DREAMERS.ID - Menjadi korban pelecehan seksual merupakan mimpi buruk bagi siapa pun yang mengalaminya. Mirisnya, trauma ini dapat diperparah oleh berbagai komentar seperti, “Kenapa baru melapor sekarang?”, “Kenapa tidak melawan ketika diganggu?”, atau “Kenapa diam saja?”.
Melansir dari laman Woman Talk, kita mengenal dua respons manusia yang familier, yaitu melawan atau pergi. Namun, bagi beberapa orang, respons saat menghadapi situasi yang mencekam adalah diam membeku.
Menurut konsultan independen dan psikolog di Harvard Medical School, Jim Hopper, diam membeku adalah respons pertama dan otomatis ketika seseorang diserang baik secara seksual atau fisik. Dalam situasi ini, seseorang tidak lumpuh tetapi tidak dapat bergerak atau tidak dapat berbicara. Jim menyebutkan bahwa ada beberapa jenis pembekuan (freeze) dalam situasi ini.
1. Deteksi pembekuan
Ini terjadi seketika saat sesuatu yang berbahaya telah terdeteksi. Otak kita menghentikan gerakan dan ucapan sehingga kita dapat menerima informasi tentang serangan dan kemungkinan untuk melarikan diri. Kurangnya gerakan juga membuat semakin kecil kemungkinan (dalam konteks biologis asli) pemangsa akan melihat kita. Pikiran kosong tetapi kita menerima informasi tentang lingkungan, karena otak belum menghasilkan opsi tentang bagaimana cara merespons kondisi tersebut.
2. Pembekuan yang mengejutkan
Baca juga: Latihan Fisik Para Artis Korea yang Bisa Kamu Tiru untuk Tetap Bugar
Situasi ini bisa menjadi kelanjutan dari pembekuan deteksi, tetapi kita tidak dapat berpikir. Kita tidak memiliki opsi apa pun yang harus dilakukan karena otak belum menemukan solusi. Otak dapat terjebak di sana selama beberapa detik. Orang-orang menggambarkannya situasi ini sebagai benar-benar kosong atau dalam keadaan shock.3. ‘Tidak ada pilihan terbaik’
Ini merupakan situasi ketika kita lumpuh dalam gerakan dan kerja otak. Orang mengalami pelecehan di sebuah ruangan dan mereka tidak dapat memilih berbagai opsi yang ada karena semuanya sangat ekstrem. Korban bingung antara meminta tolong dan mengekspos situasi rentan mereka (seperti tubuh mereka yang sedang telanjang) atau melawan pelaku yang bisa saja malah melukai mereka.
"Jika mereka (korban pelecehan seksual) tidak mengerti bahwa ini adalah respons normal dan merupakan cara otak membantu kita bertahan dari serangan oleh predator yang lebih besar, maka mereka cenderung salah paham dan menyalahkan diri mereka sendiri," kata Jim. "[Mereka mungkin] berpikir, 'Oh, itu karena saya lemah, karena saya bodoh, karena saya pengecut'. Orang menyalahkan diri mereka sendiri karena mereka tampaknya tidak melakukan apa pun yang mereka 'seharusnya' atau 'bisa'," imbuhnya.
Kesalahpahaman respons pembekuan ini juga dapat mengarahkan orang-orang di sekitar korban untuk salah memahami kurangnya tindakan mereka. Jim menghabiskan sebagian dari pekerjaannya sebagai saksi ahli dalam jenis kasus penyerangan ini dengan menjelaskan bahwa tanggapan otomatis otak tidak mengikuti logika.
Jim menegaskan bahwa dalam situasi pelecehan seksual, korban tidak punya waktu atau kapasitas otak untuk memikirkan semuanya dengan cara orang dalam situasi biasa. Namun, untuk menghindari situasi pembekuan otak ini, ia menyarankan untuk berlatih pertahanan diri yang secara akurat meniru situasi dunia nyata. Dengan cara ini, otak dilatih untuk terus waspada.
(fzh)