CHAPTER 1 : Two Different Girls, Two Different Life
Choi Jun Hee
Setahun telah berlalu. Satu tahun sudah aku menjadi trainee di Agensi Sunset. Tidak ada yang berubah. Aku harus mengikuti latihan ekstrem mereka sepulang sekolah. Semua berawal ketika aku mengikuti banyak audisi dan akhirnya Sunset Ent memilihku untuk menjadi trainee barunya. Banyak artis terkenal yang bernaung di dalam naungan mereka. Dan aku tak sabar untuk menunggu debutku, debut pertamaku. Waktu yang paling kunanti-nanti sejak aku memiliki minat pada bidang seni.
Murid SMA tingkat 2 Seoul Performing of Arts School. Itulah statusku sekarang. Sudah sejak di sekolah dasar aku belajar mengaransemen berbagai alat musik dan mengkomposisi lagu. Namun alat musik yang tak pernah membuatku bosan adalah gitar. Aku selalu membawanya dimana pun aku berada kecuali mungkin ketika berbelanja.
Bahkan ketika istirahat sekolah pun aku selalu memainkannya. Di belakang sekolah di daerah yang sangat sepi. Daerah dekat gudang tua, gedung yang paling ditakuti oleh siswa-siswi kami karena gosip hantu yang berhembus.
Deretan senar kembali kupetik dibarengi oleh hembusan angin menjelang musim gugur. Kuhentikan permainan gitarku untuk sementara dan kueratkan jas sekolahku yang berwarna kuning.
“Hari semakin dingin.” gumamku. Aku mulai berdiri dari bangku kecil yang lumutan dan aku mulai pergi dari sana. Moodku untuk bermain gitar telah hilang.
Bukan hanya karena angin yang dingin telah membawa moodku pergi namun juga karena aku tak bisa berhenti memikirkannya ketika senar gitar mulai kupetik di awal lagu.
Suatu hal yang membuat moodku memang tidak bagus sejak berangkat dari rumah. Ini semua karena Yonghwa oppa. Ia memberitahuku sebuah berita yang seharusnya membuatku bahagia namun malah sebaliknya. Tanganku selalu mengepal ketika mengingatnya.
“Lee Jieun akan debut dua hari lagi.”
Yeoja yang menjadi sahabatku
Yeoja yang menjadi teman traineeku
Yeoja yang baru mengenal gitar satu tahun lebih beberapa bulan.
Harus debut lebih dahulu daripada diriku yang telah mengenal gitar dan musik sejak masih kecil.
Bahkan pihak agensi membuatkan lagu untuknya sementara diriku. Agensi menginginkan aku debut dengan lagu buatanku sendiri.
Dia benar-benar beruntung.
Jika seorang murid lebih sukses daripada gurunya, bukankah aku seharusnya merasa bahagia? Mengapa aku malah merasakan seakan dunia berlaku tidak adil padaku?
Kupejamkan mataku, mengusir semua rasa iri itu. Berulang kali. Namun gagal.
Mungkin aku memang terlalu lemah untuk menjadi seorang manusia...
Lee Jieun
Dua hari lagi aku akan debut. Aku bertanya-tanya, apakah ia akan senang akan debutku atau mungkin ia akan merasa biasa saja?
Aah..Bukankah ia hanya menyukainya? Aku seharusnya melupakan semua perasaan ini. Mengapa aku harus mencintai namja yang mencintai sahabatku sendiri? Dan mengapa ia harus mencintai sahabatku?
Latihan vokal telah selesai. Pukul 22.00, aku keluar dari sebuah gedung besar milik Agensi Sunset. Bayang-bayang kasur king-sized telah berkeliaran di kepalaku. Betapa aku ingin segera mengambrukkan tubuhku ke atasnya. Melepaskan semua rasa lelah yang mendera tubuh. Tentu saja aku harus beralasan bahwa aku baru saja pulang dari sekolah les, bukan? Jika eomma sampai tahu aku debut sebagai solo idol, dia pasti akan marah besar. Jika memang pada akhirnya dia tahu aku telah debut sebagai solo idol, mungkin aku akan melakukan tindakan yang lebih nekad dari sebelumnya.
Kabur dari rumah.
Aku bukanlah sahabatku yang memiliki keluarga harmonis yang mengizinkan anaknya berbuat apapun. Aku adalah anak Nyonya Lee yang terkenal akan kesungguhannya dalam berkarir di dunia hukum yang menginginkan anaknya berkarir di bidang yang sama.