DREAMERS.ID - Berita duka cita datang dari pesepakbola legendaris asal Argentina yaitu Diego Maradona, Maradona meninggal dunia setelah mengalami henti jantung mendadak di usianya yang ke 60 tahun.
Dari yang dialami Maradona, membuat kita harus bisa mengenali perbedaan henti jantung dan serangan jantung yang kerap dianggap sama, padahal kondisi medisnya berbeda. Namun tetap saling berkaitan satu sama lain. Beda henti jantung dan serangan jantung sendiri dapat dilihat dari berbagai sisi.
Berikut mengutip situs American Heart Asscociation via CNN Indonesia
Pemicu
Jika serangan jantung disebabkan oleh penyumbatan aliran darah, henti jantung bisa dipicu oleh beberapa hal, seperti gangguan atau masalah pada listrik jantung menjadi pemicu yang paling umum. Kerusakan listrik pada jantung pada umumnya dapat menimbulkan aritmia, yakni gangguan irama jantung yang menyebabkan aliran darah ke jantung berhenti.
Kerusakan listrik membuat jantung tidak dapat memompa darah ke otal dan organ tubuh lainnya serta menimbulkan kerusakan total. Kondisi tersebut dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran hingga denyut nadi tak berdetak.
Baca juga: Alasan di Balik Kebiasaan Unik Diego Maradona Selalu Pakai Dua Jam Tangan
Selain itu, hentinya jantung juga dapat disebakan oleh penebalan otot jantung (kardiomiopati), gagal jantung, konsumsi beberapa jenis obat-obatan, dan kelainan pembuluh darah.Gejala
Henti jantung biasanya terjadi secara mendadak tanpa ditandai oleh gejala awal. Sedangkan serangan jantung umumnya dibuka oleh beberapa gejala yang intens. Misalnya palpitasi (jantung berdebat-debat), nyeri dada sebelah keri, sesak napas, mual dan muntah, keringat dingin, serta perasaan mudah lelah. Gejala akan bertambah parah seiring berjalannya waktu.
Sementara henti jantung hanya ditandai oleh denyut nadi yang mendadak hilang, tak bernapas, dan hilang kesadaran. Namun dalam beberapa kasus, henti jantung ditandai oleh beberapa gejala awal seperti rasa tidak nyaman pada dada, kesulitan bernapas, rasa lemas, dan palpitasi.
Penanganan
Baik serangan jantung ataupun henti jantung sama-sama membutuhkan pertolongan medis sesegera mungkin. Namun, pada kasus henti jantung, lengkapi penanganan sederhana dengan melakukan metode hands-only CPR atau kompresi dada dengan tangan. Kompresi dada dapat membantu meningkatkan kemungkinan menyelamatkan pasien henti jantung mendadak.
(kiki)