CHAPTER 1 : Introduce
Cara melihat seorang gadis menyukaimu atau tidak itu mudah. Pandang dirinya dan lihat reaksinya, apakah ia berubah gugup atau malah sebaliknya mengacuhkanmu dan berlalu. Jika ia gugup, berarti ia menyukaimu. Kalau dia mengacuhkanmu, ada 2 kemungkinan. Pertama, ia tidak menyukaimu atau kedua, dia sedang berusaha membuatmu penasaran dengannya dan mengikutinya. Oke? Selamat mencoba Byun Baek Hyun
Baekhyun langsung mencibir kesal begitu ia menjumpai sebuah catatan kecil di atas meja kerjanya. Menggelikan, bahkan seorang Kim Seok Jin mengajarinya tentang apa itu cinta. Seperti dirinya tahu saja apa itu cinta. Bahkan seluruh dunia ini pasti tahu siapa yang lebih player antara dirinya dan Jin.
Sama saja.
Keduanya tidak ada beda, sebenarnya. Yang membedakan mungkin hanya rupa mereka. Baekhyun yang cute dan ceria dengan Jin yang tinggi rupawan. Selain itu? Tidak ada. Bahkan mereka dijuluki 'woman killer'sejak mereka sedang kuliah. Dan sekarang adalah minggu pertama mereka menjadi seorang karyawan dari perusahaan iklan swasta.
Mereka dari keluarga sederhana?
Oh, jangan salah!
Mereka pewaris, hanya saja mereka sedang bertarung. Mereka menyebutnya pertarungan harga diri untuk membuktikan pada dunia siapa yang pantas dijuluki anak manja dan siapa yang pantas disebut mandiri.
#ddrrtt drtttt
Baekhyun melirik ponselnya yang bergetar di atas meja. Ia memandang nomor tak bernama di sana yang ia sudah tahu siapa pemiliknya. Ia ingin mengabaikan telepon itu namun ponselnya tidak ada tanda-tanda ingin berhenti bergetar sehingga dengan terpaksa ia meraih ponsel itu.
"Ne, Jin?"
"Hhaaa... Kau bahkan tahu siapa tanpa menyimpan nomorku."
"Aku tidak sengaja menghapalnya."
"Kalaupun kau sengaja, tidak masalah bagiku."
"Kau ingin menggangguku?"
"Tidak. Aku hanya ingin tahu kabarmu."
"Bodoh. Kau tinggal naik lift ke lantai 17 dan temui aku."
"Untuk apa? Seperti aku tidak ada kerjaan saja disini."
"Akan kubunuh kau!"
"Coba saja, Tuan Muda Byun."
Terdengar suara di ujung sana dan membuat Baekhyun ingin membanting ponselnya. Namun ia mengurungkan niat dan menutup telepon itu tanpa mengatakan apa-apa. Mendapatkan perhatian dari Jin adalah hal yang paling tidak ia inginkan di dunia ini. Bahkan meski hal itu adalah perhatian terakhir yang tersisa di dunia ini. Baekhyun ingin mengutuk ponselnya, namun ponselnya hanyalah benda mati yang tak berdosa.
"Seandainya saja ada ponsel yang bisa mengetahui isi hati tuannya," desis Baekhyun kesal lalu kembali beralih pada laptop dihadapannya. Ia melirik serangkaian design yang harus ia seleksi untuk dipakai iklan berikutnya. Produk smartphone terbaru dan paling mutakhir pada masa kini.
--
Jin tertawa senang begitu melihat ponselnya mati. Baekhyun baru saja memutus jaringan teleponnya dan mengganggu anak kecil itu seolah menjadi hal yang menarik dalam hidupnya sejak mereka bertemu kembali semasa kuliah dulu. Ya, Baekhyun beberapa tahun di bawahnya. Dan mereka adalah tetangga sejak kecil. Orangtua Baekhyun selalu memasukkan Baekhyun ke sekolah yang sama dengan Jin, berharap Jin (sebagai kakak kelas/seniornya) bisa menjaga Baekhyun dengan baik. Meski kenyataannya mereka harus berpisah sejak Jin memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sekolah tingginya di Jepang.
Kehidupan kampus mempertemukan mereka dan mereka tidak lagi seakur dulu. Karena hal yang sangat sepele. Mereka merupakan bintang kampus, pangeran kampus. Tidak banyak yang berubah sampai saat ini. Hubungan mereka masih renggang namun akrab. Akrab sebagai teman dekat sejak kecil dan renggang sebagai rival dalam segala hal. Kecerdasan, penampilan bahkan wanita.
Jin menatap layar laptopnya dan menguap lebar begitu ia menjumpai adan 12 email masuk. Ia sedang tidak ingin melihat tugas kantor untuk hari ini. Yang ingin ia lihat adalah seorang gadis yang ia temui tanpa sengaja kemarin malam. Ketika Baekhyun mengambil kunci mobilnya dan membuatnya harus menaiki bus umum yang padat. Seorang gadis dengan buku tebal ditangan kanannya.
--
"Son So Hye!"
Suara nyaring itu sukses mengejutkan Sohye, seorang mahasiwi semester lima yang sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Ia menoleh kearah Seoyeon, teman sekelasnya yang gemar sekali membuat kebisingan yang menurutnya seru.
"Ada apa?"
"Kau tahu tentang konser TVXQ di Jepang? Aku harus pergi kesana!"
"Yasudah."
"Kau harus menemaniku."
Sohye langsung membentuk kerutan pada kedua alis matanya. Temannya ini memang selalu memiliki hal-hal tak terduga yang kadang menyulitkan. Tidak ada yang jelas dan tetap tentang Seoyeon, bahkan tentang tipe lelaki yang ingin ia kencani. Selalu berubah-ubah.
"Kau tidak sadar kita sudah di tahun akhir?"
"Satu-dua hari apa salahnya?"
"Terserah."
"Oh, ayolah Hye-ya~"
"Berhenti menyingkat namaku!"
"Kenapa? Menurutku terdengar imut."
"Ya, hanya menurutmu."
Seoyeon terawa mendengar jawaban Sohye. Tampaknya ia tidak terganggu dengan sikap Sohye yang terkesan sedikit galak. Sebaliknya, ia semakin senang mengganggu temannya yang satu itu. Ia baru saja membuka mulutnya untuk melanjutkan pembicaraan namun sesuatu menahannya. Senior yang kemarin ia kerjai baru saja melewati jendela kelasnya dan tampaknya sedang mencari si pelaku.
"Bahaya! Aku pergi! Jika ada yang mencariku, katakan aku tidak masuk kuliah hari ini. Sampai nanti!"
Sohye tidak heran lagi dengan kelakuan Seoyeon. Ia terbiasa menjadi incaran para senior karena ia selalu mengerjai mereka dengan penuh semangat dan Sohye bersumpah ia tidak ingin dan tidak akan terlibat sama sekali.