Tae Joon memutar otaknya keras, berusaha menggali memori masa lalu mengenai kisah cintanya yang sudah terkubur lama. Memori dalam otak Tae Joon membawanya menuju dua nama wanita yaitu Ye Bom dan Hye Ri.
Nevi tersenyum lebar lalu mengepalkan tangannya dan mengangkatnya tinggi ke atas. “Ayo semangat!” pekiknya.
--
Keesokan harinya disaat matahari mulai beranjak naik dari sebelah Timur, Nevi dan Tae Joon segera memulai pencarian. Mereka berjalan berdampingan membelah jalanan kota yang sudah sangat padat pagi itu. Mereka berdua mengedarkan pandangan masing-masing mencari sosok wanita yang dicari.
Tak banyak informasi yang Tae Joon ingat mengenai Ye Bom. Ia hanya ingat jika Ye Bom adalah seniornya saat SMA dulu. Ia adalah senior yang cantik serta cerdas dan tak hanya itu, ia juga salah satu siswi terpopuler di sekolahnya. Entah apa yang terjadi sehingga dulu ia pernah mendapatkan kesempatan untuk berkencan dengan Ye Bom.
“Tae Joon, kurasa itu dia orang yang kita cari,” sahut Nevi sambil menunjuk seorang wanita berambut panjang yang tengah menikmati secangkir kopi di sebuah café. Tanpa berpikir panjang, Nevi segera meraih tangah Tae Joon dan menariknya menuju café tersebut.
“Aku akan membeli kopi dan kau carilah tempat duduk di dekat wanita itu. Aku yakin, dia adalah Ye Bom,” ucap Nevi lalu segera pergi.
Tae Joon berjalan pelan menuju sebuah meja kosong tepat di samping wanita yang masih diduga sebagai Ye Bom. Ia segera duduk di sebuah kursi yang menghadap ke wanita itu. Sesekali ia melihat wanita itu guna memastikan. Karena merasa seperti tengah diawasi, wanita itu akhirnya berjalan menuju meja Tae Joon.
“Apakah kau ada kepentingan denganku, Tuan?” tanyanya sopan.
Tae Joon menggeleng gugup, “Aku hanya tidak yakin. Apakah kau Lee Ye Bom, siswi lulusan Anyang Art High School?” tanyanya.
“Oh tunggu, jangan-jangan kau ini Tae Joon?!”
Tae Joon mengangguk pelan.
Senyum lebar segera terbit di wajah Ye Bom. Tanpa diminta, ia segera mengisi kursi kosong di samping Tae Joon. Keduanya pun terlibat soal pembicaraan mengenai semasa SMA dulu dan saling bertukar informasi pribadi.
Nevi yang baru saja ingin menghampiri Tae Joon langsung menghentikan langkahnya. Pandangannya menyusuri setiap adegan yang terputar di depan matanya. Ia tersenyum kecil ketika melihat Tae Joon dan Ye Bom yang tengah tertawa bersama. Ia lantas memejamkan matanya, berusaha mempertajam indera pendengarannya guna benar-benar memastikan apakah Ye Bom adalah pasangan yang cocok untuk Tae Joon.
Andai saja aku dan Yoon Hwan sudah putus, mungkin sekarang aku bisa bersama lagi dengan Tae Joon.
Nevi membuka matanya, ia menghela napasnya ketika mendapati apa isi hati dari Ye Bom. Rupanya wanita itu masih memiliki seorang kekasih dan jelas ruang untuk Tae Joon masuk ke hatinya akan sangat tipis. Bersamaan dengan itu, seorang laki-laki bertubuh semampai dengan rambut yang ia biarkan agak panjang berjalan mendekati meja tempat Tae Joon dan Ye Bom berada. Nevi yang merasakan akan ada hal buruk terjadi, lantas ikut pergi ke meja tempat mereka berada. Dengan senyum ramah di wajahnya, ia segera mengambil tempat disisi Tae Joon dan dengan cepat mengajaknya untuk segera pergi.
“Sebenarnya ada apa?” tanya Tae Joon ketika jarak mereka sudah jauh dari Ye Bom dan kekasihnya.
“Laki-laki yang menghampiri kalian tadi adalah kekasih Ye Bom dan aku takut jika membiarkanmu terlalu lama disana bisa berakibat buruk. Jadi aku segera membawamu pergi,” jelas Nevi.
Tae Joon hanya mengangguk lesu mendapati kenyataan tersebut. “Tersisa berapa jam lagi?” tanyanya.
“Masih ada seitar empat puluh jam lagi dan kita harus segera mencari di mana Hye Ri.”
Keduanya pun mempercepat langkah mereka meskipun tanpa memiliki arah yang jelas namun mereka berdua memiliki tujuan yang jelas yaitu mencari di mana Hye Ri.
Akhirnya setelah sekian lama mencari, mereka berdua memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah supermarket pinggir jalan sambil meminum sekaleng soda. Di saat itu, terdengar suara riuh dan beberapa teriakan tak jauh dari tempat mereka berada. Beberapa orang juga berlarian menuju suatu tempat.
“Ayo kita lihat!” ajak Nevi lalu bergegas diikuti Tae Joon.
Keduanya pun ikut membaur bersama dengan beberapa orang lainnya di depan sebuah gedung pencakar langit. Orang-orang disekitar mereka terus meneriaki seseorang di atas gedung tersebut dan sebagian lainnya sibuk menelepon tim penyelamat.
“Apakah dia akan bunuh diri?” tanya Nevi polos.
Wanita tua di sampingnya mengangguk cepat.
Mendengar hal itu, Nevi segera meraih tangan Tae Joon dan keduanya berlari dengan cepat lalu masuk ke dalam gedung tersebut. “Apa yang mau kau lakukan kucing aneh?!” tanya Tae Joon kebingungan. Ia sampai tak habis pikir, mengapa kucingnya bisa bertindak seperti ini. Sedetik kemudian ia langsung menyalahkan sel cinta miliknya karena ia beranggapan bahwa memakan sel cinta bisa berakibat pada menambah kelincahan.
“Kita harus menyelamatkannya!” Jawab Nevi bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.
“Untuk apa? Kita juga tidak mengenal siapa dia. Biarkan tim penyelamat yang melakukannya,” jawab Tae Joon kesal.
“Waktu kita tidak banyak, hanya kurang dari empat puluh jam dan membuat Hye Ri jatuh cinta lagi padamu setelah lima tahun tidak bertemu itu sulit. Coba pikirkan jika yang mau bunuh diri ini adalah wanita. Dan kau yang menyelamatkannya, ia akan dengan mudahnya jatuh cinta denganmu dan kalian pun bisa menyelamatkanku dari kematian.”
“Terserah kau saja,” balas Tae Joon.
Pintu lift pun terbuka, mereka berdua langsung bergegas menuju atap tempat orang itu berada. Ketika tiba di sana, diam-diam Tae Joon menghela napasnya lega setelah mengetahui kalau orang itu adalah seorang wanita.
“Sekarang pergilah ke sana. Bujuklah dia agar mau membatalkan aksinya. Aku akan di sini untuk mengawasimu,” jelas Nevi yang disambut anggukan dari Tae Joon.
Tae Joon berjalan perlahan mendekati wanita itu. Keadaan di atas sini jauh lebih sepi daripada keadaan di bawah gedung tadi. Wanita itu mungkin tidak sadar jika berpuluh-puluh orang tengah meneriakinya dari bawah.
“Nona…” panggil Tae Joon.
Wanita itu bergeming lantas menoleh menghadap Tae Joon. Dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati bahwa wanita itu adalah Hye Ri. Tanpa harus berkata apa-apa, Hye Ri langsung berlari dan memeluk Tae Joon erat dan air matanya pun tumpah. Tae Joon hanya mengelus-elus rambut Hye Ri guna menenangkan.
“Ayo kita turun,”bisiknya lembut.
--
Sudah lebih dari tiga jam kedua orang itu duduk diam di taman dan selama itu pula Hye Ri seakan tak lelah menceritakan apa yang menjadi alasannya untuk melakukan aksi nekatnya tadi. Sedangkan Nevi yang berada tak jauh dari mereka sudah bosan setengah mati. Namun entah karena kuatnya cinta yang dulu pernah ada, Tae Joon masih setia di sana untuk mendengarkan segalanya.
“Mungkin cinta Tae Joon akhirnya bersemi kembali,” ucap Nevi sambil tersenyum nanar. Karena sudah sangat bosan dan merasa segalanya sudah berjalan sesuai rencana, ia pun memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman. Namun ketika tengah berjalan, ia merasa tengah dibuntuti tetapi ketika ia menoleh ke belakang tidak ada siapapun.
“Mungkin ini hanya perasaanku saja,” ucapnya dalam hati.
Sepersekian detik kemudian, Nevi merasakan sekujur tubuhnya tidak berenergi, kedua kakinya lemas, dan ia pun merasakan segalanya gelap. Dan setelahnya ia tidak bisa merasakan apapun.
Di tempat yang lain Tae Joon telah mengantarkan Hye Ri kembali ke rumahnya. Ia melirik jam tangan di pergelangan tangannya. Hanya tersisa kurang dua belas jam lagi dan ia merasa optimis bisa menyelamatkan sel cintanya. Di saat itu pula, Tae Joon mulai merasa panik karena meninggalkan Nevi seorang diri sedangkan kini hari mulai semakin gelap.
Ia pun segera berlari ke seluruh tempat yang telah ia datangi bersama Nevi namun semuanya sia-sia, ia tidak menemukan seseorang yang ia cari di manapun. Tae Joon pun teringat pada sebuah lonceng yang diberikan kepadanya sebelum ia dan Nevi melakukan pencarian pasangan sel hatinya. Ia lalu menggoyangkan lonceng tersebut.
Secara ajaib, munculah dua buah kotak berwarna merah muda di hadapannya. Ia segera membuka kotak itu dan melihat isinya. Masing-masing kotak berisi sebuah kacamata dan bando berbentuk telinga kucing yang keduanya sama-sama berwarna merah muda. Tae Joon pun segera mengenakan kedua benda itu tanpa mengetahui fungsi sebenarnya.
Tiba-tiba saja ia bisa mendengar suara jeritan dari kediaman rumah Hye Ri. “Astaga, apa yang terjadi dengan Hye Ri?!” ucapnya. Dan secara ajaib, kacamata yang ia kenakan memutar kembali kejadian yang baru saja terjadi pada Hye Ri.
Setelah mengetahui kegunaan benda itu, Tae Joon pun segera berlari meskipun tidak sadar apa yang telah ia perbuat.
--
Di atas ranjang rumah sakit, tubuh Hye Ri terbaring lemah dengan berbagai infus dan selang pernapasan. Alat-alat rumah sakit juga ikut dipasangkan pada tubuhnya yang tak berdaya itu. Beberapa saat setelah diantar pulang oleh Tae Joon, ia kembali melakukan aksi bunuh diri dengan cara menelan beberapa butir obat penenang miliknya hingga dia jatuh pingsan karena overdosis. Beruntung ia masih dapat terselamatkan.
Dengan keadaan yang masih belum pulih sepenuhnya, Hye Ri berusaha mengangkat tangannya untuk mengelus kepala seseorang yang tengah tertidur pulas dalam keadaan duduk di sisi ranjangnya.
Pria itu pun bangun dari tidurnya dan sebuah senyum manis terbit di wajahnya. Ia pun meraih tangan Hye Ri dan menggenggamnya lembut.
“Terima kasih, Jin Woon,” ucap Hye Ri tulus.
--
Setelah mengetahui kalau Hye Ri kembali melakukan aksi bunuh diri, Nevi pun segera menghubungi Jin Woon, salah satu rekan kerjanya yang juga mengenal Hye Ri untuk segera pergi ke kediaman Hye Ri untuk menyelamatkan nyawa wanita itu sedangkan dirinya bergegas berlari menuju tempat di mana Nevi berada.
“Kau tidak seharusnya datang ke sini,” ucap pria misterius sebagai salam penyambutan pada Tae Joon karena masuk ke gedung tempat Nevi berada.
“Siapa kau?!” tanya Tae Joon lalu berlari menghamiri pria yang persis seperti seseorang dalam mimpinya.
Pria itu tersenyum jahat. Tepat di samping pria itu, Tae Joon bisa melihat Nevi yang terduduk lemas. Nevi hanya bergeming di tempatnya sambil menatap Tae Joon lemah.
“Bagaimana kau bisa sampai kemari?” tanya pria misterius itu.
“Aku menggunakan ini,” jawab Tae Joon sambil mengeluarkan loceng pemberian Nevi.
“Berapa kali kau membunyikan lonceng itu?”
“Dua kali.”
Pria misterius itu kini beralih menatap Nevi lalu tersenyum tipis. “Berapa sisa waktumu?” tanyanya.
“Sepuluh jam dikurangi delapan jam karena penggunaan dua barang ajaib,” jawab Nevi lemah. Pria misterius itu menyambutnya dengan senyum kemenangan.
“Hanya tersisa dua jam lagi, kurasa tidak ada gunanya juga kau hidup.”
Pria misterius itu pun mengeluarkan sebuah pistol dari balik sakunya dan mengarahkannya langsung pada Tae Joon. “Aku sudah memberikanmu kesempatan tetapi kau malah membuangnya.”
Tanpa berpikir panjang, pria misterius itu segera menarik pelatuk pistolnya dan betapa terkejutnya Tae Joon ketika mendapati dirinya masih dapat menghembuskan napas dan menangkap tubuh Nevi yang tak berdaya lagi dalam wujud kucing. Tae Joon menatap tubuh Nevi di pangkuannya nanar.
--
Musim telah berganti dengan cepat, kini musim telah berganti menjadi musim gugur. Tae Joon merapatkan jaket tebalnya sambil sesekali berjalan guna mempercepat waktu tempuhnya di tengah udara dingin agar segera tiba di halte bus. Ketika sampai, Tae Joon bergegas masuk ke dalam bus. Ia terpaksa berdiri karena keadaan bus yang begitu penuh sehingga tak menyisakan ruang untuk dirinya duduk. Di tengah perjalanan, sang supir tiba-tiba saja menghentikan busnya mendadak sehingga menyebabkan seorang gadis ikut terdorong ke depan dan menabrak tubuh Tae Joon lalu kehilangan keseimbangan. Beruntung, Tae Joon dengan sigap menangkapnya. Pandangan mereka pun bertemu dan betapa terkejutnya Tae Joon ketika mendapati wajah gadis dalam dekapannya ini sangat mirip dengan Nevi.
“Maafkan aku,” sahut gadis itu lalu segera berdiri. Ia terlihat canggung. Tae Joon mengulurkan tangannya pada gadis itu.
“Kim Tae Joon.”
“Gu Miho,” balas gadis itu sambil tersenyum.
Seketika Tae Joon menyadari bahwa segala perjalanan panjang yang dialaminya adalah sebuah mimpi yang begitu melelahkan namun terasa begitu nyata jika hanya disebut mimpi. Namun, apapun itu ia tetap bersyukur atas apa yang telah terjadi pada dirinya sebab akhirnya ia bisa kembali merasakan hangatnya benih cinta yang mulai tumbuh di dalam dirinya.
Tamat.