DREAMERS.ID - Korea Selatan melaporkan kasus kematian akibat Naegleria fowleri, yang biasa disebut sebagai "amoeba pemakan otak", pada Senin (26/12). Ini merupakan kasus kematian pertama dari penyakit tersebut.
Melansir laman Korea Herald, Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KDCA) mengkonfirmasi bahwa seorang warga negara Korea berusia 50-an telah meninggal setelah kembali dari Thailand.
Pria itu kembali ke Korea pada 10 Desember setelah empat bulan bertugas di sana. Dia dirawat di rumah sakit keesokan harinya dan meninggal Rabu (21/12) pekan lalu.
KDCA mengatakan telah melakukan tes genetik pada tiga jenis patogen penyebab Naegleria fowleri untuk memastikan penyebab kematiannya. Pengujian mengonfirmasi gen dalam tubuh pria itu 99,6 persen mirip dengan yang ditemukan pada pasien meningitis yang ramai dilaporkan di luar negeri.
Ini adalah infeksi pertama Naegleria fowleri di Korea Selatan. Kasus pertama di dunia dilaporkan di Virginia pada tahun 1937. Sebanyak 381 kasus Naegleria fowleri telah dilaporkan di seluruh dunia pada tahun 2018, termasuk di India, Thailand, Amerika Serikat, China, dan Jepang.
Baca juga: Film Dokumenter Kontroversi Ibu Negara Korea 'First Lady' Segera Dirilis
Amerika Serikat sendiri melaporkan 154 infeksi dari tahun 1962 hingga 2021. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, hanya empat orang yang selamat, dengan tingkat kematian lebih dari 97 persen.Naegleria fowleri adalah amoeba, atau organisme hidup bersel tunggal, yang hidup di tanah dan air tawar hangat, seperti mata air panas, danau, dan sungai, di seluruh dunia. Amoeba memasuki tubuh melalui pernapasan hidung dan berjalan ke otak.
Gejala awal mungkin termasuk sakit kepala, demam, mual atau muntah, dan gejala selanjutnya dapat menyebabkan sakit kepala parah, demam, muntah, dan leher kaku. Masa inkubasi Naegleria fowleri biasanya dari dua hingga tiga hari dan paling banyak hingga 15 hari.
Meskipun penularan Naegleria fowleri dari manusia ke manusia tidak mungkin terjadi, KDCA meminta warga untuk tidak berenang di daerah dan lingkungan di mana penyakit itu menyebar. Risiko infeksi memang tidak tinggi, tetapi sebagian besar kasus dimulai dengan berenang.
“Untuk mencegah infeksi Naegleria fowleri, kami merekomendasikan untuk menghindari aktivitas berenang dan rekreasi dan menggunakan air bersih saat bepergian ke daerah di mana kasus telah dilaporkan,” kata Jee Young Mee, kepala KDCA, melalui siaran pers.
KDCA mengatakan air bersih mengacu pada semua jenis air yang belum terkontaminasi. Ditambahkan bahwa risiko tertinggi adalah ketika suhu air naik selama musim panas.
(mth)