CHAPTER 2 : The Moodbreaker
Disclaimer: Hellooo... part 2 ya, author mengharapkan comment jadi segala kekurangan bisa author benerin. thanks for reading and enjoy
Author POV
Yoora menutup matanya karena mendengar suara yang amat keras yang keluar dari mulut Kyuhyun.
“Aku ketahuan.” Ucapnya pelan.
“Apanya yang ketahuan? Hm?” tanya Kyuhyun penuh curiga.
“Aniyo oppa. Aduh..” Yoora menepuk-nepukan keningnya.
“Dari mana saja kau Yoora? Sudah sore kau baru pulang.” Omel Kyuhyun.
“Mianhae oppa. Tadi kan aku sudah bilang aku ada ekstrakulikuler dan sehabis itu aku bermain piano sebentar dengan temanku.” Tutur Yoora sambil berusaha meyakinkan Kyuhyun.
“Aish..” Kyuhyun menggaruk-garukkan kepalanya.
“Kau tidak tahu? Oppa menelponmu berkali-kali. Apakah kau melihatnya?” tanya Kyuhyun bingung.
“Apa??!” Yoora terkejut dan langsung mengambil ponselnya dari sakunya.
“Ne, oppa memang menelponku. Hehe”
“Baiklah. Cepat kau mandi dan sehabis itu kau ke ruang kerjaku. Ada yang ingin aku tanyakan.”
*Ruang Kerja Kyuhyun*
“TOK TOK” Yoora mengetuk pintu ruang kerja Kyuhyun.
“Masuk.” Jawab Kyuhyun dari dalam.
Yoora masuk ke ruang kerja Kyuhyun dan sudah ada Kyuhyun yang sedang bersantai lengkap dengan tangannya memainkan PSP kesayangannya.
“Sini duduk disamping oppa.” Kyuhyun menepuk-nepukan sofa yang ia duduki dan matanya masih teralihkan oleh permainan di PSPnya.
“Ada apa oppa?” tanya Yoora sambil duduk di samping Kyuhyun.
“Ketika kau pulang tadi sore. Oppa lihat kau diantar oleh mobil range rover warna hitam. Itu siapa?” tanya Kyuhyun to the point.
Yoora terkejut, matanya terbelalak. Ia memalingkan wajahnya lalu menepuk keningnya.
“Ehem..” Yoora berdehem.
“Jadi begini. Orang yang mengendarai range rover hitam itu teman satu ekstrakulikulerku dan karena ia sudah membuatku di sekolah sampai sore jadi ia mengantarkanku pulang.” Jelas Yoora.
“Dia yeoja atau namja?” tanya Kyuhyun dengan tatapan ‘evil’nya itu.
“Dia namja.” Ucapnya singkat
“Hm.. Teman atau pacar?” tanya Kyuhyun lagi dan ia masih dengan tatapan ‘evil’ nya itu.
“Aishh.. Dia hanya teman oppa. Tidak lebih.” Aku Yoora.
“Jinjja?” Kyuhyun mencolek dagu adiknya itu.
“Neeee oppaa. Sudahlahh jangan mencolek-colek daguku dan jangan menatapku dengan tatapan anehmu itu.” Rengek Yoora.
“Arraseo. Aku lapar. Kita makan malam diluar yuk, bagaimana?” usul Kyuhyun.
“Ide bagus! Aku siap-siap dulu ya.” Ucap Yoora sambil berlari ke kamarnya.
*Author POV end*
Yoora POV
Aku dan Kyuhyun oppa pergi keluar rumah untuk makan malam. Tidak biasanya ia mengajakku untuk makan malam diluar, ia lebih suka makan dirumah daripada diluar. Alasannya cukup klasik, ia bilang “Apakah makanan ini bersih? Dimasak benar-benar matang?” atau “Sterilkah peralatan masak dan makannya?” pertanyaan yang memang repot untuk dijawab. Ia memang tipe orang yang cinta akan kebersihan bahkan kamar, ruang kerjanya tidak pernah terlihat berantakan atau banyak debu bertebaran dimana-mana. Terlebih kedua ruangan itu selalu wangi dengan pengharum ruangan yang ia beli dan ia simpan di lemari yang penuh dengan pengharum ruangan.
“Jadi.. sekolahmu ada siswa yang tampan?” tanya Kyuhyun oppa dan lagi-lagi ia melihatku dengan tatpan ‘evil’nya itu.
“Banyak.” Jawabku.
“Tapi tampannya tidak ada yang menyaingi oppa kan?” ucapnya dengan percaya diri.
“Setidaknya mereka tampan tanpa lirikan evil yang aneh seperti dirimu oppa.” Ujarku jengkel.
Kyuhyun oppa mencubit pipiku dengan kencang, “Apa? Teganya kau bicara seperti itu terhadap oppamu yang tampan ini.”
“Ampun oppaaa. Tidak akan aku ulangi lagii.” Ucapku memohon sambil tertawa.
Kyuhyun oppa pun melepas cubitannya yang sangat keras dan sanggup membuat pipiku merah.
Disela-sela pembicaraanku dengan Kyuhyun oppa tiba-tiba ponselku berbunyi.
Belum saja aku membuka pembicaraan orang yang menelponku sudah menodongku dengan kata-katanya.
“Ini Cho Yoora?” tanya orang itu.
“Ne, ini siapa?” jawabku bingung.
“Ini Henry. Maaf aku tidak memberi kau kesempatan berbicara ketika kau mengangkat telpon.” Ucapnya.
“Gwenchana Henry. Ada apa kau menelponku?”
“Tidak apa-apa aku hanya sedang bosan. Apakah aku menganggu waktumu?” ucap Henry tidak enak.
“Anniyo. Lagipula aku juga sedang bosan, aku sedang di jalan untuk makan malam.” Tuturku.
Ketika aku bicara tentang itu Kyuhyun oppa langsung berteriak, “APA? KAU BILANG KAU BOSAN? JELAS-JELAS KAU DARITADI MENGANGGUKU.” Suara Kyuhyun oppa membuatku risih dan sampai-sampai terdengar oleh Henry.
“Itu suara siapa?” tanya Henry.
“Suara oppaku. Dia memang suka mengacaukan suasana.” Jawabku.
“Bohong! Jangan dengarkan Yoora, Henry!” teriak Kyuhyun oppa lagi.
Karena aku sudah sangat jengkel aku menutup mulut Kyuhyun oppa.
“Henry, mianhae. Nanti aku telpon lagi ya, aku sudah sampai restoran. Bye.” Aku langsung menutup telponku.
Aku mendengus kesal bercampur jengkel, “Oppaaa!! Bisakah kau jangan mengganguku ketika aku menelpon temanku?”
“Mianhae Yoora, aku hanya iseng saja. Hahahaha.” Ucap Kyuhyun oppa sambil tertawa puas.
*Yoora POV end*
Author POV
Makan malam Yoora dan Kyuhyun begitu hangat, meskipun tanpa kedua orang tua mereka. Mereka makan malam ditempat yang sering disambangi keluarga mereka ketika keluarga mereka masih utuh. Yoora dan Kyuhyun tampak senang ketika makan malam itu.
“Yoora, oppa mau kau jujur ya.” Ucap Kyuhyun.
“Ne, oppa mau aku jujur dalam hal apa?” tanya Yoora.
“Apakah kau merindukan ayah dan ibu?” Kyuhyun langsung to the point dengan pertanyaannya itu.
“Sejujurnya aku sangat merindukan mereka, hanya saja rasa rindu itu berubah menjadi benci ketika aku harus mengingat kejadian perceraian mereka dan aku jengkel ketika mereka datang dan bukannya melepas rindu tapi mereka bertengkar yang membuat kepalaku pusing.” Aku Yoora.
“Tapi itu kejadian yang sudah cukup lama. Mengapa kau masih menyimpan rasa kekecewaan itu?” tanya Kyuhyun bingung.
“Oppa tahu? Mereka telah mengecewakan aku dan apa aku salah kecewa juga dengan keputusan mereka?” tanya Yoora lagi.
Kali ini pertanyaan Yoora cukup membuat Kyuhyun memutar otak untuk mencari jawabannya.
“Ah, sudahlah. Cepat kau habiskan makanannya.” Kyuhyun mengalihkan pembicaraan mereka.
*Perjalanan pulang*
“Oppa, aku mau tanya sesuatu tapi aku ingin oppa jujur.” Tanya Yoora.
“Ne, kau mau tanya apa adikku yang bawel.” Ledek Kyuhyun.
“Sebenarnya, aku sering check up ke Rumah Sakit itu.. Aku memiliki penyakit ya?” Yoora menatap Kyuhyun.
Kyuhyun hanya diam mendengar pertanyaan adiknya itu.
“Cepat, kau habiskan makananmu. Ini sudah malam.” Suruh Kyuhyun dengan ekspresi wajah yang sedikit marah.
Yoora hanya bingung dan menatap Kyuhyun dengan ekspresi bingung, dan bertanya-tanya ada apa dengan kakaknya itu.
“Apa yang salah dengan pertanyaanku?” pikir Yoora.
Sepanjang perjalanan pulang suasana mobil serasa hening. Tidak ada percakapan yang seru atau menyenangkan seperti ketika mereka di perjalanan menuju ke restoran. Wajah Kyuhyun menjadi kusut dan terlihat sedikit marah.
“Oppa, mengapa oppa tidak menjawab pertanyaan Yoora? Yoora kan..”
Belum saja Yoora menyelesaikan perkataannya, Kyuhyun berteriak.
“SUDAH OPPA BILANG, JANGAN BERTANYA TENTANG HAL ITU!” bentak Kyuhyun.
“KAU KAN BISA MENANYAKAN HAL YANG LAIN!” lanjutnya.
Yoora hanya diam mendengar kakaknya berteriak dan membentaknya seperti itu. Seumur hidupnya ia belum pernah dibentak oleh Kyuhyun.
Kyuhyun keluar dari mobil tanpa sepatah katapun bahkan ia meninggalkan Yoora yang masih di dalam mobil. Yoora memutuskan untuk meminta maaf kepada Kyuhyun.
“TOKTOKTOK”
Yoora memberanikan diri mengetuk pintu kamar Kyuhyun.
“Oppa… Bukalah pintunya, Yoora mau bicara.” Pintanya.
“Untuk apa aku membukakan pintu untukmu?” tanya Kyuhyun dari dalam kamar.
“Yoora ingin minta maaf tentang pertanyaan tadi. Yoora tidak bermaksud membuat oppa marah.”
“Sudahlah tak usah kau minta maaf soal itu. Ini sudah larut malam, cepatlah kau tidur. Besok kau harus sekolah bukan?”
“Baiklah jika oppa ingin Yoora tidur. Sekali lagi, Yoora minta maaf, selamat malam oppa.” Yoora pergi masuk ke kamarnya dengan perasaan sedih.
“Oppa bisa saja memberi jawaban soal pertanyaanmu. Hanya saja, oppa tidak mau melihat kau sedih.” Batinnya.
*Keesokan paginya*
Pagi-pagi sekali Yoora sudah bangun dan sibuk di didapur menyiapkan sarapan dan bekal untuk dirinya dan Kyuhyun. Tidak biasanya ia membuatkan bekal untuk kakaknya itu, mereka biasa disediakan bekal oleh asisten rumah tangganya.
“Yoora, ayo berangkat.” Kyuhyun menyeruput secangkir kopi dan memakan roti.
“Iya, sebentar. Tunggu sebentar, aku menyelesaikan ini dulu.” jawabnya.
Tak berapa lama Yoora keluar dari dapur dan membawa dua tempat makan miliknya dan milik Kyuhyun.
“TARAA!!! Bekal buatan Yoora untuk oppa tersayang.” Yoora menunjukan tempat makan yang berisikan menu favorit kakaknya itu.
Kyuhyun hanya menatap dengan dingin tempat makan itu.
“Ayolah oppa, aku minta maaf soal semalam. Masa oppa tidak mau memaafkanku.” Yoora berlutut sambil memasang ‘pout’ di pipinya yang agak chubby itu.
“Baiklah, cepat ambil tasmu lalu kita berangkat.” Kyuhyun menerima bekal dari Yoora.
*SKIP*
“Jangan pulang telat lagi. Jika ingin pulang telat beri oppa kabar.” Pesan Kyuhyun.
“Arraseo, bekalnya aku letakkan di kursi belakang ya.” Ucap Yoora sambil menunjuk kearah kursi belakang.
Kyuhyun hanya mengangguk sambil mengusap rambut adiknya itu.
“Aku masuk dulu ya oppa, bye.” Yoora keluar dari mobil.
*Author POV end*
Yoora POV
Seperti biasa dan setiap paginya aku pergi sekolah dengan ceria walaupun agak sedikit mengganjal di hati tentang suasana hati Kyuhyun oppa, aku seperti menjadi orang aneh jika mengingat kejadian semalam.
“Hhhhfft…” Aku menghela nafas panjang sambil mengketuk-ketukan kuku ke meja.
“Waeyo?” tanya Jungah bingung.
“Aku lapar.” Jawabku sambil memegang perutku.
“Tenang, 15 menit lagi bel istirahat berbunyi.” Jungah menepuk-nepukan bahuku.
Aku kembali menulis-nulis kata-kata yang aneh di bukuku. Tiba-tiba Jungah menepuk bahuku dengan sangat keras dan cepat.
“Aduh, Jungah. Kau kenapa sih? Bahuku sakit.” Keluhku sambil memegang bahuku.
“Ish, Henry ada didepan kelas. Tadi ia menunjuk kearahmu terus.” Jelasnya.
“Ha? Terus? Dia kemana? Apa masih didepan kelas?” tanyaku terkejut.
“Sepertinya begitu. Cepat kau temui.” Suruhnya.
Aku bergegas keluar menghampirinya dan benar saja ia sudah duduk didepan kelasku.
“Henry?” panggilku.
“Hey, Yoora. Ada yang ingin aku tanyakan.” Ujarnya.
Aku duduk disampingnya.
“Menanyakan soal apa?”
“Hari ini kau ada pelajaran sampai jam berapa?” tanya Henry berabasa-basi.
“Hmm.. Kira-kira jam 12 siang. Memangnya kenapa?”
Henry menggaruk-garukan kepalanya.
“Hmm.. Aku ingin mengajakmu ke taman hiburan yang baru dibuka. Tempatnya didekat sekolah. Kau mau kan?”
“Baiklah. Nanti aku tunggu kau di gerbang ya.” Ucapku.
Henry hanya mengangguk lalu berpamitan.
“Untuk apa Henry menemuimu?” tanya Jungah dari belakang dan membuatku terkejut.
“Ia mengajakku ke taman hiburan.” Ucapku.
“HAAA???!! Diaaa??” Jungah berteriak.
Aku cepat-cepat menutup mulutnya sebelum ia berteriak dan membuat satu kelas heboh jika aku diajak pergi dengan Henry.
“Jangan keras-keras. Nanti semuanya bisa tahu.”
Jungah mengangguk.
Aku melepas dekapan tanganku di mulutnya.
“Nanti malam akan aku beritahu semua. Arra?”
“Arraseo, Yoora”
*Pukul 12.00*
Aku berdiri didepan gerbang sekolah menunggu Henry yang sedang mengambil mobilnya yang berada di parkiran sekolah.
“Mengapa lama sekali?” gumamku.
Tak berapa lama mobil Henry pun berhenti dan aku langsung masuk ke mobilnya.
“Maaf kau menunggu lama. Aku mencari kamera polaroidku.” Ucapnya.
“Oh ya bisakah kau membantuku? Bantu aku memasang baterai pada polaroidku. Baterai dan kameranya ada di tasku.” Ia menunjuk kearah tasnya yang tergeletak di kursi belakang.
Aku membantu Henry memasangkan baterai kedalam kamera polaroidnya.
“Berapa lama lagi kita akan sampai?” tanyaku.
“Sebentar lagi, pintu masuknya sudah kelihatan kok. Disana.” Ujarnya sambil menunjukan pintu masuk taman hiburan yang terdapat patung pororo.
*Yoora POV*
Author POV
Yoora dan Henry telah sampai di taman hiburan. Ini menjadi yang pertama kali Yoora pergi dengan Henry, teman sekolah yang ia baru kenal saat hari pertama Yoora masuk sekolah.
“Hmm, kita naik wahana apa ya?” Henry melihat ke seluruh wahana yang ada disana.
“Bagaimana kita bermain roller coaster?” usul Yoora.
“Apa? Kau yakin kau tidak takut?” ucap Henry khawatir.
“Tidak, kita buktikan siapa yang paling berani.” Tantang Yoora sambil menaik-turunkan alisnya.
Henry dan Yoora akhirnya mengantri untuk menaiki wahana roller coaster yang jika dilihat dari bawah sangat tinggi dan curam. Kini giliran Yoora dan Henry untuk menaiki wahana tersebut. Sabuk pengaman telah dipasang dan diantara mereka berdua tidak ada satupun yang menampakkan ekspresi takut.
“Yoora, jika kau takut genggam saja tanganku.” Rayu Henry sambil tertawa.
“Aigoo.. Kau masih saja meledekku.” Ucap Yoora jengkel.
“Aku hanya mengantisipasi Yoora.” Jawabnya.
Kereta roller coaster telah dijalankan, semua orang yang menaiki wahana itu terlihat histeris ketika kereta itu mulai berputar 360 derajat tidak terkecuali Yoora dan Henry yang ikut-ikutan histeris. Selama 15 menit wahana itu berjalan dan akhirnya mereka turun dari wahana tersebut.
“Kepalaku agak sedikit pusing karena itu.” Yoora memegang kepalanya yang pusing itu.
“Baiklah, sekarang kita bermain yang santai ya. Kita naik komedi putar, ayo.” Henry menarik tangan Yoora dan naik komedi putar.
“Henry, ayo kita foto.” Yoora mengambil Polaroid milik Henry dari tasnya.
Mereka berfoto bersama seperti orang yang sedang berpacaran, mereka terlihat seperti pasangan serasi jika mereka menjadi sepasang kekasih. Namun, mereka hanya berhubungan sebagai teman biasa, tidak lebih. Hari itu mereka menghabiskan waktu bersama di taman hiburan itu, tertawa bersama, makan siang bersama. Dan tidak terasa waktu sudah mulai sore, Henry mengantarkan Yoora pulang.
“Terimakasih, kau sudah mengantarkanku lagi dan lagi.” Ucap Yoora.
“Aku juga ingin berterimakasih karena hari ini kita bisa menghabiskan waktu bersama.” Ujar Henry.
“Kau tahu? Aku baru pernah menghabiskan waktu bersama dengan seorang laki-laki hanya berdua. Sejujurnya pernah tapi dengan oppaku, tapi pasti rasanya berbeda dengan menghabiskan waktu dengan oppa sendiri dan bersama orang lain.” Tutur Yoora.
Ketika mereka sedang berbicara di mobil, Henry melihat mobil yang biasanya tidak pernah ia lihat di garasi rumah Yoora.
“Yoora, rumahmu sedang ada tamu?” tanya Henry bingung.
“Tidak, memangnya kenapa?” tanya Yoora balik.
“Mobil itu tidak pernah aku lihat sejak aku sering mengantarkanmu.” Henry menunjuk ke mobil Audi warna hitam yang terparkir di garasi rumah Yoora.
“Aigo, itu mobil ayah. Pasti jika ayah dirumah pasti ada ibu juga.” Ucap Yoora dalam hati.
“Itu mobil ayahku. Aku masuk dulu ya, aku takut ia akan marah. Bye.” Yoora dengan tergesa-gesa keluar dari mobil Henry.
Yoora masuk kerumahnya dan benar saja di ruang tengah sudah ada ayahnya dan ibunya. Wajah Yoora berubah menjadi jengkel.
“Yoora, tidak biasanya kau pulang terlambat.” Ucap ibu Yoora sambil menghampiri anaknya itu.
“Ne, aku habis pergi dengan temanku.” Ujar Yoora dengan wajah datar.
Ibu Yoora memeluknya dan mengusap rambutnya. Yoora sangat jarang dipeluk ibunya, kerap kali jika ibunya ingin memeluknya Yoora selalu menolak atau menghindar. Penolakannya beralasan, yaitu karena kejadian tentang perceraian itu yang membuatnya kecewa terhadap ibu dan ayahnya.
“Ibu.. aku masuk kamar dulu ya. Aku lelah, ingin istirahat.” Yoora melepaskan pelukan ibunya dan masuk ke kamarnya.
Yoora menghempaskan tubuh kurusnya itu ke tempat tidur yang berwarna merah jambu miliknya.
“Mengapa mereka harus datang? Aku belum siap mental untuk mendengarkan pertengkaran mereka yang konyol itu.” Gerutunya.
*pukul 18.00 KST*
“Yoora! Bangun! Waktunya makan malam.” Teriak Kyuhyun dari ruang makan.
Teriakan Kyuhyun yang keras dan nyaring itu membuat Yoora terbangun dari tidurnya.
“Ne, aku akan segera turun.” Sahutnya.
Yoora menuju ruang makan, dan sudah ada Kyuhyun, dan kedua orangtua mereka. Rasa malas dibenak Yoora yang membuatnya setengah hati untuk makan malam bersama pada malam ini. Yoora memakan makanannya tidak seperti biasanya, ia sedikit tidak ada selera makan.
“Yoora, makan sayurnya ya.” Ucap ibunya sambil mengambil sesendok sayur yang ada di piring.
“Tidak usah bu.. aku sedang tidak ingin makan sayur.” Ucapnya lesu.
Tiba-tiba Tuan Cho membentak Nyonya Cho.
“Ini semua salahmu! Yoora tidak mau makan sayur karena sayurnya terlalu keras.”
“Jika sayurnya terlalu lunak nanti vitaminnya akan hilang.” Jawab Nyonya Cho.
Ditengah perdebatan orangtua mereka, Yoora memutuskan untuk meninggalkan meja makan dan lebih memilih untuk pergi ke kamarnya.
Yoora mengetik sebuah pesan untuk Henry.
“Aku bosan.. Kau dimana? Aku ingin makan malam atau pergi ke suatu tempat yang hening.”
Tak berapa lama Henry membalas pesannya.
“Aku dirumah, baiklah 15 menit lagi aku akan sampai dirumahmu”
Yoora segera mengganti baju dan menunggu mobil Henry berhenti didepan rumahnya. Sekitar 15 menit mobil Henry sudah berhenti didepan rumah Yoora. Yoora pergi tanpa berpamitan dahulu dengan orangtuanya ataupun dengan Kyuhyun.
“Ada apa?” tanya Henry bingung.
“Bawa aku pergi ke suatu tempat yang sepi. Aku bosan, jenuh.” Jawab Yoora datar.
Akhirnya Henry membawa Yoora ke kedai es krim yang biasa Henry kunjungi. Sesampainya disana Henry membelikan Yoora semangkuk es krim coklat untuknya.
“Jadi.. ceritakan padaku mengapa suasana hatimu menjadi buruk malam ini.” Ucap Henry sambil menyuap sesendok es krim vanilla miliknya.
“Orangtuaku kembali dan ketika makan malam terjad perdebatan diantara mereka. Dan itu membuatku kesal dan akhirnya aku memutuskan untuk tidak melanjutkan makan malam.” Jelas Yoora.
“Mengapa kau bersikap begitu terhadap orangtuamu?” tanya Henry penasaran.
“Ketika aku berumur 12 tahun mereka bercerai. Aku sangat terpukul dan kecewa karena keputusan mereka. Mereka terpaksa bercerai karena ayahku terlalu sibuk dan ibuku juga begitu dan akhirnya menimbulkan kesalahpahaman.” Tutur Yoora.
“Dan sekarang aku hanya tinggal dengan oppaku.” Lanjut Yoora.
“Aku menyesal telah menanyakan hal ini. Tapi semoga mereka bisa kembali menjadi seperti dulu.” ucap Henry.
“Semoga saja.” Singkat Yoora.
Mereka saling bertukar cerita pada malam itu. Yoora tidak pernah menceritakan kehidupan pribadinya kepada orang lain, namun dengan Henry dia menjadi pribadi yang terbuka dan tidak tertutup seperti dulu.
Pukul 21.00 malam mobil Henry sudah berhenti didepan rumah Yoora, dan mengantarkan Yoora pulang.
“Yoora, kita sudah..” ucapan Henry berhenti ketika ia melihat Yoora yang tertidur.
Ia mengusap lembut rambutnya. Secara tiba-tiba Yoora terbangun, membuat Henry sedikit terkejut dan kikuk.
“Kita sudah sampai ya?” tanya Yoora.
“Ne, tadinya aku ingin membangunkanmu. Tapi kau sudah bangun duluan.” Aku Henry.
“Oh begitu. Baiklah aku masuk dulu ya.” Pamit Yoora.
“Yoora, aku ingin bicara sesuatu.” Ucap Henry.
“Bicara hal apa?” tanya Yoora.
“Tidak, aku lupa. Besok saja disekolah.” Ujar Henry.
“Baiklah. Selamat malam.” Yoora turun dari mobilnya dan masuk kerumahnya.
Kali ini Yoora tidak menemui Kyuhyun atau orangtuanya duduk diruang tengah. Lampu di setiap ruangannya pun hanya beberapa yang menyala, itu artinya mereka semua sudah terlelap.
“Apa yang ingin Henry bicarakan? Mengapa ia terlihat suka sekali membuat orang penasaran?” gumam Yoora.
“Atau jangan-jangan ia……”
--------------------------------------TO BE CONTINUED----------------------------------------------------