CHAPTER 2 : A WHITE PAPER
******
02
“I Know You,…”
******
Bau asap yang terjadi karena ada sesuatu yang terbakar membuat Kim Soohyun membuka matanya yang terpejam. Ia mengerjap beberapa saat dan melihat jilatan api membumbung dan membakar sebuah gedung besar dihadapannya. Bola matanya menatap ngeri pemandangan dihadapannya itu. Ia tak pernah melihat jilatan api sebesar itu sebelumnya. Kemudian, ia memandangi sekelilingnya dan melihat tiga orang remaja, dua orang gadis dan seorang pemuda, berjejer dalam keadaan tertidur di sebelahnya kanannya. Ditatapnya wajah seorang gadis berambut hitam panjang yang menutupi wajahnya. Tangan Soohyun berusaha menepikan rambut gadis itu untuk melihat siapa dia sebenarnya. Begitu melihat wajah gadis itu, Soohyun merasakan kepalanya berdenyut hingga membuatnya jatuh tertidur disebelah gadis itu. Meskipun sekilas, Soohyun bisa mengingat wajah gadis yang pucat pasi dan bibirnya yang merah muda, serta pergelangan tangan kirinya yang memiliki tanda lahir berbentuk bintang.
“Soohyun!! Yaa! Soohyun-ah!!” teriak Sungyeol sambil menggoyangkan tubuh Kim Soohyun yang sedang tertidur di kursi mobil. Sang manager benar-benar ketakutan melihat Soohyun yang sedari tadi mengigau tidak jelas sambil tidur. Setelah beberapa kali menampar pipi Soohyun, Sungyeol bisa melihat mata sang hallyu star itu mengerjap perlahan.
“aigoo!! Kamu akhirnya bangun juga, Soohyun-ah” Sungyeol merasa lega, “bangunlah dulu, kau baru saja mengigau tidak jelas, kau membuatku takut!hahh!”
Soohyun merasakan kepalanya terasa berdenyut saat dirinya berusaha menegakkan duduknya.
“minumlah dari sedotan ini, Soohyun” ujar Sungyeol sambil menyodorkan botol air mineral yang telah dipasangi sedotan panjang.
Soohyun meminum air itu sambil berpikir kenapa dia bisa bermimpi seperti tadi.
“yeol-ah, aku mengatakan apa saat mengigau tadi?”
“entahlah. Tidak jelas apa yang kamu ucapkan tadi Soohyun-ah”
“benarkah?”
“iya. Haaahh, mungkin kamu kelelahan Soohyun-ah! Photoshot semalam pasti menguras tenagamu. Tidurlah dulu di apartemenmu. Sebaiknya hari ini kamu tidak perlu kemana-mana dulu”
“tidak bisa. Aku ada janji hari ini, yeol-ah”
“memangnya kamu mau kemana? Istirahatlah! Hari ini pemotretan majalah akan dimulai jam delapan malam”
“aku harus ke Classic Beauty Salon..”
******
Soojung keluar dari kamar tidurnya sambil menutupi kedua matanya. Ibunya, Jung Jiah, yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua pun bertanya-tanya melihat kelakuan putrinya.
“kenapa Soojung-ah? Apa yang terjadi dengan kedua matamu?”
“aku menangis semalaman bu…huuuu…”
“karena novel itu?”
“novel Sky of Heaven membuat mataku bengkak bu!! Aku tidak bisa bekerja dengan keadaan begini…huuu…”
Jiah pun tersenyum kecil melihat kelakuan manja Soojung. Ia pun segera mengambil es batu dari dalam kulkas dan membungkusnya dengan kain serbet yang bersih untuk mengkompres kedua mata anaknya yang membengkak.
“kompres dulu kedua matamu, lalu mandi agar segar. Hari ini kamu harus datang ke salon karena ibu mendapat pesan penting dari Kim Soohyun”
“Kim Soohyun? Memang ada apa dengan Soohyun oppa bu?”
“dia akan datang lagi kesalon kita dengan seorang tamu penting, Soojungah”
“nugu?”
******
Suji duduk dikursi meja makan sambil membaca koran pagi. Seorang pembantunya membawakan segelas kopi panas dan meletaknya di meja di dekat Suji.
Ayah Suji baru saja tiba dari kegiatan lari paginya. Ia pun duduk dikursi samping Suji.
“kenapa putri appa yang cantik ini sudah bangun sepagi ini? Tumben sekali!”
“aku sedang ingin membaca koran pagi, appa! Lagipula, bukannya appa yang bilang kalau bangun pagi baik untuk kesehatan?” balas Suji sambil tersenyum pada appa-nya.
“sekali waktu kamu harus berolahraga Sujiya. Urusan kantor bisa membuatmu stress jika kamu tidak olahraga”
“arasso appa…” jawab Suji sambil tersenyum pada appa-nya.
Nyonya Jonguk sudah terlihat anggun dengan setelan jas ungu dan rok selututnya. Ia agak terkejut melihat Suji yang masih memakai baju tidurnya sedang membaca koran pagi di meja makan.
“kenapa kamu belum mandi, Sujiyaa?”
“oh, ommoni, aku tidak ada jadwal pagi di kantor”
“benarkah? Baguslah kalau begitu. Kamu bisa ikut omma menjenguk Kim Soeun di rumah sakit”
“Kim Soeun-sshi sakit? Darimana omma tahu?”
“semalam aku menghubungi asistennya dan dia bilang bahwa Kim Soeun sedang dirawat dirumah sakit Seoul karena sakit jantung”
Ayah Suji hanya memagut kepalanya karena merasa iba dengan keadaan penulis terkenal yang selalu menerbitkan novel popular di kantor penerbitan miliknya.
“hahhh, padahal dua hari lagi kita akan adakan audisi di Staragency untuk memilih pemeran utama wanita yang akan dipasangkan dengan Kim Soohyun” jelas Nyonya Bae.
Tuan Bae pun menanggapi ucapan istrinya dengan berkata, “sebaiknya kalian lihat dulu keadaan Soeun. Tidak baik jika memaksanya datang ke acara audisi saat kondisinya masih sakit seperti ini”
Nyonya Bae mengangguk dan berkata, “benar sekali yeobo. Suji, kau jadi ikut dengan ibu ke rumah sakit kan?”
Suji mengangguk atas pertanyaan ibunya.
“omong-omong, apa kalian serius akan membuat drama dari novel itu?” tanya Tuan Bae yang membuat Suji berhenti membaca korannya.
“tentu saja. Banyak pembaca yang menyukai cerita Sky of Heaven” jawab nyonya Bae.
“tapi yeobo…” Tuan Bae Junyoung menatap mata istrinya dalam-dalam seolah ada sesuatu yang tidak bisa mereka ucapkan didepan Suji.
“ahhh, aku baru ingat. Aku kan belum melihat naskah drama Sky of Heaven yang dikirim Jongsuk oppa ke emailku. nanti…” ucapan Suji terhenti karena ayahnya menyela,
“sebaiknya kau membacanya nanti saja, Suji. Sekarang lekaslah mandi!” perintah ayahnya pada Suji. Sang anak perempuan itu pun menuruti perintah ayahnya dan bergegas masuk ke kamarnya.
Begitu Suji pergi kekamarnya, Tuan Bae Junyoung berbicara dengan nada pelan kepada istrinya, “ Jonguk-ah, apa kau tidak menyadari cerita yang di tulis Kim Soeun ini…”
“arra, yeobo… tapi mungkin saja itu hanya kebetulan belaka. Lagipula perusahaanmu lah yang menerbitkan novel itu. Jika kau merasa cerita itu mirip dengan apa yang terjadi dengan keluarga kita, harusnya kau tidak menyetujui penerbitannya. Fiksi tetaplah fiksi. Aku tidak pernah dengar ada obat bernama Anti Memory Depression sebelumnya” Nyonya Bae menarik nafas dalam sebelum melanjutkan, “…bahkan saat aku bertemu dengan Suji, anak kita”
“Jonguk-ah… kau tahu semua editor di StarPublish menyukai cerita Kim Soeun, jika aku menolaknya tanpa alasan yang jelas, menurutmu apa yang akan terjadi?”
“untuk itulah yeobo, tetaplah beranggapan bahwa cerita yang ditulis Soeun adalah fiksi. Dan sebuah fiksi tidak akan pernah bisa menjadi kenyataan.”
“Jonguk-ah…”
“aniya yeobo… tidak ada satupun di dunia ini, bahkan sebuah fiksi pun tidak akan pernah bisa memisahkanku dari putriku, Bae Suji”
******
Myungsoo baru saja menginjakkan kakinya di tanah kota Seoul yang basah karena hujan di musim semi. Ia melepas kacamata hitam yang sedari ia kenakan dan mulai melihat dengan seksama barisan penunggu penumpang untuk mencari plakat namanya.
Di ujung barisan penunggu, Myungsoo melihat seorang lelaki jangkung dengan wajah tirusnya sedang mengangkat plakat bertuliskan “Kim Myungsoo – STARAGENCY”. Dengan langkah cepat Myungsoo segera menghampiri lelaki bersetelan jas warna abu-abu itu dengan senyum hangat.
“hai, anda dari STARAGENCY kan?” sapa Myungsoo.
“Kim Myungsoo??”
“benar sekali! Anda… tuan Lee Jongsuk kan? Senang bertemu dengan anda! Terima kasih sudah repot datang ke bandara” ujar Myungsoo sambil menjabat tangan Jongsuk.
“senang bertemu dengan anda! Saya diminta oleh presdir Suji untuk menjemput anda di bandara” jelas Jongsuk.
“Bae…Suji?!” hati Myungsoo terkesiap mendengar nama wanita itu.
“mari saya bawakan koper anda” tawar Jongsuk.
“tidak terima kasih, saya bisa membawanya sendiri. Mari kita pergi!” ajak Myungsoo sambil melangkah keluar bandara dengan penuh semangat.
******
Mobil sedan BMW hitam yang ditumpangi Nyonya Bae Jonguk dan Suji sedang mengarah ke rumah sakit Seoul. Suji memandangi jalanan kota Seoul yang basah karena hujan semalam. Diturunkannya kaca jendela mobil sehingga Suji bisa menghirup aroma basah yang membuatnya teringat akan mimpinya semalam. Angin lembut berhasil menerobos masuk ke dalam mobilnya dan meniup rambut hitam panjang Suji.
Disampingnya, Nyonya Bae tampak sibuk dengan gadget-nya. Hari ini beliau harus mengikuti rapat dan makan siang bersama dengan tiga orang lainnya yang menjadi anggota komisaris sebagai pemegang saham di StarAgency.
Suji ingin sekali menanyakan tentang seseorang bernama “Byul” yang muncul dimimpinya semalam. Namun Suji takut ibunya tidak mengetahui siapa “Byul” dan malah mencemaskan keadaannya. Ia tidak ingin membuat ibunya khawatir tentang dirinya.
“ada apa Sujiya? Kenapa menatap wajah ibu seperti itu? Apa make-up ibu berantakan?”
“aniya… make up ibu tidak berantakan…” jawab Suji dengan cepat karena merasa malu mengamati ibunya dengan intens seperti tadi. Suji segera memalingkan wajahnya kearah jendela mobil. Udara kota Seoul yang basah karena hujan semalam membuat hati Suji semakin gundah.
******
Soojung baru saja membersihkan meja rias saat pintu masuk Classic Beauty Salon terbuka dan muncullah seorang pria tampan yang membuat senyumnya merekah, Kim Soohyun. Namun senyum dibibir Soojung tidak bertahan lama dan berubah menjadi tatapan terperangah setelah melihat seorang wanita menggandeng lengan Kim Soohyun. Keduanya menghampiri Soojung yang masih terperangah.
“Hai Soojung! Aku kembali lagi dengan membawa seorang pelanggan baru untukmu” sapa Kim Soohyun sambil tersenyum.
Soojung membungkuk hormat dan memberi salam, “selamat datang…. Soohyun oppa…”
“Soohyun oppa? Wah, kalian sepertinya akrab ya?!” ujar wanita yang menggandeng Soohyun dengan tatapan menyelidik kearah Soojung.
Soojung membungkuk sekali lagi kearah wanita yang menggandeng lengan sang hallyu star, “selamat datang di Classic beauty Salon, nona Lee… Jieun”
“kudengar kamu hairdresser artist yang kemarin menata rambut Soohyun oppa, benar?”
“ya, kebetulan kemarin saya yang menata rambut Soohyun oppa” ujar Soojung merendah.
“tatalah rambutnya Jieun ini, Soojung-ah. Aku yakin kamu bisa membuat Jieun terlihat lebih cantik setelah kamu menata rambutnya” pinta sang hallyu star sambil tersenyum.
Soojung hanya mengangguk menanggapi ucapan Kim Soohyun.
******
Suji dan ibunya, Nyonya Bae Jonguk, melangkah masuk keruang vvip rumah sakit Seoul tempat seorang penulis terkenal, Kim Soeun, dirawat. Begitu melihat kedalam ruangan, pandangan Suji tidak langsung tertuju kepada Kim Soeun yang sedang terbaring. Ia malah melihat seorang pria berpakaian seragam dokter yang sangat familiar baginya. Suji tak bisa menutupi keterkejutannya saat melihat dokter Song Jaerim sedang membelai lembut rambut Kim Soeun yang sedang terbaring lemah di ranjang pasien.
“apa kabar dokter Song!” sapa nyonya Bae sambil mendekati sisi ranjang.
“Nyonya Bae! Terima kasih anda sudah mau repot datang menjenguk istri saya” jawab sang dokter.
“istri?” kata itu terlepas keluar dari bibir Suji yang kini menatap dokter pribadinya itu dengan tatapan terkejut.
******
Myungsoo berjalan keluar dari lift dibelakang Jongsuk. Kini mereka telah berada di lantai Sembilan ruang latihan dance untuk para trainee. Sang produser pun berjalan lurus dari kanan lift dan berdiri didepan pintu 903 dihadapannya. Jongsuk menempelkan id cardnya di gagang pintu sehingga terdengar bunyi “klik” dan pintu itu pun terbuka. Myungsoo mengikuti Jongsuk masuk kedalam ruang latihan 903. Ia melihat enam orang pemuda tanggung yang mungkin berumur delapan belas tahun sedang berlatih menari.
Keenam pemuda itu pun buru-buru berbaris saat melihat Jongsuk berdiri dibelakang mereka yang sedang menari. Myungsoo menatap keenam pemuda itu dengan tatapan penuh harapan.
“mulai hari ini kalian akan belajar pada koreografer Kim Myungsoo untuk lagu debut! Jadi, berusahalah dengan giat! Mengerti?!” ujar Jongsuk sambil menatap satu persatu anggota boyband baru yang debut sebentar lagi.
“siap, produser!” jawab keenamnya dengan penuh semangat.
“hi! Nice to meet you all! Namaku Kim Myungsoo… dan aku koreografer baru kalian. Mari bekerja sama dengan sungguh-sungguh, oke?”
“neee….” Ujar keenam pemuda itu bersamaan.
******
Suji menyisirkan tangan kanannya ke rambut hitam panjangnya. Ia kini berada didalam mobil bersama Howon setelah berpisah dari ibunya yang harus menghadiri undangan makan siang dengan seluruh komisaris. Suji berencana untuk pergi ke kantor StarAgency untuk bertemu koreografer baru yang ia minta untuk melatih boyband yang akan ia debutkan.
Ia mendesah pelan sambil mencoba mengurai satu persatu apa yang baru saja terjadi di rumah sakit tadi. ‘Bagaimana bisa aku tidak tahu bahwa dokter Jaerim adalah suami nona Kim Soeun?’ tanya Suji pada dirinya sendiri.
Ia pun teringat sesuatu dan membuka ponselnya untuk mengecek email yang dikirim oleh Lee Jongsuk semalam kepadanya. Naskah drama “Sky of Heaven” terpampang jelas di ponsel Suji.
Sebaris…dua baris kalimat…
Raut muka Suji berubah tegang begitu membaca halaman pertama naskah drama yang ada di gadget-nya itu.
‘kenapa Kim Soeun bisa tahu tentang obat Anti Memory Depression?’tanya Suji.
“Howon, putar balik ke rumah sakit Seoul!” perintah Suji pada supirnya.
******
Soojung sedang mengaplikasikan hairspray ke rambut Lee Jieun yang baru ia tata. Dengan sedikit menyasak rambut Jieun yang lepek, Soojung bisa membuat rambut sang popstar terlebih ber-volume dan terlihat lebih segar.
Jieun memandangi tatanan rambut barunya di cermin besar dihadapannya. Seulas senyum tanpa sengaja mengembang dari paras ayu Jieun begitu melihat refleksinya yang kini jauh lebih menarik daripada sebelum dirinya datang ke salon Classic Beauty ini.
Ia pun berdiri dari kursi dan menatap Soojung yang masih membereskan peralatan salon yang baru saja ia pakai, “Soojung-ah, kamu mau jadi hairdressers pribadi ku?”
“ehh?” balas Soojung dengan wajah terkejut.
******
Suji dan dokter Song Jaerim sedang duduk dibangku taman rumah sakit. Keduanya terdiam beberapa saat sambil mengamati kicauan burung yang berteduh dibawah pohon yang berada disekitar taman.
Suji memberanikan diri bertanya terlebih dulu, “anda sudah menikah dengan Kim Soeun, dok? Sejak kapan?”
Dokter Song berpikir sejenak, “ehm… itu… sejak setahun lalu… maaf aku tak memberitahumu…”
“setahun?” kata Suji seolah tak percaya bahwa dirinya sama sekali tidak menyadari bahwa dokter pribadinya ini telah memiliki seorang istri. Suji mengernyitkan dahinya seolah menyadari sesuatu, “…Berarti itu saat dokter Song pertama kali memberiku obat pereda sakit kepala kan?”
“ya…” dokter Song tak berani sedikitpun menatap wajah pasiennya itu. Ia meremas kedua tangannya kuat-kuat, seolah ingin menyembunyikan rapat-rapat suatu rahasia dari pasiennya.
Suji pun menatap dokter pribadinya itu dengan penuh selidik, “dokter Song, darimana istri anda bisa tahu tentang obat Anti Memory Depression? Apa anda yang memberitahunya?”
******
“jadi… anda ingin sebuah sepeda untuk transportasi kekantor?” Jongsuk tidak percaya pada apa yang baru saja ia dengar dari mulut Myungsoo. Keduanya kini sedang berada di kafe yang ada di lobi lantai satu StarAgency.
Myungsoo mengangguk mantap atas pertanyaan Jongsuk, “rumah saya berada di gang kecil daerah Gangnam, jika agency memberi saya sebuah mobil, saya khawatir mobil itu tidak akan bisa masuk kedalam gang rumah saya”
Jongsuk mendesah pelan mendengar penjelasan Myungsoo. Ia pun kembali mengantungi kunci mobil BMW yang harusnya menjadi milik sang koreografer sebagai hadiah atas kesediannya datang ke korea untuk melatih grup boyband yang akan debut dari StarAgency.
“baiklah kalau begitu. Saya akan segera meminta asisten saya untuk memberikan anda sepeda yang anda inginkan, Tuan Kim” jawab Jongsuk. Ia pun segera mengambil ponselnya dan menelepon assistennya untuk membeli sebuah sepeda kayuh.
Myungsoo mengamati sekitarnya yang ramai lalu lalang para trainee maupun produser yang sedang membawa proposal kerjasama di kantor StarAgency.
Mata elangnya pun menyipit saat melihat tiga orang yang paling tidak siap ia temui saat ini melangkah masuk kedalam kantor StarAgency.
Seorang wanita dengan rambut coklat panjangnya melihat kearah Jongsuk yang sedang menelepon di depan kafe. Dilangkahkannya kaki jenjangnya itu untuk menemui kakaknya. Dua orang dibelakangnya, Kim Soohyun dan Jung Soojung, mengikuti arah langkah Jieun.
Begitu tiba dihadapan kakaknya, Jieun langsung tersenyum dan berkata, “oppa, aku mau mengenalkan hair dresser ku yang baru… namanya Jung Soojung!”
Jongsuk mengalihkan pandangannya dan menatap gadis berjaket coklat muda itu sedang membungkuk penuh hormat padanya.
“kamu tidak bisa memperkerjakan seseorang sesuka hatimu. Presdir harus diberi tahu dulu, Jieun-ah!!” ujar Jongsuk dengan nada geram melihat kelakuan Jieun yang seenaknya.
“untuk itulah kami kemari. Kami ingin sekali bertemu dengan presdir Bae Suji untuk mengenalkan Soojung pada beliau” ucap Soohyun sambil tersenyum.
“kalian berdua…!” Jongsuk kehabisan kata-kata melihat dua orang selebriti dihadapannya yang bertindak seenaknya.
Mata Jieun membulat dan dengan segera dia menutup mulutnya yang ingin berteriak saat melihat seorang pria yang kini berdiri disamping Jongsuk. Pria bermata setajam elang itu menatap Jieun sambil menarik sudut bibirnya kanannya keatas, seolah sudah memprediksi bahwa mantan kekasihnya itu pasti terkejut dengan kedatangannya.
“ah! Kenalkan dia, tuan Kim Myungsoo!” ujar Jongsuk pada Soohyun.
Jongsuk masih tidak tahu apapun tentang apa yang terjadi dengan adiknya dan myungsoo dulu.
“kau masih mengingat guru tarimu ini kan, Jieun?! Beri salam padanya!” perintah kakaknya sambil menyuruh adiknya membungkuk hormat pada Myungsoo.
Kim Soohyun mencoba untuk menjabat tangan Myungsoo sambil berkata, “hai, senang bisa bertemu dengan anda, tuan Kim Myungsoo!”
“Sa..a.. saya… juga…senang bertemu dengan… anda… tuan… Kim..Soohyun” Myungsoo mengutuki dirinya yang gelagapan saat melihat orang yang hanya ia ketahui dari fotonya.
“Saya Soojung! Salam kenal tuan Kim!” sapa Soojung sambil menunduk hormat.
“salam kenal juga… Jung… Soojung-shi” Myungsoo tak bisa melepaskan pandangannya dari Soojung yang benar-benar mirip dengan foto yang ia lihat dari semalam.
“kenapa Myungie… maksudku Myungsoo-shi ada di StarAgency, oppa?” tanya Jieun yang hampir saja keceplosan memanggil nama mantan kekasihnya itu. Myungsoo mengangkat sudut bibirnya saat mendengar Jieun yang kelepasan memanggil nama panggilan kesayangannya.
“dia jadi koreografer baru disini…” ujar Jongsuk yang tiba-tiba mengalihkan pandangannya kearah pintu masuk StarAgency.
Jieun terperangah sambil menatap Myungsoo yang kini tersenyum kecil melihat kelakuan mantan pacarnya itu.
Senyum Jongsuk merekah saat melihat wanita yang paling ia cintai datang, “Suji!”.
Myungsoo yang mendengar nama itu langsung mengalihkan pandangan kearah pintu masuk StarAgency dan melihat seorang wanita yang kini sedang melambaikan tangan kearahnya. Ia tahu bahwa lambaian tangan itu untuk Jongsuk, tapi ia bisa merasakan lambaian tangan itu telah membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Suji terkejut melihat Kim Soohyun berdiri disebelah Jongsuk yang membalas lambaian tangannya. Mimpinya semalam masih membuat Suji tidak begitu siap bertemu lagi dengan sang hallyu star.
“Jongsuk oppa, ada apa ini? Kenapa kalian berkumpul disini?” tanya Suji sambil memandangi kelima orang dihadapannya itu.
******
Jung Jiah berjalan di lorong rumah sakit Seoul sambil menenteng sebuah tas kresek berisi buah apel ditangan kanannya dan seikat bunga tulip kuning ditangan kirinya. Langkah wanita berusia lima puluh tahun itu berhenti di sebuah kamar vvip dengan plakat nama pasien, Kim Soeun. Ibu Soojung ini menghela nafas sebelum membuka pintu kamar.
Didalam ruangan, Jiah bisa melihat dokter Song Jaerim sedang duduk disamping ranjang istrinya. Jiah melangkah perlahan mendekati ranjang sambil berkata, “Jaerim-ah…”
“nuna…” Jaerim bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut Jiah.
“Soeun-ni, apa yang terjadi padanya?” Jiah menyerahkan kresek berisi apel itu pada suami Soeun.
“serangan jantung, nuna… dia kelelahan karena terlalu banyak menghadiri booksign untuk novel barunya…”
Jiah menaruh bunga tulip kuning itu di vas kecil yang ada disamping ranjang pasien, “Sky of Heaven?”
“ya… apa nuna… sudah membacanya?” tanya Jaerim dengan nada hati-hati. Ia benar-benar takut menyinggung perasaan perempuan yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya itu.
Jiah menggelengkan kepalanya pelan, “untuk apa aku membacanya, Jaerim-ah… kisah yang ditulis Soeun itu… hanya fiksi kan?”
“nunaa…” Jaerim menatap Jiah dengan penuh arti, “nuna tahu kebenaran cerita itu…”
******
Diruang kantor CEO StarAgency, Suji sedang mendengarkan penjelasan dari salah satu artis dibawah manajemennya yang ingin memperkerjakan seorang hairdresser.
Setelah mendengar penjelasan Jieun, Suji pun bertanya, “Jadi nona Jung Soojung ini akan menjadi hairdresser barumu, Jieun?”
“ya, seperti yang kujelaskan tadi…” balas Jieun sambil melipat kedua tangannya didada. Jieun sangat tidak menyukai sikap Suji yang dewasa dan tenang saat menghadapinya. Ada perasaan iri pada diri Jieun ketika melihat Suji yang usianya tak terpaut terlalu jauh darinya, hanya tiga tahun, bisa menjadi wanita mandiri dan salah satu CEO yang disegani di Korea.
“hmmm…..” Suji berpikir sejenak. Ia mengetukkan jari telunjuknya di atas meja kerjanya yang terbuat dari kayu jati hitam impor.
Jieun mengerutkan dahinya sebagai pertanda tak paham dengan sikap Suji, “waee? Jangan bilang tidak setuju…”
Suji menggelengkan kepalanya sambil tersenyum menatap Jieun, “aniyo… aku senang kalau kamu ingin memperkerjakan nona Soojung, tapi…”
“tapi?”
“uang gajimu akan dibagi menjadi lima bagian setelah ini” jawab Suji sambil menunjukkan angka lima dengan telapak tangan kirinya. Meskipun sekilas, Soojung bisa melihat sebuah tanda lahir berbentuk bintang di pergelangan tangan wanita cantik itu.
Jieun yang tidak paham dengan maksud Suji membuka suaranya, “eh?”
“tentu saja, Jieun. Apa kamu lupa kalau gaji yang kamu peroleh selama ini hanya seperempat bagian dari seluruh uang yang kamu dapatkan?” Suji mencoba untuk menjelaskan secara rinci tentang pembagian bayaran bagi artis dibawah manajemennya, “mungkin kamu lupa saat kita menandatangani kontrak kerjasama dua tahun lalu, ada klausa mengenai pembagian dari gajimu. bayaranmu selama ini sudah dibagi empat yaitu seperempat bagian untuk staragency, seperempat bagian lagi untuk produsermu Lee Jongsuk oppa, seperempat lainnya untuk managermu Dongwo, dan sisanya…”
Jieun memotong penjelasan Suji dengan mengangguk, “arra…arra… aku ingat kontrak itu. kamu urus sajalah sesukamu…”
“baguslah kalau kita sepakat…” balas Suji sambil tersenyum. Ia pun mengalihkan pandangannya kearah Soojung yang sedari tadi duduk di samping Jieun dengan wajah bingung, “tenanglah nona Soojung, anda diterima bekerja di StarAgency dengan tangan terbuka. Aku yakin sekali, orang yang dipilih Jieun untuk bekerja disini pasti orang yang handal!”
“terima kasih presdir Bae. Saya berjanji akan bekerja sebaik mungkin. Fighting!” Soojung mengepalkan kedua tangannya kedepan untuk menyemangati dirinya sendiri.
“Fighting!”balas Suji sambil mengepalkan tangan kirinya kedepan. Sekilas saja, tapi Soojung bisa melihat tanda lahir berbentuk bintang di pergelangan tangan kiri Suji. Senyum diwajah hairdresser itu memudar digantikan wajah penuh tanda tanya.
‘tanda lahir bintang itu… dimana aku pernah melihatnya, ya?’ batin Soojung.
Kemudian, Suji pun mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Soojung dengan hangat.
******
“Soohyun-shi… mau rokok?” Myungsoo menyodorkan sebungkus rokok yang baru ia beli di mesin rokok yang ada di kafe dilobi StarAgency kepada Kim Soohyun. Kedua pria ini sedang menunggu giliran di balkon yang berada di samping ruang kantor CEO untuk bertemu presdir Suji yang masih mengurus keperluan Jieun dan Soojung didalam kantor.
“mianhae, saya tidak merokok” balas Soohyun sambil menggelengkan kepalanya untuk menolak tawaran rokok dari Myungsoo.
Myungsoo memasukkan lagi satu pack rokok itu di saku celana jeans biru mudanya. Ia kemudian mengeluarkan lighter dari saku yang sama. Setelah mengisap rokok beberapa saat, Myungsoo menoleh kearah Soohyun yang masih mengamati pemandangan kota Seoul yang padat dari balkon StarAgency yang ada dilantai sebelas ini. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa takdir akan semudah ini mempertemukannya dengan orang yang kemarin hanya ia lihat fotonya. Myungsoo mengingat perkataan Mark bahwa foto tiga orang itu ada di dalam folder yang sama dalam computer dokter Kwon, folder Haneuli, bersama dengan salinan dokumen paspor dan visa untuk pergi ke korea empat belas tahun yang lalu.
“apa ada yang ingin kau tanyakan, Myungsoo-shi?”
“eh?”
“kamu menatapku seperti orang yang ingin bertanya sesuatu”
“ahh…” Myungsoo tergagap untuk kedua kalinya saat berhadapan dengan Soohyun. Pria yang berdiri disampingnya ini benar-benar memiliki charisma yang bahkan mampu membuat seorang Myungsoo gugup. Setelah mengalihkan pandangannya menjauh dari wajah Soohyun, Myungsoo pun berkata, “hm.. apa kau tidak merokok karena image-mu sebagai hallyu star?”
Soohyun menarik sudut bibirnya keatas mendengar pertanyaan dari koreografer baru StarAgency itu, “aniyeyo… hanya saja, aku punya fobia…”
“fobia pada api?”
Soohyun mengangguk dengan pasti. Ia menatap wajah Myungsoo sambil tersenyum hangat, “tidak masalah kalau hanya api kecil seperti lightermu. Tapi api yang besar seperti api unggun atau bahkan api kompor, aku bisa berkeringat dingin saat melihatnya…”
“ahhh….” Myungsoo mengangguk penuh simpati pada Soohyun.
Meskipun Soohyun yakin bahwa hari ini adalah hari pertamanya bertemu dengan Myungsoo, Soohyun merasa sudah sangat akrab dan mengenal pria bermata tajam ini jauh sebelum hari ini. Dalam hati Soohyun saat ini, ia sedang memikirkan kemungkinan siapa pemuda yang tertidur berjejer dengannya di mimpinya tadi pagi.
******
Nyonya Bae Jonguk sedang menikmati hidangan makan siang berupa steak iga sapi bersama tiga orang pemilik saham dari StarAgency di restoran “Royal”. Tiba-tiba, ruangan vvip di restoran itu di ketuk oleh seorang pelayan. Sang pelayan wanita itu memberitahukan bahwa ada seorang tamu lagi yang baru saja datang. Nyonya Bae Jonguk menerka siapa tamu yang dimaksud oleh sang pelayan. Matanya membulat besar saat melihat seorang pria yang masih tampak gagah diusianya yang keenam puluh tahun. Pria itu mengenakan setelah jas kotak-kotak hitam merah dan terlihat serasi dengan sebuah slayer merah maroon yang menutupi lehernya. Rambutnya yang putih disisir rapi kebelakang hingga terkesan klimis.
Nyonya Bae Jonguk seketika bangun dari tempat duduknya dan menatap pria dihadapannya itu dengan tatapan penuh keterkejutan dan ketakutan.
“halo, Jonguk-ah… oremaniyeyo…!” sapa pria itu sambil memamerkan deretan giginya yang masih putih dan utuh diusia enam puluh tahunnya.
“Lee Jinhyuk…!” gumam ibu Suji sambil mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya.
“bagaimana kabarmu, Jonguk-ah? Ahh, apa kabar Suji? Dia masih sehat kan?” tanya Jinhyuk yang kini tersenyum mengejek kepada kawan lamanya itu.
******
“kudengar nona Kim Soeun sedang dirawat dirumah sakit. Apa benar itu, Suji-shi?” tanya Soohyun yang kini sedang duduk di hadapan Suji didalam kantornya.
“ooh… hmm, ya. Darimana kamu dengar kabar itu, Soohyun-shi?”
“aku mengenal baik beberapa wartawan yang mau memberitahuku…”
“ahhh….” Suji mengangguk seolah mengerti.
Sohhyun menatap bosnya itu dan bertanya, “Suji-shi, apa anda sudah membaca naskah drama Sky of Heaven?”
“belum semua… masih episode satu yang kubaca… waeyo?”
Soohyun menggelengkan kepala, “aniya. Aku hanya ingin meminta pendapat anda tentang ending yang masih kosong di episode enam belas…”
“penulis Kim Soeun belum membuat endingnya?”
“ya, mungkin karena penulis Kim masih dirawat dirumah sakit”
“hmm… kenapa penulis kim mengosongi ending dramanya? Harusnya kan dia bisa menyamakan ending novel dengan ending drama” Suji melipat kedua tangannya dan berpikir.
“kurasa akan sulit melakukannya…” jawab Soohyun singkat.
“waeyo? Memangnya kenapa dengan ending novel Sky of Heaven?” Suji memiringkan kepalanya seolah tak mengerti dengan maksud ucapan Soohyun.
Sang hallyu star pun balik bertanya, “Suji-shi belum membacanya?”
Suji menggelengkan kepalanya perlahan sambil menahan malu. Bagaimana bisa dia belum membaca novel yang akan dibuat dramanya oleh perusahaannya sendiri.
“tak masalah, Suji-shi. Anda kan sangat sibuk. Lagipula aku kemari hanya ingin memastikan audisi dua hari lagi. Suji-shi, kau tidak akan membatalkannya kan?”
“hmm… tentu saja tidak. Kita akan tetap mengadakan audisi sesuai rencana semula”
Suasana menjadi hening beberapa saat. Suji menatap wajah Soohyun lekat-lekat. Suji ingin sekali bertanya pada Soohyun bahwa pria yang ada dalam mimpinya semalam adalah dirinya. Tapi dilain sisi, Suji tidak terlalu yakin pernah bertemu Soohyun sebelum mereka bekerja dibawah agency yang sama seperti sekarang. Soohyun yang merasa diperhatikan oleh Suji pun menatap balik bosnya itu. Secepat kilat Suji mengalihkan pandangannya pada tumpukan kertas dihadapannya. Hati Suji merasa ada yang ganjal dengan Soohyun. Ada perasaan nyaman dan penuh kehangatan yang menyelubungi Soohyun yang membuat Suji hampir sesak nafas. Namun sekali lagi Suji tidak mampu bertanya pada pria beralis tebal dihadapannya ini mengenai seorang gadis bernama “Byul” yang membuatnya terjaga semalam. Ia membiarkan Soohyun pergi keluar dari kantornya dengan hati yang masih dipenuhi tanda tanya.
******
Suji mendengar seseorang mengetuk pintu kantornya. “ masuk!”
Begitu pintu terbuka, Suji melihat wajah koreografer barunya itu muncul dari balik pintu.
“Myungsoo-shi! Silahkan masuk!”Suji mempersilahkan Myungsoo duduk di sofa yang berada di depan meja kerjanya.
“neee…” jawab Myungsoo yang sama sekali tak berani menatap wajah Suji.
“bagaimana kabarmu Myungsoo-shi? Sudah lama kita tidak bertemu lagi… hmm… sejak kepergianmu untuk belajar b-boying ke amerika tiga tahun lalu…” ujar Suji dengan wajah penuh senyuman.
Myungsoo mengangkat sedikit wajahnya dan melihat betapa Suji tidak berubah sedikitpun meskipun mereka sudah tidak bertemu selama tiga tahun. Bagi Myungsoo, Suji masih tetap cantik dan menawan hatinya. Bibirnya yang dipulas lipstick warna merah muda hari ini semakin membuat dirinya mempesona. Ia jadi teringat pada foto yang kemarin malam ia terima dari temannya Mark. Salah satu dari tiga orang yang ada di foto itu adalah Bae Suji, wanita yang ada dihadapannya saat ini. Pikiran Myungsoo kini dipenuhi oleh beberapa kemungkinan mengenai keterkaitan Suji dengan obat Anti Memory Depression. Myungsoo tak pernah sekalipun melihat Suji mengeluh sakit atau berwajah pucat saat mereka bertemu. Ia selalu melihat Suji yang penuh pesona dan menarik hati lawan bicaranya. Myungsoo masih belum tahu sisi lemah Suji yang berusaha wanita cantik ini sembunyikan dari siapapun.
“kukira presdir akan lupa padaku…” hanya kalimat itu yang terlepas dari bibir Myungsoo yang kini tak bisa melepas pandangannya dari Suji.
“jangan panggil aku presdir, myungsoo-shi. Panggil saja aku Suji. kita kan seumuran” pinta Suji.
“tapi… sekarang kamu sudah jadi presdir StarAgency…. Sujiya”
“arra. Tapi masa kamu tidak ingat, tiga tahun lalu, waktu aku masih jadi kepala manager yang menangani para trainee… kita kan sering sekali berada di satu kelas. Kamu mengajar koreo, aku mengawasi trainee…” Suji mengingat kejadian tiga tahun lalu, “waktu itu aku harus susah payah menghentikan Jieun yang suka sekali menganggumu dengan banyak pertanyaan aneh”
“hmm…” Myungsoo tak tahu harus membalas apa atas ucapan Suji. ia tak bisa membicarakan tentang hubungan asmaranya dengan Jieun saat tiga tahun lalu pada Suji karena ia sudah pernah berjanji pada mantan kekasihnya untuk sama-sama melupakan perasaan mereka masing-masing dan focus pada karier mereka kedepan.
Kemudian, Jongsuk masuk dan melihat Suji sedang bicara dengan Myungsoo. Ia pun berkata, “Myungsoo-shi, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu”
“nee?” Myungsoo memiringkan kepalanya sambil menatap Jongsuk.
******
Jongsuk mengajak Myungsoo untuk pergi ke halaman parkir kantor di basemen lantai satu. Dibagian parkir kendaraan roda dua, terdapat sebuah sepeda kayuh berwarna biru tua yang memiliki tempat duduk untuk berboncengan, persis seperti keinginan Myungsoo. Jongsuk pun dengan bangga berkata, “Myungsoo-shi, aku sudah membelikan sepeda kayu yang sesuai dengan keinginanmu”
“aigoo! Terima kasih Jongsuk-shi. Maaf jika aku merepotkanmu” jawab Myungsoo yang tampak sungkan dengan kebaikan hati Jongsuk.
“aniya. Ini sudah tugasku untuk memenuhi fasilitasimu selama kamu ada di StarAgency”
“jeongmal gomawoyo, Jongsuk-shi…”
“nee…” balas Jongsuk. Dering ponsel terdengar dari ponsel Jongsuk. Pria jangkung inipun pamit untuk mengangkat telepon pada Myungsoo.
Setelah ditinggal sendirian, Myungsoo pun segera mencoba sepeda barunya itu. Begitu ia menaiki sepeda itu, Myungsoo mengayuh pedal sepeda barunya itu kuat-kuat untuk keluar dari basemen. Sang koreografer itu mengelilingi taman di halaman depan kantor StarAgency dengan sepedanya. Wajahnya tampak gembira dan bersemangat sekali karena sudah lama sekali dia tidak naik sepeda.
Dilobi lantai satu, Jieun memandangi Myungsoo yang sedang mengelilingi taman StarAgency sambil terus menyunggingkan senyumnya.
Soojung yang berdiri disamping Jieun ikut melihat Myungsoo yang mengayuh sepeda itu dengan kuat. Tiba-tiba sebuah memori yang telah lama tidak Soojung sadari terngiang-ngiang di kepalanya. Kepalanya mendadak pusing dan ia hampir jatuh. Beruntung Soohyun datang tepat waktu dari belakang dan memegangi kedua pundak Soojung.
Jieun menoleh kearah Soojung dan melihat wajah hairdresser barunya itu pucat.
“yaah… waeire? Soojung-ah… kamu sakit?” Jieun tampak khawatir melihat Soojung.
Soohyun yang masih memegangi pundak Soojung pun Nampak khawatir, “ayo kuantar pulang. Kamu mungkin kelelahan Soojung-ah”
“hmm… oppa, tolong antar Soojung pulang ya, aku tidak bisa mengantarnya. aku harus kembali kerumah sekarang karena ayahku baru pulang dari Jakarta hari ini”
“arraso” jawab Soohyun sambil memapah Soojung keluar lobi menuju mobilnya “hati-hati Soojungah….”
Soojung memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. ‘wae? Ada apa denganku hari ini?’, batin Soojung pada dirinya sendiri.
******
Dari dalam jendela besar kantor Suji yang berada di lantai sebelas, ia bisa melihat bagaimana Myungsoo sangat excited dengan sepeda barunya. Pria yang merupakan teman dekatnya sejak mereka sama-sama bekerja di StarAgency itu memang sangat senang naik sepeda. Suji ingat betul saat ia melihat Myungsoo pernah menuntun sepedanya ke StarAgency karena ban-nya kemps ditengah jalan. Suji yang saat itu sedang mengendarai mobilnya pun menawarkan tumpangan pada Myungsoo. Namun, pria bermata tajam itu hanya menggeleng untuk menolak tawaran Suji dan mengatakan bahwa dia harus mencari bengkel terdekat untuk memperbaiki sepedanya dulu sebelum berangkat mengajar koreo untuk trainee. Suji tersenyum kecil mengingat kenangan antara dirinya dan Myungsoo saat itu.
Kemudian, pintu kantornya terbuka dan muncullah Jongsuk dengan wajah penuh peluh. Suji berpikir bahwa kekasihnya itu pasti sudah bekerja dengan keras sekali hari ini. Suji pun menyambut Jongsuk dengan sebuah senyuman dan melangkah mendekati kekasihnya itu.
“oppa yang membeli sepeda baru untuk Myungsoo kan?”
Jongsuk mengangguk sambil menatap paras cantik Suji. “dia menolak mobil bmw yang kausediakan”.
Suji mengambil sebuah sapu tangan dari saku jasnya dan mengelap dahi Jongsuk yang penuh keringat. “hmmm… tidak apa. kita bisa kembalikan mobil itu nanti”
Jongsuk mendekap tubuh Suji dengan dua tangannya. Dilihatnya wajah kekasihnya yang kini hanya berjarak beberapa inchi saja darinya,“Sujiyaa…”
“hmm?” tanya Suji sambil memandangi dua bola mata Jongsuk yang berwarna coklat.
“ayahku pulang dari Jakarta hari ini…” ujar Jongsuk sambil tersenyum.
Suji membulatkan kedua matanya karena terkejut, “mworago?”
******
Soohyun sedang berada didalam mobilnya bersama Soojung yang kini tertidur pulas di kursi penumpang. Managernya, Sungyeol, melihat Soohyun yang kini menatap Soojung dengan perasaan khawatir. Karena Sungyeol tidak berkonsentrasi saat berkendara, mobil Soohyun melewati polisi tidur tanpa mengerem. Hal itu membuat kepala Soojung terantuk sandaran kursi depan. Soohyun pun memukul pundak managernya, “yeol-ah!! Yang benar kalau menyetir!”
Sungyeol meminta maaf atas keteledorannya. Ia pun segera focus melihat kearah jalan saat kembali menyetir.
“gwanchana, Soojungah?”
“nee…” Soojung menyatukan rambut panjangnya ke sisi kanan pundaknya sehingga tampaklah sebuah tanda lahir di tengkuk belakangnya.
Soohyun yang melihat tanda lahir itu mengernyitkan dahinya, ‘waeire? Dimana ya aku pernah melihat tanda lahir seperti itu?”
******
Di ruangan vip restoran Royal, Nyonya Bae Jonguk masih duduk dengan tegang memandangi Tuan Lee Jinhyuk yang menikmati steak dihadapannya.
“wae?”
“hmmm…?” Tuan Lee meletakkan garpu dan pisau di sisi piringnya. Ia menfokuskan wajahnya kepada Jonguk, temannya saat muda dulu yang juga rekan bisnisnya di StarAgency. Mereka sama-sama memiliki saham dua puluh lima persen di StarAgency.
“kenapa kamu mendadak pulang dari Jakarta?”
“tentu saja, karena aku melihatmu sudah keterlaluan, Jonguk-ah…”
“maksudmu?”
“pertunangan Bae Suji dan anakku, Lee Jongsuk… menurutmu itu pantas?”
“aku tak paham…”
“kamu paham sekali, Jonguk-ah…”
“jangan merusak kebahagian Suji, Lee Jinhyuk!!”
“menurutmu, jika kuberitahu Jongsuk tentang siapa sebenarnya Bae Suji, apa anakku yang terlalu dibutakan cinta masa kecilnya itu akan tetap ingin melanjutkan pertunangan ini?”
“LEE JINHYUK!!!”
******