CHAPTER 2 : Rival
Perempuan dengan rambut dicepol acak itu berlari di tengah ramainya manusia-manusia lain yang bergerak berlawanan arah dengannya. Dengan cepat, dia segera membuka pintu yang sedari tadi dituju. Menampilkan sekitar 10 orang berkeliaran di dalam ruangan, yang dipenuhi wewangian dari segala macam produk untuk mempercantik diri.“10 menit lagi. Apa semua sudah selesai make up?” tanya Janeul sambil bergerak mendekati setiap member yang sudah selesai dengan riasan wajah.
Matanya menatap satu sosok yang masih duduk di depan kaca dengan beberapa tangan masih memegang alat untuk merapihkan riasan wajah sosok tersebut.“Berapa menit lagi kau selesai?” tanya Janeul kepada stylist utama WINNER, Choi Mijung. Perempuan yang tengah serius dengan pekerjaannya, dalam menebalkan warna pink di bibir Nam Taehyun, menoleh dan tersenyum kepada Janeul. Janeul balas tersenyum lega mengetahui bahwa pekerjaan Choi Mijung telah selesai.
“Oppa, tolong cek jangan sampai ada barang yang tertinggal,” ucap Janeul pada manager pembantunya. Dengan segera sosok lelaki tersebut mengambil barang-barang penting yang harus dibawa ke belakang panggung. Perempuan berambut cokelat itu menepuk bahu Seungyoon, yang masih terduduk dengan kedua kuping tertutup headset, dipastikan memutar lagu WINNER dalam bahasa Jepang.
Leader dari grup WINNER itu segera berdiri dan mengkode member lain untuk segera bersiap ke belakang panggung. Janeul kembali keluar dari ruang tunggu WINNER, kali ini diikuti oleh anak asuhnya yang sudah siap dengan perlengkapan mereka untuk perform. Mata perempuan yang tengah menjadi induk itu, kembali focus pada tab yang berisi list jadwal perform WINNER pada acara kali ini.
Mereka tengah berada di Jepang, tepatnya Tokyo Dome untuk acara YG FAMILY TOUR 2014. Langkah mereka telah memasuki satu tempat gelap, dimana terdapat beberapa orang yang terlihat sudah tidak focus dengan keberadaan orang-orang disana.“WINNER akan perform setelah ini.” Ucap seorang lelaki yang sudah melihat Janeul datang bersama dengan grup yang akan tampil setelah ini.
Janeul menoleh, membuat kelima member itu menatapnya dan segera membuat lingkaran.“Kalian akan perform setelah 2NE1 selesai lagu ini,” jelas Janeul yang ditanggapi anggukkan oleh kelimanya. Setelah memastikan mic dan perlengkapan lainnya sudah terdapat pada anak asuhnya, Janeul mundur dan membiarkan kelima member itu berdoa serta mengucap slogan yang biasa mereka lakukan.
Persis setelah lampu di atas panggung sana mati, kelima sosok yang telah bersiap itu segera menaiki tangga dan menghilang dibalik kain putih yang menggantung.“Omo! Siapa yang kutemui kali ini?” ucap lelaki yang tiba-tiba muncul disamping Janeul. Janeul menoleh dan tertawa kecil melihat satu sosok yang tengah menatapnya dengan ekspresi kaget.
“Park Janeul imnida. Manager utama WINNER,” ucap Janeul sembari menyodorkan tangan, berpura-pura untuk berkenalan. Lelaki itu tertawa kecil dan mengacak rambut Janeul yang sebelumnya juga telah berantakan.“Bagaimana kesanmu sebagai seorang manager utama? Apa sulit?” tanyanya lagi mengacuhkan tangan-tangan yang menggerayangi tubuhnya untuk memasang perlengkapan perform.
Janeul menghela nafas berat lalu menunduk. Seakan tanpa menjelaskan, sosok didepannya akan mengerti.“Hahaha jangan putus asa seperti itu Park Janeul! Kau harus ingat perjuanganmu selama tiga tahun mengurusi kami walau hanya sebagai manager pembantu,” ledeknya sambil menepuk bahu Janeul. Janeul memukul pelan lengannya yang sudah tertutup jas berwarna hitam.
“Seungri~ya! Kita harus briefing,” ucap seseorang yang diketahui Janeul bernama Kim Junggun, personal manager Seungri. Seungri mengangkat tangan, dengan jari telunjuk dan jempolnya ditempelkan sehingga membentuk huruf O, tanda bahwa lelaki itu akan segera kesana.“Baiklah manager Park, anak asuhmu yang dulu ini akan segera pergi. Jangan lupa jadwal makanmu, ne?” ingat Seungri sebelum berjalan mendekati pintu masuk ruangan gelap tersebut.
Segerombolan anak lelaki, yang Janeul tebak berada di bawah umurnya, memasuki ruangan tersebut sambil terus membungkuk-bungkukkan badan kepada setiap staff yang ada di dalam ruangan gelap tersebut.“Mereka siapa?” tanya Janeul dengan suara berbisik kepada Lee Byungyung yang berada di sampingnya.
“Team B. Rival Team A saat acara ‘Who Is Next’ kemarin,” jawab Byungyung dengan suara yang juga berbisik agar tidak diketahui sedang membicarkan orang lain. Janeul menatap kaget Byungyung, karena jawaban yang dia berikan.“Kapan mereka debut? Aku tidak pernah mendengar beritanya,” tanya Janeul lagi, sesaat setelah Team B membungkukkan badan kepadanya dan juga Byungyung.
Byungyung mengangkat bahunya,“Katanya mereka akan debut tahun depan. Kali ini mereka sedang dibuatkan acara survival lagi oleh sajangnim,” jelas Byungyung yang disambut anggukkan-anggukan dari manager Park. Melodi dari lagu Just Another Boy yang menggema, membuat Janeul menatap monitor, yang ada di dekat tangga untuk naik ke atas panggung, dan mendapati kelima anak asuhnya tengah berlarian di luasnya panggung di atas sana.
Pergerakan yang dia tangkap dari sudut matanya, membuatnya tak lagi memonitori kegiatan anak asuhnya di atas panggung. Kedua matanya yang terlapisi softlens berwarna bening itu, lebih tertarik kepada enam orang yang tengah meliukkan badan mengikuti ritme lagu Just Another Boy. Keenam anak itu bahkan tak segan menggerakkan badannya tanpa control, membuat Janeul tanpa sadar tersenyum melihat tingkah keenam sosok yang sudah seperti kakak beradik.
“Mereka benar-benar satu tim ya,” ucap seseorang disamping Janeul. Tanpa harus menoleh, perempuan itu menganggukkan kepalanya. Tak lama keenamnya berhenti bergerak, sesaat setelah seorang staff datang dan memberi tahu mereka untuk segera bersiap. Mereka segera melingkar untuk berdoa dan mengucapkan slogan mereka, sebagai penyemangat untuk menghibur fans-fans di atas panggung.
Setelahnya mereka menghilang dibawah struktur panggung, karena titik mereka muncul ada di bagian panggung depan. Janeul masih terus mengamati keenam laki-laki yang menghilang di bawah gelapnya struktur panggung dan tak menghiraukan kehadiran kelima anak asuhnya.“Nuna!” panggil Seungyoon kali ini dengan suara lebih keras, membuatnya mendapatkan perhatian Janeul sepenuhnya.
Janeul menatap Seungyoon yang tengah mengangkat alis dan segera teringat pekerjaannya sebagai manager utama.“Kita kembali ke ruang tunggu untuk berganti pakaian,” perintah Janeul dan mengkode Byungyung untuk memimpin jalan kembali ke ruang tunggu, sedang Janeul berada di barisan paling belakang.
Perempuan yang biasa sibuk dengan tab itu, kali ini sibuk dengan pikirannya sendiri. Tentang mengapa sajangnim mengeluarkan team b di konser YG Family, sedang sajangnim tau bahwa walau team a dan b berteman baik, tapi masih ada persaingan yang tak terlihat di antara mereka. Tidak, Janeul tidak takut bila tiba-tiba team b didebutkan dan bersaing secara sehat dengan WINNER, tapi yang Janeul tidak suka bahwa dia setuju dengan perkataan Park Jinyoung-nim bahwa yang berbakat dan siap debut adalah team b bukan team a.
“Janeul~ah! Odiga?” panggil seseorang membuat perempuan yang masih sibuk dengan pikirannnya sendiri itu berhenti melangkah. Janeul membalikkan badan dan mendapati Seunghoon tengah melongokan setengah badan dari ruang tunggu yang ada di belakang sana. Janeul tertawa kecil dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Kakinya kembali melangkah, namun kali ini melangkah kembali ke ruang tunggu WINNER yang sudah dia lewati. Matanya menatap kelima lelaki yang tengah berganti baju dibantu setiap stylist, yang memang ditugaskan untuk bertanggung jawab pada fashion setiap member.“Ah tiba-tiba aku ingin es krim,” ucap Jinwoo setelah membanting tubuh di sofa kosong yang disediakan di sudut ruangan.
Mino tiba-tiba tersenyum dan menganggukkan kepalanya, seakan setuju dengan ucapan tiba-tiba Jinwoo.“Janeul~ah kami boleh makan eskrim kan? Boleh kan? Yayaya?” tanya Mino yang sekarang sudah menggunakan aegyonya terhadap manager utama. Janeul menatap Jinwoo yang tengah mengedipkan matanya, memohon untuk dibelikan eskrim. Sedang tiga member lainnya hanya tersenyum melihat kelakuan dua member lainnya, ah Taehyun hanya tersenyum sebentar sebelum mata Janeul bertemu dengan pandangan matanya.
Setelah menghela nafas berat, Janeul menganggukkan kepala. Mino segera berlonjak tak bisa diam, lalu kembali ke stylistnya yang sudah menunggu untuk men-touch up wajahnya yang mulai kehilangan riasan akibat keringat.“Kami pesan seperti biasa Byungyung hyung,” pesan Jinwoo setelah menanyakan pesanan keempat member lainnya.
Langkah Byungyung yang sudah akan pergi, tertahan oleh tangan Janeul yang menahan lengannya.“Aku saja yang belikan. Oppa, kau gantikan tugasku dulu sebentar,” perintah Janeul sebelum berlalu meninggalkan ruang tunggu. Dia menggerakan kaki keluar dari dome yang penuh sesak oleh para staff, yang sibuk dengan pekerjaan mereka mengatur jadwal konser hari ini.
Janeul menarik nafas dalam-dalam, sesaat dia sudah ada di luar dome. Melihat langit gelap yang terlihat cerah namun tak bisa menampilkannya, karena matahari berada di belahan dunia lain. Dia mempercepat langkah untuk mendekati satu minimarket yang berada di seberang dome. Beberapa pasang mata menatap sebuah id card yang menggantung di lehernya, terdapat tulisan manager dibawah nama Park Janeul.
“Annyeong Manager Park!” teriak gerombolan pelajar Jepang yang mengenali dirinya, saat dia sudah kembali ke area dome. Bahkan selain mereka, ada beberapa perempuan lain yang menitipkan kado untuk anak asuhnya. Dengan tangan yang tadi hanya berisi satu plastic berisi lima eskrim itu, kini menjadi penuh karena beberapa bingkisan yang ditujukan untuk kelima anak asuhnya.
Dengan dibantu seorang security, Janeul menyerahkan bingkisan-bingkisan tersebut dan menyuruh si security segera menaruh di ruang tunggu WINNER. Langkah Janeul yang tadinya cepat, perlahan melambat mendengar sebuah suara dari salah satu sudut dome yang hanya diterangi satu cahaya. Tanpa menghiraukan bulu kuduknya yang seakan berdiri itu, perempuan itu melangkah mendekat ke arah datangnya suara.
Satu sosok yang tengah duduk bersila di atas meja yang tidak terpakai itu tengah menunduk, lebih tepatnya focus pada cahaya dari smartphone yang berada di genggamannya. Kabel headset yang muncul dari balik kupluk jaket hitamnya itu, meyakinkan Janeul bahwa sosok itu tengah mendengarkan lagu. Kedua bibirnya bergerak, mengeluarkan kata-kata dengan ritme cepat atau biasa disebut rap.
Tubuh Janeul yang sebelumnya mengintip, kini telah tegap berdiri tepat disamping tembok tempat dia tadi mengintip. Sosok yang diyakini Janeul berjenis kelamin laki – laki itu menggerakan kepalanya mengikuti ritme rap yang sedari tadi dia ucapkan. Janeul tanpa sadar menghentakkan kakinya, mengikuti ritme rap yang seakan menggema di ruangan kecil itu.
Entah karena hentakan kaki Janeul atau hal lain, dengan tiba-tiba lelaki itu menoleh dan menatap Janeul yang juga menatapnya kaget.“Eh? Maaf mengganggumu, aku tadi kebetulan lewat dan..”
“O? Anyeong haseyo! Team B, Bobby imnida!” potongnya yang tiba-tiba turun dari meja, melepas headset dan menundukkan tubuh tanda berkenalan. Janeul menatap sosok yang tengah tersenyum lebar itu sehingga dia bisa melihat dua bulan sabit terbentuk di wajah Bobby.“Ah..Anyeong haseyo. Park Janeul imnida. Maaf mengganggumu, aku akan pamit duluan.” Ucap Janeul cepat. Dengan segera perempuan itu membungkukkan badan dan segera melangkah keluar dari sudut dome itu.“Bruk..”
Sosok lelaki yang tadinya akan kembali duduk bersila itu, langsung melongokan badan dan mendapati perempuan yang tadi menyapanya, kini tengah tengkurap di atas lantai dingin. “Omo!” ucapnya kaget dan dengan sigap membantu mengangkat tubuh Janeul untuk berdiri tegap.“Gwenchana?” tanya Bobby menatap Janeul yang menunduk karena malu.
Janeul mengangkat kepala dan menanggukkannya.“Aku akan mengantarmu ke ruangan WINNER hyungdeul,” ucapnya dengan nada yang ceria, seakan tak mau Janeul malu atas kejadian barusan. Janeul menatap pria yang berdiri disampingnya itu kaget, karena tau bahwa dia adalah manager WINNER.
“Kau tahu aku manager WINNER?” tanya Janeul saat mereka sudah mulai berjalan kembali di lorong dengan orang-orang yang sibuk berlalu lalang. Bobby menoleh dan menganggukkan kepalanya.“Kau sedang latihan untuk perform nanti?” tanya Janeul lagi, namun kali ini dibalas gelengan kepala Bobby.
“Aku sedang berlatih untuk performku di SMTM 3. Pulang dari Jepang aku ada syuting SMTM 3,” jawab Bobby yang kali ini menatap lurus ke depan, ke lorong yang berujung ruangan gelap di belakang panggung. Janeul menganggukkan kepalanya, tanda bahwa dia baru tahu kalau sosok disampingnya ini adalah kontestan dari SMTM 3.“Aku harus memenangkan kontes ini agar sajangnim bisa mendebutkan kami nuna. Ah, boleh aku memanggilmu nuna?” tanya Bobby seakan ingat bahwa ini ada pertemuan pertama mereka.
Janeul menoleh dan menganggukkan kepala, membuat Bobby ikut tersenyum karena mendapat teman baru.“Kau sangat ingin debut ya?” tanya Janeul menatap Bobby yang akhirnya menatap Janeul serius. Namun ekspresi serius itu tak bertahan lama, setelah Bobby kembali tersenyum dan menanggukkan kepalanya antusias.“Aku ingin debut bersama team b. Membuat karya dimana semua fans kami tidak lagi menunggu kami terlalu lama,” jawab Bobby dengan mata yang entah menerawang kemana.
Perempuan disampingnya itu menatap ujung sepatu yang dipakainya.“Menjadi seorang idol adalah impian terbesar kami. Untuk itu kami selalu berjuang keras untuk menggapai dan menjaga status idol itu,” tambahnya. Sosok yang ikut berjalan disampingnya, semakin tenggelam dalam pikirannya sendiri. Grup yang dia manageri itu seakan tengah lengah, karena mereka telah berhasil menggapai status idol. Janeul baru sadar, bahwa harusnya dia membuat mereka mengingat tujuan mereka sebagai seorang idol.
“Nuna?” panggil Bobby sambil menepuk bahu kiri Janeul pelan, membuat Janeul menoleh dan menatapnya dengan ekspresi kaget -lagi-.“Kau sudah sampai di ruang tunggu WINNER hyungdeul,” ucap Bobby sambil menunjuk tulisan ‘WINNER’ yang tertempel dipintu tepat di belakang sosok Janeul. Perempuan itu menoleh dan menepuk dahi pelan, membuat Bobby tertawa kecil melihat kelakuannya.
“Kalau begitu aku duluan nuna. Salam untuk hyungdeul ya,” pamit Bobby yang kembali melangkah ke ruang tunggu grupnya. Janeul melambaikan tangan sesaat setelah Bobby menoleh sebentar, sebelum menghilang di belokan lorong.“Kau darimana?” tanya Mino saat sosok manager utamanya masuk ke dalam ruangan.
Janeul hanya tersenyum kecil dan duduk tepat di samping Mino.“Apa kau tak tahu tugasmu sebagai manager utama? Mana boleh kau pergi disaat genting seperti ini,” ucap Taehyun saat menaruh sampahan dari eskrim yang sudah selesai dia habiskan, di meja persis di depan Janeul duduk. “Taehyun~ah jangan mulai,” cegah Jinwoo yang langsung menatap Taehyun serius.
Yang ditatap hanya mengangkat bahu dan kembali focus pada smartphone miliknya. Seorang staff yang tiba-tiba melongokkan kepalanya dari pintu, berhasil mencairkan suasana.“WINNER bersiap di belakang panggung. Rangkaian penutup acara akan dimulai,” ucapnya sebentar lalu kembali menghilang dibalik pintu itu.
Janeul menepuk kedua pahanya dan berdiri dari sofa tersebut.“Maaf jika aku pergi tanpa ijin dan maaf juga tidak mengabari kalian. Kali ini lupakanlah semua masalah yang terjadi dan fokuslah dalam menghibur fans kalian diluar sana,” ucap Janeul menatap satu per satu anak asuhnya yang kini menatapnya dengan terperangah. Senyum lebar tak lupa Janeul berikan kepada semua anak asuhnya tak terkecuali Taehyun yang langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Kelima member itu berdiri dan berdoa sambil menundukkan kepala mereka. Setelah menyerukan slogan, Janeul kembali menjadi induk untuk dari kelima laki-laki berbaju sama namun saling berbeda gaya itu.“Terima kasih sudah mengingatkan kami untuk menghibur fans kami nuna,” ucap Seungyoon yang tiba-tiba muncul disamping Janeul. Perempuan itu tersenyum, seakan mengerti bahwa pekerjaannya kali ini bukan hanya mengatur jadwal grup WINNER, tapi juga selalu menjadi orang pertama yang mengingatkan kemana arah mereka melaju.
-Hello, Manager Park-
“3 americano dingin, 1 cappucino dingin dan 1 latte hangat. Dibungkus ya,” pesan Janeul pada seorang waitress yang langsung membuatkan pesanannya. Janeul menatap layar ponselnya yang tengah menampilkan grup chatting kelima member WINNER dan tiga manager. Rentetan chat yang baru masuk adalah pesanan kopi setiap member yang sebentar lagi sampai di tempat Janeul berada.
Hari ini WINNER ada jadwal untuk perform di SBS inkigayo dan karena urusan mendadak dengan sajangnim tadi pagi, Janeul berangkat sendiri dari YG building. Janeul menghela nafas pelan, mengingat pertemuannya dengan sajangnim yang sangat dihormati itu.“Aku memang sedang focus pada team b,” jawaban singkat atas pertanyaan Janeul mengapa team B kemarin ikut konser Family Tour itu, kembali menyesakkan dada Janeul. Perempuan itu menepuk dadanya yang terasa sesak.
Setelah mengambil kelima gabus kopi yang sudah ditata itu, dia segera keluar dari kedai kopi dan menatap gedung SBS yang ada di seberang jalan. Bunyi pertanda bahwa ada chat yang masuk, membuat Janeul kembali sibuk pada ponselnya sambil kembali melangkah.‘Apa pesanan kami sudah dibelikan? Aku mau latte hangatku tersedia saat aku sampai’ chat dari Taehyun itu membuat Janeul mendengus dan mengetik balasannya dengan cepat.
“Hati-hati Agassi,” ucap satu sosok yang menahan langkah Janeul persis di depan sosoknya. Janeul mendongak dan mendapati seorang perempuan yang hampir ditabraknya.“Omo. Jeosunghamnida. Kau ingin menuntutku ya?” Janeul langsung mundur selangkah, setelah melihat penampilannya yang seperti seorang fans. Sudah banyak masalah yang Janeul ciptakan jika berbicara tentang fans, apalagi saat dia menjadi manager pembantu BIGBANG.
Perempuan dengan rambut kuncir kuda itu menggeleng dan tersenyum kecil, membuat Janeul tanpa sadar menghela nafas lega. Bunyi notif yang kembali terdengar menyadarkan Janeul akan chatting yang sedang berlangsung. Kami sudah sampai di parkiran belakang. Nuna dimana? Chat dari Seungyoon membuat Janeul sedikit panic.“Jeosunghamnida, kalau tidak ada yang perlu aku bantu. Aku boleh pergi?” tanya Janeul dengan suara yang mulai terburu-buru.
Perempuan tanpa poni itu mengayunkan tangan kanannya, mempersilahkan Janeul untuk lewat. Setelah mendengar jawaban ‘ne’, Janeul segera melangkahkan kakinya cepat ke van hitam yang sangat dia kenali. Barisan para fans yang seakan menjadi barikade untuk menahan langkahnya, perlahan dia lewati setelah para fans sadar bahwa sosok itu adalah manager Park.
“WAAAA!! OPPA!! TAEHYUN! SEUNGYOON! MINO! SEUNGHOON! JINWOO!” teriakan itu terdengar, sesaat setelah Janeul menggeser pintu van hitam yang berisi kelima member WINNER. Satu persatu personil turun dan Janeul masih berusaha membantu bodyguard yang menahan badan-badan para fans yang ingin memeluk kelima lelaki tersebut.
Setelah Seunghoon, personil terakhir dari mobil turun, Janeul melangkah persis dibelakang Seunghoon dan mengikuti langkah Seunghoon. Tubuh lelaki yang tingginya berbeda hampir 10 cm dari Janeul itu berhenti di tengah padatnya para fans, membuat Janeul mengangkat alisnya bingung.“Ppaliwa oppa,” ujar Janeul lalu mendorong punggung Seunghoon agar segera kembali berjalan di tengah padatnya fans yang mendekat.
Seunghoon menghentikan langkah dan membalikkan badan sesaat mereka sudah berada di dalam gedung. Melihat kelakuan Seunghoon yang diluar dari kebiasaan, Janeul mendekat dan menepuk bahunya seakan bertanya ‘ada apa’.“Aku melihat seorang perempuan terjatuh diantara para fans tadi,” jawab Seunghoon sambil menunjuk ke pintu kaca yang masih menampilkan fans-fans yang tengah melambaikan tangan.
Janeul ikut menatap kerumunan fans yang meneriaki nama lelaki di hadapannya.“Mungkin kau hanya salah liat. Kkaja,” ucap Janeul lalu berjalan mendahului Seunghoon yang mengangkat bahunya sebentar. Setelahnya sosok itu kembali melangkah, namun kali ini dibelakang si manager utama. Janeul menaruh bungkus karton berisi 5 kopi, yang sedari tadi ada dalam genggamannya.
Dengan cepat kelima tangan dari setiap member segera mengambil kopi pesanan mereka masing – masing. Sedang Janeul beranjak mendekati Byungyung yang tengah membereskan barang-barang yang dia bawa.“Jam berapa para stylist akan datang, oppa?” tanya Janeul saat sudah duduk di bangku yang nantinya akan ditempati kelima anak asuhnya untuk diberi riasan.
“Sekitar 15 menit lagi, mereka bilang terkena macet.” Jawab Byungyung yang menghentikan pergerakannya dalam membenahi ruangan, hanya untuk menjawab pertanyaan Janeul. Janeul menganggukkan kepalanya tanda mengerti, lalu melihat jarum jam di yang melingkar di tangan kanannya.“Ah matta! Bagaimana pertemuan dengan sajangnim? Apa jadi Minho perform special stage dengan IU?” tanya Byungyung antusias membuat Janeul menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak.
Seperti mengetahui sesuatu, Byungyung segera menatap bersalah pada manager utama-nya itu.“Maaf Janeul~ah aku tidak seharusnya memaksakan kehendak,” ucapnya sambil mengatupkan kedua tangannya tanda meminta maaf. Janeul menggeleng pelan, merasa bahwa sosok lelaki yang lebih tua 2 tahun darinya ini tidak melakukan kesalahan apapun.“Kenapa Byungyung hyung meminta maaf?Apa dia melakukan kesalahan?” sosok member tertua tiba-tiba muncul diantara kedua manager yang tengah berbicara.
Janeul menoleh dan menggeleng, berusaha meyakinkan Jinwoo bahwa tidak ada masalah yang terjadi.“Gwenchana oppa~ hanya kesalahpahaman saja,” ucap Janeul dengan raut wajah meyakinkan. Jinwoo menganggukkan kepala dan kembali menatap pantulan dirinya, di kaca dengan lampu yang mengelilingi pinggirnya.
“Ada yang harus aku lakukan, mungkin akan kembali setelah mereka reherseal. Kau gantikan aku sebentar,” ucap Janeul yang disanggupi anggukkan dari Byungyung. Janeul memejamkan mata sebentar, mengatur emosinya yang serasa roller coaster hari ini. Bunyi pintu yang terbuka membuat sosok itu membuka matanya cepat dan mendapati tim stylist WINNER telah memasuki ruangan. Dengan cepat, Janeul beranjak dari kursi yang akan mulai ditempati anak asuhnya.
Jinwoo segera mendudukan diri di bangku yang sebelumnya diduduki Janeul, sedang Taehyun duduk di bangku sampingnya. Janeul berjalan mendekati Seungyoon yang tengah focus membaca sesuatu di ponselnya.“ Aku ada urusan sebentar, tolong awasi membermu leader,” ucap Janeul yang dipandang serius oleh Kang Seungyoon.
“Jangan berpikir terlalu berat Janeul~ah,” ujar Mino yang ternyata juga mendengarkan ucapan Janeul. Perempuan itu menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar dari ruangan. Langkahnya terasa berat untuk sampai diluar bangunan. Kaki yang dilapisi sepasang sepatu nike warna sapphire blue itu melangkah mendekati minimarket yang berada di dekat gedung, membeli sebuah soda yang menurutnya dapat meringankan pikirannya.
Janeul melangkah ke tempat duduk yang berada di parkiran belakang. Sebuah bangku taman yang terlindung dari panasnya terik matahari menjadi pilihan untuk diduduki. Perempuan itu menatap beberapa mobil van yang dikerubungi sekelompok fans beratribut aneh menurutnya.“Kenapa cepat sekali sajangnim kembali mengeluarkan mereka?” Janeul membuka penutup kaleng soda yang tadi dibelinya itu.
“Aku melihat kerja keras mereka yang sangat tertarik untuk debut. Jadi untuk apa aku menahan mereka?” pertanyaan balik dari Yang sajangnim itu kembali terngiang di pikiran Janeul. Tanpa babibu perempuan itu meneguk setengah soda yang ada di dalam kaleng berbentuk tabung itu.“Kudengar kau juga menerima tawaran untuk membawa mereka ke MAMA?”
Ingatan Janeul kembali memutar senyum Yang sajangnim yang menurutnya menjengkelkan.“Aku ingin menyadarkan WINNER bahwa jika mereka lengah sedikit, maka iKON bisa untuk segera mengambil posisi mereka.” Mata Janeul menerawang, mengingat kebiasaan kelima anak asuhnya yang telah kelewat santai bahkan disaat posisi mereka tengah berada di ujung tanduk.
“Ini juga tantangan untukmu manager Park. Jika kau ingat bagaimana para manager BIGBANG dulu saat menyatukan lima kepala yang bermasalah, maka kau tau cara bagaimana menyatukan lima kepala yang tengah lengah ini,” Janeul mengusap wajahnya kasar. Otaknya memutar kembali ingatan tentang kejadian yang terjadi pada BIGBANG 3 tahun lalu, tanpa disadari matanya berkaca-kaca mengingat kejadian itu.
Dengan segera, perempuan itu mengelap airmata yang keluar dari matanya dengan ujung sweater di bagian tangan.“Berpikirlah bagaimana cara agar lima orang ini bisa terus bersama dibawah naunganmu. Aku focus pada iKON hanya untuk menyadarkan mereka bahwa mereka tidak bisa bersantai di dunia yang amat kejam ini,” ucapan terakhir dari Yang sajangnim tadi, membuat Janeul menghela nafas dan segera mengambil ponsel yang ada di kantong sweaternya.
Setelah mencari nama di dalam buku kontak, Janeul segera mendekatkan benda kotak itu ke telinga kanannya.“Kau sasaeng darimana?” teriakan perempuan yang berada tak jauh dari tempatnya duduk, membuat Janeul segera berdiri dan mematikan sambungan telepon yang sedang dilakukan. Janeul menyipitkan mata, melihat satu sosok perempuan yang tengah membuka pintu bagasi salah satu van yang diyakini sebagai mobil artis.
Perempuan yang tengah serius mencari barang itu, tetap tak mengacuhkan teriakan perempuan-perempuan disekelilingnya.“Ya!” tanpa pikir panjang Janeul berteriak dari tempat dia berdiri, membuat sekelompok orang itu melonjak kaget dan menoleh ke arah datangnya suara. Janeul melangkah, mendekati tempat kejadian yang masih menyisakan orang-orang yang terlibat.
“Kara!” ucap Janeul tegas saat dia sudah berada di tempat kejadian. Sekelompok fans itu menatap Janeul yang memang sudah mereka kenal sebagai salah satu manager YG.“Karago!” tambah Janeul lagi, kali ini dengan gerakan yang seakan ingin memukul mereka satu persatu. Dengan kecepatan cahaya, kelompok fans itu bergerak pergi menjauh meninggalkan Janeul dengan satu sosok yang menghela nafas lega di depannya.
Janeul berjalan mendekat ke perempuan yang masih terdiam itu.“Neo gwenchana?” tanya Janeul saat sudah berada di sampingnya. Perempuan kuncir kuda itu segera mengambil 2 microphone yang sedari tadi dia cari.“Mwoya? Kau lagi,” ucap Janeul kaget dengan kedua matanya yang membulat. Perempuan yang akan ditabraknya saat membawa kopi tadi pagi adalah perempuan yang diselamatkannya barusan.
Perempuan itu tertawa kecil lalu menutup bagasi mobil van tersebut.“Kamsahamnida atas bantuannya. Mereka memang cukup mengganggu,” ucapnya sambil menyodorkan tangan untuk berkenalan. Janeul menyambut sodoran tangan itu dan tersenyum.“Bukan cukup mengganggu, tapi sangat mengganggu. Park Janeul imnida,” ucap Janeul seraya memperkenalkan diri.
“Kim Shin Neul imnida,” balasnya membuat Janeul kembali membulatkan mata, karena nama mereka yang hampir mirip. Janeul mengeluarkan id card yang ada di kantong sweaternya.“Kau juga manager?” tanya Janeul yang sekarang tengah berjalan masuk kembali ke dalam gedung SBS, yang sebelumnya dia tinggalkan.
Shinneul menanggukkan kepala dan menunjukkan id cardnya.“Ah.. SM entertainment. Pantas kau diserang sasaeng fans yang seperti itu bentuknya.” Ucap Janeul membuat Shinneul tertawa kecil.“Kulihat kau sangat ahli dalam menangani sasaeng fans,” Shinneul kali ini memulai pembicaraan yang ditanggapi senyuman kecil dari Janeul.
“Lima tahun menjadi manager pembantu, memberikan banyak pengalaman dalam menangani mahluk-mahluk seperti mereka,” jawab Janeul sembari menghembuskan nafas. Shinneul menatap Janeul kaget dan mengangkat telapak tangan kirinya, seakan tidak percaya akan lima tahun Janeul menjadi manager pembantu. Langkah mereka terhenti sebentar saat akan memasuki gedung, petugas security mengecek id card yang mereka bawa dan memperbolehkan kedua manager beda entertainment itu masuk ke dalam gedung.
Shinneul bertanya artis apa saja yang pernah Janeul manageri.“Bersama BIGBANG aku menjadi manager pembantu selama 3 tahun sedang dengan 2NE1 aku bekerja selama 2 tahun,” jawab Janeul yang ditanggapi anggukan-anggukan dari Shinneul.“Menjadi manager pembantu memang sangat sulit. Bahkan rasanya aku ingin menghilangkan kata manager hingga bersisa ‘pembantu’ saja,” canda Janeul membuat mereka berdua tertawa kecil.
“Lalu bagaimana sekarang? Apa menjadi manager utama menyenangkan?” tanya Shinneul membuat Janeul tanpa sengaja mengingat masalahnya dengan Yang sajangnim. Janeul menggelengkan kepalanya dan menoleh pada Shinneul yang masih berjalan di sebelahnya.“Rasanya aku ingin menjadi manager pembantu saja. Hahaha,” jawabnya dengan tawa yang dipaksakan.
Janeul menatap pintu bertuliskan WINNER di sampingnya.“Lain kali kita bertemu, ne?” ucap Janeul sesaat setelah berhenti di depan pintu tersebut. Shinneul menanggukkan kepalanya,“Ne. Sunbaenim,” balas Shinneul yang segera melanjutkan langkah, setelah sebelumnya melambaikan tangan tanda berpisah.
Perempuan dengan sweater hitam itu mendapati ruangan kosong yang hanya berisi satu stylist tambahan yang segera menundukkan badannya, setelah melihat sosok Janeul yang masuk ke dalam ruangan. Janeul membanting tubuhnya di atas sofa hitam yang ada di ruangan tersebut dan menengadahkan kepala, menghadap plafon putih yang menggantung di atas sana.
Bunyi pintu yang terbuka membuat Janeul menatap Seunghoon yang tengah memasuki ruangan.“Kau sudah kembali? Apa kau merasa sakit?” tanya Seunghoon yang langsung duduk di samping Janeul. Janeul menggeleng lemah dan menegakkan tubuhnya yang terasa letih dengan beban transparan di pundaknya.“Oppa~ boleh tidak aku menyender di pundakmu?” tanya Janeul tiba-tiba membuat Seunghoon menatapnya kaget dibalik kedua mata sipitnya.
Lelaki disamping Janeul itu tersenyum lalu menepuk pundak kanannya, menyuruh Janeul untuk menaruh kepala di pundaknya yang tertutup jas berwarna hitam. Dahi Janeul segera menyentuh kain jas hitam tersebut dan memejamkan mata.“Kalau begitu saya minta sajangnim mengizinkan untuk duet IU dengan Mino di acara MAMA nanti. Saya mohon, jangan berikan bagian itu kepada Jiyong oppa.” Janeul merasakan airmata kembali mengumpul di pelupuk matanya dan tanpa seizinnya, menetes membasahi jas Seunghoon.
Janeul mengepalkan tangannya mengingat reaksi Yang sajangnim yang mengangkat kedua bahunya, memberikan jawaban tak pasti pada permintaannya. Tangisan itu tak kunjung berhenti membuat Janeul tersadar dan menarik wajahnya dari bahu Seunghoon. Bunyi pintu yang kembali terbuka, tak juga membuat sosok perempuan yang selama ini terlihat kuat itu berhenti menangis.
Sosok Seungyoon yang tadinya akan memanggil Seunghoon, pun akhirnya membaur dan duduk disamping kanan Janeul.“Waegure?” tanya Seungyoon panik dan segera ikut menepuk punggung manager utamanya yang bergetar bersama dengan Seunghoon. Janeul menutup wajah dengan kedua tangannya, berusaha meredakan tangisan yang tak kunjung berhenti.
Ruangan yang dipenuhi suara isakan itu terganggu oleh lagu ‘Different’ dari WINNER yang tiba-tiba terdengar. Janeul segera merogoh kantong sweaternya yang bergetar dan mendapati seseorang menelpon ke ponsel yang sekarang berkedip, menampilkan tulisan ‘SAJANGNIM’ disana. Dengan cepat Janeul menghapus airmatanya, takut dengan menerima telepon tersebut sang sajangnim tahu bahwa dia baru saja menangis.
“Yoboseyo?” ucap Janeul sesaat setelah dia menggeser warna hijau di layar ponselnya.“Hem. Aku sudah memikirkan untuk duet Minho dan IU,” ucap lelaki bertopi di seberang sana. Janeul menahan nafasnya yang mulai tak beraturan kembali, karena mendengar ucapan Yang sajangnim.
“Hem.. kurasa tak ada salahnya memberi kesempatan pada anak asuhmu.” Tambahnya pada akhirnya membuat Janeul tersenyum lega dan menganggukkan kepala.“Kamsahamnida sajangnim. Jongmal kamsahamnida,” ucap Janeul sambil mendirikan tubuh dan membungkukkan badan tanda berterima kasih, entah pada siapa diruangan itu.
Janeul memutus hubungan telepon itu dan segera membalik badan, menatap kedua lelaki yang menatapnya dengan ekspresi bingung. Perempuan itu tertawa sambil menghapus jejak airmata yang masih ada di kedua pipinya.“Nuna? Kau yakin baik-baik saja?” tanya Seungyoon bingung dengan perubahan mood manager utamanya yang secepat kilat menyambar.
Janeul menanggukkan kepala dan kembali duduk di antara kedua lelaki itu. Dia meraih kedua tangan lelaki itu dan menggenggamnya erat.“Seletih apapun kalian berlatih di belakang panggung, seletih apapun kalian beraksi di atas panggung, tetap ingat bahwa fans kalian lebih letih demi menunggu kalian berkreasi di hadapan mereka.” Ucap Janeul membuat kedua pasang mata lelaki disampingnya menatapnya sambil mengedipkan mata mereka, tanda bingung.
“Jangan pernah lupa tujuan kalian ada di atas panggung sana. Jangan pernah lengah walau kalian telah debut dibawah naungan entertainment terkenal. Karena sebenarnya di tangan kalian ini lah entertainment itu bisa terkenal atau tidak,” tambahnya yang kali ini merangkul kedua lelaki yang tengah tersenyum kecil mendengar ucapannya.“Kalian boleh bangga mempunyai aku sebagai manager utama kalian, tapi kalian harus bisa membuatku bangga karena bisa memanageri kalian. Arra?” ucap Janeul melepas rangkulan dan mengadahkan tangan kanannya, menunggu dua tangan lain yang akan menepuk tangan itu.
Seunghoon tersenyum dan mengacak rambut Janeul yang dicepol acak hari itu.“Arraseo manager Park! Tetap jadi alarm kami disaat kami berjalan terlalu lama atau terlalu lama beristirahat. Tuntun kami ke panggung yang lebih besar nantinya,” ucap Seungyoon dan menaruh tangan kirinya diatas tangan Janeul yang sudah bertumpuk dengan tangan Seunghoon. Mereka bertiga tertawa, apalagi satu sosok perempuan yang merasa kembali menemukan alasannya untuk menjadi seorang manager utama.
-Hello, Manager Park-