CHAPTER 1 : The Blac Blade
Author : Summer
Tittle : The Black Blade
Genre : Action, Romance
Main Cast : Lee Joon (MBLAQ)
Kim Soyoon (You/Ocs)
Minor Cast : Choi Seung Hyun/ TOP (BigBang)
Huang Zi Tao/ Tao (EXO-M)
Bang Yongguk (B.A.P)
Yoon Doo Joon (BEAST)
Jung Byung Hee/G.O (MBLAQ)
Oh Se Hoon/Sehun (EXO-K)
Bang Hyo Jin (Ocs)
Kim Himchan (B.A.P)
**********
25 Januari 2008. Seoul, Gangnam-gu, Cheongdae-dong. 22.00 KST
Sepasang kekasih tengah berjalan menembus derasnya hujan malam itu, mereka berbincang sepanjang jalan tak jarang sang namja melontarkan lelucon-lelucon pada yeoja-nya. Mereka tampak mesra dan sangat bahagia, sambil memegang payung sang namja merangkul pundak yeoja-nya agar tidak kehujanan. Tanpa mereka sadari dihadapan mereka sudah ada seorang namja menggunakan sweater berwarna hitam, celana jeans robek-robek, topi dan menutupi topinya menggunakan kupluk yang ada pada sweaternya tersebut. Meski hujan sangat deras ia sama sekali tidak menggunakan payung untuk melindungi dirinya.
“ Berikan barang-barang berhargamu!” perintah namja tersebut sambil menunjuk pada tas yang dijinjing oleh sang yeoja .
“Ya! Apa mau mu ? jangan ganggu kami!” tentang namja chingu-nya
Dengan sedikit gontai, namja yang ingin merampok sepasang kekasih tersebut semakin medekat sambil mengeluarkan sebilah pisau kecil dari kantung sweater yang ia kenakan dengan ukiran ular di pegangannya, ia pun mengarahkan pisau tersebut pada namja yang menentangnya.
“ Ya! Neo. Berani kau dengan ku ? hah !” namja tersebut kemudian menarik tas yeoja itu, aksi tarik menarik antara mereka tak terelakkan.
BUG
Pukulan mendarat di hidung namja yang berusaha merebut tas yeoja itu.
“cih” ia menggerutu sambil memegang hidungnya. Matanya yang tajam pun memicing dan menatap namja yang menonjoknya dengan penuh rasa amarah dan benci. Seketika ia melepaskan genggamannya pada tas yeoja itu, dan menusukkan pisaunya di tubuh namja yang menonjoknya beberapa kali. “ Rasakan kau!” ucapnya.
“ Ani, ani, aniyooooo !!! Oppaaaa!!” yeoja tersebut pun histeris melihat kekasihnya berlumuran darah dan terjatuh dihadapannya. Melihat Yeoja tersbebut lengah ia pun langsung mengambil tasnya dan pergi meninggalkan mereka berdua. Yeoja tersebut sudah tidak memikirkan isi dalam tasnya. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah kekasihnya.
_____________________________________________________
21 Agustus 2013 Seoul, Jongno-gu, Gwancheol-dong, 33-1, 9F-Seoul Narcotics Rehabilitation Centre
“ Byung Hee oppa, Sehun-ssi! Segera ke bangsal 19 aku butuh bantuan mu. Ppali ppali !” telpon seorang yeoja melalui telpon khusus yang ada disetiap koridor panti rehabilitasi dan langsung terhubung ke ruangan utama. Mendengar perintah itu kedua namja tersebut langsung bergegas menuju bangsal 19 yang berada di lantai 2.
“ Waah, dia lagi, dia lagi yang kambuh. Soyoon-ah apa dia sulit sekali untuk sembuh?” tanya Byung Hee sambil memegang tangan dan mengikat namja yang sedang meronta-ronta kesakitan di kursi yang dibantu oleh Sehun.
Soyoon menghela nafas panjang . “ molla. Sepertinya keinginan dia untuk sembuh sangat kecil. Bahkan ia bilang ia ingin mati saja. Otteokhae oppa ?” tanyanya lagi sambil mengikat mulut namja itu agar tidak menggigit lidah dan bibirnya sendiri.
“ Heuh, bagaimana yah. Memang tidak ada keluarga yang mengunjunginya?”
“ Satu bulan yang lalu eomma-nya berkunjung dan menyerahkannya begitu saja pada kita. Sepertinya dia sudah tidak ingin melihat anaknya lagi. Tapi aku akan terus berusaha untuk membantunya berhenti mengkonsumsi obat-obatan ini.” Ucapnya dengan wajah dan mata yang penuh semangat.
Mendengar ucapannya, seorang namja yang berada didepan bangsal 19 tersenyum sinis. Ia pun langsung bangun dari tempat tidurnya dan mendekat pada jendela bangsalnya.
“YA! Apa kau yakin dengan ucapan mu itu?” tanya namja tersebut dengan nada meledek. Sontak mereka yang mendengar melihat kepadanya.
“ Ya Lee Joon! Apa kau meragukan kemampuan Soyoon noona ?” tanya Sehun sambil mengangkat sebelah bibirnya dengan rasa sebal.
“ Aniyo. Aku hanya bertanya padanya. Karena kurasa dia akan segera mati” jawab Lee Joon sambil menunjuk kearah namja yang diikat di kursi tersebut.
“ YAAH! NEO ---” kata-kata Sehun terhenti ketika Soyoon menahan tangannya.
Soyoon pun mendekati bangsal dimana Lee Joon berada.
“ Semua orang didunia ini pasti akan mati. Bagaimana pun caranya, dimana pun dan kapan pun. Tapi, aku akan berusaha menyembuhkannya terlebih dahulu sebelum ia mati. Agar ia bisa bertobat dan meminta ampunan kepada Tuhan atas dosa-dosa yang telah ia perbuat di dunia.” Jelas Soyoon pada Lee Joon dengan tenangnya seraya tersenyum.
DEG!!!
Lee Joon membulatkan matanya. Ia tidak bisa menjawab dan mengelak atas ucapan Soyoon. Karena ia ucapkan benar adanya. Dan ia pun mulai sadar dan mengingat atas dosa-dosa yang telah ia perbuat selama ini.
_____________________________________________________
Kata-kata Soyoon masih terngiang di telinga Lee Joon. Ia pun masih mengingat dengan jelas ekspresi tenang dan senyuman manis Soyoon padanya. Kejadian itu seperti diputar berulang-ulang dalam sebuah film.
“ Benar kata mu.” Desahnya.Hal tersebut membuat Lee Joon tidak bisa tidur semalaman.
Hari ini adalah, hari dimana kegiatan terapi secara grup berlangsung. Setiap hari minggu para pasien harus berjalan-jalan bersama psikolog dan dokter dari kantor rehabilitasi Seoul guna mengalihkan perhatian mereka dari narkotika. Kali ini mereka berkesempatan untuk mengunjungi sebuah taman bermain di Gangnam.
“ Kau tidak main?” tanya Soyoon pada Lee Joon yang sedang duduk menyendiri di kursi taman.
“ Shireo.” Jawabnya singkat.
“ Waeyo?” Tanya Soyoon lagi dan duduk di sebelahnya.
“ Gwencanha. Hanya sedang tidak mau main.” Jawabnya ketus dengan wajah yang serius.
“ Araso. Bukan berarti kamu takut dengan permainan-permainan itu kan ?”
Lee Joon terdiam dan memandangnya “ Aniyo! Kamu pikir aku takut ? tidak sama sekali. Menurutmu aku tampak seperti pria penakut? Kau tidak lihat ini?” jawabnya dengan sedikit gugup seperti menutupi sesuatu , sambil ia mengangkat lengan bajunya menunjukkan tattoo yang ada di lengan kirinya.
“ Uwaahh. Kyeopta! Kau membuatnya dimana?” Ekspresi kagum tergurat diwajah Soyoon, ia nampak seperti melihat boneka beruang berwarna pink yang menggunakan pita.
“ Mwo.. Mwoya? K.. K.. Kyeopta? Neo, neo-- ! Aish jinjja. Aku baru lihat wanita seperti mu.” Gerutunya kesal.
Soyoon pun tertawa melihat tingkah Lee Joon yang sedang kesal.
“ Ne, memangnya aku harus bilang apa?”
“ Kau tau tidak ini kan lambang Nazi, lambang yang paling ditakuti oleh semua orang. Seharusnya kau mengatakan ini menakutkan!”
“ Ne..Araso. Kalau menurutku itu lucu. eottoekhae ?”. Soyoon tertawa kecil lalu melanjutkan pembicaraannya lagi. “ ya sudah, kalau kau memang tidak takut mengapa kau hanya diam disini saja? Ayo kita main. Kajja!” Ajaknya sambil menarik tangan Le e Joon.
Dengan berat hati Lee Joon pun mengikuti Soyoon. Sebenarnya Lee Joon takut dengan ketinggian, sehingga membuat ia takut untuk menaiki permainan-permainan yang ada disana.
“ Kita naik ini saja.” Ucap Lee Joon
Soyoon pun terdiam lalu tertawa .. “ Hahahah. Kamu yakin mau naik ini?”
“ Wae ??” tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.
“ Ani. Kereta ini hanya berkeliling mengitari taman hiburan saja. Sama sekali tidak ada tantangannya. Kita harus mencari permainan yang membuat adrenalin mu naik, ini bagus untuk terapi mu. Seperti, igeo.” Jelasnya sambil menunjuk pada Roller Coaster yang berjarak 10 meter dari tempat mereka.
“ Shireo. Aku mau naik ini. Kalau kau tidak mau, ya sudah kita tidak usah main.”
“ Eoh. Geurae. Kita naik yah.” Jawab Soyoon sambil mengelus pipi Lee Joon.
Mendapat perlakuan seperti itu membuat Lee Joon sangat kaget karena ia sudah lama sekali tidak merasakan kelembutan tangan seorang wanita di pipinya. Terakhir kali seorang wanita yang mengelus pipinya dengan penuh kelembutan adalah Eomma-nya ketika ia berumur 15 tahun. Semenjak Eomma-nya meninggal ia tidak pernah merasakan kelembutan dari tangan seorang wanita seperti itu lagi.
“ Ya. Lee Joon-ssi. Kau tidak mau naik?” Soyoon menyadari Lee Joon yang terdiam di belakangnya.
“ Eoh, Aku mau naik.”
Mereka mengahabiskan waktu bersama di kereta yang mengitari sekitar taman bermain dengan jalan yang lambat. Soyoon bertanya banyak pada Lee Joon mengenai latar belakang keluarganya. Hal itu dikarenakan, selama enam bulan Lee Joon mendekam di panti rehabilitasi tak ada satu pun sanak keluarga yang mengunjunginya. Soyoon membutuhkan data-data tersebut demi kepentingan atas kesembuhan Lee Joon.
“ Semenjak Appa meninggalkan kami ia menikah lagi dengan seorang wanita jalang. Eomma harus bekerja demi kelangsungan hidup kami. Saat usia ku 15 tahun Eomma meninggal karena sakit ginjal yang di deritanya. Dokter bilang ia kelelahan, itu mengakibatkan penyakitnya semakin parah. Saat itu kami tidak memiliki uang yang cukup untuk biaya operasi, cuci darah dan sebagainya. Aku tak tau lagi apa yang harus kulakukan saat itu. Setelah kepergian Eomma, aku menjadi anak yang tidak terurus. Aku tidak punya siapa-siapa selain Eomma. Eomma bilang, ia mengasingkan diri dari keluarga besarnya ketika mendapat pertentangan ketika ingin menikah dengan Appa. Maka dari itu aku tidak mengetahui siapa dan dimana sanak keluarga ku.” Jelas Lee Joon sambil ia memalingkan wajahnya ke jendela kereta. Seolah ia tidak ingin Soyoon melhat wajahnya yang sedih ketika mengenang kisah hidupnya.
“ Dan semenjak itulah aku menjadi menjadi anak yang sangat bebas bergaul dengan anak-anak yang tidak jelas. Sama seperti ku.” Lanjutnya lagi sambil tersenyum kaku seakan ia menyesali perbuatannya. Soyoon pun mendengarkan dengan seksama cerita Lee Joon.
“ Lalu, sejak kapan kau mengenal narkoba?” tanya Soyoon dengan hati-hati.
“ Waktu itu usia ku genap 17 tahun. Mereka mengatakan dengan meminum itu aku akan merasa jauh dan jauh lebih baik lagi. Dan mereka benar. Haha” jawab Lee Joon dengan gaya tertawanya yang aneh.
“ Geurae, jika kau merasa lebih baik dengan menggunakan narkoba, apa yang membuatmu ingin berhenti?”
“ Eomma.” Jawabnya singkat.
“Ne?” Soyoon tampak kebingungan.
“ Ketika aku masih di dalam penjara, sebelum aku masuk ke panti, aku berimpi tentang Eomma. Ia terlihat sangat sedih dengan keadaan ku. Ia menangis. Itu membuat ku sangat sakit. Aku tidak ingin melihat Eomma menangis. Cukup ketika Appa pergi ia menangis.” Lee Joon terdiam sesaat dan melanjutkan ucapannya kembali dengan nada suara yang sedikit parau. “ Dalam mimpi Eomma berkata ‘Saranghae Joonie-ah’---’’ Ia pun menundukkan kepalanya.
Melihat hal tersebut Soyoon langsung memeluk Lee Joon dan berusaha menenangkannya.
“ Joesonghamnida Lee Joon-ssi. Jeongmal Joesonghamnida. Mianhae aku—’’ Soyoon nampak kebingungan untuk berkata-kata. Ia tidak tahu jika keadaannya akan seperti ini. Berbicara mengenai keluarga memang hal yang sangat sensitif. “ Jika kau ingin menangis, menangis lah aku tidak akan mengatakannya pada siapapun.” Lanjut Soyoon
“ Aniyo!” nada suara Lee Joon berubah. Sekejap ia menegakkan kepalanya sambil sedikit megusap wajahnya. “ Kau sudah terlanjur melihat tattoo ku. Jika aku menangis aku akan sangat malu, terlebih kau sudah menganggap aku takut untuk naik wahana disini.” Ucapnya tegas dan ia menyimpulkan senyuman manis di wajahnya.
Soyoon yang kaget mendengar perkataan Lee Joon hanya menatapnya dalam-dalam. Entah apa yang ada dipikirannya, dan ia berkata, “ Kyeopta.”
Dengan wajah cemberut Lee Joon memandang Soyoon dan berkata “ Ya! Kau ini, bisakah kau tidak mengucapkan kata itu ketika aku sedang membanggakan tattoo ku ??”
“Aniya. Bukan tattoo mu.”
“ Lalu ? ”
“ Senyumanmu.”
DEG .. DEG.. DEG.. DEG DEG DEG DEG DEG DEGDEGDEGDGEDGEGD..
Mendengar ucapan Soyoon sontak membuat jantung Lee Joon tak terkendali. Entah apa yang ia rasakan. Entah apa yang ia pikirkan. Tapi ia baru pertama kali merasakan hal seperti ini. Lee Joon pun menatap Soyoon dalam-dalam. Kini, mereka saling tatap.
“ Ya. Ya. Ya! Kalian berdua ternyata berada disini yah. Aku mencari kalian kesana-kemari. Kalian ini” Gerutu Byung Hee pada Lee Joon dan Soyoon ketika kereta yang mereka naiki berhenti.
Mendapati hal itu mereka pun langsung saling kikuk dan salah tingkah.
“ Noona, Gwencanha? Apa namja ini berkata tidak sopan lagi pada mu ?” tanya Sehun
“ Ah, Ani.” Jawabnya sambil menggelengkan kepala.
“ Sudah-sudah. Semua orang telah menunggu kalian untuk makan siang. Bisa-bisa kami semua sakit karena menunggu kalian berdua. Kajja!” perintah Byung Hee.
“ Ne, oppa.”
Sesaat mereka sedang berjalan, Soyoon memergoki Lee Joon yang tengah memegang dadanya sambil memikirkan sesuatu dengan matanya yang tampak kebingungan dan heran.
“ Lee Joon-ssi, neo gwencanha?”
“ Eoh, uhm, ani. Eoh, ne. Naega gwenchana.”
Tiba-tiba Soyoon memegang tangan Lee Joon “ Jeongmal? Jika kau merasa tidak enak badan bilang saja pada ku ya.” Ucap Soyoon seraya tersenyum.
Lee Joon hanya bisa memandang dengan tatapan hampa, tangannya dan tangan Soyoon saling bergandengan. Degupan jantungnya pun tidak mau berhenti malah semakin berdetak dengan kencang.
_______________________________________________
21 Oktober 2013 Seoul, Jongno-gu, Gwancheol-dong, 33-1, 9F-Seoul Narcotics Rehabilitation Centre
“ Seoul, 07 Februari 1988 atas nama Lee Joon. Penjara Negri Kota Seoul, tahun 2009. 3 tahun penjara atas tuduhan pengunaan dan kepemilikan narkotika.” Soyoon sedang membaca data mengenai Lee Joon. “ oh, jadi dia masuk panti ini tiga bulan sebelum aku bekerja disini.”
“ Lusa seharusnya dia sudah keluar dari sini.” Ucap Byung Hee secara tiba-tiba yang ternyata ia sudah memperhatikan Soyoong sedari tadi.
“Oh Oppa, kau mengagetkan ku.”
“ Ku perhatikan semenjak kejadian di bangsal 19 dua bulan lalu, kau semakin dekat dengannya.”
“ Ah, aniyo Oppa. Aku kan hanya menjalankan tugas ku.” Tukas Soyoon
“ Tapi perlakuan mu terhadapnya sangat berbeda dengan pasien lainnya. Begitu juga dengan Lee Joon. Ia nampak berubah setelah bertemu dengan mu. Kalau memang itu membawa kebaikan untuk perubahannya aku tidak masalah. Tapi—’’
“ Tapi apa Oppa ?”
“ Itu tidak baik untukmu.”
“Ne?”
“ Yang aku takutkan ia akan menjadi parasit dalam hidupmu dan akan menyusahkan mu.”
“Kau tidak usah khawatir Oppa. Aku yakin Lee Joon bukan orang yang seperti itu.” Jawabnya seraya tersenyum
“ Ya! Soyoon-ah. Bagaimana kau bisa dengan mudahnya mempercayai orang yang baru saja kau kenal selama dua bulan? Terlebih yang kau kenal adalah mantan narapidana dan mantan pecandu narkoba?!” Tanya Byung Hee dengan nada yang sedikit tinggi.
Soyoon terdiam.
“ Ada apa ini, sepertinya obrolan kalian serius sekali?” Tanya Sehun dengan santai.
Kehadiran Sehun membuat Byung Hee meninggalkan ruangan.
“ Oh, noona ada apa dengannya? Apa dia marah dengan ku?” tanya Sehun
“ Aniya. Mungkin dia sedang lelah.” Jawab Soyoon sambil tersenyum hangat pada Sehun.
*Dua Hari Kemudian*
“ Annyeong Lee Joon-ah!”
“ Sering-sering mengunjungi kami yaah.”
Teriak pada pasien panti rehabilitasi mengantarkan kepergian Lee Joon. “ Annyeong yeorobun. Aku pasti akan sering datang kesini. Doakan aku yah!” Jawabnya sambil melambaikan tangan.
“ Kau pasti sering kesini pasti ada seseorang.” Gerutu Byung Hee
“ Ne?” tanya Lee Joon
“ Aniyo.”
Di depan pintu keluar Soyoon sudah menunggu Lee Joon. Ia memberikan sebuah amplop padanya.
“ Ige mwoya?” tanya Lee Joon pada Soyoon dengan wajah penasaran
“ Nanti kamu baca saja yah.” Jawabnya sambil tersenyum “Annyeong Lee Joon-ah” ia langsung memeluk Lee Joon tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Lee Joon membulatkan matanya. Tidak hanya Lee Joon, tapi Byung Hee dan Sehun pun membulatkan matanya seolah tak percaya dengan pemandangan yang mereka lihat.
“ Lee Joon-ah, jaga dirimu baik-baik. Temui aku jika kau tengah menghadapi masalah. OK?” Bisik Soyoon tepat di telinga Lee Joon. Membuat degupan jantung Lee Joon kembali tidak terkendali.
“ e, e, ne.” Jawabnya dengan gugup
Soyoon melepaskan pelukannya dan ia heran melihat tatapan Lee Joon yang begitu kosong. Ia tersenyum dan memegang pipi Lee Joon untuk yang kedua kalinya. “ Ya. Lee Joon-ah. Kenapa kau diam saja? Appo? Dahi mu berkeringat. Gwencanha?”
“ Ne, gwencanha. Geurae. Aku pergi. Annyeonghigaseo yeorobun.” Jawabnya ketika ia mulai tersadar dari lamunan. Ia membungkukan tubuhnya dan segera pergi meninggalkan panti rehabilitasi.
“ Heuh, kemana aku harus pergi? Mengapa aku tidak tinggal selamanya saja disana.” Keluh Lee Joon setelah berlajan jauh dari panti. Sesaat ia melihat amplop dari Soyoon digenggamannya. “ Eoh, ige.” Lalu ia membuka dan membacanya. Selesai membaca, ia tersenyum kecil dan menyimpannya dengan sangat hati-hati.
“Ah, aku ingat. Mengapa aku tidak ke Cheongdae menemui Yongguk ?” Senyuman lebar tergurat diwajahnya. Dengan penuh semangat ia menuju Cheongdae. Tempat dimana sahabatnya, dan dia tinggal bersama.
______________________________________
23 Oktober 2013. Seoul, Gangnam-gu, Cheongdae-dong.
“ Sillyehamnida.” Sapa Lee Joon di depan sebuah pintu rumah yang sangat sederhana.
Tak perlu menunggu lama, pintu rumah itu terbuka perlahan dan seorang yeoja keluar menyambutnya.
“ Ye ?”
“ Eoh annyeong haseyo, apakah Yongguk masih tinggal disini?” tanyanya
“ Aniyo. Dangsin nugu imnika ?”
“ Ah, Lee Joon imnida. Aku sahabat Yongguk kalau aku boleh tau sekarang dia tinggal dimana?”
“ Lee... Joon ??”
“ Ne, Jhoneun Lee Joon imnida. Wae.. Waeyo?”
“ Lee... Joon.. Lee Joon oppa! Oppa bogo sipeoyo !! Neomu neomu bogoshipo!!’’
Setelah yeoja itu mengenal Lee Joon ia langsung memeluknya dengan spontan.
“ Eek, mwoya. Nuguya nuguya?” tanyanya kebingungan sambil berusaha melepaskan dekapan yeoja tersebut.
“ Oppa, Naega Bang Hyo Jin! Apa kau lupa dengan ku ? Bang Yongguk, yeo-dongsaeng.” Serunya
“ Mworago?? Neo ?? Hyo Jin-ah?? Ommo, lihat dirimu sudah sekali lama kita tidak bertemu dan kini kau sudah sangat dewasa.” Ucap Lee Joon sambil mengacak-acak rambut Hyo Jin.
“ Ye, Oppa. Lebih baik kita mengobrol didalam. Kajja!”
Setelah itu mereka berbincang-bincang mengenai kehidupan mereka selama ini. Dan tidak lupa Lee Joon menanyakan kabar Yongguk yang sudah 3 tahun belakangan tidak tinggal dirumah.
“ Jadi, sekarang Yongguk tinggal bersama SeungHyun selama ini?”
“ Ye, beberapa bulan sekali ia pulang kerumah dan membawakan banyak makanan untukku. Setelah itu ia pergi lagi. Katanya bekerja dengan Seung Hyun membuat ia berlimpah harta dan tidak kekurangan.” Jelas Hyo Jin
“ Cih. Lalu mengapa kau tidak tinggal bersamanya?” Tanya Lee Joon dengan nada sedikit sinis.
“ Shireoyo. Lebih baik aku hidup sederhana seperti ini. Dari pada aku harus dipenuhi dengan rasa was-was.” Hyo Jin berhenti seketika lalu melanjutkan ucapannya lagi. “ Oppa, apa rencana mu setelah ini?”.
“ Molla. Aku tidak punya tempat tinggal dan tujuan sekarang.”
“ Kau bisa tinggal bersama ku.”
“ Ani. Aku tidak ingin merepotkan mu. Mungkin aku akan mencari kerja terlebih dahulu. Walau aku tau latar belakang ku sangat buruk. Hhaaahh” Lee Joon menghela nafas panjang lalu melanjutkan pembicaraannya lagi. “ aku sangat khawatir, apa aku akan bisa mendapatkan pekerjaan.” Mereka saling terdiam, dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tak terasa waktu sudah petang.
“Geurae. Aku pergi yah.”
“ Oddiegayo oppa?”
“ Kau tidak usah khawatir aku kan laki-laki. Aku bisa tidur dimana saja.” Senyumannya pun melambung.
“ Kau bisa tidur disini oppa. Untuk malam ini saja.” Bujuk Hyo Jin
Lee Joon terdiam dan nampak berpikir cukup lama.
“ Eottokhae?” Tanya Hyo Jin lagi memastikan.
“ Ne, malam ini saja ya aku menumpang di rumah mu.”
23 Oktober 2013. Seoul, Gangnam-gu, Apgujeong-dong. 20.45 KST
Lima orang namja tampak sedang sibuk dalam ruangan dua orang diantaranya sibuk mengitung sejumlah uang yang dangat banyak, dua orang lainnya sedang mengepak sesuatu kedalam sebuah kopor dengan sangat teliti. Seorang namja dengan mata tajamnya sibuk memperhatikan pekerjaan mereka dengan sebatang rokok yang menyala di jemarinya.
“ Hyungnim. Aku dapat kabar bahwa Lee Joon telah kembali dari panti rehabilitasi.” Ucap seseorang yang tiba-tiba datang melapor pada namja yang tengah memperhatikan pekerjaan keempat orang tersebut.
“ Geuraeyo?” Tanya nya santai sambil mematikan rokok diatas asbak.
Salah seorang yang sedang bekerja tiba-tiba berhenti dan mencoba mendengarkan pembicaraan mereka dengan seksama.
“ Ne Hyung. Orangku mengatakan kini ia bermalam dirumah Hyo Jin. Yeo-dongsaeng dari Yongguk-ssi.” Ujar orang tersebut sambil setengah melirik kumpulan namja yang sedang bekerja tersebut.
“ Geuraeyo? Uhm, Tao-ah. Kau jemput Lee Joon sekarang. Bawa dia kehadapanku. Sepertinya aku akan mendapatkan pegawai baru.” Perintahnya pada seseorang yang melaporkan berita mengenai Lee Joon tersebut..s
“ Ne Seung Hyun hyung.”
Mendengar berita dari anak buahnya yang bernama Tao, Seung Hyun nampak bahagia. Wajahnya berseri dan senyuman mengembang di wajahnya. Namun, terlihat dari sorot matanya yang tajam seperti ada sesuatu yang ia rencanakan.
Namja yang sedang mengepakkan barang-barang kedalam kopor pun segera bergegas untuk menyelesaikannya.
“ Yongguk-ah, sepertinya kau akan terlibat dalam masalah baru.” Bisik kerabatnya yang juga sedang mengepak barang ke dalam kopor.
“ Ara. Uhm, DooJoon-ah kau mau membantuku kan?” tanya Yongguk sambil menatap DooJoon.
“ Bicara apa kau ini? Tentu saja aku akan membantumu. Lee Joon kan juga sahabatku.” Jawab DooJoon sambil membalas tatapan Yongguk.
*Kediaman Hyo Jin*
Lee Joon yang tidak bisa tidur terus menatap langit-langit sambil memikirkan nasib sahabatnya Yongguk. Sesaat ia akan memejamkan matanya ia mendengar suara beberapa orang yang sedang bercakap-cakap persis di depan rumah Hyo Jin. Ia mencoba mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan dengan mendekat ke pintu..
Tiba-tiba...
TOK TOK TOK TOK
Seseorang mengetuk pintu rumah Hyo Jin.
“ Bang Hyo Jin-ssi, tolong bukakan pintu. Ini aku Tao.” Pinta seorang namja dari luar sana.
“ Tao? Apa dia namja chingu Hyo Jin? Untuk apa ia berkunjung malam-malam seperti ini? Apa ia tau ada namja lain yang menginap bersamanya dan ia cemburu pada ku?” Lee Joon bertanya-tanya dalam benaknya dengan wajah yang sangat kebingungan.
“ Yaa! Hyo Jin! Apa kau sudah tidur? Bangun lah.” Teriak namja itu lagi sambil menggedor-gedor pintu.
“ Oppa, igeo nuguya? Malam-malam seperti ini berkunjung?” tanya Hyo Jin yang baru keluar dari kamar dengan wajahnya yang sedikit kusut.
“ Mollayo. Aku pikir dia pacarmu. Dia sebut namanya tadi. Hmm ah! Tao.”
“ Mwo? Tao? Mau apa dia? Tidak biasanya—’’ Hyo Jin mengehentikan kalimatnya.
“ Waeyo?” tanya Lee Joon
“ Oppa, dia itu tangan kanan Seung Hyun.”
“ Jeongmal ? lalu mengapa dia—’’ seketika pun Lee Joon menghentikan kalimatnya. “ Ah! Aku tau mengapa dia kesini. Biar aku yang hadapi. Kau bukakan saja pintunya.” Perintah Lee Joon.
Hyo Jin pun menganggukan kepalanya dan menuruti perkataan Lee Joon.
“ Tao oppa, waeyo? Malam-malam seperti ini datang kemari? Tanya Hyo Jin
“ Ada asap, pasti ada api.” Jawabnya singkat sambil melihat kearah Lee Joon yang tepat berada di samping Hyo Jin.
“ silahkan masuk.” Pinta Hyo Jin
“ Ani. Aku tidak akan berlama-lama. Langsung saja. Lee Joon-ssi—’’ ucapnya dengan nada yang dingin dan tatapan tajam pada Lee Joon “ Seung Hyun hyung memerintahkan ku untuk membawa mu ke markas. Kau harus ikut dengan kami malam ini.” Jelasnya
“Eoh, tapi oppa kenapa Lee Joon—’’ ucapan Hyo Jin terhenti ketika Lee Joon menahannya.
“ Geuraeyo. Chamkanmanyo, aku mau ambil tasku.” Ucap Lee Joon menuruti Tao
Melihat hal tersebut Hyo Jin tampak kebingungan dan mengikuti Lee Joon.
“ Oppa, ada apa ini?”
“ Kau tenang saja ya Hyo Jin , tidak usah mengkhawatirkan ku dan kau tidak perlu menunggu ku. Tapi yang pasti, aku akan segera kembali dengan selamat serta mengeluarkan Yongguk dari neraka.” Jawabnya seraya tersenyum dan mengelus halus rambut Hyo Jin
“ Ne, oppa. Kau jaga diri baik-baik ya.”
Lee Joon pun pergi bersama dengan Tao dan kawanannya menuju markas besar Seung Hyun.
“ Boleh aku minta sesuatu?” tanya Lee Joon pada Tao
“ Sebutkan.” Jawab Tao
“ Tolong jangan libatkan Hyo Jin dalam masalah ini.”
Tao hanya mengangkat sebelah bibirnya untuk mejawab permintaan Lee Joon.
_______________________________________________
Seoul, Jongno-gu, Gwancheol-dong, 33-1, 9F-Seoul Narcotics Rehabilitation Centre 09.00 KST
Seperti biasa Soyoon melakukan rutinitasnya sebagai psikiater di panti rehabilitasi narkoba di Seoul. Setiap ia melewati bangsal dimana Lee Joon menginap ia selalu berhenti sejenak dan melihatnya beberapa saat. Baru dua minggu Lee Joon keluar dari panti, seperti rasa rindu sudah menyelimuti Soyoon. Soyoon menghela nafas dalam-dalam, berusaha untuk fokus pada pekerjaannya.
“ Dimana pun kau berada, aku berharap kau baik-baik saja.” Ucapnya
“ Noona, mengapa kau melamun saja? Apa yang sedang kau pikirkan ?” tanya Sehun yang sudah memperhatikannya beberapa saat.
“ Eoh, ani.”
“ Uhm, geurae. Aku mau ke bangsal 31. Kau mau ikut?”
“ Oke, aku juga sekalian ingin mengecek keadaannya.”
Mereka berjalan bersama menuju bangsal 31, tiba-tiba telpon genggam Soyoon berbunyi.
“ Yeoboseo.”
“ Yeboseo. Annyeong Soyoon-ssi. Ini aku Lee Joon.”
“ Oh, kau. Ada apa kau menelponku?”
“ uhm, bisa tidak kita bertemu hari ini?”
“ Eoh, kita bisa bertemu setelah aku selesai bekerja.”
“ Geurae. Aku akan menunggu mu. Terimakasih atas waktu mu.”
“ Ne, kau tidak perlu berterimakasih. Lee Joon apa ka—’’
Tuut tut tuut
Belum sempat Soyoon melanjutkan pertanyaannya Lee Joon sudah mematikan telponnya.
“ Aish, orang ini. Aku kan belum sempat bertanya.” Walau sedikit kesal namun Soyoon senang karena sudah mendapat telpon dari Lee Joon, Walaupun mereka tidak sempat berbincang lama.
*****
Mobil Soyoon berhenti tepat dihalaman rumahnya yang tidak begitu luas. Ketika ia turun dari dalam mobil ia melihat seorang namja sudah menunggunya. Kemudian Soyoon menghampirinya.
“ Maaf, ada yang bisa ku bantu?” Tanya Soyoon pada namja yang tengah menundukkan kepalanya tersebut.
Namja tersebut mengangkat kepalanya sambil tersenyum. “ Ye, tolong bukakan pintu ini untuk ku. Karena aku sudah menunggu selama seharian disini.”
Mendengar hal tersebut gelak tawa di antara mereka tak terelakkan.
“ Mengapa kau tidak ke panti saja?” Tanya Soyoon sambil memukul lembut pundak namja tersebut.
“ Ah, bosan sekali aku melihat gedung itu.” Sahutnya
“ haha, oke. Masuklah. Lee Joon-ssi, apa kau sudah makan?”
“ uhm, sepertinya belum tapi begitu melihat mu, perut ku langsung terasa kenyang.” Goda Lee Joon pada Soyoon. Namun Lee Joon merasa aneh dengan apa yang telah ia ucapkan barusan. “ Ini seperti bukan aku.” Keluhnya dalam hati.
Mendengar pernyataan Lee Joon, Soyoon kembali tertawa. “ Yasudah, kalau begitu aku akan memasak untuk mu.”
Rasa rindu yang menyelimuti Soyoon pun akhirnya terbayarkan ketika ia sudah bertemu dengan lee Joon. Mereka berbincang-bincang satu sama lain. Tak ayal Soyoon pun melampiaskan kekesalannya ketika Lee Joon tiba-tiba mematikan telpon saat ia belum menyelesaikan pertanyaannya. Mereka pun sudah semakin dekat, Lee Joon juga sudah tidak canggung untuk berbicara dengan Soyoon seperti saat pertama bertemu.
“ Soyoon-ah, aku membutuhkan pekerjaan.’’ Ujarnya singkat dengan penuh keyakinan.
“ Uhm, begitu ya. Memangnya apa keahlianmu?” tanya Soyoon sambil mendekatkan wajahnya dihadapan Lee Joon
GLEG
Lee Joon menelan air liurnya ketika bertatapan dengan Soyoon begitu dekat. Ia tidak menjawab. Ia hanya terus memandangi Soyoon.
“ Ya! Lee Joon-ah.” Tegur Soyoon
“ Eh, Uhm. Wae?’’
“ hufft. Kau ini. Aku kan tadi bertanya pada mu. Sepertinya kau sedang banyak pikiran. Geurae aku akan mencarikan pekerjaan untukmu.”
Mereka diam seketika, Lee Joon masih tampak sibuk dengan pikirannya. Entah apa yang ia pikirkan.
“ AHA !” Seru Soyoon membuat Lee Joon terkejut.
“ YA! Aku kan sedang makan, kalau aku tersedak lalu tidak bisa bernafas bagaimana?” protes Lee Joon
“ aku akan membuatkan nafas buatan untukmu.” Goda Soyoon sambil cengengesan membuat Lee Joon tidak bisa menjawab pernyataannya. Ia hanya tersenyum malu mendengarnya.
“ Lee Joon-ah, apa kau bisa mengendarai mobil?” tanya Soyoon melanjutkan pembicaraannya.
“ Sudah lama sekali aku tidak menyetir mobil, terlebih semenjak aku di penjara. Tapi dulu Yongguk pernah mengajari ku.”
“ Yongguk?”
“ Dia sahabat sehidup semati ku. Keke”
“ Ah kau ini, berarti jika ia mati kau juga akan mati?”
Mendengar ucapan Soyoon, raut wajah Lee Joon berubah drastis. Ia menjawab pertanyaan Soyoon dengan nada yang sangat serius dan sorotan mata yang mendalam.
“ Tentu saja. Aku akan melakukan apapun untuk menyelamatkannya.”
“ Eoh, chamkan. Menyelamatkan? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti..”
“ Dia,, ah sudah tidak usah dibahas, lebih baik kau lanjutkan saja ucapanmu tadi. Menyetir mobil? Nah kau mau menyuruh ku bekerja apa?” jawab Lee Joon berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia pun kembali menjadi Lee Joon seperti yang tadi.
“ Kau membuatku penasaran saja. Uhm begini, aku ingin kau menjadi supir pribadi ku.” Jelas Soyoon yang mengundang tawa Lee Joon.
“ Hahaha, mwo? Supir pribadi? Kau pikir kau ini artis?” Ledek Lee Joon
“ habisnya, aku bingung mau memberikan pekerjaan apalagi untuk mu.” Jawab Soyoon sambil memonyongkan bibir mungilnya.
Melihat wajah Soyoon yang lucu membuat tawa Lee Joon semakin meledak.
“ Ne, ne. Aku akan melakukan pekerjaan apapun.” Ucap Lee Joon membujuk Soyoon yang terlihat kesal pada Lee Joon, sambil ia mencubit pipi kanan Soyoon.
Mendapat perlakuan seperti itu sontak membuat Soyoon kaget. Begitu pula dengan Lee Joon. Ia melakukannya begitu saja tanpa di rencana. Mereka kembali memasuki suasana canggung dan terdiam satu sama lain.
“ Lalu, kapan aku bisa bekerja?” Tanya Lee Joon kaku sambil ia memegang belakang kepalanya
“ Kau bisa mulai bekerja besok.” Jawab Soyoon dengan nada yang kaku pula. “ kau sudah selesai kan? Aku mau membereskannya.” Tanya Soyoon sedikit gugup
“ Eoh, ne.”
Soyoon segera membereskan piring-piring makanan mereka di meja. Lee Joon hanya memperhatikannya sambil mengingat apa yang telah ia lakukan tadi. Ia hanya tersenyum malu dengan dirinya sendiri sesaat ia melihat Soyoon.
*****
Lee Joon tampak sedang bersiap-siap ingin pergi. Soyoon yang melihatnya segera bertanya kemana ia akan pergi. Karena saat itu hari sudah malam. Soyoon tau betul bahwa Lee Joon sudah tidak memiliki tempat tujuan dan tempat tinggal.
“ Ya. Oddiegayo?”
“ Oh, aku mau—’’ Lee Joon terdiam, belum sempat ia melanjutkan ucapannya Soyoon sudah menyelaknya.
“ Tidurlah disini. Besok pagi kau kan harus mengantar ku ke panti. Kau tidak lupa kan sekarang kau pegawai ku?” Sindirnya
“ Keunde. Apa tidak apa-apa jika aku tidur disini?”
“ O.” Jawab Soyoon singkat . “ ikut aku, aku akan mengantarkan mu ke kamarmu.” Lanjut Soyoon
Tiba-tiba Lee Joon menarik tangan Soyoon “ Soyoon-ah. Jeongmal gomawo.”
________________________________________
Sudah dua bulan Lee Joon bekerja pada Soyoon. Mereka pun sudah semakin dekat satu-sama lain. Terlebih kini Lee Joon tinggal bersama Soyoon. Suatu pagi Lee Joon sudah menunggu Soyoon sambil duduk di depan kap mobil. Sesekali ia melihat jam tangannya.
“ Tsk, lama sekali dia. Apa yang dia lakukan di dalam. Apa dia tidak takut akan telat. Nanti kalau sudah telat menyalahkan ku lagi.” Gerutunya sambil memonyongkan bibirnya.
Tak lama kemudian.
“ Mian Lee Joon-ah telah membuatmu menunggu lama. Kajja!” serunya.
Lee Joon hanya bisa mematuhi perintahnya saja, dan membukakan pintu untuk Soyoon.
“ Gomawo Lee Joon-ah.” Ucapnya dengan penuh rasa bahagia.
“ Kau aneh sekali hari ini?” tanya Lee Joon heran
“ Benarkah? Aah hanya perasaan mu saja. Ayo kita berangkat!” Jawabnya semangat
Lee Joon pun kembali hanya bisa menuruti perintah Soyoon. Sebelum ia menyalakan mesin mobil, ia melihat pada Soyoon. Kemudian ia mendekatkan tubuhnya pada Soyoon. Wajah mereka berhadapan sangat dekat kali ini. Soyoon terdiam menatap Lee Joon sambil menelan ludahnya.
KLIK
“ Kau harus memasang itu sebelum kita jalan.” Jelas Lee Joon santai dan langsung melajukan mobil.
Soyoon masih terdiam dengan perlakuan Lee Joon yang memasangkan sit belt padanya.
*****
Seoul, Gangnam-gu, Apgujeong-dong.
“ Tao-ssi, apa kau sudah dapat kabar dari Lee Joon?” Tanya Seung Hyun yang sedang berdiri di depan jendela sambil melihat keluar.
“ Belum hyung. Dia belum mengabariku lagi.” Jawabnya singkat.
“ Oh, begitu ya. Sudah berapa uang yang ia setorkan pada mu?”
“ Terakhir aku hanya menerima 15.000.000 won saja hyung.”
“ Mwo?? 15.000.000 won ?” Tanya Seung Hyun kaget yang kemudian ia membalikan tubuhnya. “ Bulan ini seharusnya dia sudah melunasinya . Tao-ssi, pergi temui dia. Ingatkan padanya soal perjanjian beberapa bulan lalu.”
*Flashback*
23 Oktober 2013. Seoul, Gangnam-gu, Apgujeong-dong. 23.50 KST
“ Lee Joon.. Lee Joon.. Long time no see.” Sapa SeungHyun pada Lee Joon ketika ia sampai di markas besar. “ Bagaimana kabar mu? Apa menyenangkan berada dalam penjara? Kau tampak sehat, lihat dirimu. Kau terlihat sangat kuat.” Ujarnya dengan nada sinis
“ Sudah, jangan banyak basa-basi. Katakan apa mau mu ?” Tanya Joon kesal
“ Apa mau ku ? Kau bertanya apa Mau ku ? Neo micheoseo ? Apa kau sudah lupa dengan semua hutang-hutang mu hah ?! ” Jawabnya sambil mendekakti wajah Joon seakan ingin mengajaknya untuk berkelahi.
“ Aniya.”
“ Good! Lalu untuk apa kau bertanya pada ku hah ?Baik langsung saja. Bekerjalah pada ku Lee Joon-ah. Aku tau kau tidak bekerja jadi sulit untuk mu mendapatkan banyak uang. Dengan bekerja denganku anggap saja semua hutang mu lunas.”
“ Aniyo. Kamhsahamnida. Aku ...” Lee Joon terdiam sesaat “ Aku tidak ingin terlibat dengan dunia ini lagi. Aku sudah berhenti.” Lanjutnya
“ Mwo ?? Mworago?? HAHAHHAHAHAHA” mendengar hal itu SeungHyun tertawa dengan sangat kencang “ Oke.. Oke. Entah apa yg ada di otak kosong mu itu. Hhhhhh ku beri kau waktu 3 bulan. Ingat 3 bulan, jika kau tidak bisa melunasi hutangmu itu, maka mau tidak mau kau harus bekerja dengan ku atau kau akan lihat konsekuensinya.” Jelas SeungHyun sambil berbisik pada Lee Joon
*flashback end*
__________________________________________________________________
( Back Song, Exo – Growl )
Lee Joon tampak sedang menunggu Sooyon di depan Supermarket dekat rumahnya. Dengan sabar ia menunggu sambil mendengarkan musik di dalam mobil.
Tok Tok Tok
Seseorang mengetuk jendela mobil tepat dimana Lee Joon duduk. Ia pun sangat terkejut dengan kehadiran orang tersebut. Tampak dari luar ia meminta Lee Joon untuk membuka jendelanya.
“ Neo ??” tanyanya dengan penuh rasa terkejut
“ Tampaknya kau sangat terkejut dengan kehadiranku.” Jawab orang tersebut sambil merendahkan tubuhnya dan meletakan kedua tangannya di jendela mobil.
“ Mau apa kau dan darimana kau bisa tau aku berada disini?” Tanya Lee Joon kembali
“ Selama benda ini ada disini kemana pun kau pergi akan terlacak. Lee Joon-ssi.” Jawab orang tersebut yang ternyata adalah Tao sambil tersenyum sinis dan mengambil sesuatu yang menempel pada anting Lee Joon.
“ Mwoya ige ??? onje?? Onje benda ini ??”
“ Apa kau tidak ingat ?” Jawab Tao sambil mengingatkannya ketika ia untuk pertama kalinya bertemu kembali dengan SeungHyun di markas besar.
*flashback*
“ Mwo ?? Mworago?? HAHAHHAHAHAHA” mendengar hal itu SeungHyun tertawa dengan sangat kencang “ Oke.. Oke. Entah apa yg ada di otak kosong mu itu. Hhhhhh ku beri kau waktu 3 bulan. Ingat 3 bulan, jika kau tidak bisa melunasi hutangmu itu, maka mau tidak mau kau harus bekerja dengan ku atau kau akan lihat konsekuensinya.” Jelas SeungHyun sambil berbisik pada Lee Joon.
Ketika SeungHyun mendekati Lee Joon dan berbisik padanya mengenai perjanjian mereka tanpa ia sadari SeungHyun menempelkan sebuah chip pada anting yang di kenakan Lee Joon. SeungHyun melakukan itu agar memudahkannya mengetahui keberadaan Lee Joon .
*flashback end*
“ Cih, benar-benar. SeungHyun!” Erangnya
“ Tentunya kau tidak lupa kan dengan sisa hutangmu itu?” Tanya Tao sambil membuang dan menginjak chip yang ia ambil dari anting Lee Joon.
“ Aku akan segera melunasinya.”
“ Segera katamu? Harusnya kau melunasinya hari ini. Kau tidak ingin merayakan tahun baru mu di markas besar kan? Pastinya kau ingin merayakannya bersama dia.” Ujarnya sambil menunjuk kearah Soyoon yang tengah mengantri dibarisan kasir supermarket.
“ Kau juga tau? Ku peringatkan kau jangan dekati apalagi menyentuhnya. Jangan libatkan dia dalam masalah ku!” Gertak Lee Joon
“ hhh, terakhir kali kau memperingatkan ku untuk tidak melibatkan Hyo Jin. Kini kau meminta ku untuk tidak melibatkannya? Kau ini Playboy sekali. Tinggal kau pilih saja, dia atau Hyo Jin yang akan hancur seperti ini.” Tantangnya sambil menunjukkan serpihan chip yang telah ia injak. Kemudian Tao pun pergi meninggalkan Lee Joon.
Tidak lama kemudian Soyoon datang dan sempat melihat mereka berbincang .
“ Joon-ah, apa itu temanmu yang kau ceritakan padaku? ”
“ Tentu saja bukan!” Jawabnya sambil sedkit membentak
“ Kau ? YA! Beraninya ya kau membentak majikanmu seperti ini? Aku kan hanya bertanya.” Ucap Soyoon kesal
“ Mianhae, aku sedang tidak dalam mood yang bagus.”
Mendengar ucapan Lee Joon, Soyoon hanya diam hingga mereka tiba dirumah.
“ Soyoon-ah, kau masih marah yah pada ku?” Tanya Lee Joon baik-baik
“ Ani.” Jawab Soyoon dengan singkatnya sambil ia memainkan handphonenya
“ Ya. Soyoon-ah lihat aku. Aku sedang bicara padamu.”
“ Mianhae, aku sedang tidak dalam mood yang bagus.” Ujarnya menirukan ucapan Lee Joon sebelumnya
“ Aiiiisshh, jinjja.” Lee Joon pun semakin frustasi dengan keadaan ini, ia mengacak-acak rambutnya lalu merebut handphone yang tengah di pegang Soyoon dan mencoba mengajaknya berbicara kembali.
“ Neo! aku kan sedang main.”
“ Soyoon.” Ucap Lee Joon dengan wajah dan nada yang serius ia memegang dagu Soyoon agar Soyoon tidak berpaling lagi darinya “ Dengarkan aku, aku akan menjelaskan sesuatu padamu.”
“ Sepenting itu kah ? Ya! Aku tidak suka tatapan mu seperti itu.”
“ Aku tidak punya banyak waktu untuk bercanda.” Jelas Lee Joon “ Apa kau ingat, ketika aku akan keluar dari panti kau berkata pada ku ‘temui aku ketika kau tengah menghadapi masalah’” ? Lee Joon mencoba mengingatkan Soyoon.
“ Ne. Waeyo? Apa kau sedang dalam masalah?” Soyoon yang mulai mengerti dengan keadaan Lee Joon pun mencoba untuk mendengarkan penjelasannya.
Kemudian Lee Joon menjelaskan semua yang tengah di alaminya, hutangnya, nasib Hyo Jin, dan nasib sahabatnya “ Kau juga mungkin akan terlibat Soyoon-ah.Mianhae. Jeongmal mianhae.” Ucap Lee Joon mengakhiri penjelasannya.
“ Baiklah aku mengerti, berapa sisa hutangmu ? aku akan meminjamkan mu uang agar semua masalah selesai.” Jawabnya dengan senyuman
“ Kau tidak perlu melakukannya. Aku sudah meminjam uang pada mu. Sudah kau tidak perlu melakukannya. Mungkin aku memang harus bekerja padanya. Hhaaaahh.” Ucap Lee Joon sambil menyenderkan tubuhnya yang lelah.
“ Kau, tidak malu dengan tattoo mu itu?”
“ Huh?”
“ Kau ini pria bertattoo nazi yang sudah berjanji untuk meninggalkan dunia gelap. Dan kau kini menyerah begitu saja?”
“ Apa boleh buat. Sudahlah besok kau temani saja aku kerumah Hyo Jin. Aku ingin memastikan ia baik-baik saja.”
“ Kau tampaknya sangat mengkhawatirkannya.” Ucap Soyoon dengan nada sedikit cemburu.
Lee Joon menatap Soyoon heran “ Kau cemburu?”
“ Ani. Untuk apa aku cemburu pada mu?” Jelasnya sambil meninggalkan Lee Joon
Mendengar ucapan Soyoon, Lee Joon pun berdiri dan menarik tangan Soyoon. Ia pun mendekap Soyoon dengan sangat erat.
“ Ya! Babo. Aku sengaja mengajak mu ikut agar kau tau dan kau bisa mengenalnya. Dia itu sudah ku anggap seperti adikku.” Ucap Lee Joon tepat di telinga Soyoon.
“ Untuk apa aku mengenalnya?” tanyanya dengan nada yang masih sedikit kesal
“Karena nantinya ia juga akan menjadi adikmu.”
“ Aku tidak mengerti maksudmu.”
Lee Joon sedikit menjauhkan tubuh Soyoon kemudian memegang kedua pipinya dan mengaangkat kepalanya.
“ Soyoon-ah, gomawo kau sudah mau menerima ku di rumah ini, memberikan ku pekerjaan, memberikan segala kebutuhan materiku. Aku tidak tau harus mengembalikan semua jasa mu dengan cara apa. Aku tidak tau jika tidak ada dirimu apa jadinya hidupku. Kau sangat berarti untuk ku Soyoon-ah. Kau telah merubahku. Kau.. Aku tak tau harus mengatakan apalagi tentang dirimu.” Lee Joon menatap soyoon dengan serius dengan pandangan yang sangat tidak biasa. Untuk kali ini jantung Lee Joon tidak berdetak begitu cepat seperti biasanya ketika ia bertatapan atau berdekatan dengan Soyoon. Hal sebaliknya terjadi pada Soyoon. Ia hanya bisa menatap Lee Joon dan menelan air liurnya.
“ Soyoon-ah?” Tanya Lee Joon
“ Uhm?” Jawabnya singkat
Lee Joon mendaratkan ciumannya tepat di bibir mungil Soyoon. Soyoon yang kaget dan tidak menyangka akan perlakuan Lee Joon hanya terdiam dan membulatkan matanya. Ciuman singkat yang hanya hitungan detik pun terjadi antara mereka.
“ Neo?” Tanya Soyoon yang sepertinya kehabisan kata-kata
“ Wae? Kau tidak suka? Yasudah kalau kau tidak suka kembalikan lagi padaku.” Ujar Lee Joon bercanda sambil mendekatkan bibirnya
“ YA! Kau ini. Apa maksudmu?”
“ Oh, kau tidak ingin mengembalikannya? Kau suka ? Baguslah kalau begitu.” Ledek Lee Joon yang mencoba untuk mencairkan suasana canggung diantara mereka.
*Keesokan harinya*
Soyoon dan Lee Joon yang sudah berada di kediaman Hyo Jin saling bercengkrama satu sama lain, sambil mereka menunggu kehadiran Yongguk dan Doojoon. Mereka bertiga terlihat akrab, walau ini pertemuan pertama Hyo Jin dengan Soyoon namun Hyo Jin sangat lah ramah padanya. Ia sudah menganggap Soyoon seperti kakaknya. Setelah menunggu Yongguk dan Dojoon pun datang.
“ Joon-ah !” Seru Yongguk
Melihat kedatangan Yongguk dan Doojoon, Lee Joon pun langsung mengahampiri mereka memeluk mereka penuh kehangatan. Tergurat rona bahagia dan haru di wajah mereka.
“ Mereka seperti saudara kandung yah.” Ucap Soyoon pada Hyo Jin. Hyo Jin pun hanya tersenyum seakan mengiyakan ucapan Soyoon.
“ Kenalkan ini Soyoon. Ia yeoja yang telah merubahku menjadi lebih baik.” Ujar Lee Joon bangga. Soyoon pun hanya tersenyum dan menunduk ketika Lee Joon berkata sepeti itu. Bahkan wajahnya sedikit memerah.
“ Wah, bahagia sekali menjadi dirimu. Keluar dari penjara, masuk panti rehabilitasi dan bertemu yeoja cantik dan baik seperti dia. Perfecto!” Ucap Doojoon
“ Jelas saja ia tidak mau bekerja dengan SeungHyun. Pemandangan yang ia miliki sekarang lebih indah dari pada dimarkas. Hahahaha.” Ucapan Yongguk mengundang gelak tawa semua orang yang ada disana.
“ Oh, kalian apa tidak apa-apa bertemuku seperti ini?” Tanya Lee Joon
“ Itu harusnya pertanyaan yang aku ajukan padamu.” Jawab Yongguk
“ Ya, benar aku dengar SeungHyun meletakan chip di antingmu?.” Tanya DooJoon
“ Chip?” Tanya Soyoon pada Lee Joon dengan tatapan mata yang tajam
Soyoon yang tidak menahu akan keberadaan chip tersebutpun bingung dengan pembicaraan mereka. Doojoon dan Yongguk pun saling tatap dan mengerti akan keadaannya. Sementara Lee Joon yang mendapati banyak pertanyaan dari sahabatya dan Soyoon pun terlihat bingung seperti orang linglung.
“ Hyo Jin-ah ajak ia ke kamar mu. Sepertinya ini sudah memasuki obrolan para namja.” Perintah Yongguk pada adiknya tersebut.
“ Ne Oppa. Kajja Eonni kita ke kamar ku. Kita lanjutkan saja cerita kita tadi yah.”
“ Geurae.” Jawabnya sambil melihat kearah Lee Joon dan seperti berkata ‘ Kau harus jelaskan ini padaku nanti’ tanpa suara. Lee Joon yang melihat raut wajah kesal Soyoon pun hanya mengangguk dan tersenyum.
Lee Joon, Yongguk dan DooJoon melanjutkan pembicaraan mereka kembali.
“ DooJoon-ah, kau tau dari mana soal chip tersebut? Tanya Lee Joon
“ Aku tak sengaja mendengar pembicaraan SeungHyun dengan Tao. Sepertinya mereka sudah mengetahui keberadaan yeoja mu itu.” Jelasnya
“ Aish, bodoh sekali diriku tidak menyadari hal ini.” Lee Joon terdiam dan kembali melanjutkan pembicaraannya. “ Yongguk-ah aku minta maaf sepertinya adikmu juga akan terlibat dalam masalahku. Aku benar-benar minta maaf. Ini semua karena ku.”
“ Kau tidak usah mengkhawatirkan hal itu. Biar aku yang bertanggung jawab atas Hyo jin. Kau lindungi saja Soyoon. Ini juga karena ku, seharusnya aku tidak berhutang dengannya” Ucap Yongguk yang menyesali perbuatannya
“ Ah, Joon-ah. Kau masih memiliki sisa hutang dengan SeungHyun kan ? Kau lunasi saja lah. Ini pakai uang ku.” Ucap DooJoon sambil mengeluarkan amplop yang berisi uang pada Lee Joon.
“ Tidak perlu, aku tidak ingin berhutang padamu. Aku juga sudah meminjam uang pada Soyoon untuk membayar setengah hutangku sebelumnya. Aku tidak mau memiliki banyak hutang demi keparat itu. Biarkan saja aku bekerja dengannya. Mungkin dengan cara ini Soyoon tidak akan terlibat lagi dengan masalah ku. ”
“ Ya! Sudah berapa lama kita berteman? Tidak usah kau pikirkan untuk mengembalikannya padaku.” Jelas DooJoon
“ Dan ini, ambilah untuk menggantikan uang Soyoon yang telah kau pinjam. Tidak pantas seorang namja berhutang pada seorang yeoja.” Cibir Yongguk
“ Ya! Kalian sudah terlalu baik pada ku. Jika aku ingin melunasinya aku tinggal melunasinya.”
“ Apa maksudmu?” Tanya Yongguk
Lee Joon tidak menjawab pertanyaan Yongguk, ia malah pergi keluar dan melihat-lihat sekitar rumah Hyo Jin. Setelah itu ia menutup rapat pintu serta jendela dan gorden agar tidak dapat dilihat orang. Lee Joon pun mendekat kepada kedua sahabatnya tersebut.
“ Dengar, aku sudah merencanakan ini semua. Aku meminta bantuan kalian.”
*Disaat yang bersamaan di kamar Hyo Jin*
“ Jadi kau tinggal sendiri ya disini?” Tanya Soyoon.
“ Ne, Eonni. Kadang aku merasa kesepian karena dulu biasanya selalu ada Oppa atau Doojoon Oppa disini. Tapi sekarang mereka memilih tinggal bersama SeungHyun.” Jawabnya sedikit cemberut
“ Aih, Aku jadi penasaran seperti apa rupa SeungHyun itu. Mengapa kau tidak melaporkannya saja pada polisi?”
Hyo Jin terdiam menatap Soyoon
“ Eonni, jika aku melapor pada polisi maka aku dan Oppadeul juga pasti akan masuk penjara.” Jawabnya sedikit kesal
“ Eoh, jeoseonghaeyo aku tidak bermaksud---” Ucapan Soyoon terhenti ketika ia tidak sengaja melihat sebuah tas cantik yang berada dibawah meja rias Hyo Jin.
Hyo Jin yang sadar akan tingkah Soyoon pun segera bertanya.
“ Eonnie a waegeu raeyo?” Tanya Hyo Jin melihat Soyoon yang menghentikan pembicaraannya.
“ Aniyo, hajiman tas itu punya mu ?”
“ Ye, waeyo ?
“ Ah, aniyo. Neomu yeopoda. Boleh kah aku melihatnya.”
“ Tentu Eonnie.” Hyo Jin menggambil tasnya tersebut.
“ Wah tas ini terlihat sangat mahal. Empat tahun yang lalu pacarku memberikan tas seperti ini padaku. Namun semejak kepergiannya, tas itu pun ikut sirna. Tas itu seolah melambangkan dirinya yang ikut pergi dari ku. Mianhae aku tidak bermaksud..” Ucapan Soyoon pun terhenti. Matanya tampak berkaca-kaca. Hidungnya pun memerah.
*Flashback*
25 Januari 2008. Seoul, Gangnam-gu, Cheongdae-dong. 19.00 KST
“Himchan Oppa, kau lihat tas itu kan? Uwaah yeopoda.” Wajah Soyoon berbinar ketika melihat koleksi tas yang berada dalam etalase toko branded tersebut.
“Oh, kau suka chagi ?” Tanya Himchan sambil menatap lembut kekasihnya tersebut. Soyoon menjawabnya dengan sebuah anggukkan mantap. “ Geurae, kita masuk untuk melihat-lihat yah.” Ajak Himchan.
Himchan pun membelikan tas yang diinginkan Soyoon, ia senang jika melihat Soyoon senang. Walaupun ia hanya bisa memberikannya sebuah tas. Mereka berdua terlihat sangat bahagia menghabiskan waktu bersama hingga hari semakin gelap. Soyoon memutuskan untuk pulang berjalan kaki karena menurutnya itu akan membuat waktunya bersama Himchan terasa semakin lama. Hujan pun turun dengan sangat deras malam itu. Beberapa hari belakangan hujan memang sering turun di malam hari. Mengingat akan hal itu Soyoon tak lupa untuk membawa sebuah payung.
“ Wah, romantis sekali yah Oppa, jalan berdua malam-malam ditemani hujan. Aaahh indah sekali malam ini.” Ucap Soyoon kegirangan
“ Ne, Chagi-ah. Sepertinya kau sangat suka dengan suasana seperti ini.” Jawab Himchan sambil merangkul pundak Soyoon agar ia terlindung dari air hujan. Ia pun melontarkan lelucon-lelucon agar membuat suasana semakin hangat. Tanpa mereka sadari dihadapan mereka sudah ada seorang namja menggunakan sweater berwarna hitam, celana jeans robek-robek, topi dan menutupi topinya menggunakan kupluk yang ada pada sweaternya tersebut. Meski hujan sangat deras ia sama sekali tidak menggunakan payung untuk melindungi dirinya.
“ Berikan barang-barang berhargamu!” perintah namja tersebut sambil menunjuk pada tas yang dijinjing oleh Soyoon .
“Ya! Apa mau mu ? jangan ganggu kami!” tentang Himchan
Dengan sedikit gontai, namja yang ingin merampok mereka semakin medekat sambil mengeluarkan sebilah pisau kecil dari kantung sweater yang ia kenakan dengan ukiran ular di pegangannya, ia pun mengarahkan pisau tersebut pada Himchan.
“ Ya! Neo. Berani kau dengan ku ? hah !” namja tersebut pun menarik tas Soyoon, aksi tarik menarik antara mereka tak terelakkan.
BUG
Pukulan mendarat di hidung namja yang berusaha merebut tas Soyoon.
“cih” gerutunya sambil memegang hidungnya. Matanya yang tajam pun memicing dan menatap Himchan yang menonjoknya dengan penuh rasa amarah dan benci. Seketika ia melepaskan genggamannya pada tas Soyoon itu, dan menusukkan pisaunya di tubuh Himchan beberapa kali. “ Rasakan kau!” ucapnya.
“ Ani, ani, aniyooooo !!! Oppaaaa!!” Soyoon histeris melihat kekasihnya berlumuran darah dan terjatuh dihadapannya. Melihat Soyoon lengah ia pun langsung mengambil tas dan pergi meninggalkan mereka berdua. Yeoja tersebut sudah tidak memikirkan isi dalam tasnya. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah kekasihnya.
*Flashback End*
“ Eonnie, gwenchana?”
“ Ah, ne. Mianhae aku terbawa suasana. Ketika aku melihat tas ini, tiba-tiba aku merindukannya.”
“ Ye, aku mengerti perasaanmu Eonnie.” Ujar Hyo Jin sambil memeluk Soyoon dan membelai rambutnya.
“ Kamshahamnida Hyo Jin-ssi.” Soyoon menghela nafasnya dalam-dalam ketika ia mengingat kejadian empat tahun lalu dimana ia dan kekasihnya menjadi korban perampokan hingga menewaskan kekasihnya tersebut. “ Tas ini terlihat tidak pernah kau pakai ?” Tanya Soyoon.
“ Ah, ye Eonnie. Ketika Lee Joon Oppa memberikannya pada ku saat itu usiaku 13 tahun. Dengan usia ku terebut mau kemana aku dengan tas itu. Hehe “ Jawabnya
“ Lee Joon?”
“ Ye, kau tidak cemburu kan Eonnie?”
“ Tentu saja tidak. Tapi yang menjadi pertanyaanku dari mana ia mendapatkan tas ini? Dan ia memberikan ini pada mu yang saat itu usiamu masih 13 tahun. Ini kan bukan tas yang pantas untuk digunakan anak seusiamu pada saat itu.” Telaah Soyoon yang heran dengan Lee Joon
“ Mollayo. Aku tidak ingat persis kejadiannya lagi pula ia tidak memberitahuku dari mana ia mendapatkannya. “
“ Sudahlah, tidak usah kau pikirkan. Nanti saja kau tanyakan padanya. Aku juga jadi penasaran. Apakah ini milik mantan pacarnya.”
“ Setahuku Oppa tidak pernah punya pacar Eonnie.”
“ Uh, Jeongmal? Kasian sekali dia.”
Terdengar suara seseorang berdehem di pintu kamar Hyo Jin yang mengagetkan mereka berdua. Sontak mereka pun memalingkan wajah mereka ke arah suara tersebut.
“ Ya! Para gadis. Kalian membicarakan ku ya?” Tanya Lee Joon yang sedari tadi mendengar percakapan mereka berdua.
“ Percaya diri sekali kau. Tidak! Aku tidak membicarakan mu.” Jawab Soyoon mengelak
“ Yang benar saja aku sudah ada disini selama 5 menit jadi aku mendengar semua pembicaraan kalian.” Ucapnya sambil memasuki kamar dan mendekati Soyoon.
“ Oppa, kau salah dengar. Sebaiknya kau periksakan telinga mu ke dokter.” Bela Hyo Jin
“ Jeongmal kalian tidak membicarakan ku? Lalu apa maksudmu mengasihani ku karena aku tidak pernah punya pacar?” Tanya Lee Joon pada Soyoon sambil mendekati wajahnya.
“ Ahh, kau ini!!” Soyoon pun pergi meninggalkan Lee Joon dengan kesal.
Melihat tingkah Soyoon Lee Joon pun hanya tersenyum.
“ Oppa, kau ingat ini kan?” Tanya Hyo Jin sambil menunjukkan tasnya
“ Uhm, aku tidak ingat secara pasti. Wae ?” Jawabnya sambil mencoba mengingat.
“ Ah tidak aku hanya penasaran saja.” Jawab Hyo Jin
Lee Joon pun teringat akan Soyoon yang sedang kesal dengannya dan ia mengejarnya.
“ Ini milikmu.” Ujar Yongguk pada Lee Joon seraya melemparkan sebilah pisau kecil padanya.
“ Ah, kau menyimpannya dengan baik selama ini Yongguk-ah.”
“ Tentu saja itu kan benda kesayanganmu.”
“ Yup ! Gomawo bro !” Ujarnya sambil menirukan gaya orang American-Afro.
“ Ya! Yongguk-ah lihat temanmu. Hahaha . belajar darimana anak ini gaya bahasa seperti itu?” Celetuk DooJoon
“ Entahlah, kau tidak ingat mungkin saja ia bertemu dengan orang asing ketika ia masih di penjara.” Ledek Yongguk
“ Ahh, kalian ini. Yasudah aku pulang yah. Terimakasih atas waktu kalian. Semoga rencana kita berjalan lancar.” Ucap Lee Joon
“ Rencana?” Tanya Soyoon bingung
“ Aish jinjja, yeoja ige.” Ketus Lee Joon
“ Mwo ? Mwoya?” Tanyanya sambil melototi lee Joon yang sedang kesal.
“ Ahhh, ani. Aniyaaaa.” Jawabnya sambil meraih kepala Soyoon dan mengacak-acak rambutnya.
Meihat suasana seperti itu Yongguk dan DooJoon pun ikut tersenyum dan bahagia atas kebahagiaan sahabatnya.
“ YA! Jangan pamerkan kemesraan depan ku!” Seru DooJoon
“ Hahaha, ya sudah kami pulang yah! Annyeong!” Ujar Lee Joon sambil melambaikan tangannya
“ Annyeong Yongguk-ssi, DooJoon-ssi. Sampai bertemu kembali . Semoga hari mu menyenangkan.” Ucap Soyoon sambil membungkukkan tubuhnya.
______________________________________________________
*Kediaman Soyoon*
“ Ya! Lee Joon-ssi kau harus menjelaskan banyak padaku.” Perintah Soyoon yang menghampiri Lee Joon ketika ia duduk di sofa ruang tamu.
“ Menjelaskan apalagi?”
“ Ah, igeo chip, rencana, dan ah iya tas!” Ucapnya sambil memajukan bibirnya
“ Heuuh, Aigo. Banyak hal yang tidak perlu kau tau Soyoon-ah. Mengapa kau peduli sekali dengan urusanku?” Tanya Lee Joon yang kemudian mendekati Soyoon.
“ Yah kau kan pegawaiku jadi aku harus tau dengan masalahmu.” Jelasnya