CHAPTER 32 : Love Letter
Suara ponsel yang terus berdering mengaggu tidur siang Julia, tangan Julia sibuk mencari ponsel yang ia letakan di atas tempat tidur. Tanpa membuka matanya, Julia mengeser tombol hijau pada layar ponsel lalu menempelkan ponsel tersebut di telinganya.
‘Honey..’sapa seorang pria di ujung sana, Julia mengerutkan telinganya mendengar suara yang taka sing untuknya. Julia melihat layar ponsel dan menyadari kalau Alva menelponnya.
‘Alva?’ ucap Julia.
‘Kamu di mana?’ tanya Alva.
‘Di rumah’ ucap Julia dengan suara baru bangun tidur.
‘Aku di Incheon’ ucap Alva, Julia berteriak lalu bangun dari tidurnya. Alva menjauhkan ponselnya dari terlinga karena mendengar suara teriakan Julia.
‘Katanya kamu bakal ke sini seminggu sebelum konser, sekarang kan baru awal bulan’ ucap Julia yang melihat kalender yang ada di kamarnya.
‘Iya, kebetulan urusan aku selesai lebih cepat di LA. Aku juga harus menguus perusahaan kita yang ada di Korea’ ucap Alva.
‘Hmmmmm.. mau aku jemput?’ tanya Julia.
‘Kamu bahkan enggak punya mobil, sok mau nawarin jemput aku’ ledek Alva, Julia menelan air liur.
‘Biaya hidup di Seoul mahalnya lebih dari di Jakarta’ ucap Julia.
‘Iya, aku tau. Nanti kita beli mobil’ ucap alva.
‘Beli mobil berasa kayak mau beli tempe aja. Enak banget ngomongnya’ Alva terkekeh mendengar ucapa Julia.
‘Aku mau makan malam sama kamu’ ucap Alva.
‘Hmmm.. yah udah, lagi juga Jilsa lagi pulang ke Jogja, jadi aku bisa makan malam sama kamu’ ucap Julia.
‘Kalau gitu aku nginep di apartemen kamu aja’ goda Alva.
‘Mau mati?’ ucap Julia yang menaiki nada bicaranya.
‘Becanda! Aku bercanda. Yah udah, nanti alamatnya aku Line ke kamu’ ucap Alva.
‘Hmmmmm…’
‘Sampai bertemu nanti’ ucap Alva yang mematikan sambungan teleponnya.
Julia melihat jam yang ada di ponselnya lalu bangun dari tempat tidur untuk mandi. Ia harus rapih-rapih untuk bertemu dengan Alva malam ini.
₪
Julia mengambil ponselnya di dalam tas, lalu menelepon Alva. Terdengar beberapa kali suara sambungan sebelum Alva mengangkatnya.
‘Hallo’ sapa Alva.
‘Aku sudah mau sampai di alamat yang kamu kasih’ ucap Julia.
‘Masuk aja kedalam, aku lagi mandi’ ucap Alva.
‘Kebiasaan mandi saat aku udah rapih’ gerutu Julia.
‘Aku bakalan lama mandinya kalau aku masih teleponan sama kamu’ ucap Alva.
‘Yah udah, aku tutup teleponnya’ ucap Julia yang menutuskan sambungan telepon lalu memasukan ponselnya kedalam tas. Taxi yang ia tumpangi berhenti di sebuah rumah, Julia melihat lagi alamat yang Alva kirimkan, lalu menanyakan kembali kepada supir taxi apakah ia berada di alamat yang benar. Setelah mencocokan alamat rumah tersebut dengan alamat yang Alva kirimkan, Julia memberikan beberapa lembar uang kepada supir taxi sebagai ongkos perjalanan.
‘Selamat bekerja kembali’ ucap Julia yang turun dari taxi. Julia menatap rumah yang ada di depannya, rumah tersebut berukuran cukup besar, bagian depan dari rumah tersebut di tanamin rumput hijau, namun yang membuat Julia heran bukan rumah yang besar, melainkan lampu rumah tersebut yang padam sehingga terlihat menyeramkan.
‘Aku enggak pernah ketemu setan di Korea, jadi aku enggak takut!’ ucap Julia yang melangkahkan kakinya untuk membuka pagar rumah tersebut lalu berjalan menuju pintu rumah tersebut.
‘Jika aku ketemu setan di sini, aku akan adu setan itu dengan setan yang ada di Indonesia. Sebagus-bagusnya made in Korea, Indonesia akan menang dalam kontes setan terseram di dunia’ ucap Julia yang menekan beberapa angka untuk masuk kedalam rumah tersebut. Julia melangkahkan kakinya perlahan masuk kedalam rumah tersebut, Julia memicingkan kedua matanya ketika menyadari ada seseorang bertubuh tinggi yang berdiri tak jauh darinya.
‘Enggak, itu pasti kamu’ ucap Julia yang mencari tombol penyala lampu dengan rasa ketakutan, lalu langsung teriak ketika melihat seseorang yang bertubuh tinggi tadi bukanlah Alva. Julia menelan air liurnya.
‘Ini lebih seram dari film hantu’ gerutu Julia dengan nafas yang pendek dan rasa takut yang perlahan mereda.
‘Kenapa kau berteriak?’ ucap Sung Yeol yang menjambak rambutnya sendiri karena respon Julia tak seperti yang ia harapkan.
‘Kalian membuat aku takut’ ucap Julia dengan wajah masam.
‘Bahkan kami lebih tampan dari seorang hantu’ ujar Woo Hyun dengan percaya diri.
‘Ya! Hentikan kepedeanmu untuk malam ini’ ucap Julia yang berjalan menuju sebuah sofa panjang.
‘Banmal? Kau sekarang berbicara dengan Banmal?’ ucap Woo Hyun yang mengelengkan kepalanya, melipat kedua tanganya di atas dada dan sedikit mendesah.
‘Maafkan saya’ ucap Julia yang bangkit dari duduknya dan meminta maaf secara formal kepada Infinite.
‘Untuk apa kalian kesini?’ tanya Julia.
‘Ini rumahku’ ucap Woo Hyun, Julia mengerutkan keningnya.
‘Aku tahu kau keluar dari apartemen sejak pulang dari tour Amerika, tapi apa ini rumahmu?’ ucap Julia yang melihat sekeliling ruang tamu tersebut.
‘Kau memang tidak pernah percaya kepada kami’ cibir Sung Yeol.
‘Jika aku tak pernah percaya kepada kalian, aku tidak mungkin tahan menjadi fangirl kalian’ ucap Julia.
‘Lihat, dia memang pintar gombal’ ucap Woo Hyun.
‘Dia adalah fansmu, bagaimana bisa dia tak pintar gombal. Fans akan seperti Idolnya’ ucap Sung Yeol yang menatap Woo Hyun, yang di tatap hanya tertawa.
‘Julia, tolong ambilkan mic yang ada di dekatmu’ pinta Woo Hyun, Julia mengambil mic yang di maksud Woo Hyun lalu memberikannya ke Woo Hyun.
‘Ambilkan punya ku juga di sana’ pinta Sung Yeol, Julia mengambilkan mic yang Sung Yeol tunjuk.
‘Kalian tidak mau manggung, mengapa pegang mic?’ ucap Julia yang berdiri menatap Sung Yeol dan Woo Hyun.
‘Kau harus ingat ini semua, apakah kau tak mau merekamnya?’ tanya Woo Hyun.
‘Aku tak bawa kamera’ ucap Julia, Woo Hyun dan Sung Yeol langsung menatap Julia dengan tatapan datar.
‘Baiklah, aku akan merekamnya’ ucap Julia yang mengeluarkan ponselnya dan mengatur ponselnya agar dapat merekam satu ruangan ini. Julia menekan tombol untuk merekam dan kembali berdiri di depan Sung Yeol dan Woo Hyun.
‘Play’ ucap Woo Hyun yang memetikan jarinya, terdengar suara musik.
‘Hah? Love letter’ ucap Julia yang mengenali intrumen pada awal lagu love letter.
‘Ireon sarangnorae neomuna manha. Hajimam wae jakku bureuneun geoya (ada begitu banyak lagu cinta seperti ini. Tapi kenapa aku terus menyanyikannya?)’ Woo Hyun menyanyikan part lagunya di Love Letter.
‘You don’t understand. You don’t love me’ Julia mengengok ke sebuah ruangan yang pintunya terbuka ketika Sung Gyu bernyanyi, Sung Gyu bernyanyi seakan ia sedang jatuh cinta; tersenyum sambil bernyanyi. Ia berdiri di samping Woo Hyun.
‘Eoneusae neoege ppajyeobeoryeosseo (Aku telah jatuh cinta kepada anda di beberapa titik)’ Nyanyi Woo Hyun sambil mengulurkan tanganya yang berbentuk finger heart, Julia nyaris terpekik dengan tingkah Woo Hyun yang begitu manis.
‘Cheomen dwimoseubi noemu yeppeoseo (pada awalnya, saya melihat punggung anda begitu cantik). Sasil nado moreuge maleul georeosseo (Jadi aku mulai berbicara dengan Anda tanpa Anda ketahui)’ Julia mencari sosok Sung Jong yang menyanyikan part ini, namun ternyata Sung Jong telah memeluk Julia dari belakang bagaikan Julia adalah kakak perempuan Sung Jong.
‘Ah, Sung Jong-ie’ ucap Julia yang mengusap lengan Sung Jong dengan tulus. Sung Jong melepas pelukannya dan berdiri di samping Sung Yeol.
‘Tineun annado nega useojugil ( Aku mencoba untuk tidak menujukkannya, tapi saya harap anda tersenyum)’ sung Yeol menyanyikan part-nya, ia tersenyum ketika ia selesai menyanyikan partnya.
‘Baraetdeon geon yeoksi yoksimieonna bwa (mungkin aku terlalu serakah)’ Hoya menyetuh bahu sebelah kiri Julia, namun ia menampakan wajahnya di sebalah kanan, membuat Julia tertawa. Hoya berdiri di samping Sung Jong.
‘Oh baby it can’t be over like this’ Sung Gyu menyanyikan part-nya sambil mengulurkan tanganya.
‘Tteollyeooneun nae mam jeon hal su eobseoseo( Saya tidak bisa memberitahu mu, hati saya gemetar)’ Sung Gyu menyentuh dadanya dan tersenyum kepada Julia.
‘Astaga kalian manis banget’ ucap Julia yang nyaris menangis.
‘Soljikhan nae mam pyeonjie dama. Neoege malhago sipeo (Jadi saya menulis apa yang saya rasakan agar kau mengetahui isi hatiku)’ Woo Hyun menyanyikan part-nya.
‘Otong ne saenggakppunin nae simjangeul(Karena hati saya hanya berfikir tentang dirimu) Meomchul suga eobseo (tidak bisa berhenti), I wanna know’ Julia menatap lima anggota Infinite secara bergantian ketika Sung Gyu menyanyikan part-nya. Mereka menyanyikan lagu ini seperti mereka menyanyikan lagu untuk kekasih mereka. Bola mata mereka penuh cinta yang tulus saat memandang Julia.
‘Sokjiki neon neomuna nuni busyeo(Jujur, kau begitu mempesona)’ Myung Soo mengengam seikat mawar merah, lalu melingkari bahu Julia dengan tangan kanannya ketika menyanyikan part-nya. Julia membalikan tubuhnya melihat Myung Soo yang tersenyum dengan memamerkan lesung pipi yang ia miliki.
‘Dalkomhan noraero pyohyeon hal su eobseo (Bahkan lagu ini yang begitu manis dapat mengekspresikan Anda’ Myung Soo menyanyikan part lagunya sambil memberikan Julia seikat bunga Merah, Julia menerimanya dengan rasa malu. Myung Soo bergabung dengan member lainnya, ia berdiri di samping Sung Gyu.
‘You don’t understand. You don’t love me’ Julia mencium mawar merah yang di berikan Myung Soo lalu menatap member Infinite yang berdiri di depan Julia. Mereka begitu tulus menyanyikan lagu ini.
‘Cheoeumiya nan aemaehan I gibun (Aku tidak pernah merasakan perasaan ambigu seperti ini sebelumnya)’ Myung Soo tersenyum ketika selesai menyanyikan bagiannya.
‘Bam hanaurui tteo inneun byureul bomyeo( saat aku melihat bintang-bintang malam hari) Manyang jeonyang geunygang gyesok gereosseo( Aku hanya terus berjalan)’ Sung Jong menyanyikan part-nya sambil menunjuk langit-langit rumah, seakan ada bintang di atas sana. Sung Yeol melangkahkan kakinya mendekati Julia, lalu mengulurkan tanganya kehadapan Julia. Dengan gerakan sedikit cangung, Julia meraih tangan Sung Yeol.
‘Tineun annaedo nega natanagil (Saya tidak menujukkannya, tapi saya berharap anda mengetahuinya)’ Sung Yeol mengusap tangan Julia saat Sung Yeol menyanyikan bagiannya.
‘Baraetdeon geon yeoksi yoksimieonna bwa (mungkin aku terlalu serakah)’ Julia terkejut ketika Dong Woo berdiri dekatnya. Dong Woo menyanyikan bagiannya sambil menarik tangan Sung Yeol dan menuntun Sung Yeol untuk kembali berdiri bersama member Infinite lainnya. Julia tertawa melihat tingkah Dong Woo dan Sung Yeol. Sung Gyu dan Woo Hyun mulai menyanyikan Part mereka masing-masing. Member lain dan Julia juga ikut bernyanyi.
‘I gipeun bam jamdeul so eobseo( Aku tidak bisa tertidur malam ini)’ Woo Hyu menyanyikan partnya dengan menempelkan telapak tanganya di pipinya, seperti orang yang akan tidur.
‘Eodumi jiteun bange na hollo choreul kyeogo( Jadi saya menyalakan lilin di ruang gelap ini)’ Woo Hyun menyanyikan part lagunya dengan mengankat tanganya yang berbentuk finger heart, Julia tersenyum melihat ketujuh laki-laki yang sangat ia sukai begitu nyata malam ini. Hoya melangkahkan kakinya ke depan Julia.
‘Neol wihan nae mameul, hayansaek jongi wie seotun geulssiro(Saya menulis isi hati saya pada selembar kertas putih)’ Hoya menyanyikan part-nya lalu memberikan selembar kertas yang terlipat dua dengan senyum malu-malu. Julia menatap Hoya, lalu mengambil kertas yang di berikan oleh Hoya.
‘Sujubeun nega nal bomyeon miso jieotdeon nega(Kamu yang malu-malu dan tersenyum menatapku’ Julia membuka kertas yang di berikan Hoya saat Myung Soo menyanyikan partnya. Di selembar kertas putih yang Julia pegang, tertulis ‘Aku mencintaimu lebih dari apapun’.
‘Sasil marya nereul marya, (Sebenarnya, Sesungguhnya)’ Julia menatap seluruh member Infinite yang mulai mendekati Woo Hyun lalu mendekatkan mic yang mereka pegang ke tubuh Woo Hyun di bagian manapun.
‘Neomu Johahandago (aku menyukaimu)’ Woo Hyun menyanyikan part nada tinggi dengan sempurna, member Infinite lainnya kembali ke tempat mereka berdiri setelah Woo Hyun menyelesaikan bagiannya. Music berhenti, lampu mulai mati.
‘Apakah mati lampu?’ Kenapa ini?’ Apa aku perlu telepon ke 911?’ ucap Julia yang mulai panik, namun member Infinite biasa saja. Mereka tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
‘Ya! Mengapa kalian hanya diam?’ ucap Julia yang mengambil ponsel samsungnya, namun ia terpaku diam saat melihat seorang pria bertubuh tinggi datang mengampirinya dengan membawa pemetik api, Pria tersebut berjalan mendekati Julia lalu mencium mawar yang sedang Julia pegang. Kemudian lampu mulai menyala, Alva tersenyum melihat wajah Julia yang panik dan terkejut. Member Infinite mulai bernyanyi kembali, mereka mengelilingi Julia dan Alva yang saling bertatapan, Alva tersenyum melihat calon istrinya. Sung Jong mengulurkan tanganya untuk meminta bunga dan kertas yang Julia pegang, Julia memberikannya kepada Sung Jong. Semua member Infinite melangkah mundur beberapa langkah dari tempat Julia dan Alva berdiri.
‘Kamu ngabisin uang berapa ratus juta untuk bawa mereka ke sini?’ ucap Julia dengan bahasa Indonesia, Julia menatap Alva yang menyurutkan senyumnya.
‘Berbicaralah dengan bahasa yang aku mengerti’ ucap Woo Hyun yang menghampiri Julia dan Alva. Julia menatap Woo Hyun yang berdiri di dekatnya.
‘Katakan kepadaku, Alva membayar kalian berapa dollar untuk membawa kalian ke sini dan menyiapkan acara seperti ini?’ ucap Julia yang mengulurkan tanganya untuk mengelitik pingang Woo Hyun.
‘Hajimma (hentikan)’ pinta Woo Hyun yang tertawa karena di kelitik oleh Julia.
‘Katakan kepadaku!’ ucap Julia.
‘Julia-na, hentikan. Alva tidak membayar kami’ ucap Sung Gyu yang menarik lembut tangan Woo Hyun agar Julia berhenti mengelitiki pinggang Woo Hyun.
‘Kau pasti bekerja sama dengan Alva’ tuduh Julia yang menujuk Sung Gyu.
‘Kami tidak di bayar, aku saja terkejut ketika manager kami bilang kalau kami hari ini ada job dadakan. Kau tak lihat pakaianku?’ Ucap Dong Woo yang merentangkan tangannya. Laki-laki yang selalu tertawa itu memakai swetter berwarna biru yang sobek-sobek seperti di gigit anjing, di padu dengan celana pendek bahan dan sepatu. Dong Woo sejenak menari-nari tak jelas lalu mengeluh kedinginan karena di luar sedang turun salju.
‘Hyung, aku bawakan kau jaket’ ucap Hoya yang mengambil jaket di atas meja. Jaket itu lupa ia berikan ke Dong Woo, serentak member Infinite tertawa melihat Hoya memberikan jaket yang ia pakai pada acara show time episode 1.
‘Tak apalah, yang penting aku tak kedinginan’ ucap Dong Woo yang memakai jaket yang Hoya berikan. Woo Hyun mengangat tangan Julia, sejenak ia mengengam tangan Julia lalu menatap Julia.
‘Aku akan benar-benar jatuh cinta kepadamu jika kau terus saja menatapku seperti ini’ ucap Julia yang menatap Woo Hyun.
‘Kau harus terus jatuh cinta kepadaku seperti ini’ ucap Woo Hyun dengan senyuman yang lebar, Woo Hyun mengerakan tangan Julia lalu menurunkan tangan Julia tepat di atas telapak tangan Alva.
‘Tapi ini saatnya kau menduakanku’ ucap Woo Hyun yang melepaskan tangan Julia.
‘Julia…’ panggil Dong Woo.
‘Julia.. kami mencintaimu’ ucap Sung Gyu dan Myung Soo yang berteriak hampir bersamaan.
‘Jeongmal, saranghae’ ucap Sung Jong.
‘Aku senang mengenalmu’ ucap Sung Yeol.
‘Julia, Gwomawo. Jinjja Gwomawo’ ucap Hoya dengan senyuman kaku khasnya. Julia menatap satu persatu member Infinite dengan haru.
‘Julia, saranghae, gwomawo geurigo mianhae’ ucap Woo Hyun dengan suara pelan, Woo Hyun mengeluarkan sebuah kotak cincin dan memberikannya ke Alva.
‘Aku mau jujur sesuatu sama kamu. Aku menyukai kamu sejak aku ketemu kamu untuk kedua kalinya, yaitu di konser OGS Infinite Jakarta. Sepanjang malam kamu menginap di apartemenku, aku terus melihat wajahmu yang terlelap tidur karena kelelahan. Aku tersenyum melihat kamu yang tidur di tempat tidur ku, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku memperbolehkan seorang gadis tidur di tempat tidurku. Semakin mengenalmu, aku semakin jatuh hati kepadamu, aku semakin bergantung kepadamu, aku semakin ingin terus berada di sampingmu. Setiap pagi aku menunggu pesan darimu, saat kau tidak mengirimkan pesan kepadaku, aku mendadak menjadi gelisa, aku bertanya ‘Apakah ia bangun kesiangan?’ ‘Apakah ia banyak pekerjaan?’. Demi dekat dengan dirimu, aku rela menjemputmu setiap malam, aku rela bekerja lebih banyak di siang hari demi bisa menjemputmu di malam hari, karena dengan menjemputmu, aku dapat bertemu denganmu, dapat bercerita banyak hal denganmu. Salah satu hal terindah yang pernah aku alami adalah jatuh cinta kepadamu, jatuh cinta dengan seorang wanita yang menyukai Woo Hyun. Aku tidak memiliki alasan mengapa aku mencintaimu, karena rasa itu datang tanpa Assalamualaikum, namun aku memiliki alasan untuk menikahi mu’ ucap Alva yang menatap Julia, kemudian Alva menuduk lalu menatap Julia kembali.
‘Karena aku ingin hidup dengan seseorang yang terus membawa aku kepada sebuah kebaikan, karena aku ingin hidup dengan seseorang yang mengerti aku, yang mencintaiku meski aku meninggalkanmu, yang memperdulikan aku lebih dari siapapun dan karena aku ingin kau menjadi Ibu dari putra-putriku kelak nanti. Aku ingin kau menjadi seseorang yang berada di belakangku untuk terus mendukung ku, aku ingin kau menjadi teman hidupku dalam tawa atau tangis, dalam suka atau duka, dan kalah atau menang, dalam terjatuh atau bangkit. Aku ingin kau dan hanya kau, Julia’ ucap Alva. Tanpa Julia sadari, ia menitihkan air mata, Alva menghapus air mata Julia.
‘Uljimma.. Uljimma’ sorak member Infinite. Julia juga tak menyadari kalau Woo Hyun dan member Infinite lainnya sudah duduk di sofa panjang. Mereka bersikap layaknya sedang menonton serial drama. Alva mengambil cincin yang di berikan Woo Hyun, lalu menyematkan cincin tersebut di jari manis Julia.
‘Kisseu..’ teriak member Infinite.
‘Anggap saja kami tak ada di sini’ ucap Woo Hyun yang membuat Julia tersenyum. Alva mendekatkan dirinya ke Julia, namun saat Alva ingin mencium bibir Julia, gadis itu malah bersin hingga menyebabkan Alva sedikit menjauh dari Julia.
‘Kau merusak moment bahagia!’ protes Sung Yeol.
‘Maaf’ ucap Julia yang mengelap wajah Alva, yang di lap wajahnya hanya tertawa.
‘Kau tidak tau, aku kedinginan dari tadi. Lihat, pakaianku’ Protes Julia. Malam ini Julia memakai gaun berbahan brokat berwarna putih tanpa lengan. Panjang gaun itu di atas lutut. Julia membalut gaun tersebut dengan coat berwarna merah hati. Saat Julia mempersoalkan penampilannya, Alva mengengam lembut dagu Julia, ia menatap Julia hingga Julia mengejamkan kedua matanya, sedetik kemudian Alva mendaratkan bibir tipisnya ke bibir Julia. Ia mengecup bibir Julia dengan lembut dan memeluk Julia seakan tak ingin membiarkan orang lain menganggu mereka berdua.
‘Aku patah hati’ ucap Woo Hyun yang mengusap dadanya dengan wajah masam.
‘Aku ingin memiliki kekasih’ ucap Dong Woo dengan polosnya.
‘Aku seperti menonton adengan drama’ ucap Sung Yeol yang menutup mulutnya dengan tangan kanan.
‘Mereka begitu serasi’ ucap Sung Jong.
‘Lihatlah, Julia memang fangirl yang sempurna’ gumam Sung Gyu.
‘Ini pertama kalinya aku melihat seseorang ciuman depan mataku’ ucap Hoya yang masih mengangga melihat Julia dan Alva.
‘Aku lapar’ ucap Myung Soo yang langsung di lihat oleh seluruh teman-temannya. Alva berhenti untuk mencium Julia.
‘Ayo kita makan, Alva yang akan bayar’ Ucap Julia yang mengambil ponsel yang ia gunakan untuk merekam.
‘Aku belum tukar uang ke won’ ucap Alva, Julia berjalan mendekati Alva lalu mengecup kembali bibir Alva, namun ia diam-diam mengambil dompet Alva yang ada di saku belakang celana.
‘Aihsss.. lakukan itu sekali saja’ protes Woo Hyun.
‘Kau tidak berpri-kejombloan’ keluh Sung Yeol.
‘Jadi kalian iri?’ goda Julia yang kemudian kembali mengecup bibir Alva beberapa kali, hingga member Infinite bersorak.
‘Jangan buat aku gila’ Alva memperingati.
‘Aku hanya becanda’ ucap Julia dengan senyuman.
‘Kita mau makan apa?’ tanya Julia yang mengengam dompet Alva lalu mencari nomer telepon rumah makan cepat saji di ponselnya.
‘Aku pizza’ ucap Hoya.
‘Aku spaghetti’ ucap Sung Gyu.
‘Kau memang selalu makan itu’ gumam Woo Hyun yang menengok ke Sung Gyu. ‘Aku mie seafood’ ucap Woo Hyun.
‘Aku pesan yang sama dengan Woo Hyun Hyung’ ucap Myung Soo yang kemudian tos dengan Woo Hyun.
‘Aku tak makan’ ucap Sung Jong.
‘Kau memang terlalu memperhatikan pola makanmu’ ucap Sung Yeol.
‘Untuk malam ini saja Sung Jong-ie’ ucap Julia.
‘Baiklah, aku pesan steak’
‘Aku juga’ ucap Dong Woo.
‘Aku ayam goreng’ ucap Sung yeol.
‘Sayang, kamu mau pesan apa?’ ucap Julia yang membalikan tubuhnya melihat Alva.
‘Sejak kapan panggil sayang?’ ledek Alva dengan raut wajah serius, Julia menatap Alva datar.
‘Aku mau steak aja’ ucap Alva yang merasa kalah dengan tatapan datar Julia.
Julia membalikan tubuhnya untuk menatap member Infinite, Alva memeluk Julia dari belakang.
‘Lepaskan’ pinta Julia.
‘Aku kangen kamu, hampir sebulan enggak ketemu’ ucap Alva dengan nada bicara manja.
‘Ya! Kita pulang saja, aku patah hati’ ucap Woo Hyun yang mengusap dadanya melihat Alva memeluk Julia.
‘Eihhhhh’ ucap semua member Infinite hampir bersamaan yang memperingati sikap Woo Hyun.
‘Lepaskan atau sampai bertemu di konser Infinite’ ancam Julia.
‘Baiklah, aku kalah’ ucap Alva yang melepaskan pelukannya. Julia membacakan kembali makanan yang akan ia beli. Setelah tidak ada yang terlewatkan, Julia menelpon beberapa kedai makanan untuk memesan makan malamnya bersama Infinite.
Malam itu berlalu dengan Infinite yang puas makan bersama Julia dan Alva, mereka semua banyak tertawa dan membahas banyak hal.
₪
Julia menampaki rumah baru Alva, rumah ini adalah rumah tempat Alva melamar Julia di depan member Infinite beberapa hari yang lalu. Julia menempelkan telunjuknya pada gagang pintu agar pintu rumah Alva dapat terbuka. Denga rasa lelah dan letih, Julia menenteng dua buah kantung plastis besar yang berisi makanan dan minuman. Julia meletakan dua kantung plastic tersebut di atas meja panjang yang ada di dapur Alva. Julia membuka kulkas Alva lalu mengisi kulkas tersebut dengan makanan dan minuman yang baru saja Julia beli. Julia mencuci piring dan gelas yang menumpuk di wastafel, dan membersihkan dapur.
‘Kenapa dia membeli rumah sangat besar sekali?’ ucap Julia yang melihat sekeliling, ia merasa letih merapihkan dapur Alva. Julia berjalan menuju ruang tengah, ruangan itu terlihat sangat rapih, mungkin karena Alva hanya duduk dan menonton tivi sejenak lalu ke kamarnya untuk tidur. Julia berjalan menuju kamar Alva, dan menarik nafas melihat kamar Alva. Kasur bekar tidur yang tak sempat terapihkan, haduk bekas mandi yang ada di lantai, dan piama yang ada di kursi rias. Julia tersenyum melihat kamar Alva.
‘Mau jadi apa kau tanpaku?’ ucap Julia yang melangkahkan kakinya untuk mengambil handuk yang ada di lantai, lalu mengambil piama yang terletak di bangku rias. Julia memasukan semuanya itu ke keranjang baju kotor.
‘Bahkan ia tak sempat mencuci pakaiannya’ keluh Julia yang melihat banyaknya baju di keranjang baju kotor. Julia keluar dari kamar Alva untuk mengambil tas yang ada di ruang tengah, ia mengambil ponsel dan dompetnya lalu kembali berjalan menuju kamar Alva.
‘Coba kita lihat, aku harus beli apa yah’ ucap Julia yang melihat kamar Alva untuk memeriksa apa saja yang ia butuhkan.
‘Bahkan kamu hanya punya satu handuk?’ ucap Julia yang membuka lemari baju Alva.
‘Rumah ini memang benar-benar baru. Tidak ada alat pembersih rumah, handuk, bed cover, alas tempat tidur. Haruskah aku beli semuanya?’ ucap Julia yang melihat sekeliling kamar Alva. Julia menekan tombol aplikasi laundry pakaian, ia harus me-laundry pakaian Alva. Setelah mendapatkan konfrimasi, Julia mengambawa keranjang baju kotor ke ruang tamu lalu kembali ke ruang tengah untuk mengambil tasnya. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya petugas laundry datang untuk mengambil pakaian kotor, Julia memberikan pakaian kotor ke petugas laundry lalu menerima tanda bukti.
‘Hubungi jika sudah selesai, aku akan konfrimasi kapan kau bisa mengantarkan laundry-an ini ke sini’ ucap Julia.
‘Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu’ ucap pertugas laundry yang membawa keranjang kotor pakaian Alva.
Setelah selesai dengan urusan pakaian kotor, Julia pergi ke super market untuk membeli kebutuhan rumah Alva. Dari super market, Julia kembali ke rumah Alva dengan membawa banyak sekali barang-barang yang ia beli di rumah Alva. Julia menganti alas kasur kamar Alva, lalu melipat beberapa handuk berwarna merah, biru, putih dan hitam ke dalam lemari pakaian Alva. Julia juga meletakan keperluan mandi, seperti sabun, pasta gigi, pencukur kumis, pembersih muka. Setelah merapihkan kamar Alva, Julia kembali membersihkan rumah Alva dengan menyapu rumah dan mengepel rumah tersebut hingga bersih.
‘Aku bakal minta uang belanjanya dua kali lipat’ ucap Julia yang mengelus punggungnya yang terasa pegal. Julia berjalan ke dapur, ia mengikiat rambutnya dan mengeluarkan beberapa sayuran untuk membuat makan malam untuk Alva. Hari ini Julia masak sayur ikan pedas manis, dengan tumisan sayuran, sambal dan kimchi. Sejak tinggal di Korea, Julia menjadi terbiasa makan dengan kimchi. Julia merenggangkan otot-ototnya ketika selesai memasak makan malam, lalu berjalan ke ruang tengah untuk istirahat sejenak di sofa panjang, namun rasa lelah dna kantuk mengalahkannya hingga Julia terlelap tidur di sofa ruang tengah.
₪
Malam ini udara dingin bertiup di sepanjang kota Seoul hingga membuat orang memakai pakaian lebih tebal saat keluar dari rumah. Alva memasukan mobil yang ia kendarai ke dalam garasi rumah barunya, setelah mengunci pagar rumah, Alva berjalan memasuki rumah, ia menyalakan lampu dan mendapati rumahnya terlihat bersih. Alva melepaskan sepatu yang ia kenakan lalu meletakannya di dalam lemari, Alva berjalan ke ruang tengah, ia mendapati Julia sedang tidur meringkuk karena kedinginan. Alva mengulas sebuah senyuman melihat Julia.
‘Inikah nikmatnya memiliki soerang istri? Aku memiliki seseorang yang menunggu diriku di rumah, sampai ia ketiduran menungguku’ ucap Alva yang melihat Julia terlelap tidur. Alva berjalan memauki kamarnya untuk mengambil selimut, namun ia terkejut ketika melihat kamarnya begitu rapih. Alva meletakan tas yang ia kenakan di atas kursi rias, lalu mengambil selimut. Alva menyelimuti tubuh Julia.
‘Saat tidur saja kamu terlihat cantik’ ucap Alva dengan suara yang amat sangat pelan hingga nyaris tak terdengar, Alva mengecup kening Julia lalu berjalan ke kamarnya untuk mandi. Setelah mandi Alva membuka lemarinya untuk mengambil pakaian, namun ia malah termenung di depan lemari pakaian. Julia menyusun handuk sesuai warna dan kebutuhan. Handuk putih untuk tubuh, handuk hitam untuk rambut, handuk merah untuk wajah dan handuk biru untuk mengeringkan tubuh. Bukan hanya itu, Julia juga menyusun baju Alva sesuai dengan warna sehingga membuat Alva mudah mencari baju yang ingin ia pakai hari ini berdasarkan warna.
‘Kamu benar-benar menjagaku’ ucap Alva yang mengambil sebuah kaos lalu memakainya, ia juga membalut kaos tersebut dengan swetter. Alva mengenakan pakaian dalam lalu memakai celana panjang bahan. Ia mengantungkan handuknya di kamar mandi kemudin kembali ke ruang tengah untuk melihat Julia.
Alva duduk di lantai dengan alas sebuah karpet, ia memandang Julia yang tengah tidur lelap. Alva mengulurkan tanganya untuk menyelipkan rambut Julia yang jatuh menutupi wajah ke balik telinga. Alva menatap Julia dengan sebuah senyuman yang tak kunjung surut, ia tak percaya kalau yang tidur di depannya adalah calon istrinya. Ia tak percaya kalau yang tidur di depannya adalah seseorang yang ia sukai secara diam-diam. Dengan mata yang terpejam, Julia memeluk selimut yang menutupi tubuhnya, lalu membuka perlahan kedua matanya. Mereka berdua saling bertatapan.
‘Apakah aku terlihat cantik saat bangun tidur?’ tanya Julia yang menantap Alva.
‘Untuk seseorang yang di mabuk cinta seperti aku, kamu lebih cantik dari apapun’ ucap Alva.
‘Aku melewati hari yang sangat lelah hari ini, aku berangkat kuliah, pulang kerumahmu dengan membawa banyak sekali bahan makanan. Aku merapihkan kamarmu, bahkan aku merapihkan rumahmu. Aku memasak makan malam untukmu, dan berharap calon suamiku akan pulang cepat, aku merasa sekarang aku benar-benar menjadi istri kamu, mengurus kamu’ ucap Julia dengan sebuah senyuman.
‘Terima kasih’ ucap Alva.
‘Aku ingin menghangatkan makan malam untukmu, namun tubuhku terasa sangat pegal sekali’ ucap Julia dengan suara lemah. Alva malah tersenyum melihat tingkah manja Julia, Alva bangkit dari duduknya, kemudian mengangkat tubuh Julia hingga dapur.
‘Ada baiknya kita bertengkar dulu, kamu jadi enteng sekarang’ goda Alva yang menurunkan Julia di bangku meja makan.
‘Aku menjaga pola makanku untuk baju pengantin kita’ ucap Julia.
‘Kapan kita mau cari baju pengantin?’ tanya Alva.
‘Ketemu Ibu sama Bapak dulu, baru cari baju pengantin’ ucap Julia, Alva menyalakan kompor lalu memanaskan sayur ikan pedas manis, Alva juga memanaskan tumisan yang tadi di masak Julia. Setelah selesai memanaskan makanan, Alva meletakan makanan dia atas meja makan, lalu mengambil nasi di rice cooker.
‘Kita mau hadir di encore Infinite satu hari atau dua hari?’ tanya Alva.
‘Satu hari saja, hari minggu. Hari seninnya kita ke pulang ke Jogja untuk bertemu dengan Bapak dan Ibu’ ucap Julia mengambil nasi yang di berikan Alva. Mereka berdua berdoa sebelum makan, kemudian melanjutkan obrolan mereka.
‘Kita pasti akan nikah di Los Angeles’ ucap Alva.
‘Enggak apa-apa, orang tuaku masih sanggup untuk terbang jauh’ ucap Julia yang mengambil lauk untuk makan.
‘Tapi aku baru mulai kuliah, pasti aku tidak bisa mengurus pernikahan kita di Los Angeles’ ucap Julia yang mengehentikan makannya dan menatap Alva.
‘Pakai WO saja. Aku pasti juga akan kewalahan kalau kita urus semuanya sendiri. Kita serakan urusan chatering, resepsi,souvenir, dan yang lainnya kepada WO. Aku dan kamu hanya tinggal menyusun konsep pernikahan, mengarahkan mereka dan mencoba baju pengantin di Korea’ ucap Alva.
‘Aku rasa itu ide yang bagus’ ucap Julia yang melanjutkan makan malamnya.
‘Apakah tidak apa-apa kamu izin kuliah selama satu minggu?’ tanya Alva.
‘Aku rasa tidak apa-apa. Kita akan pergi ke Los Angeles hari kamis, dan sampai sekitar hari Jumat. Melaksanakan pernikahan di hari Sabtu dan minggu, lalu hari selasa kita bisa kembali ke Korea’ ucap Julia.
‘Bulan madu?’ ucap Alva, mereka berdua menghentikan makan mereka dan saling bertatapan, kemudian beberapa detik kemudian mereka saling tertawa malu.
‘Apa? Bulan madu?’ ucap Julia tak percaya.
‘Kenapa terdengar memalukan?’ ucap Alva yang tertawa tak jelas.
‘Aku menikah denganmu saja masih belum bisa percaya’ ucap Julia yang mengigit bibir bawahnya, Alva menelan makannya lalu mengangguk.
‘Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya tinggal denganmu satu rumah, akankah kita sering bertengkar? Akan kah kita sering tertawa? Atau kita sering melakukan itu?’ ucap Alva, Julia mengerutkan keningnya menatap Alva yang mentup mulutnya dengan tangan terkepal.
‘Kalau karena tidak sedang capek, aku akan mencubit tubuhmu hingga merah’ ucap Julia yang memperlihatkan bagaimana ia mencubit tubuh Alva.
Alva tertawa melihat tingkah Julia.
‘Aku ingin saat ke Jogja kita tingga lebih lama’ ucap Alva. ‘Aku ingin menanam sayuran, ingin jalan-jalan mengenang masa kecilmu di Jogja lalu makan bakso, makan gudeg, lontong sayur, bakpia, kripik’ ucap Alva yang menghitung kegiatan yang akan ia lakukan selama di Jogja.
‘Kau tidak bisa menanam sayuran karena orang tuaku tidak memiliki tanah ataupun kebun, dan kau mau makan sebanyak itu? Baju pengantinmu bisa tidak muat’ ledek Julia.
‘Aku akan memperbanyak olahraga’ ucap Alva yang kemudian menjulurkan lidahnya.
‘Alvaro..’ panggil Julia, yang menudukan wajahnya, ia menyedok nasi dan lauknya.
‘Hmmmm..’ sahut Alva.
‘Hmmmm’ ucap Julia yang bingung mengungkapkan suatu hal.
‘Katakanlah, sekarang tidak boleh ada rahasia antara aku dan kamu’ ucap Alva yang menatap Julia.
‘Apakah kau ingin memiliki ‘Junior’ dalam waktu dekat ini?’ ucap Julia sedikit gelagapan, Alva mengerutkan keningnya.
‘Aku sedang tidak kuliah, jadi kemungkinan aku tidak akan memiliki Junior dalam waktu dekat ini’ ucap Alva, Julia menudukan kepalanya lalu tertawa.
‘Ada apa?’ tanya Alva tak mengerti, Julia hanya tertawa.
‘Apakah aku terlalu berbelit-belit?’ tanya Julia, Alva mengangguk. Julia mengengam tangan Alva lalu menatap Alva.
‘Aku tidak ingin hamil dalam waktu dekat’ ucap Julia dengan paras serius, Alva tertawa sambil menutup mulutnya. Julia menatap Alva dengan wajah sebal, Alva bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Julia. Alva memeluk Julia.
‘Kita tidak pernah pacaran, saat kau datang kembali ke Los Angeles, kau mengatakan kepada Mama kalau kau tidak ingin berpacaran, kau ingin menikah. Jika aku benar-benar mencintaimu, aku harus menemukanmu di Korea. Oleh karena itu aku berfikir untuk tidak memiliki anak dalam waktu dekat, apakah kau khawatir jika memiliki anak dalam waktu dekat? Aku ingin kau bisa menikmati masa kuliahmu, menikmati masa fangirls mu, dan menunggu serta mendukung solo debut Woo Hyun dengan nyaman. Aku ingin kau melakukan apapun sesukamu. Katakan apapun kepadaku, hal yang ingin kau lakukan, hal yang ingin kau tunda, hal yang tidak ingin kau lakukan serta mimpi dan rencanamu. Katakan seluruhnya kepadaku’ ucap Alva yang mengusap rambut Julia dengan lembut.
‘Terima kasih’ ucap Julia tersenyum.
₪
Dengan langkah gontai seorang laki-laki berjalan menuju pintu apartemennya, kedua matanya masih tertutup, ia belum sepenuhnya bangun dari tempat tidur. Laki-lki itu membuka pintu apartemennya, lalu mendapati seorang laki-laki paruh baya, sekitar berusia limapuluh tahun berdiri di depannya. Laki-laki paruh baya itu membungkukan tubuhnya.
‘Apakah benar ini apartemen Nam Woo Hyun?’ tanya laki-laki paruh baya itu.
‘Benar’
‘Ini saya ingin mengantarkan paket kepada Anda’ ucap laki-laki paruh baya itu memberikan dua buah kotak dengan sampul berwarna biru dan terdapat stiker foto Woo Hyun tertempel di kotak tersebut.
‘Ah, ne. terima kasih’ ucap Woo Hyun yang menerima kotak tersebut.
‘Tolong tanda tangan di sini’ ucap laki-laki paruh baya yang memberikan selembar kertas yang merupakan bukti pengiriman telah di terima.
‘Ajhussi, bisakah kau tunggu di sini sebentar?’ tanya Woo Hyun, laki-laki itu mengangguk pelan. Woo Hyun masuk kedalam apartemennya, kemudian kembali lagi. Woo Hyun memberikan lima puluh ribu won kepada laki-laki yang ada di depannya.
‘Ah, tidak perlu. Aku hanya bertugas untuk mengantarkan ini’ tolak laki-laki paruh baya iu.
‘Ah, tidak apa-apa. Bukan uang yang banyak juga. Aku tidak memiliki makanan yang bisa aku berikan ke Ahjussi sebagai sarapan. Jadi belilah sarapan setelah dari sini. Kau pasti belum sarapan’ ucap Woo Hyun dengan sebuah senyuman. Laki-laki paruh baya itu menerima uang yang di berikan Woo Hyun, lalu pamit untuk pergi. Woo Hyun mengangkat kotak tersebut, lalu meletakannya di ruang tengah apartemennya. Woo Hyun kembali berjalan menuju kamarnya, lalu merebahkan kembali tubuhnya. Ia butuh istirahat setelah pagi buta tadi ia pulang dari latihan dance bersama member Infinite lainnya untuk konser encore. Namun baru beberapa menit Woo Hyun memejamkan matanya dan mulai terlelap, ia mendengar bel apartemennya berdering. Dengan rasa yang amat malas, Woo Hyun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu apartemen. Seorang laki-laki muda mengantarkan kotak besar, Woo Hyun memindahkan kotak tersebut kedalam apartemennya lalu kemudian tidur di dalam kamarnya. Namun seseorang kembali menekan bel apartemen Woo Hyun. Kali ini dua orang laki-laki mengantarkan sebuah bangku santai. bangku tersebut bukuran besar, terbuat dari rotan dengan bentuk setenga lingkaran. Di atas bangku tersebut terdapat rantai yang terhubung ke penyangkah bangku berbentuk bulat. Woo Hyun menetap bangku santai tersebut dengan wajah terkejut.
‘Bukannya biasanya orang-orang akan mengantarkan hadiah ke agensi? Kenapa ke aparteemnku?’ ucap Woo Hyun yang melihat bangku santai yang ada di depannya. Petugas yang mengantarkan bangku santai tersebut membawa bangku santai tersebut kedalam Aparteemen Woo Hyun. Sang pemilik Apartemen mengatur letak bangku santai tersebut.
‘Tuan Woo Hyun, kau harus menandatangani bukti penerimaan barang’ ucap salah satu laki-laki muda petugas pengantar bangku santai, Woo Hyun berjalan mendekati laki-laki tersebut dan menandatangani bukti penerimaan barang.
‘Aku adalah pengemarmu’ ucap laki laki itu dengan membungkukkan tubuhnya.
‘Benarkah?’ tanya Woo Hyun.
‘Apakah ini darimu?’ tanya Woo Hyun yang menujuk bangku snatai yang ada di sampingnya, laki-laki itu tersenyum.
‘Bukan, kemarin seorang wanita datang ke toko kami untuk membeli bangku ini dan minta di antar ke alamat ini dengan penerima Nam Woo Hyun’ ucap Laki-laki tersebut.
‘Hmmmm.. siapa yang membeli ini?’ tanya Woo Hyun.
‘Jimelsha Anatasya’ ucap laki-laki tersebut, Woo Hyun mengerutkan keningnya. Merasa asing denga nama itu.
‘Baiklah’ ucap Woo Hyun yang tersenyum kepada laki-laki yang ada di depannya.
‘Bolehkan aku minta tanda tangan darimu?’ ucap laki-laki itu yang menyodorkan spidol dan kertas.
‘Boleh’ ucap Woo Hyun yang mengambil spidol dan kertas. Woo Hyun menandatanagin kertas yang di berikan oleh laki-laki tersebut.
‘Siapa namamu?’ tanya Woo Hyun.
‘Park Min Kyung’ ucap laki-laki tersebut. Woo Hyun menuliskan nama laki-laki tersebut di kertas yang Woo Hyun tanda tangani.
‘Terima kasih’ ucap dua laki-laki tersebut yang membungkukan tubuhnya.
‘Ah, sebentar. Aku punya sesuatu’ ucap Woo Hyun yang berjalan ke kamarnya untuk mengambil dua buah poster yang ia dapatkan saat di Los Angeles.
‘Aku ke Los Angeles bulan lalu. Aku mendapatkan banyak poster yang sama dari fansku di sana, ini untuk kalian’ ucap Woo Hyun yang memberikan poster dirinya kepada dua laki-laki yang ada di depannya.
‘Ah, terima kasih’ ucap kedua laki-laki tersebut membungkukan tubuhnya.
‘Aku menunggu album solomu’ ucap Min Kyung, Woo Hyun mengangguk.
‘Berkerjalah dengan rajin agar bisa membeli album solo ku dan datang ke encore ku akhir bulan ini’ ucap Woo Hyun dengan senyuman.
‘Tentunya’ ucap Min Kyung. Kedua laki-laki itu pamit meninggalkan apartemen Woo Hyun.
Woo Hyun berjalan menuju bangku santai barunya setelah mengatarkan dua laki-laki pengantar bangku santai ke depan pintu apartemennya. Woo Hyun duduk di bangku santai tersebut, lalu memeluk kedua kakinya.
‘Bangkunya cukup nyaman’ ucap Woo Hyun dengan wajah datar.
‘Kenapa aku penasaran dengan nama Jimelsa Anatasya? Apa karena itu terdengar bukan seperti nama orang Korea?’ ucap Woo Hyun.
‘Ah, molla. Bagaimanapun, pasti ini dari pengemarku’ ucap Woo Hyun yang melihat bangku santai rotan yang sedang ia duduki.
‘Ini bahkan nyaman sekali, aku bisa nonton tivi dari sini’ ucap Woo Hyun yang melihat kedepan, ia tersenyum. Tak lama kemudian bel apartemen Woo Hyun berbunyi, Woo Hyun bangkit dari bangku santainya, kemudian membuka pintu Apartemennya. Ia terkejut ketika melihat seorang wanita tersenyum lebar di depannya.
‘Julia’ ucap Woo Hyun, gadis itu mengangguk.
‘Aku rasa tidak ada satu hal pun yang kau tak tau dari diriku’ cibir Woo Hyun yang melihat Julia tersenyum di depan pintu.
‘Tentunya, mertuaku menanam banyak sekali saham di Woollim Ent, itu membuat aku memiliki banyak keberuntungan’ ucap Julia, Woo Hyun membalik tubuhnya dan masuk kedalam apartemennya, namun bebelapa langkah kemudian ia menghentikan langkahnya lalu membalik tubuhnya.
‘Kau tidak ingin masuk?’ tanya Woo Hyun.
‘Memangnya boleh?’
‘Tentulah, kau temanku, mana mungkin aku tidak memperbolehkan temanku masuk kedalam apartemenku’ ucap Woo Hyun, Julia masuk kedalam apartemen Woo Hyun dan menutup pintu apartemen Woo Hyun. Sang pemilik apartemen telah duduk di bangku santai yang baru ia miliki. Julia meletakan kandang anjing dekat rak sepatu Woo Hyun, lalu Julia meletakan paper bag berukuran besar di ruang tengah.
‘Kau suka dengan bangku santaimu?’ tanya Julia, Woo Hyun menarik sebelah alisnya dan memanyunkan bibirnya ke kiri, lalu mengangguk.
‘Syukurlah’ ucap Julia yang mengelus dadanya.
‘Jadi Jimelsa Anatasya namamu?’ tanya Woo Hyun, Julia mengangguk.
‘Nama dari Ibuku, dan Julia adalah nama dari Ayahku’ ucap Julia dengan sebuah senyuman.
‘Nama yang bagus’ ucap Woo Hyun, Julia melihat lantai apartemen Woo Hyun.
‘Sudah berapa hari tidak mengepel?’ tanya Julia.
‘Mungkin dua hari, ada apa?’ tanya Woo Hyun, Julia mencari alat pembersih lantai dengan kedua matanya. Julia menemukan alat tersebut, lalu meneka tombol pada alat tersebut sehingga alat tersebut dapat berjalan.
‘Alat pembersih dari Honeytree memang bagus, dia tidak pernah memberikan barang yang murah kepadamu’ ucap Julia yang melihat alat pembersih lantai berjalan.
‘Dia memberikan aku banyak sekali kado, sebagian besar masih ada di agensi. Belum aku bawa ke apartemen’ ucap Woo Hyun, Julia berjalan melangkahkan kakinya mendekati Woo Hyun. Julia berdiri beberapa langkah di depan Woo Hyun lalu membidik Woo Hyun dengan Iphone-nya.
‘Hajimah’ ucap Woo Hyun.
‘Nanti aku edit’ ucap Julia tertawa melihat hasil yang ia bidik.
‘Apakah kau sudah makan?’ tanya Julia, Woo Hyun mengelengkan kepala.
‘Aku membawakanmu makanan. Di kotak besar itu berisi alat makan, teko, botol minum, mangkuk dan yang lainnya. Dan aku membawakanmu seekor anak anjing’ ucap Julia yang menujuk kandang anjing yang tadi ia letakan tak jauh dari ras sepatu Woo Hyun.
Woo Hyun mencondongkan tubuhnya untuk melihat anak anjing yang Julia tunjuk.
‘Tak buruk’ ucap Woo Hyun yang melihat anak anjing miliknya.
‘Sung Yeol memiliki Agha, Myung Soo memiliki Byeol, dan kamu memiliki dia’ ucap Julia.
‘Baiklah, aku akan mengurusnya’ ucap Woo Hyun.
‘Bagaimana dengan persiapan pernikahanmu?’
‘Tidak ada persiapan pernihakan, aku hanya akan mencoba baju pengantin di Korea, lalu membawanya ke Los Angeles. Ada WO yang akan mengurus semuanya di Los Angeles’ ucap Julia.
‘Enaknya menikah dengan orang kaya’ ucap Woo Hyun.
‘Aku merasa tidak begitu enak, semuanya terasa mudah sekarang. Tak seperti dulu, aku harus berjuang untuk semuanya’ ucap Julia dengan senyum tipis.
‘Aku takut kalau ini menjadi kado terakhir yang aku berikan kepadamu, maka karena itu aku mengantarkan ini ke apartemenmu dengan memohon kepada Alva untuk meminta alamat apartemenmu ke Woollim’ ucap Julia.
‘Jangan bicara seperti itu, aku merasa seperti ditinggalkan oleh seorang gadis’ ucap Woo Hyun.
‘Aku ingin mandi’ ucap Woo Hyun yang bangkit dari kursi santai.
‘Aku akan siapkan sarapanmu’ ucap Julia, Woo Hyun mengangguk.
‘Makanlah bersamaku, untuk kali ini saja’ ucap Woo Hyun yang berjalan menuju kamarnya. Julia memindahkan lauk yang ia bawakan ke dalam mangkuk dan piring, lalu menatanya di meja makan. Woo Hyun keluar dari kamarnya dengan memakai kemeja kotk-kotak kecil berwarna biru, di padu dengan celana bahan bahan berwarna hitam dan sepatu yang setahun lalu Julia berikan, Woo Hyun menenteng mantelnya.
‘Kau tak berniat memfoto ku?’ tanya Woo Hyun yang merentangkan tanganya dan sedikit berputar.
‘Nanti saja, kalau aku foto di sini, orang akan tau aku sedang main ke rumahmu’ ucap Julia yang duduk di meja makan. Woo Hyun menatap wajah Julia dengan wajah kecewa, lalu duduk di meja makan setelah meletakan mantelnya di atas bangku.
‘Woahhh, sup rumput laut’ ucap Woo Hyun.
‘Aku juga memasak rendang, kimchi dan tumisan brokoli’ ucap Julia.
‘Kelihatannya enak’ ucap Woo Hyun yang mengambil sendok untuk mencoba sup rumput laut buatan Julia.
‘Benar, enak’ ucap Woo Hyun setelah mencoba masakan Julia. Mereka berdua kemudian sarapan bersama dengan menikmati menu hidangan pagi ini. setelah sarapan, Julia menegluarkan DSLR miliknya dari dalam tas, lalu memasang masker. Julia mengangkat kameranya dan membidik Woo Hyun yang sedang memakai mantel.
‘Hentikan membidik diriku jika fotonya tak akan kau posting ke SNS’ ucap Woo Hyun, Julia memanyunkan bibirnya.
‘Kau ingin aku antar?’ tanya Woo Hyun.
‘Aku ingin pergi ke kantor Alva, dia mengatakan kalau dia memiliki tiket konsermu dari agensi’ ucap Julia.
‘Baiklah’ ucap Woo Hyun yang menatap Julia dengan senyuman, namun Julia malah membidiknya.
‘Ayo, pergi’ ucap Woo Hyun, Julia membuka pintu apartemen Woo Hyun, lalu keluar, Woo Hyun menutup pintu apartemen kemudian jalan bersama Julia menuju lift. Ketika keluar dri dalam lift, Julia membidik Woo Hyun yang berjalan lebih dulu darinya.
‘Hentikanlah, ayo kita pergi’ ucap Woo Hyun yang menengok kebelakang, Julia langsung mematikan kemeranya, lalu berjalan bersama Woo Hyun.
₪
‘Nyonya… Nyonya tidak boleh masuk’ ucap Sekretaris Jung ketika Julia memaksakan dirinya untuk masuk kedalam ruang kerja Alva.
‘Aku ini calon istrinya, bagaimana bisa kamu melarang aku masuk?’ tanay Julia yang menatap Sekretaris Jung, yang di tatap malah menudukan kepalanya. Julia menerobos masuk kedalam ruang kerja Alva.
‘Alvaro..’ ucap Julia, yang di panggil menengok ke Julia.
‘Maafkan saya Tuan, saya sudah menyuruh Nyonya untuk tidak masuk karena Tuan akan meeting’ ucap Sektretasis Jung.
‘Tidak apa-apa, aku sudah tiga hari tidak bertemu dengan calon istriku’ ucap Alva yang berjalan menghampiri Julia, Sekretaris Jung langsung pamit untuk keluar dari ruangan Alva.
Alva merentangkan tangan untuk memeluk Julia, namun Julia malah melangkah mundur, membuat Alva bingung.
‘Aku enggak melakukan kesalahan’ ucap Alva. Julia menganggkat name tag dan tiket konser encore Infinite.
‘Ada apa?’ tanya Alva.
‘Aku kan pendek’ ucap Julia dengan paras sedih.
‘Lalu?’
‘Lalu kamu kasih aku kelas festival? Puluhan ribu orang nonton dan desek-desekan. Kamu tega’ ucap Julia, Alva mengerutkan keningnya.
‘Aku kesel sama kamu’ ucap Julia yang menjambak rambut Alva hingga laki-laki itu minta ampun.
‘Kalau tau kamu kasihnya festival, aku enggak akan jual tiket yang kemarin aku beli’ ucap Julia kesal.
‘Bentar dulu, sayang bentar dulu’ ucap Alva yang berusaha terlepas jari jambakan Julia.
‘Okey, aku ganti tiketnya’ ucap Alva yang kemudian Julia melepaskan jambakannya. Julia menatap Alva dengan wajah kesal.
‘Aku enggak tau kalau kamu lebih pilih nonton di tribun. Selama ini kita selalu nonton di festival, jadi aku pikir yah kamu akan beli tiket festival’ ucap Alva yang merapihkan rambutnya. Julia melipat kedua tanganya di atas dada lalu memejamkan kedua matanya sejenak lalu menatap Alva yang sedang membetulkan rambutnya.
‘Sakit pastinya’ ucap Julia yang berjalan menghampiri Alva dan membetulkan rambut Alva.
‘Sakit banget, sampai pengen di peluk’ ucap Alva yang memeluk tubuh Julia yang tengah merapihkan rambut Alva.
‘Kalau kamu enggak dapet tiket Infinite, aku enggak akan maafin kamu’ ucap Julia.
‘Iya, tenang aja’ ucap Alva yang memanyunkan bibirnya di depan Julia, namun dengan cepat Julia memukul bibir Alva hingga Alva terkejut.
‘Nikah dulu’ ucap Julia.
‘Liat, saat aku menikahimu, kamu harus setiap hari menciumku’ ucap Alva yang menatap Julia, yang di tatap malah keluar dari ruang kerja Alva.
‘Enggak janji’ teriak Julia.
₪
Puluhan ribu orang memadati stadium tempat terselengaranya konser Encore Infinite yang bertajuk Infinite Effect Advance. Julia duduk di bangku tribun bersama Alva, tak jauh dari tempat Julia dan Alva duduk, ada trainee Woollim Ent, Hoobae Infinite; Lovelyz dan sebuah boyband asuhan Woollim yang belum debut; Woollim Boys. Julia sempat bertemu pandang dengan Daeyeol. Laki-laki bertubuh tinggi itu membungkukan tubuhnya saat melihat Julia.
‘Siapa dia?’ tanya Alva.
‘Daeyeol, adiknya Sung Yeol’ ucap Julia,
‘Pantes mirip’ ucap Alva yang menganggukan kepala, beberapa orang yang duduk tak jauh dari Alva membungkukan tubuhnya.
‘Kayaknya mereka tau kalau kamu memiliki saham beberapa persen di Woollim’ ucap Julia.
‘Mungkin’ ucap Alva. Beberapa menit kemudian konser Encore di mulai, lampu di matikan, Julia mulai mengoyangkan light stik yang ia pegang. Semua orang yang ada di stadium menikmati konser hari itu.
‘Mungkin karena aku sedang haid, aku merasa hari ini lelah sekali, padahal cuma nonton konser aja’ ucap Julia yang bersandar di bahu Alva.
‘Manja, bilang aja mau nyeder’ ledek Alva, Julia mengangkat sedikit kepalanya dan menatap sebal Alva.
‘Yah udah, enggak jadi nyeder’ ucap Julia yang kembali menengakan tubuhnya.
‘Sini’ ucap Alva yang kembali menarik tubuh Alva untuk bersandar di dadanya. Kini member Infinite tengah mengobrol dengan pengemar, menceritkan beberapa hal. Julia bertemu pandang dengan Woo Hyun, laki-laki itu langsung melipat kedua tanganya di atas tangan dengan wajah sebal, Julia hanya tertawa.
'Apa ada yang datang bersama dengan kekasih?' tanya Sung Yeol. Venue mendadak menjadi riuh. Pengemar sibuk menujuk Bias mereka.
Sung Gyu Menunjuk dirinya sendiri, lalu melambaikan tanganya di depan sebagai tanda menolak di akui pacar oleh pengemarnya.Woo Hyun melangkahkan kaki untuk maju kedepan.
‘Aku memiliki ke kasih’ ucap Woo Hyun, semua member memasang wajah terkejut, penonton bersorak. Keadaan mulai riuh, Julia kini tak bersandar dengan Alva dan mulai memperhatikan Woo Hyun.
‘Dong Woo-ssi, siapa pacarmu?’ tanya Woo Hyun, Dong Woo mengelengkan kepalanya.
‘Aku tidak memiliki pacar’ ucap Dong Woo dengan polos, Woo Hyun tertawa. Seluruh orang yang ada di stadium pun tertawa.
‘Sung Yeol-ssi’ panggil Woo Hyun.
‘Ne’
‘Siapakah pacar mu?’ tanya Woo Hyun.
‘Inspirit’ teriak Sung Yeol dengan suara kencang.
‘Owwhhh’ ucap semua member kecuali Woo Hyun dan Sung Yeol.
‘Jadi kau mengatakan kalau Inspirit adalah pacarmu?’ tanya Hoya kepada Woo Hyun, yang di tanya mengangguk.
‘Pengemarku adalah pacarku’ ucap Woo Hyun.
‘Aku juga mencintai pengemarku’ ucap Sung Gyu yang kemudian tertawa malu dan menutup mulutnya. Pengemar mulai riuh karena Sung Gyu
‘Tapi pacarku akan menikah, dan aku merasa patah hati’ ucap Woo Hyun yang mengengam dadanya dengan wajah sedih.
‘Eihhhhhh..’ sorak seluruh member.
‘Aku merasakan apa yang kau rasakan’ ucap Sung Yeol yang menepuk bahu Woo Hyun.
‘Woo Hyun-ssi’ panggil Hoya.
‘Ne’ Woo Hyun berjalan mendekati Hoya.
‘Cinta yang tulus adalah cinta yang mengiklaskan dia bahagia dengan seseorang yang mampu membahagiakannya’ ucap Hoya dengan senyum tipis hingga membuat satu stadium teriak histeris.
‘Harusnya kau bahagia karena satu persatu pengemar kita akan menikah dengan pilihannya’ ucap Myung Soo, Woo Hyun mengangguk.
‘Haruskah kita datang ke pernikahannya? Aku tak sanggup melihat dia tersenyum kepada laki-laki lain’ ucap Woo Hyun dengan wajah sedih dan mengengam dadanya.
‘Eiiihhhhhhh’ ucap Sung Jong.
‘Kita harus datang ke hari bahagianya, karena pengemar kita selalu hadir di hari bahagia atau hari terpuruk yang kita lewati’ ucap Sung Jong.
‘Yeorobun!’ ucap Woo Hyun.
‘Jinjja gomawoyo. Aku berterimakasih kepada kalian karena kalian sudah ada di sini, sudah mendukung kami dan melakukan banyak hal. Kami berjanji akan melakukan hal yang lebih baik di masa depan. Ingat, kalian tidak boleh tersenyum kepada laki-laki selain kami, dan cintai kami lebih dari pacar kalian’ ucap Woo Hyun yang membuat bentuk love dengan kedua tangan di atas kepala, kemudian melemparnya, seakan sedang melempar cinta kepada seluruh pengemar.
‘Kita harus undang Infinite’ ucap Julia, Alva mengangguk.
‘Tapi kenapa pengangan tangan yah?’ ucap Julia yang melihat tangannya di genggam Alva sangat erat. Julia menatap Alva.
‘Aku enggak akan tersenyum kepada laki-laki selain member Infinite’ ledek Julia, Alva mengulurkan tanganya untuk menarik tubuh Julia lebih dekat.
‘Va, ini tempat umum loh. Enggak jauh dari kita adalah orang-orang yang mengetahui siapa kamu. Kamu enggak mungkin mau cium aku di sini kan?’ ucap Julia yang menatap Alva, kemudian Alva sedikit mundur dari depan Julia hingga Julia bisa bernafas lega.
‘Sebenarnya aku enggak perduli’ ucap Alva yang kembali mendekati tubuhnya di depan Julia dengan mata terpejam. Alva mendaratkan sebuah kecupan di bbir Julia yang manis, Julia sempat ingin menolaknya, namun sebelah tangan Alva mengenggam kedua tangan Julia. Alva mendekat tubuh Julia dengan erat lalu seikit bermain dengan bibir Julia. Beberapa detik kemudian terdengar suara letusan, kertas putih berterbangan di udara sebagai tanda kalau konser ini telah selesai. Alva membuka kedua matanya lalu sedikit menjauh dari Julia sehingga ia bisa menatap wajah Julia, wajah gadis itu malah merah padam karena malu. Dengan mata yang terpejam, Julia langsung menyembunyikan wajahnya di mantel yang Alva kenakan dan mencubit pinggang Alva.
‘Sakit ih’ keluh Alva.
‘Aku malu’ ucap Julia.
‘Malu? Tapi mau’ goda Alva yang kemudia habis di cubit oleh Julia.
Julia mengingat kata Mi Ra beberapa waktu yang lalu, gadis itu mengatakan kalau ia dan Julia harus membawa kekasih mereka atau suami mereka ke konser Infinite sehingga tidak hanya infinite yang bisa mengoda hati pengemarnya dengan dance sexy bersama dancer atau fan service kepada lucky fans. Mereka bisa juga mengoda Infinite dengan mengenggam erat tangan seorang pria atau mengecup bibir seorang pria di depan member Infinite.
₪
Tuh, kalau nonton konser Bias, bawa pacar atau calon suami. Biar enggak Cuma kita aja yang di panas-panasin bias, tapi kita juga bisa panas-panasin Bias~ wkwkwkwk.. LOL