CHAPTER 31 : Last Romeo
Julia mengendarkan pandangannya, siang ini ia sedang berada di sebuah hotel bintang lima di Los Angeles untuk menghadiri pernikahan relasi Hong Ki. Julia mengangam kedua tanganya dengan cemas, ia tak bisa tenang saat ia di LA, karena peluang bertemu Alva lebih besar, apa lagi ia sempat bertemu dengan Alva di Singapore beberapa waktu yang lalu. Julia mengambil segelas air putih lalu meminumnya dengan pelan, ia mencoba menenangkan dirinya sejenak. Julia menarik nafas lalu membuangnya secara perlahan, ia menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman. Julia berjalan mengambil sebuah makanan yang di sajikan di sebuah meja panjang. Julia mengalihkan pandanganya ke Hong Ki yang berdiri tak jauh darinya, laki-laki itu sibuk mengobrol dengan orang lain. Julia mengalihkan pandanganya kembali dan mencari meja yang kosong, ia ingin memakan steak yang barusan ia ambil. Setelah mendapatkan tempat untuk Julia duduk, Julia berjalan menuju meja tersebut dan memakan steak yang tadi ia ambil. Namun saat ia sedang asik menyantap steak yang tadi ia ambil, tangan seorang laki-laki mengengam pergelangan tangan kanan Julia dengan kuat hingga Julia menjatuhkan garpu yang ada di tangan kirinya. Laki-laki itu menarik Julia dengan kuat dan membawa Julia pergi dari ruang makan. Julia melihat laki-laki yang menariknya, ia adalah Alva.
‘Lepaskan aku’ pinta Julia ketika melihat beberapa pengawal Alva mengekor di belakang Julia.
‘Aku hanya perlu berbicara denganmu sebentar’ ucap Alva yang mengajak Julia ke sebuah tempat yang sedikit sepi. Mereka berdiri berhadapan. Julia menudukan kepalanya, kedua tanganya terkepal dengan tangan sebelah kanan mengenggam erat gagang pisau main course. Alva berdiri di hadapan Julia, kedua tangan Alva di masukan kedalam saku celana. Pengawalnya berdiri tak jauh dari tempat Julia dan Alva berdiri. Julia melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Alva, namun dengan sigap tangan Alva menarik tangan Julia dan membuat Julia terpojok di dinding. Tanpa Julia sadari, ia melukai tanganya dengan pisau main course yang ia pegang hingga darah mulai keluar dan menetes dari tanganya. Alva mengulurkan tanganya menyentuh dinding, membuat posisi Julia semakin tepojok, perlahan Julia menurunkan kepalanya, begitu juga dengan pengawal yang berdiri tak jauh dari tempat Alva dan Julia.
‘Lihat aku’ ucap Alva, Julia masih menunduk.
‘Aku tak sanggup melihatmu’ ucap Julia dengan suara lirih. Alva menelan air liurnya.
‘Mulai hari ini, apapun yang terjadi antara kau dan aku, tolong bertingkah seperti aku dan kamu tak pernah saling mengenal. Aku mohon padamu’ ucap Julia dengan suara pelan, namun Alva dapat mendengar ucapan Julia dengan jelas.
‘Sebegituhkah kau membenci ku?’ tanya Alva yang menujuk dirinya sendiri.
‘Aku sudah nyaman dengan hidupku yang sekarang, aku rasa kamu juga sudah nyaman dengan pilihanmu’ ucap Julia yang mengulurkan tanganya untuk mendorong sedikit tubuh Alva agar ia dapat pergi dari tempat itu. Julia melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan Alva.
‘Julia..’ panggil Alva, Julia menghentikan langkahnya.
‘Jika aku memilihmu, apakah kau akan membalikan tubuhmu dan berlari kepadaku?’ tanya Alva, Julia mengangkat kepalanya, ia tak boleh goyah dengan pilihannya. Julia berjalan meninggalkan Alva tanpa memperdulikan apa yang barusan Alva katakan.
Alva hanya dapat melihat sosok Julia perlahan berjalan meninggalkanya, Alva melihat tangan Julia yang di penuhi dengan darah yang berasal dari goresan pisau main course. Seperti tidak merasa terluka karena pisau, Julia tetap berjalan seperti biasa sampai akhirnya ia jatuh pingsan di pelukan Hong Ki yang berjalan mencari Julia.
₪
Microsoft Teater tampak ramai dengan ratusan orang yang mengatri untuk masuk kedalam teater tersebut. Malam ini Infinite akan mengelar sebuah konser Infinite Effect di Los Angeles, Julia berjalan memasuki venue ketika staff memperbolehkan penonton untuk masuk kedalam venue. Julia mencocokan nomer tempat duduk yang ia cari dengan nomer tempat duduk yang tertera pada tiket konser. Julia duduk di bangku warna merah tersebut, tempat ia duduk tidak begitu jauh dari panggung, sehingga Julia dapat menikmat penampilan Infinite. Julia menyalakan ponselnya, sejenak bermain dengan sosial media yag di miliki Julia. Tidak hanya bermain dengan dengan sosial media, Julia juga memposting sebuah foto yang merupakan tiket nonton konser Infinite Effect di Twitter.
‘Sebulan menuju ulang tahun Woo Hyun, apakah aku harus membeli kado di sini?’ ucap Julia yang menatap layar ponselnya setelah menarik nafas.
‘Aku malas belanja’ ucap Julia yang menyandarkan tubuhnya di kursi yang ia duduki. Julia menatap layar putih yang menutupi panggung.
‘Ah, kenapa akhir-akhir ini perasaanku sedang tidak enak?’ ucap Julia yang melihat pergelangan tanganya yang di perban. Lampu mulai di matikan, Julia mengambil Yeobong dari dalam ranselnya, kemudian menyalakan Yeobong. Setelah Infinite menyanyikan tiga buah lagu, mereka menyapa penonton. Julia mengambil DSLR yang ada di ranselnya lalu membidik Infinite dari kejauhan. Infinite sangat menikmati konser malam ini, mereka memberikan penampilan yang terbaik dan tak jarang melakukan fanservice yang mampu membuat pengemar berteriak. Julia fokus membidik dan Merekam Infinite sesekali. Infinite kembali muncul di atas panggung setelah Infinite F menyanyikan solo stage mereka. Julia tersenyum melihat Infinite membawakan lagu kesukaannya; Julia. Ke tujuh member Infinite tampak ceria membawakan lagu Julia, mereka melambaikan tangan mereka saat menyanyikan lagu Julia.
‘Mau berapa kalipun dengen lagu ini, enggak akan bosan’ ucap Julia.
Infinite juga membawakan tiga lagu Jepang yang mereka nyanyikan versi Korea seperti 24 Hours, Just Another Lonely Night dan Dilemma. Julia menikmati pemampilan Infinite sambil sesekali membidik mereka. Lampu kembali redup saat Infinite selesai membawakan lagu Dilemma, kini ketujuh member itu berdiri di atas panggun dengan standing mic. Mereka membawakan lagu For You versi Korea yang merupakan lagu terbaru mereka dengan menari bersama standing mic. Julia meletakan DSLR di atas pangkuannya lalu ikut menyanyikan lagu For You.
‘Apa Cuma perasaan aku aja yah, sekarang Woo Hyun suka nyanyi pakai nada tinggi di lagu Infinite’ ucap Julia ketika melihat Woo Hyun bernyanyi dengan nada tinggi. Infinite membawakan lagu Nothing’s Over, mereka menari dengan ceria, lalu berinteraksi denga pengemar lainnya, Julia sibuk merekam penampilan Infinite.
Kini Infinite membawakan lagu Entrust, member Infinite berpindah tempat dengan cepat untuk berinteraksi dengan pengemar mereka. Julia terkadang tertawa ketika kameranya terarah ke salah satu member Infinite yang sedang melakukan hal lucu.
‘Mereka masih kayak anak kecil’ komentar Julia. Beberapa member Infinite menerbangkan kertas berbentuk pesawat kearah penonton hingga membuat penonton berebutan untuk mendapatkan pesawat kertas yang Infinite terbangkan. Saat Infinite menyanyikan lagu Cover Girl, seluruh member Infinite turun dari atas panggung menuju bangku VIP, hingga membuat kondisi menjadi tak kondusif, pengemar lainnya berlarian menuju bias mereka, sedangkan Julia berdiri dan menatap kondisi yang mulai riuh.
‘Mereka nyusahin’ keluh Julia yang bingung ingin mengikuti siapa. Julia berjalan menuju Woo Hyun yang berdiri tak jauh dari tempat ia duduk. Karena tubuh Julia yang sedikit pendek, Julia berdiri dari atas kursi lalu merekam Woo Hyun yang sedang menari tak jelas di depan pengemarnya, seornag pihak keamanan menegur Julia, dan Julia minta maaf karena telah berdiri di atas panggung.
‘Ah’ keluh Julia yang kemudian berjalan ke depan. Pihak keamanan sibuk mengikuti langkah member Infinite, mereka menghalau orang-orang yang berdiri di depan member Infinite secara dekat hingga membuat Julia juga kwalahan karena banyaknya pengemar yang mengerubungi member Infinite yang menyebar. Woo Hyun terlihat telah memeluk sebuah bantal berwarna kuning dengan emoticon mata berbentuk hati. Member Infinite seperti Hoya, Sung Yeol, dan Woo Hyun tak segan untuk selca bersama pengemar mereka. Sedangkan Sung Jong dan Sung Gyu sesekali mengambil ponsel pengemar mereka dan selca dengan ponsel pengemar mereka. Julia merekam tingkah absurt Woo Hyun yang mengenakan kaca mata berbentuk hati dan memeluk bantal kuning pemberian fans. Julia sedikit berjinjit untuk merekam Woo Hyun karena semakin banyak pengemar yang mengerubungi Woo Hyun hingga ada seorang gadis yang menyengol tubuh Julia hingga Julia terjatuh, Julia melindungi DLR miliknya agar tak membentur lantai. Saat Julia mencoba bangun, Julia terkejut ketika mendapati ada seseorang yang mengulurkan tanganya untuk membantu Julia bangun. Tangan itu sangat cantik, lentik dengan buku-buku kuku yang putih. Julia meraih tangan tersebut untuk membantunya bangun, namun Julia terkejut ketika melihat siapa yang membantunya untuk bangun. Laki-laki itu adalah Sung Jong.
‘Julia, kau tak apa-apa?’ tanya Sung Jong, Julia mengangguk, dengan sebuah senyuman, Sung Jong memeluk tubuh Julia sejenak hingga membuat pengemar yang ada di sekitar mereka berteriak histeris.
Sejenak Julia dapat merasakan harum minya wangik yang di kenakan Sung Jong bercampur dengan harum tubuh Sung Jong, Julia tersenyum ketika Sung Jong memeluknya. Tubuh Sung Jong yang kurus membuat Julia merasa nyaman memeluk Sung Jong. Julia melepas pelukannya, Sung Jong tersenyum lalu kembali berjalan menuju atas panggung, Julia sejenak melamun lalu tertawa.
‘Di peluk Sung Jong’ ucap Julia yang memeluk dirinya sendiri dengan rasa bahagia.
Julia berjalan kembali ke tempat duduknya, ia duduk di bangku dengan perasaan senang.
‘Sung Jong merusak list bias’ ucap Julia dengan senyum tak jelas.
₪
Gemerlap malam di Los Angeles seakan tak pernah berhenti, negara metropolitan yang merupakan salah satu tujuan destinasi favorite pelancong dari berbagai belahan dunia. Julia berjalan memasuki sebuah kedai kopi setelah ia selesai menonton konser Infinite, Julia membeli segelas coffee hangat yang rencananya akan ia minum selama perjalanan menuju hotel tepat ia menginap. Setelah membeli segelas coffee, Julia keluar dari kedai coffee tersebut. Ia terkejut ketika ada seorang pria yang menyapanya, pria tersebut mengenakan pakaian jas rapih layaknya pengawal.
‘Nyonya Margaret meminta saya menjempu Nona’ ucap laki-laki tersebut, Julia menarik nafas.
‘Tidak anak, tidak Ibu, tahu aku sedang berada di mana’ gerutu Julia dengan suara pelan.
‘Saya mau mengambil pakaian dulu di hotel’ ucap Julia yang berjalan menuju sebuah mobil sedan, lalu masuk kedalam mobil sedan tersebut.
Setelah mengambil baju barang-barang Julia yang tertinggal di hotel, Julia kembali ke rumah Margaret, rumah yang setahun lalu ia kunjungi juga. Karena seisi rumah yang telah tidur, Julia hanya berjalan menuju kamarnya dan istrahat di kamarnya.
₪
‘Hmmmmm’ ucap Julia yang mengangkat telepon dari Hong Ki.
‘Aku merubah penerbangan kepulanganmu ke Seoul’ ucap Hong Ki.
‘Sudah ku duga, kamu pasti bekerja sama dengan Margaret’ ucap Julia.
‘Yah sudah, nikmati saja hari-harimu’ ucap Hong Ki yang memutus sambungan telepon. Julia menatap layar ponselnya dengan perasaan kesal. Julia mengingat asal rambutnya lalu berjalan keluar kamar mengenakan sandal tidur, dengan piama tidur yang lengkap. Ruang makan tampak sepi, tidak ada satu orangpun yang berada di ruang makan, Julia berdiri sejenak di ujung tangga untuk menatap ruang makan.
‘Ayo makan’ ucap Margaret yang keluar dari kamarnya dengan pakaian yang rapih, Julia tersenyum.
‘Kau tidak olahraga pagi ini?’ tanya Margaret, Julia mengelengkan kepalanya.
‘Tidak, aku akan olahrga siang nanti’ ucap Julia yang berjalan menuju ruang makan. Namun saat Julia ingin duduk, Julia menengok ke ruang tengah. Ia melihat seorang pengawal berjalan, di belakangnya terdapat tujuh member Infinite yang sedang mengekor di belakang pengawal. Mereka termenung melihat desain rumah Alva yang cukup megah. Julia menatap Margaret yang duduk di meja makan, Margaret menagnggukan kepalanya lalu tersenyum kepada Julia.
‘Oww.. Julia?’ ucap Woo Hyun yang melihat Julia tengah menantap Margaret. Julia melihat Woo Hyun lalu membungkukan tubuhnya.
‘Ada yang aneh’ ucap Woo Hyun dengan nada pelan.
‘Silahkan duduk’ ucap Margaret, seorang penerjemah menerjemahkan apa yang Margaret ucapkan ke Infinite.
Infinite berjalan menghampiri Margaret lalu menyapa Margaret. Julia duduk di meja makan, di sampingnya duduk Sung Jong, Sung Yeol, lalu Hoya dan penerjemah. Sedangkan Woo Hyun duduk di depan Julia, sebelah Woo Hyun duduk ada Myung Soo, lalu Sung Gyu dan Dong Woo. Margaret duduk di tengah. Penerjemah mulai menerjemahkan apa yang di katakan Margaret.
‘Bagaimana dengan konser semalam, apakah berjalan dengan lancar?’ tanya Margaret.
‘Sangat menyenangkan, Nyonya’ ucap Woo Hyun dengan senyuman. Kida dan pelayan lainnya menyajikan menu sarapan di atas meja makan.
‘Kida, bisa buatkan aku chicken soup?’ tanya Julia, Kida mengangguk.
‘Aku ingin menyapa kalian sejak kalian sampai LA, namun karena jadwal yang sangat padat, aku baru bisa menyapa kalian. Aku minta maaf’ ucap Margaret.
‘Tidak apa-apa, Nyonya. Sebuah kehormatan kami bisa di undang ke sini’ ucap Sung Gyu. Kida meletakan Chicken Soup pesanan Julia di atas meja.
‘Makanlah’ ucap Margaret yang mempersilahkan seluruh orang yang ada di ruang makan untuk makan. Julia mengambil sepotong roti untuk memakannya bersama dengan chicken soup. Member Infinite mulai mengambil menu sarapan yang mereka ingin makan.
‘Apakah kau baru bangun tidur?’ tanya Sung Jong, Julia mengangguk.
‘Iya, aku baru saja bangun tidur dan terkejut melihat kalian berada di sini’ ucap Julia yang kemudian meminum segelas air putih.
‘Aku rasa kalian sangat dekat dengan Julia’ ucap Margaret, sebagian member Infnite terdiam.
‘Tolong jangan di terjemahkan ucapanku. Katakan saja yang sebenarnya’ ucap Julia yang menatap member Infinite lalu melanjutkan makannya.
‘Sebenarnya Julia adalah teman kami’ ucap Sung Gyu.
‘Iya, kami mengenal Julia sejak promosi album Be mine’ ucap Dong Woo.
‘Julia teman yang sangat baik dan aku sangat senang berteman dengan Julia’ ucap Woo Hyun dengan sebuah senyuman, lalu memakan kembali makanannya.
‘Aku senang dengarnya, Julia adalah menantuku’ ucap Margaret, Julia menelan air liurnya. Semua member Infinite menatapnya. Sung Yeol mencolek bahu Julia, lalu sedikit berbicara dengan berbisik.
‘Kau sudah menikah?’ tanya Sung Yeol, Julia mengelengkan kepalanya.
‘Ada apa ramai-ramai’ ucap Alva yang menuruni anak tangga lalu berjalan menuju ruang makan, ia memesan sebuah kopi ke Kida. Julia menudukan kepalanya.
‘Mama mah kebiasaan’ gerutu Alva.
‘Sudalah Ma, cukup dengan menjadi salah satu pemegang saham di Woollim. Tidak usah juga mengundang Infinite untuk sarapan di sini’ ucap Alva yang berjalan lalu duduk di meja makan.
‘Mama cuma mau kenal sama hal yang menantu mama sukai’ ucap Margaret.
‘Lagi juga aku sama Julia belum tentu menikah’ ucap Alva. Kida memberikan kopi pesanan Alva.
‘Sung Yeol-ssi, apakah kau mau minum kopi?’ tanya Alva.
‘Boleh’ ucap Sung Yeol dengan senyuman. Alva meminum sedikit kopi pertamanya hari ini.
‘Mereka enggak akan makan dengan tenang kalau Mama masih duduk di sana dan menatap mereka. Ayo kita ke kantor, biarkan Infinite makan dengan tenang’ ucap Alva yang bangkit dari duduknya lalu mengulurkan tanganya ke Margaret.
‘Padahal Mama mau ngobrol sama Infinite’ ucap Margaret yang mengengam tangan Alva.
‘Ngobrolnya nanti aja, Infinite orang yang sibuk. Lagi juga Mama ada meeting pagi ini’ ucap Alva yang berjalan bersama Margaret.
‘Nyonya, semoga harimu indah’ ucap member Infinte yang bangki dri tempat duduknya dan membungkukan tubuhnya.
‘Terimakasih sudah sarapan di rumahku’ ucap Margaret yang sejenak menengok kebelakang lalu kembali jalan bersama putra bungsunya.
‘Ya! Ya! Itu adalah calon suami mu?’ tanya Sung Yeol dengan antusias, Kida mengatarkan kopi untuk Sung Yeol.
‘Aissshh.. dia sangat tampan. Mengenakan setelan jas, dan berjalan dengan menuntun orang tuangnya’ ucap Woo Hyun.
‘Jangan berlebihan’ ucap Julia.
‘Kau memang hebat, aku bahkan tak menyangka akan makan malam di rumah seorang pemegang saham Woollim’ ucap Sung Gyu.
‘Aku juga’ ucap Julia dengan nafas berat.
‘Bagaimana ceritanya kalian bisa ke sini?’ tanya Julia.
‘Entahlah, manager kami hanya bilang kalau kami akan sarapan dengan salah satu pemegang saham di Woollim’ ucap Hoya.
‘Julia, kau tidak apa-apa? Semalam kau terjatuh’ ucap Sung Jong. Member Infinite langsung memusatkan perhatiannya ke Julia.
‘Tidak apa-apa’ ucap Julia dengan senyuman.
‘Ah, kenyangnya’ ucap Sung Yeol yang meregangkan tubuhnya.
‘Julia, terimakasih’ ucap Dong Woo, Julia tersenyum. Woo Hyun melihat jam tangan yang ia pakai, lalu menatap satu persatu teman-temannya.
‘Masih ada satu jam lagi kita di sini, bagaimana kalau kita main?’ ucap Woo Hyun, member yang lain langsung menyetujuinya.
‘Mau main apa? Di rumah ini tidak ada mainan selain mainan anak kecil’ ucap Julia yang melihat mainan Keylan.
‘Sudahlah, ayo kita main’ ucap Sung Yeol yang bangkit dari duduknya. Julia juga bangki dari duduknya, ia memesan cemilan dan ice cappuccino kepada Kida. Julia mengajak member Infinite untuk duduk di ruang keluarga.
‘Rumah ini sungguh besar’ ucap Sung Gyu, Julia mengangguk.
‘Setahun yang lalu aku berdecak kagum ketika menginjak rumah ini’ Julia mengambil sebuah remot lalu menekan remot tersebut hingga jendela yang menghadap bagasi terbuka, Mmeber Infinite yang lain menganga.
‘Woahh’ ucap Dong Woo.
‘Aku hanya berharap semoga Woo Hyun tidak meminta fansite-nya untuk membelikan mobil seperti ini’ ucap Julia yang mengundang tawa.
‘Jika aku minta, semua fansite ku akan patungan untuk membeli mobil mewah seperti itu’ ucap Woo Hyun.
‘Heihhhhh…’ tegur Sung Yeol.
‘Terlalu berlebihan jika minta barang mewah ke penggemar’ ucap Sung Yeol, Julia menekan tombol yang ada di remot untuk menutup jendela.
‘Rumah ini megah dan cukup nyaman’ ucap Myung Soo, Julia mengangguk.
‘Ayo main, katanya mau main’ ucap Julia ketika Kida mengantarkan snack dan minuman untuk Julia dna Infinite.
‘Dong Woo-ya, keluarkan mainannya’ ucap Sung Gyu, Dong Woo mengambil tasnya lalu mengeluarkan sebuah benda.
‘Baiklah, karena kau adalah pengemar kami, kami akan mengetes kejujuran untukmu’ ucap Woo Hyun yang mengambil benda yang di keluarkan Dong Woo.
‘Baiklah’ ucap Julia yang mengambil benda tersebut dan memakainnya di tangan.
‘Lalu siapa yang mau bertanya?’ tanya Hoya.
‘Bagaimana kita juga bermain, yang menang boleh bertanya kepada Julia. Jika Julia bohong, Julia harus mendapatkan hukuman’ ucap Sung Jong.
‘Baiklah aku setuju’ ucap Julia.
‘Apa hukumannya?’ tanya Myung Soo.
‘Jalan-jalan selama di LA dan satu loyang pizza’ ucap Julia, member Infinite menyetujuinya.
Member Infinite mulai bermain Mandu (*bisa lihat di show time Infinite, mereka suka main permainan ini). Mereka mengatakan Mandu.
‘15’ ucap Sung Gyu, namun tangan yang terbuka hanay sepuluh. Membuat Sung Gyu gemas.
‘Mandu’ ucap Woo Hyun, satupun tak ada yang membuka tangan mereka yang membentuk kuncup. Woo Hyun menang.
‘Julia, siapa yang paling tampan di Infinite?’ tanya Woo Hyun. Julia sedikit berfikir.
‘Kim Myung Soo’ ucap Julia. Julia tak merasa kesetrum.
‘Ah, kau memang yang paling tampan di mata siapapun’ cibir Sung Gyu.
‘Gomawoyo, Julia’ ucap Myung Soo. Infinite melanjutkan permainannya dengan permainan apartemen. Kali ini yang menang adalah Sung Gyu.
‘Julia, apakah kau pernah kecewa dengan kami?’ tanya Sung Gyu, Julia menelan air liur.
‘Pernah’ ucap Julia.
‘Kapan?’ tanya Sung Yeol.
‘Saat Infinite Effect kemarin, kalian sama sekali tidak ada yang posting apapun tentang Indonesia, padahal kalian bilang kalau kalian suka sama Indonesia. Aku cukup sedih membaca banyak orang yang meninggalkan komentar buruk di instagram Myung Soo’ ucap Julia, seluruh member Infinite mendengarkannya.
‘Indonesia?’ tanya Sung Gyu yang mengingatnya.
‘Jakarta’ ucap Sung Jong.
‘Konser berikutnya setelah Julia memberikan kami makan malam yang banyak’ ucap Hoya.
‘Ah, kami sangat lelah saat ke Indonesia. Kami tidak memiliki waktu untuk mengambil foto saat di Indonesia karena kami mengabiskannya dengan istirahat’ ucap Sung Gyu.
‘Jadi kami semua minta maaf’ ucap Sung Gyu dnegan senyum lebar.
‘Uljang..’ ucap Woo Hyun yang membuat member lainnya tertawa.
‘Ayo lanjutkan permainannya, belum ada yang mendapatkan tiket jalan-jalan selama di LA dan satu Loyang pizza’ ucap Sung Yeol. Kini mereka bermain gunting, batu, kertas. Pemenangnya adalah Sung Yeol, ia snagat senang ketika ia memenangkan permainan tersebut.
‘Aku akan bertanya’ ucap Sung Yeol.
‘Apa kau menyukai laki-laki yang tadi? Siapa namanya?’ ucap Sung Yeol.
‘Alvaro” ucap Julia.
‘Tidak!’ Julia langsung merasakan sengatan dari alat yang terpasang di tanganya. Semua member Infinite mendadak menjadi riuh.
‘Yeah, aku menang!’ ucap Sung Yeol dengan riang hingga mengepalkan tanganya ke udara. Julia melepaskan tanganya dari alat tersebut lalu meminjat tanganya.
‘Katakan saja kalau kau masih mencintainya, mengapa berbohong?’ ucap Woo Hyun, Julia diam.
‘Kita harus memikirkan pertanyaan yang baik’ ucap Woo Hyun dengan tawa.
‘Ayo main sekali lagi’ ajak Sung Jong. Mereka kembali bermain gunting batu kertas hingga menyisakan Sung Jong dan Woo Hyun yang menang.
‘Aku akan dapat tiket jalan-jalan di LA’ ucap Woo Hyun antusias.
‘Jangan harap Hyung’ ucap Sung Jong. Woo Hyun dan Sung Jong mulai suit, yang menang Sung Jong.
‘Julia, aku aka bertanya. Kau adalah seorang mantan atlit renang’ ucap Sung Jong, Julia mengangguk.
‘Siapa yang akan kau selamatkan terlebih dahulu jika Woo Hyun dan Alva tengelam di laut?’ tanya Sung Jong, member Infinite yang lainnya protes akan pertanyaan Sung Jong.
‘Kenapa kau menjadikanku sebagai pembanding?’ keluh Woo Hyun.
‘Mian Hyung’ ucap Sung Jong.
‘Aku akan menyelamatkan Woo Hyun’ ucap Julia, detik pertama tidak ada reaksi dari alat test kejujuran. Woo Hyun sudah tertawa, merasa menang, namun di detik berikutnya Julia mengeluh tersengat.
‘Yey’ ucap Sung Jong yang tos bersama Sung Yeol.
‘Kau memang tak pernah benar-benar mencintaiku’ cibir Woo Hyun.
‘Itu tandanya Julia lebih mencintai Alva daripada kau’ ledek Sung Gyu.
‘Aku sakit hati’ ucap Woo Hyun yang mengusap dadanya. Julia memijat tanganya yang tersengat.
‘Ayo kita pulang, aku tidak menang’ ucap Myung Soo.
‘Aku mau nanya’ ucap Julia.
‘Bertanyalah’ ucap Dong Woo.
‘Apakah kalian menyukai game yang aku kirim?’ tanya Julia.
‘Ah, jadi game itu kau yang kirim?’ tanya Sung Yeol, Julia mengangguk.
‘Aku tak tahu game apa yang kalian sukai, game apa yang tidak membuat kalian bosan’ ucap Julia.
‘Kami bermain dengan baik saat menunggu konser di mulai’ ucap Hoya.
‘Benarkah?’ Julia memastikan. Seluruh member Infinite mengangguk kecuali Woo Hyun.
‘Aku tidur, aku jarang bermain game’ ucap Woo Hyun.
₪
₪
Jantung Julia tak berhenti berdebar cukup kencang, Julia mengulurkan tanganya untuk menyentuh dadanya, jantungnya berdetak layaknya kuda perang yang sedang berlari. Julia memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar Alva. Kamar itu gelap, mungkin karena pemilik kamar yang belum pulang. Julia menaiki anak tangga menuju ruang tidur Alva yang berada di lantai atas. Julia mengambil sebuah remot kecil, lalu duduk menyandar ke ranjang kamar Alva. Julia mengakat tanganya mengarah ke lampu kamar Alva dan menekan tombol di remot tersebut. lampu kamar Alva menyala. Kamar ini masih sama seperti setahun yang lalu. Lampu yang menempel di langit-langit seperti logo Infinite, warna dinding yang masih sama. Tidak ada yang berubah dari kamar ini, Julia memeluk kakinya yang ia tekuk. Julia menarik nafas berat, menandakan ia mengeluh akan suatu hal. Julia nyaris tersentak ketika tangan seseorang memeluk tenguknya, kepala orang itu bersandar di bahu sebelah kiri Julia.
‘Aku kira kamar ini kosong, ternyata aku salah’ ucap Julia yang bergegas bangun namun Alva tetap mendekap Julia dengan erat.
‘Sebentar saja’ ucap Alva berbisik. Ponsel Julia berbunyi, Julia merogoh saku celananya untuk melihat siapa yang menelponnya. Tertulis nama Miko pada sambungan telepon Julia.
‘Kamu balikan lagi sama Miko?’
‘Bukan urusan kamu’ ucap Julia dengan singkat. Alva memejamkan dua matanya, Julia mengangkat telepon dari Miko.
‘Hallo’ sapa Julia yang menempelkan ponsel di telinga.
‘Masih di Los Angeles?’ tanya Miko.
‘Hmmm’ jawab Julia sambil mengangguk.
‘Cuma kangen suara kamu, tapi sekarang di Los Angeles pasti sudah malam…’ Alva langsung mengambil ponsel Julia dan memantikan sambungan telepon Miko.
‘ke kanak-kanakan’ cibir Julia dengan suara pelan.
‘Kamu boleh telepon dia nanti, setelah aku bicara sama kamu’ ucap Alva.
‘Kalau mau bicara, bicaralah. Aku sudah mengantuk’ ucap Julia.
‘Untuk kejadian setahun yang lalu, aku minta maaf’ ucap Alva dnegan suara pelan, namun Julia dapat menegarnya dengan jelas.
‘Aku sudah lupa akan hal itu’
‘Baiklah kalau begitu, aku rasa sekarang aku dapat merasakan apa yang Miko rasakan dua tahun yang lalu’ ucap Alva, Julia hanya terdiam.
‘Aku bingung akan memulai dari mana’ ucap Alva. Julia masih terdiam, ia hanya menetap lurus ke depan.
‘Saat kau datang ke Los Angeles, aku sangat senang sekali. tapi aku sering merasa bersalah karena aku tidak dapat menemanimu, aku hanya mengobrol denganmu saat aku pulang bekerja. Hingga hari menankutkan itu datang. Aku orang yang serakah, aku mencintai banyak orang dan aku benci orang yang aku cintai pergi tanpa mengucapkan kata selamat tinggal’ ucap Alva, Julia memejamkan kedua matanya, ia tau ucapan ini akan berakhir di mana.
‘Rasa bersalah aku kepada Ayahku, dan rasa sedih aku karena kehilangan Ayahku membuat aku tidak bisa berprilaku baik terhadapmu. Aku menjadi seorang monster yang amat menakutkan untukmu dan sampai akhirnya aku membiarkan kamu pergi. Untuk aku, kamu adalah wanita yang baik, wanita yang ceria dan wanita yang pantang menyerah akan suatu hal’ ucap Alva.
‘Bohong! Jangan mengoda dengan kata-kata yang tidak benar’ ucap Julia.
‘Aku memang pantas kamu benci, Julia. Aku jahat, sama seperti Miko. Aku mengatakan kepada keluargaku kalau aku mencintaimu, namun pada kenyataanya aku menyakitmu. Sejak mengenal dirimu, aku merasakan sebuah hal yang tidak pernah aku rasakan kepada wanita lain. Aku menahan cemburu yang bertahta pada diriku saat kau bersama Miko, aku menahan hasrat diriku untuk memelukmu, aku menahan diriku untuk mengatur hidupmu dan aku selalu berusaha untuk membuat kamu tersenyum’ ucap Alva yang kemudian menelan air liurnya.
‘Semakin mengenal kamu, aku merasa kamu adalah orang yang sangat baik hingga aku punya keinginan untuk terus membahagiakan kamu. Tapi aku adalah laki-laki pengecut, aku bahkan tidak berani untuk mengutarakan perasaanku. untuk mengatakan kalau aku mencintai kamu, itu semua terkunci di tenggorokanku’ ucap Alva, Julia menyingkirkan tangan Alva dari tengkuknya. Julia bangun dari duduknya, Alva juga bangkit dari tempat tidurnya. Julia berniat untuk keluar dari kamar Alva.
‘Julia!’ Panggil Alva, gadis itu menghentikan langkahnya.
‘Aku mencintaimu’ ucap Alva, Julia memejamkan kedua matanya, jantungnya berdebar semakin cepat. Ia merasa kamar Alva lebih panas dari biasanya.
‘Kamu bilang kamu mencintai aku?’ Julia membalikan tubuhnya dan menatap Alva.
‘Aku memiliki perasaan yang sama setahun yang lalu, tapi tidak sekarang. Setiap malam saat di Los Angeles menunggu kamu pulang untuk sekedar mengobrol dengan kamu, lalu aku mencoba menghibur kamu saat Ayahmu meninggal, namun kamu tetap diam. Aku membuat masakan untuk kamu tapi kamu membuangnya. Aku datang kerumah sakit, namun kamu malah mengusir aku, kamu malah bercanda dengan orang lain dan menganggap aku seperti sampah’ ucap Julia yang menatap Alva.
‘Aku punya cinta untuk kamu saat itu, tapi bagaimana perasaan mu saat itu? Aku enggak tau. Aku pulang ke Korea, saat itu Korea suhunya sedang minus. Aku Cuma pakai swetter, dan celana lagging, tapi karena rasa patah hati aku, aku sama sekali enggak ngerasa kedinginan saat itu. Aku mencoba menenangkan pikiranku saat di Korea. Aku pulang ke Indonesia, setiap hari aku Line kamu, tapi Line kamu tidak pernah kamu baca. Sampai suatu saat aku terbiasa hidup tanpa kamu, aku mulai lupa sama kamu, aku mulai mengiklaskan kamu dan sekarang kamu bilang kalau kamu mencintai aku?’ Ucap Julia yang menatap Alva, air mata Julia meluncur secara bebas di kedua pipi Julia. Alva yang menatap Julia melangkahkan kaki mendekati Julia dan berlutut di depan Julia.
‘Aku minta maaf’ ucap Alva dengan menundukan kepalanya, namun Julia malah membalikan tubuhnya dan berlari keluar dari kamar alva.
₪
Kedua kaki Julia terus berlari, ia ingin bersebunyi dari semua yang ada di bumi ini. Julia membuka pintu kamarnya lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Julia menarik selimut hingga menutupi semua tubuhnya dan menangis di balik selimut. Ia benci hidupnya kini.
Seseorang membuka pintu kamar Julia, langkah kaki orang itu terdengar semakin mendekat hingg akhirnya orang itu menyibakan selimut Julia dan berbaring di sebelah Julia. Orang itu memeluk erat Julia dari belakang, tanpa menengok ke belakang, Julia tahu siapa yang sedang memeluknya kini. Perlahan orang itu mencium kepala Julia. Orang itu mengulurkan tanganya untuk menutup kedua mata Julia.
‘Tidurlah, dan anggap saja semua hal yang buruk tak pernah terjadi’ ucap Alva dengan berbisik lalu mengusap kening Julia. Beberapa menit kemudian Julia terlelap di pelukan Alva.
₪
Udara pagi di musim dingin persis seperti tahun kemarin, pagi ini Los Angeles tampak berembun dan udaranya cukup dingin. Julia duduk di bangku taman dengan di depannya api ungun menyala. Julia tersenyum menyambut pagi di Los Angeles.
‘Kau sudah bangun?’ ucap Margaret yang duduk di samping Julia. Margaret mengenakan mantel yang super tebal agar tidak kedinginan, Julia menatap Margaret yang duduk di sampingnya lalu tersenyum.
‘Aku akan pulang ke Korea sore ini’ ucap Julia yang mengalihkan pandanganya.
‘Aku tau. Kamu boleh pergi ke Korea tau ke Indonesia tapi kamu harus kembali lagi ke rumah ini’ ucap Margaret dengan sebuah senyuman, Julia menatap Margaret.
‘Setahun yang lalu aku membiarkan calon menantuku pergi dari rumah ini karena aku ingin memberikan waktu kepada anak dan calon menantuku untuk menenangkan pikiriran kalian. Hari ini calon menantuku akan pulang ke Korea, aku hanya berharap jika ia akan pulang ke rumah ini dan resmi menjadi istri dari anakku’ ucap Margaret.
‘Aku hanya ingin Mama tidak kecewa’ ucap Julia.
‘Aku boleh sedikit bercerita? Aku ingin menceritakan ini agar kamu bisa menceritakan ini juga kepada anak-anakmu nanti’ ucap Margaret, Julia mengangguk.
‘Kakeknya Alva telah menjadi anak yatim piatu sejak usia lima tahun, saat itu Uyudnya Alva adalah seorang pelaut. Saat berlaut, kapal yang menjadi tempat mencari nafkah di bajak oleh bajak laut, mereka membunuh seluruh keluarga Kakek Alva hingga hanya menyisakan Kakek Alva yang saat itu berusia lima tahun. Bukannya membenci si pembajak laut, kakek Alva malah berlaut hingga Amerika dan memulai hidup barunya. Ia masuk kedalam panti asuhan untuk menumpang tidur dan makan, ia mencari uang setiap harinya. Yang ada di benak Kakek Alva saat itu adalah ia tak ingin memiliki keturunan yang kesulitan dalam hal uang. Hingga akhirnya Kakek Alva menuai puncak kejaanya saat ia memiliki anak; yaitu Tommy. Kakek Alva mengajarkan Tommy hidup sulit, hingga Tommy bisa mengembangkan perusahaan sampai pasar Asia. Sejak kecil, aku merekalkan Tommy mendidik Alva secara keras. Tommy menyuruh Alva bekerja sejak umur 13 tahun. Alva harus mendapatkan nilai bagus dari sekolahnya, dan ia tetap harus bekerja sejak usia remaja. Sejak umur belasan tahun Alva telah hidup di berbagai Negara seperti Jepang, New York, Belanda, Inggris dan terakhir Indonesia. Harusnya Alva kembali ke LA tahun 2014 untuk mengambil alih perusahaan yang di LA, namun karena Alva bertemu denganmu di Jakarta, Alva menolak untuk pindah ke LA. Tahun lalu harusnya menjadi tahun yang Indah untuk keluarga ini, karena setelah Dilshafa menikah, Alva berjanji kepada kami semua yang ada di rumah ini untuk melamarmu. Semua itu gagal karena Tommy pergi meninggalkan kami semua, dan Alva harus mendapatkan perawatan khusus karena depresi yang berlebihan. Saat kau pergi dari rumah ini, kami semua berusaha untuk membuat Alva sembuh seperti dulu lagi agar ia bisa kembali kepadamu’ cerita Margaret, Julia menatap Margaret dengan linangan air mata.
‘Satu-satunya wanita yang ingin aku jadikan mantuku hanya dirimu, Julia’ ucap Margaret yang menghapus air mata Julia.
Julia mengenggam erat tangan Margaret yang telah keriput, Maegaret tersenyum mengenang kejadian setahun yang lalu.
‘Saat Alva mengatakan kau akan ke rumah ini, aku sangat senang sekali. Alva selalu bercerita tentang dirimu kepada kami, hingga Dilshafa bosan mendengarkan cerita tentang mu. Alva bilang kamu adalah seorang wanita berasal dari pulau Jawa, kulitmu tidak seputih orang Amerika, Alva mengatakan kamu suka mewarnai rambutmu dengan warna-warna yang terang tapi di luar itu semua kau adalah gadis yang baik. Kau memberikan sumbangan kepada anjing, padahal kau saja tidak menyukai anjing. Kau memberikan bantuan kepada orang yang tak mampu, membangun jembatan, kau orang yang kosisten dan setia. Mendengar ceritanya saja aku sudah jatuh cinta dengan calon menantuku, hingga akhrinya Alva benar-benar membawamu ke sini. Aku merasa bertemu dengan anak kandungku yang sudah lama tak aku temui, maka karena itu aku ingin sekali menjadikanmu menantuku. Jika kamu masih mencintai Alva, menikahlah dengan putraku’ ucap Margaret, Julia mengangkat tangan Margaret lalu mengecupnya dengan isak tangis.
‘Hari masih pagi, jangan menangis, sambutlah hari yang indah dengan senyuman, Nak’ ucap Margaret, Julia semakin terisak.
₪
Malam bertabur bintang menyambut Los Angeles, Alva melangkah kakinya berlari menaiki tangga menuju kamar Julia yang berada di lantai atas rumahnya. Alva membuka pintu kamar itu dan berharap masih bisa menemukan Julia berada di kamar tersebut, harapannya kemudian pupus ketika kamar itu kosong.
‘Dia benar pergi’ ucap Alva yang tampak kecewa melihat kamar Julia.
Alva melangkahkan kakinya memansuki kamar Julia lalu menyalakan lampu kamar Julia, walau gadis itu telah pergi, namun harum tubuhnya masih tersisa di kamar ini. Alva merebahkan tubuhnya di ranjang kamar Julia, Alva mengeluarkan ponselnya dan berniat untuk meletakan ponselnya di atas meja kecil sebelah tempat tidur, namun Alva menemukan sepucuk surat yang terletak di meja kecil. Alva bangun dari tidurnya dan membaca isi surat tersebut.
Jemputlah cintamu di Korea dan aku akan bersedia menikah denganmu.
Alva tersenyum membaca isi surat tersebut, ia berloncat-loncat di ranjang kamar Julia, memukul udara hingga berteriak tak jelas karena kesenangan.
‘Korea, I’m coming!’ ucap Alva dengan teriakan.
₪
Langkah high heels yang beradu dengan lantai kantor mengeluarkan suara yang cukup nyaring, langkah itu berhenti di depan pintu sebuah ruangan. Terdengar suara ketukan pintu.
‘Masuk’ ucap pemilik ruangan tersebut, lalu wanita yang berjalan menggunakan high heels masuk kedalam ruangan tersebut.
‘Julia?’ ucap Hong Ki dengan sebuah senyuman.
‘Daepyonim’ ucap Julia yang mengengam erat sebuah kertas amplop berwarna putih.
‘Aku ada rapat besok, tolong ingatkan yah’ ucap Hong Ki.
‘Daepyonim’ panggil Julia sekali lagi.
‘Ada apa?’ tanya Hong Ki, Julia berjalan mendekati meja Hong Ki dan meletakan sebuah amplop putih di meja, Hong Ki menatap amplop tersebut dengan perasaan tidak percaya.
‘Kamu tidak boleh keluar seperti ini’ ucap Hong Ki.
‘Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Daepyonim. Mulai hari ini saya mengundukan diri dari perusahaan ini’ ucap Julia yang membungkukan tubuhnya di depan Hong Ki dan pamit untuk keluar dari ruangan Hong Ki.
₪
Sebuah music berdentum pelan di store ponsel yang cukup terkenal, Julia melangkahkan kakinya untuk melihat ponsel terbaru, seorang penjaga store langsung menghampiri Julia.
‘Ada yang bisa saya bantu?’ tanya pelayan, Julia berjalan menuju sebuah meja yang menampilkan Iphone dan Samsung galaxy S6 Edge.
‘Padahal Cuma ke hutan doang, kenapa hapenya pake ilang juga?’ ucap Julia yang melihat ponsel yang ada di depan matanya. Julia menarik nafas berat.
‘Punya Iphone aja di kasih orang, sekarang beliin orang lain Iphone, luar biasa sekali hidupku’ ucap Julia yang melihat Iphone dan Samsung yang ada di depannya. Julia coba mengingat-ingat sejenak, ponsel apa yang sekiranya akan ia beli untuk Sung Yeol.
‘Aku beli Iphone 6+ warna gold, tolong pasangkan anti goresnya juga’ ucap Julia kepada pelayan yang menghampirinya tadi, pelayan tersebut mengangguk menandakan mengerti dengan apa yang di katakan Julia. Setelah melakukan aktifasi dan membayar ponsel yang Julia beli, Julia keluar dari toko tersebut dan berjalan menuju NIT.
‘Hari ini keluar dari perusahaan, lalu membelikan Sung Yeol ponsel baru karena ponselnya hilang saat di hutan, wah.. betapa hidup ini menakjubkan sekali’ ucap Julia.
‘Tapi kenapa juga ponselnya ilang di hutan? Bukannya itu sedikit aneh?’ pikir Julia.
‘Yah, entahlah. Namanya juga Sung Yeol, kalau tidak ceroboh bukan Sung Yeol namanya’ ucap Julia yang menetop sebuah taxi dan masuk ke dalam taxi, Julia menyebutkan tempat yang ia tuju ke supir taxi.
Taxi yang Julia tumpangi berhenti di depan gedung agensi Woollim Ent, setelah membayar tariff taxi, Julia keluar dari dalam taxi. Ia berjalan memasuki café NIT untuk memensan sebuah minuman.
‘Saya pesan orange juice satu’ ucap Julia kepada penjaga kasir, Julia memberikan selembar uang kepada penjaga kasir, lalu penjaga kasir memberikan minuman pesanan Julia.
Julia duduk di salah satu bangku yang ada di dalam café, Julia mengesap orange juice yang baru saja ia beli, lalu mengeluarkan ponselnya lalu menbuka sebuah ruang obrol.
‘Aku mengubungi Woo Hyun hanya untuk menanyakan Sung Yeol, baper gak yah nanti orangnya?’ ucap Julia yang sedikit berfikir.
‘Kenapa aku tidak punya nomer Sung Yeol juga?’ gerutu Julia kesal.
‘Ah, sudahlah, aku hubungi saja Woo Hyun dan menanyakan apakah ia sedang bersama Sung Yeol’ ucap Julia yang mencari kontak nomer Woo Hyun di ponselnya. Julia menempelkan ponselnya di telinga ketika menelpon Woo Hyun, setelah nada sambung ke tiga Woo Hyun masih belum mengangkat telepon dari Julia.
‘Hallo’ sapa Woo Hyun, Julia nyari terpekik.
‘Woo Hyun-ssi?’ ucap Julia.
‘Iya, ini aku. Ada apa?’ tanya Woo Hyun.
‘Apakah kamu bersama dengan Sung Yeol?’ tanya Julia hati-hati.
‘Aku merasa patah hati ketika seorang gadis menelponku untuk pertama kalinya, lalu mencari Sung Yeol’ cibir Woo Hyun.
‘Maaf, aku ada perlu sebentar dengan Sung Yeol’ ucap Julia dengan rasa tak enak hati.
‘What’s up?’ terdengar suara Sung Yeol dari sambungan telepon Julia.
‘Apakah Oppa di Korea?’ tanya Julia.
‘Hmmm, kami sekarang sedang di Seoul, ada apa?’ tanya Sung Yeol.
‘Aku sekarang sedang di NIT café, aku baru saja membelikanmu ponsel baru. Aku berniat menitipkannya ke staff, namun aku takut staff lama memberikannya kepadamu’ ucap Julia yang mengetuk-ngetuk meja.
‘Aku tidak bisa memastikan akan datang jam berapa ke agensi, Aku masih menunggu Sung Gyu Hyung dan Sung Jong selesai mandi dan rapih-rapih. Kami berniat ke agensi hari ini untuk latihan encore’ ucap Sung Yeol.
‘Baiklah, jika masih lama aku akan titip ke staff yang ada di kantor’ ucap Julia.
‘Gwomawo, Chinggu’ ucap Sung Yeol, Julia mengulas sebuah senyuman dan mulai merasa lega.
‘Sama-sama, aku tutup sambungan teleponnya yah’ ucap Julia yang menutuskan sambungan teleponnya.
Julia meletakan ponselnya di atas meja, lalu meminum orange juice miliknya. Ponsel Julia bergetar, ada sebuah pesan dari Alva.
Alva: Bagaimana harimu?
Julia tersenyum membaca pesan singkat Alva, Julia mengarahkan kamera pada ponselnya ke paper bag berlogo apel tergigit, lalu membidik paper bag tersebut.
Jimelsha; Aku mengudurkan diri dari perusahaan Hong Ki tadi pagi, lalu aku sekarang sedang di NIT café, aku baru saja membelikan Sung Yeol Iphone baru karena ponselnya hilang di hutan saat dia syuting Law of the Jungel. Bagaimana denganmu?
Julia menekan tombol kirim pada ruang chat obrolannya dengan Alva.
Alva: Aku? Sibuk mengurus kepindahanku ke Korea. Tunggu aku di Korea
Julia tersenyum melihat pesan yang di kirimkan oleh Alva, Julia mengambil ponsel Samsung lalu menelpon Ibunya. Setelah suara sambungan beberapa kali, Ibu Julia mengangkat telepon Julia.
‘Ibu..’ sapa Julia.
‘Hmmmm, sudah makan?’ tanya Ibu Julia.
‘Belum, baru minum orange juice aja. Mungkin satu jam lagi akan makan. Ibu sendiri?’
‘Ibu? Sudah. Bagaimana kabar adikmu?’
‘Jilsa akan pulang ke Indonesia, aku akan menyusul kepulangan Jilsa nanti. Oh ya Ibu, aku ingin membawa calon menantu Ibu ke Jogja, tapi mungkin bukan bulan ini’ ucap Julia.
‘Ibu sama Bapak menunggu di Jogja’ Julia mengulas sebuah senyuman mendengarkan perkataan Ibu.
‘Iya, Julia pastikan kalau Alva akan membawa keluargaya ke rumah kita’ ucap Julia.
‘Baiklah, Ibu tutup dulu teleponnya’ ucap Ibu.
‘I love you mom’ ucap Julia yang menutus sambungan teleponnya.
‘Aku kira kau sudah pulang’ ucap Sung Yeol yang memasuki NIT café, Julia membalik tubuhnya.
‘Aku berniat ingin pulang setelah menelponmu tadi, namun aku menelpon Ibu ku dan akhirnya aku masih di sini’ ucap Julia yang mengambil paper bag dan memberikannya kepada Sung Yeol yang menghampiri Julia.
‘Terima kasih’ ucap Sung Yeol yang menerima paper bag dari Julia.
‘Aku akan laporkanmu ke Bosmu kalau hari ini kau sedang bolos’ cibir Woo Hyun melihat Julia berdiri di hadapan Sung Yeol. Member Infinite lainnya memasuk café NIT.
‘Jangan khawatir, aku sudah tidak bekerja lagi’ ucap Julia.
‘Jinjja? Lalu apa yang kamu lakukan sekarang?’ tanya Sung Yeol.
‘Full time fangirl’ ucap Julia dengan antusias.
‘Ah, jangan seperti itu’ ucap Sung Jong.
‘Tidak, aku melanjutkan pendidikanku ke S2, lalu aku akan mempersiapkan pernikahanku tahun ini’ ucap Julia yang memasukan kedua tanganya ke dalam saku coat.
‘Serius kau akan menikah?’ tanya Woo Hyun yang terkejut.
‘Ah, pasti dia sedang berbohong’ ledek Sung Gyu.
‘Aku serius’ ucap Julia dengan nada sebal, Julia nyaris mencubit Sung Gyu.
‘Apa kau akan menikah dengan Miko, aku sangat menyukai Miko’ ucap Sung Jong.
‘Bukan dengan Miko aku akan menikah, jangan sok tahu’ ucap Julia.
‘Lalu dengan siapa?’ tanya Myung Soo penasaran, Hoya menutup mulutnya yang terbuka.
‘Ah, apa jangan-jangan dengan yang di Los Angeles?’ tanya Hoya yang menujuk ke arah Julia dan Julia mengangguk.
‘Lihatlah, dia memang hebat. Menikah dengan orang kaya’ komentar Sung Gyu.
‘Kalian harus datang ke hari bahagiaku’ ucap Julia.
‘Kalau kami tidak ada jadwal, mungkin kami akan datang’ ucap Woo Hyun.
‘Hehhhh’ ucap member Infinite yang lain.
‘Kami harus datang’ ucap Dong Woo.
‘Aku akan bawa calon suami ku ke Encore kalian, jadi latihan yang keras agar aku bisa membanggakan kalian di depan calon suamiku’ ucap Julia.
‘Kalau itu tidak usah khawatir, kami akan memberikan yang terbaik untuk pengemar kami’ ucap Woo Hyun yang berjalan ke meja kasir untuk membeli minuman.
₪
Julia berlari-lari kecil menuju gedung kampus, hari ini ia sedang mengurus daftar ulang S2 di sebuah universitas yang cukup terkenal di Seoul. Julia dapat tersenyum lega karena dapat melanjutkan pendidikannya ke S2, bukan hanya lega, ia juga senang karena tidak hanya kedua orang tuanya yang mendukung niat Julia melanjutkan kuliahnya, namun calon suaminya; Alvaro Gomer Jianheeng dan tentunya mertua tercinta Margaret juga mendukung keputusan Julia untuk kuliah kembali. Julia masuk ke gedung administrasi untuk menyelesaikan pembayaran semester pertamanya.
‘Akhirnya selesai juga’ ucap Julia yang mengusap dadanya. Julia mengeluarkan ponselnya lalu mengecek beberapa notif yang sampai ke akun J.infinite, Julia tersenyum ketika melihat Inspirit Hongkong merayakan ulang tahun Woo Hyun dengan memberikan Woo Hyun sebuah kue ulang tahun yang cukup bagus, Julia semakin senang ketika melihat sebuah video yang menunjukan kalau Woo Hyun tidak dapat memotong kue yang di berikan oleh Inspirit Hongkong.
‘Biar tau rasa kalian semua’ ucap Julia yang tertawa melihat video yang sedang terputar di ponselnya.
‘Sepertinya, kalian memang harus di berikan kue yang tidak bisa di potong seperti itu, agar tidak main cream kue di atas panggung’ ucap Julia yang senang melihat video yang terputar di ponselnya.
‘Aku bahkan akan menikah, dan kalian masih senang dengan karir kalian. apakah aku akan bisa menjadi fangirl untuk kalian setelah menikah?’ ucap Julia lirih.
Saat ia dan Alva memutuskan untuk menikah, ia menyadari suatu hal akan berubah secara perlahan. Suatu hal akan menghilang dari dirinya dan ia akan mulai sibuk dengan hal baru dan meninggalkan Infinite yang menemaninya selama empat tahun. Julia menyadari kalau ia tak mengikuti karir Infinit sejak Infinite memulai debutnya, namun Julia merasakan banyak hal bersama dengan tujuh laki-laki yang mampu membuat Julia tersenyum dan mengeluarkan kata-kata kasar dalam waktu bersamaan.
‘Aku hanya tidak ingin meninggalkan kalian seperti pengemar kalian yang mulai menyukai rookie’ ucap Julia yang menatap layar ponselnya. Julia menarik nafas berat.
‘Tidak boleh mengeluh!’ ucap Julia yang nyaris menangis.
Menikah adalah sebuah kewajiban, bukan sebuah pilihan. Cepat atau lambat, hasrat ingin menikah akan datang, orang-orang tidak tahu kapan panggilan itu datang, namun yang Julia tahu adalah ia harus menikah saat panggilan itu tiba kepadanya. Bukan di usia 27 seperti yang ia janjikan, namun di usia menjelang 25 tahun. Menikah membiarkan beberapa kesenangan harus terlepas, dan menambah sebuah kewajiban serta memaksa diri untuk membagi waktu secar adil. Menikah berarti menjadi seseorang yang lebih dewasa, bukan hanya memikirkan satu hati, satu keinginan, satu cinta apalagi sebuah ke egoisan semata. Menikah berarti behagaia bersama, mengiklaskan bersama, berbagi bersama dan menangis bersama.
Mungkin Oppa-oppa yang di cintai Fangirl bisa telat menikah, namun kehidupan nyata tetaplah kehidupan nyata. Pada akhirnya Fangirl akan menemukan seseorang yang real dalam hidup mereka, yang mampu mengerti mereka, yang mampu berbagi bersama mereka dan yang mampu membuat mereka bahagia lebih dari Oppa-oppa yang hanya membuat gila. Fangirls dan Oppa hanya sebuah hubungan yang terbalut emosi, di selimuti rasa senang, rasa sedih, semangat, perjuangan, dukungan dan kata ‘Aku mencintaimu’ yang terkadang kita tak tau mereka menyebutkannya untuk siapa. Perlahan Julia harus menghadapi sebuah kenyataan, ia telah mengapai keinginannya selama ini. Ia telah merayakan ulang tahun seluruh member Infinite, ia telah memberikan hadiah ke seluruh member Infinite, bahkan ia juga berteman baik dengan member Infinite, semuanya seakan mimpi menjadi nyata, semuanya seakan seperti petir pada tengah hari yang cerah, mengangetkan namun nyata. Setidaknya jika Alva menyuruhnya untuk berhenti mengikuti aktifitas Infinite, Julia tidak begitu menyesal karena ia telah melakukan yang terbaik untuk Infinite.
₪