CHAPTER 1 : [Vignette] Don't Escape Me - Chanyeol & Nana 'AS'
Cast [EXO] Park Chanyeol – Byun Baekhyun – Oh Sehun || [Afterschool] Nana – Lizzy
Slight mention Xiu Luhan #Just mention his name
Genre Friendship – Fluff – Romance
Length Vignette
Rating PG15
Disclaimer I Just own the storyline
Summary
"Apa yang kau inginkan?"
.
I’m Sorry if TYPO EVERYWHERE
.
** Don’t Escape Me **
“Dia tidak mau mengangkat teleponku.”
“Nugu?”
“Dia.”
“Dia siapa?”
“Nana.”
Baekhyun menatap Chanyeol dengan alis terangkat heran. “Jiwa dan ragamu berubah mengenaskan seperti ini hanya gara-gara Nana tidak menjawab teleponmu?” tanyanya dengan nada tidak percaya.
“Tentu saja tidak.” Tukas Chanyeol sambil menggeleng keras. “Maksudku, itu salah satu penyebab… Anio, bukan. Maksudku.. Na… Oh, sial!” Chanyeol kembali meneguk martini-nya dan mengusap wajah dengan kesal.
“Dia tidak mau mengangkat teleponmu?” Gumam Baekhyun sambil memutar-mutar gelasnya dengan pelan. “Jadi kalian bertengkar?”
Chanyeol tidak menjawab.
“Nana pasti sangat marah padamu jika dia sampai mengabaikannmu seperti ini.”
Chanyeol hanya memberengut.
Flashback :
“Kenapa kau marah-marah?” seru Nana kepada Chanyeol. “Sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan? Pemuda mana yang kau maksud? Aku benar-benar tidak mengerti. Bicaralah yang jelas.”
Chanyeol membanting pintu apartemennya. “Jangan pura-pura tidak mengerti, Nana. Kau tahu jelas siapa yang kumaksud. Aku melihat kalian berdua dengan mata kepalaku sendiri. Apakah kau ingin aku menjelaskan setiap detailnya?”
Nana membalas tatapan Chanyeol dengan mata yang menyala-nyala. “Ya. Jelaskan padaku karena kau tidak mengerti apa yang kau ocehkan.”
“Aku melihatmu keluar dari rumahmu bersama seorang laki-laki dan– dan kalian terlihat sangat akrab. Kau tidak memiliki kakak laki-laki, Nana.”
Alis Nana terangkat. “Apa?”
“Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, Nana.” Chanyeol menjejalkan kedua tangan ke sku celananya dengan sikap frustasi. Aku melihatmu di sana. Tersenyum pada laki-laki itu dan menggandeng tangannya seolah-olah–“
“Apa?” Sela Nana sembari melipat tangan di depan dada.
Chanyeol mendesah kesal. “Seolah-olah kalian adalah sepasang kekasih.”
Mata Nana menyipit tajam, lalu membentak. “Dia kakakku. Kau lupa? Dia kakakku. Kakakku dari China. Sungguh sangat bodoh jika kau meragukan kesetiaanku Park Chanyeol!”
Ooo.oow
Chanyeol melupakan kenyataan bahwa Nana memang memiliki saudara sepupu laki-laki yang berada di China. Ia tertegun menatap Nana yang balas menatapnya dengan mata menyala-nyala marah.
Nana menarik napas, lalu mendengus. Tanpa berkata apa-apa dan tanpa melirik Chanyeol sedikit pun, Nana keluar sambil membawa tas sandangnya. Ia langsung berjalan ke pintu, mengenakan mantel dan sepatu dengan cepat. Tanpa menoleh ke belakang sekali pun, Nana membuka pintu, berjalan keluar, dan membanting pintu di belakangnya.
~End~
** Don’t Escape Me **
“Kau sudah mencoba meminta maaf padanya?”
Chanyeol melotot kesal ke arah Baekhyun. “Menurutmu? Bagaimana aku bisa melakukannya jika dia tidak mau menjawab teleponku?”
“Ah, geurae. Mian,” gumam Baekhyun sambil mengangguk-angguk. Lalu Chanyeol menatap Baekhyun dengan raut wajah tersinggung. “Tidak perlu emosi. Aku hanya mencoba membantu.”
Chanyeol mendengus.
“Kau sudah mencoba menemuinya di kafe tempat dia bekerja?”
“Sudah. Tapi wanita keras kepala di kasir berkata Nana tidak masuk hari ini atau Nana baru saja pergi,” gerutu Chanyeol jengkel. “Aku yakin wanita itu berbohong.”
“Apakah kau sudah mencoba pergi ke rumahnya?”
“Sudah. Tapi tidak ada yang menjawab. Entah dia tidak ada di rumah atau tidak mau membuka pintu.”
“Wah, sepertinya dia benar-benar marah padamu, teman.”
Chanyeol menatap Baekhyun dengan kesal. “Kalau begitu, terima kasih karena sudah menyadarkanku akan kenyataan itu,” katanya sinis.
“Hentikan sikap sinismu itu, jika tidak aku tidak akan membantumu,” kata Baekhyun.
“Aku tidak ingat pernah meminta bantuan padamu.”
“Oh, Jinjja? Jadi kau tiba-tiba mengajakku ke sini bukan untuk meminta bantuan?” pancing Baekhyun. “Baiklah. Kalau begitu, apakah sebaiknya aku membiarkanmu dalam penderitaanmu sendiri?”
“Annyeonghaseyo. Maaf aku terlambat.”
Chanyeol yang sudah membuka mulut hendak membalas kata-kata Baekhyun, menutup mulutnya kembali ketika Sehun mendadak muncul di antara mereka. Sehun mengambil tempat duduk di samping Chanyeol dan memesan martini juga kepada bartender.
“Jadi apa yang sedang kalian bicarakan?” Tanya Sehun sambil menoleh menatap mereka berdua.
“Tentang Chanyeol yang tidak mau mengaku bahwa dia butuh bantuanku,” sahut Baekhyun ringan.
Sehun tersenyum lebar dan menatap Chanyeol. “Bagaimana kabarmu, Hyung? Kau sudah merasa lebih baik?”
Baekhyun mendengus. “Lebih baik? dia masih menyeramkan seperti gorila yang belum menemukan pasangan di musim kawin.”
“Gorila di musim kawin?” Sehun tertawa terbahak-bahak sementara Chanyeol berharap bisa mencekik Baekhyun yang banyak mulut.
“Sebenarnya dia sedang bertengkar dengan Nana,” lanjut Baekhyun.
Desakan yang dirasakan Chanyeol untuk meninju hidung Baekhyun pun semakin besar. Demi Tuhan, tidak bisakah Baekhyun menutup mulutnya barang sebentar?
“Kau bertengkar dengan Nana?” tanya Sehun kepadanya.
“Astaga, hyung, apa lagi yang kau lakukan? Walaupun suasana hatimu sedang buruk, jangan lampiaskan padanya. Dia tidak tahu apa-apa.”
Chanyeol mendengus dan ingin berkata bahwa Sehun lah yang tidak tahu apa-apa. Tetapi ia diam saja dan membiarkan Sehun menarik kesimpulan sesuka hati.
“Kau bertemu Nana hari ini?” sela Baekhyun. “Apakah dia mengadu padamu bahwa Chanyeol membuatnya kesal?”
“Aku bertemu dengannya hari ini,” kata Sehun. “Tidak, dia tidak terlihat kesal. Dia malah terlihat gembira.”
Kepala Chanyeol berputar cepat ke arah Sehun. “Gembira?” Tanyanya heran.
“Iya, gembira. Tidak seperti orang kesal atau memiliki masalah. Yah, tapi dia memang sedikit pucat. Sebelum ke sini aku menemuinya di kafe tempatnya bekerja.”
** Don’t Escape Me **
“Apa yang sedang kau pikirkan, Nana?” tanya Lizzy ketika mereka sedang beristirahat di kafe tempat mereka bekerja.
“Uhm?” Nana menatap wajah Lizzy. “Apa maksudmu?”
Lizzy mencondongkan tubuh ke depan dan menatap Nana lurus-lurus. “Diam-diam, kau terlihat murung akhir-akhir ini. Kau juga sering melamun. Kau juga––” Lizzy menghentikan kata-katanya dan menarik napas. “Dengar, aku tidak akan mendesakmu untuk memberitahuku apa yang mengganggu pikiranmu. Aku hanya ingin kau tahu bahwa jika kau butuh seseorang untuk diajak bicara, aku ada di sini. Aku mungkin tidak bisa banyak membantu, tapi aku bisa mendengarkan.”
Nana menelan ludah dan berusaha menarik napas dengan susah payah. Dadanya terasa sakit. Sebelah tangannya terangkat ke dada sementara ia memaksakan seulas senyum kepada Lizzy.
“Gomawo, Lizzy-ya. Tapi aku tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
Lizzy balas tersenyum lebar dan mengalihkan pembicaraan. “Oh, ya, jadi kapan Luhan oppa kembali lagi ke China?”
Nana mengembuskan napas lega. Karena Lizzy tidak mendesaknya. “Besok dia sudah kembali."
“Ah, kalian terlalu sering menghabiskan waktu bersama. Apa Chanyeol tidak merasa cemburu?”
Nana mencoba membuat seulas senyum yang indah. “Dia sudah mengetahui tentang Luhan sudah lama. Jadi kupikir, tidak ada salahnya aku menemaninya selama dia di sini.”
Ya, itu alasannya ia sering menghabiskan sebagian besar waktunya bersama Luhan. Setidaknya, itulah alasan yang dikatakannya pada diri sendiri. Bukan karena ingin menyingkirkan Park Chanyeol dari pikirannya.
Kalau begitu, kenapa kemarin malam kau mendapati dirimu berdiri di depan apartemennya?
Nana menggeleng keras mengenyahkan suara kecil menjengkelkan dalam benaknya itu. Kemarin malam, ketika ia hendak pulang ke rumahnya, entah bagaimana ia mendapati dirinya menghentikan mobilnya di depan gedung apartemen Chanyeol. Nana sungguh tidak tahu apa yang membuatnya mengarahkan mobilnya ke gedung apartemen Chanyeol. Ia tidak tahu apa yang dipikirkannya. Merasa konyol dan yakin bahwa ia mulai kehilangan kewarasannya, Nana pun bergegas pergi tanpa melakukan apa-apa.
“Lihat? Kau melamun lagi!”
“Aku tidak melamun,” bantah Nana, walaupun tahu ia memang melamun tadi.
Lizzy memandang ke sekelilingnya. "Omong-omong, aku mau ganti baju dulu. Kau tidak ganti juga?”
Nana menggeleng. “Kau duluan saja.”
Lizzy tersenyum. “Silahkan lanjutkan lamunanmu, sampai aku kembali.”
Sepeninggal Lizzy, Nana mendesah dalam hati dan duduk termenung. Ia baru hendak tenggelam kembali dalam lamunannya ketika ponselnya berbunyi. Nana mengeluarkan ponsel dari tas tertegun menatap nama yang muncul di layar.
Park Chanyeol
Nana meletakkan ponselnya di atas meja, membiarkannya terus berbunyi dan bergetar. Pada akhirnya deringan itu akan berhenti dan Nana akan membiarkannya berhenti berdering dengan sendirinya. Ia tidak akan menjawab telepon itu. Ia tidak ingin menjawabnya.
Sejenak kemudian ponselnya berhenti berdering dan berhenti bergetar. Setelah itu barulah Nana mengembuskan napas yang sejak tadi ditahannya tanpa sadar dan meraih ponselnya.
“Sampai kapan kau akan menghindariku?"
Nana melompat kaget, sama sekali tidak menyangka akan mendengar suara berat bernada datar yang sering menghantuinya akhir-akhir ini. Ia mendongak dengan cepat dan langsung bertatapan dengan mata hitam kecoklatan milik Park Chanyeol.
Lidah Nana terasa kelu. Sejenak pikirannya kosong. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya bisa menatap Chanyeol sementara pemuda itu duduk di hadapannya, di kursi yang tadi ditempati oleh Lizzy.
Chanyeol menatap Nana lurus-lurus. "Katakan padaku, sampai kapan kau akan menghindariku?" tanyanya sekali lagi, menyadarkan Nana dari rasa terkejutnya. "Dan jangan coba-coba berkata bahwa kau tidak ingin menghindariku. Karena kulihat kau sama sekali tidak berniat menjawab teleponku tadi.”
Nana menghela napas dalam-dalam dan memalingkan wajah.
"Baiklah," gumamnya. "Apa yang kau inginkan?"
Chanyeol tidak menjawab. Ia menatap Nana lurus-lurus sebelum akhirnya bertanya pelan, "Kenapa kau menghindariku?"
"Aku hanya menghindari orang yang ingin dihindari."
"Mwo?" Kening Chanyeol berkerut. "Kau pikir aku ingin kau menghindariku?"
Nana mengangkat bahu.
"Jika aku memang ingin dihindari, menurutmu kenapa aku menelponmu berkali-kali? Menurutmu kenapa aku terus berusaha menemuimu?" Balas Chanyeol. Nada frustasi terdengar jelas dalam suaranya.
Hal itu membuat kejengkelan Nana terbit. "Well, nado meolla," tukasnya ketus. "Ketika terakhir kali kita bertemu, kurasa keraguanmu akan diriku, sudah mengatakan semuanya dengan jelas, bahwa kau sama sekali tidak ingin berurusan denganku lagi, Park Chanyeol."
Chanyeol membuka mulut hendak membantah, tetapi mengurungkan niat dan menutup mulutnya kembali. Raut wajahnya terlihat marah, namun ia berusaha mengendalikan dirinya. Karena Chanyeol tidak berkata apa-apa, Nana mendesah keras dan memaksa diri menoleh menatap pemuda itu.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Tanya Nana datar.
"Na..." Chanyeol menghela napas dan mengembuskannya dengan pelan. "Aku mau meminta maaf!"
Mata Nana melebar, namun ia tidak berkomentar. "Dengar," kata Chanyeol sambil mencondongkan tubuh ke depan dan menatap Nana. "Aku tidak ingat lagi apa tepatnya yang kukatakan padamu waktu itu, tapi aku sangat yakin aku tidak bermaksud menyuruhmu menghindariku. Aku tahu apa yang kukatakan terdengar salah, dan sangat menuduh dengan sesuka hati tanpa berpikir apa pun, jadi aku minta maaf."
Nana menatap mata Chanyeol lurus-lurus, mencoba menilai kesungguhannya. Oh, ya, Nana bisa melihat kesungguhan dalam mata hitam kecoklatan itu. Ia juga melihat kegugupan di sana. Hal itu membuat Nana ingin tersenyum.
"Kau berteriak-teriak kepadaku waktu itu," kata Nana, masih dengan nada datar dan dingin yang sama.
Chanyeol mengernyit. "Aku juga minta maaf soal itu," gumamnya.
Nana ingin tetap marah pada Chanyeol, tapi ia tahu ia tidak akan bisa melakukannya. Bahkan ketika ia pertama kali mendongak dan melihat Chanyeol berdiri di hadapannya, ia tahu ia tidak lagi marah pada pemuda yang mengisi hatinya selama tiga tahun terakhir ini.
Seolah-olah bisa membaca pikiran Nana dan tahu bahwa ia sudah dimaafkan, Chanyeol tersenyum dan berkata, "Kau tahu? Jika saja kau tidak sibuk menghindariku selama ini, kau pasti sudah mendengar permintaan maaf dari kekasihmu ini jauh lebih awal."
Nana mendengus dan memutar bola matanya, namun ia tidak bisa menyembunyikan senyum yang mulai menghiasi bibirnya.
"Jadi, bagaimana kabarmu?"
Nana menyadari nada suara Chanyeol yang melembut, dan kenyataan kecil itu membuat jantungnya berdebar-debar. Oh, ini konyol. Kenapa ia selalu berubah konyol seperti ini di dekat Chanyeol? Bahkan sudah tiga tahun ini. Nana membasahi bibirnya, berdeham dan mengangguk kecil.
"Baik. Maaf, kami sudah tutup, jadi aku tidak akan menyediakan minuman untukmu."
Chanyeol setengah mendengus setengah tertawa. "Aratsseo, tidak masalah. Berarti, aku hanya perlu mengantar kekasihku pulang dengan selamat, bukan?"
~End~