DREAMERS.ID - Semenjak pandemi Covid-19 berlangsung, banyak sekali berita-berita hoax yang beredar dan sudah berkembang dikalangan masyarakat saat ini. Beberapa orang diantaranya yakin berita ini benar, dan sebagian diantaranya percaya bahwa ini hanya mitos belaka.
Namun jangan sampai keliru dengan mitos-mitos yang bahkan tidak diakui kebenarannya oleh ahli medis. Berikut ini lima mitos tentang virus corona yang telah berkembang di masyarakat, seperti dikutip dari Liputan 6.
1. Jumlah kasus Covid-19 menurun jika kondisi cuaca hangat
Banyak yang mengklaim apabila berkegiatan di luar ruangan bisa mengurangi tingkat infeksi, karena virus mudah dirusak oleh panas sinar matahari. Namun, studi di China menemukan bahwa 98 persen penyebaran luar biasa dari jumlah infeksi melonjak diatas normal tercatat di luar ruangan.
“Iklim mungkin atau mungkin bukan faktor, tetapi kami tahu bahwa penyebarannya mudah di luar ruangan,” kata Gabriel Scally dari Independent SAGE.
2. Anak Muda Lebih Kebal Covid-19
Banyak yang mengatakan bahwa virus corona hanya berbahaya bagi orang tua dan lansia. Namun pada bulan lalu, sebuah rumah sakit di Sheffield melaporkan kematian korban virus corona termuda di Inggris yaitu seorang bayi berusia 13 hari tanpa punya masalah kesehatan bawaan.
Lebih dari satu korban telah meninggal dengan gejala virus corona. Total 20 pasien di bawah usia 19 tahun diperkirakan meninggal akibat virus di rumah sakit di Inggris.
Baca juga: Selena Gomez Batalkan Penampilan di Tonight Show Usai Dites Positif COVID-19
3. Tertular dari Orang dengan GejalaVirus Covid-19 mudah menyebar melalui tetesan mikro saat orang yang terinfeksi batuk dan bersin. Namun virus ini dapat hidup di banyak permukaan selama beberapa hari, dan ada bukti ang mengatakan bahwa virus corona mudah bertahan lebih lama dalam kondisi yang lebih dingin dan kering.
Ada juga bukti kuat yang menyebutkan bahwa orang tanpa gejala adalah pembawa virus yang paling efisien. Jadi tidak semata orang bergejala saja yang bisa menulari.
4. Menganggap bahaya telah berlalu
Dengan angka kematian yang terus menurun setiap hari, bisa jadi membuat masyarakat terlalu percaya diri. Tapi Anthony Costello dari Independent SAGE memperingatkan, "Hampir di setiap tempat yang mulai mengendurkan protokol kesehatan dan mengurangi jarak sosial, membuat wabah tersebut kembali muncul."
5. Pakai masker tidak ada bedanya
Sampai saat ini banyak yang mengatakan ada bukti kuat mengenai penggunaan masker yang lebih luas, dapat mengurangi penyebaran penyakit lebih lanjut. Contohnya studi dari warga Jepang yang patuh menggunakan masker memiliki catatan lebih dari 20 ribu orang terinfeksi dan kurang dari seribu kematian.
Sedangkan Amerika Serikat yang populasinya sekitar dua setengah kali lipat, hampir memiliki tiga juta kasus dan 130 ribu kematian. Lantaran banyanya protes yang menentang pemakaian masker.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences of the USA mengatakan, berbicara dengan seseorang pun dapat mengeluarkan ribuan tetesan pembawa virus. "Mengenakan masker kain sederhana dapat secara signifikan memblokir pelepasan tetesan ucapan," kata penulis makalah tersebut.
(srtk)