CHAPTER 1 : FIN.
Jiyeon’s POV
Pelajaran Fisika oleh Donghae seonsangnim selalu terasa membosankan. Sangat membosankan dimana aku bisa terlelap kapan saja oleh lullabynya—karena setiap beliau bersuara, apapun yang dia katakan selalu terdengar seperti lagu nina bobok. Selain itu, apa inti dari mempelajari semua ini? Mempelajari bola jatuh dimana kita harus menghitung waktu,kecepatan serta percepatannya. Kalau mau jatuh,ya jatuh saja. Mengapa harus mempersulit kami para siswa yang telah digembleng dari pagi pukul 08.00 hingga siang sekarang ini,pukul 14.00 untuk menghitungnya. Selain itu, sebenarnya yang menjadi alasan kuat aku membenci pelajaran beliau adalah, mata pelajaran beliau selalu dijadwalkan di jam terakhir. Dimana aku selalu tidak fokus ketika detik-detik ke bell pulang semakin dekat.
Seratus! Seperti yang sudah kalian duga, aku adalah siswi SMA yang tidak patut dicontoh karena terlalu mudah rindu dengan rumah—dalam arti,selalu ingin cepat pulang. Dan kalian akan tahu mengapa dalam 10 menit lagi. Tepat 10 menit lagi.
5 menit lagi.
1 menit lagi.
Dan...TEET! Lonceng surga telah berbunyi. Aku sudah memegang erat strap tasku dan bersiap-siap untuk mengalungkannya ke lenganku. Di dalam hati, aku menghitung mundur ketika Donghae seonsangnim mengkemas-kemas buku-buku tebalnya. Tepat setelah Donghae seonsangnim keluar dari pintu kelas, terdengar suara ‘RACE START’ ala Running Man dari kepalaku. Marathonku telah dimulai! Sebelum..
“Park Ji! Ya, kamu lupa hari ini kita ada piket kebersihan?” suara Lee Jieun saat mengingatkanku akan piketku sungguh terdengar sangat menyebalkan.
Dan pertemuanku dengan dirinya pun tertunda beberapa menit lagi.
___________
Piket kelas yang kulakukan secepat kilat pun akhirnya selesai. Wajahku kembali cerah ceria. Aku langsung melaju keluar dari sekolah dengan langkah cepatku.
“Park Ji! Apa kamu akan melihatnya lagi?” Jieun mendekatiku yang sudah sepersekian meter di depannya.
“Pertanyaanmu sangat tidak berguna,Lee Jieun. Aku tahu kamu pasti sudah tahu jawabannya.” Ucapku keras-keras sambil tetap melihat ke depan.
Sesampainya di parkiran sekolah, segera kupancing kunci sepeda dari saku jas seragamku dan kumasukkan ke lubang kuncinya. Setelah itu, segera kusambar stang sepedanya dan perjalananku menuju dirinya segera dimulai. Kali ini, ini benar-benar RACE START!
Kalian perlu tahu, sepeda menyalip motor dan mobil itu tidak hanya berada di anime atau manga saja karena saat ini aku benar-benar sedang mempraktekannya. Oke, ini terdengar sangat berlebihan. Tetapi kamu akan mengerti bahwa ini tidak terdengar berlebihan karena mobil dan motor yang kusalip sedang berhenti karena lampu merah.
‘Whoosh’ Mungkin itu sound effect yang tepat dimasukkan ketika aku sedang memacu sepeda beroda duaku ketika aku segera ingin bertemu dengan dirinya. Dirinya yang bersinar-sinar bak dewa yunani dan dirinya yang lebih berharga dari mutiara milik Princess Aurel.
Setelah perjalanan yang serasa seperti selamanya, aku akhirnya sampai di deretan stand makanan itu. Stand makanan yang berderet-deret di dekat sebuah pasar tradisional. Ya, aku terbilang hidup di pinggir kota jadi hal seperti pasar tradisional atau pedagang tradisional masih banyak ditemui di daerah kami.
Kuparkirkan sepedaku seadanya dan segera aku mengantri di belakang antrian yang sudah terbentuk sebelum kedatanganku. 1 orang..3 orang..6 orang..7 orang..Astaga! Mengapa mereka menyukai stand ini? Hanya aku yang boleh menyukai stand ini dan juga,tentu saja, penjualnya. Terik matahari yang menyengat membuatku menjadi tambah emosi. Lantas, sebuah ide datang dari kepalaku!
“Permisi..” ucapku kepada seorang ibu-ibu paruh baya di depanku. Sang ibu kemudian menengok.
“Permisi bu.Apakah Anda benar-benar yakin akan membeli popcorn dari penjual ini?” ucapku dengan wajah serius.
“Ndae?”
“Aah..Aku tidak tahu harus mengatakannya atau tidak, tetapi...Ah eottohke!” aku berusaha mengambil perhatian sang ibu dan berhasil, ibu-ibu tersebut berbalik badan dan melihat serius ke arahku “Ada apa anak muda?”
“Bu, aku sebenarnya tidak ingin mengatakannya tetapi, apakah ibu tahu bahwa sebenarnya..penjual dari popcorn ini memiliki sebuah kebiasaan yang menjijikkan?” aku berbisik sambil memasang wajah yang meyakinkan.
“Eh? Kebiasaan apa? ”
Aku, bukannya memberi ibu-ibu tersebut jawaban menggunakan kata-kata malah memberinya gestur tubuh, yaitu gestur tubuh orang mengupil dan menggaruk-garuk pantat. Aah ini sungguh memalukan! Tapi, akhirnya berhasil juga karena ibu-ibu tersebut langsung memasang wajah jijik dan pergi begitu saja. Ah tidak, ia malah memberi tahu ibu-ibu di depannya sehingga antrianku berkurang 3! Eommona, otakku sungguh sebuah anugerah terindah dari Tuhan!
Oke, jangan salahkan aku yang terlalu jahat mengurangi pelanggan Mr.Specialku tetapi salahkan terik matahari yang sangat menyengat ini yang telah memprovokasiku untuk melakukannya dan lagi salahkan juga ibu-ibu itu yang terlalu percaya padaku. Jadi, kesalahanku mungkin hanya 30%?
Aku sekarang akhirnya berada di antrian nomor 5. Aku yang tidak ingin membuang-buang waktu pun mengambil benda kotak pipih dari tas ranselku dan berpura-pura chatting lalu tertawa-tawa sendiri. Padahal..kalian tahu sendiri kan aku ngapain? Yohoo~ Lagi-lagi seratus untuk kalian! Merekam setiap gerak-gerik dirinya yang sedang melayani pelanggan dengan penuh pesona.
Ini sebenarnya hari ke-27 ku dalam mengamatinya. Ya, dia adalah pedagang baru di daerah ini. Popcornnya terkenal enak dan murah sehingga dagangannya terbilang laris.
Antrian pun memendek dan memendek hingga aku sekarang berada di antrian nomor dua. Astaga, mengapa aku merasa ini seperti hari kelulusan saja. Jantungku tidak dapat berhenti berulah, lompat ke kanan ke kiri, ke atas ke bawah. Hey, benda kecil di sana, tenanglah sedikit! Bisa-bisa nanti aku salah tingkah ketika sudah berhadapan dengannya.
“Pesanan Anda?” sebuah suara yang menyejukkan telinga itu menyapaku dan aku pun segera menurunkan smart phoneku dan memasukkannya ke dalam tas ransel.
“Uh..dua bungkus popcorn. Y-yang s-satu r-rr rasa Cola yang s-satunya lll—llagi rrrr-rrasa Pedas!” pesanku dengan suara yang sedikit terbata-bata (atau mungkin banyak).
Ia pun tertawa kecil, menunjukkan gingsul manisnya dan ketika aku menyadarinya, ia menatap tanganku yang sedang mengacungkan angka satu padahal aku memesan dua popcorn. Bodoh! Aku pun lalu tersenyum getir dan menaikkan satu jari lagi. Tapi anehnya—mungkin terlalu aneh hingga Jieun harus membawaku ke rumah sakit jiwa--, aku bukannya malu malah senang melihat tawa manisnya itu.
Nah! Inilah waktu yang kunanti-nanti. Menatap namja tampan nan cute ini dari dekat ketika ia sedang menyiapkan popcorn pesananku. Dari jarak yang sangatlah dekat hingga aku merasakan nafasku sesak setiap mengingat kita bernafas menggunakan udara yang sama. Apalagi ketika kulihat ia melepas topinya. Ya, aku lebih menyukai namja itu tanpa topi. Dimana rambut seksi dan poni manisnya itu akan menyempurnakan perpaduan sempurna nan proporsiponal dari wajahnya. Kulit wajahnya yang putih bersih, tetapi tidak begitu putih. Jidatnya yang sangat cantik,tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas. Hidungnya yang mancung secukupnya, tetapi tidak terlalu mancung. Matanya yang dalam, sangat dalam. Alisnya yang tebal dan sangat menunjukkan kejantanannya.Rahangnya yang sangat tajam, hingga mungkin bisa untuk mengiris wortel. Bibirnya yang merah merekah dan hal yang bisa membunuhku yaitu ketika bibir itu membuka dan menunjukkan deretan putih bersih giginya,gingsulnya serta lesung pipinya itu. Mataku menuju ke bawah..mengamati name tag yang berada di seragamnya. Kueja dalam hati ‘Jackson’.Lihat! Namanya saja sudah keren. Aku mengeja lagi namanya menggunakan Engrishku yang sangat fail. Jek-e-sen.
“Agasshi?” ketika aku menyadarinya, sebuah tas kresek berisi dua popcorn sudah berada di hadapanku, berayun-ayun memecah setiap gelembung lamunanku.
“Ahh nae? B-berapa?” Aku pura-pura bertanya padahal aku tahu bahwa dua popcorn ini akan menghabiskan uang sekitar 2000 won.
“2000 won,agasshi.”
Aku lalu segera membayar dan mataku melebar ketika tanganku melakukan skinship dengan tangannya. Perasaan seperti popcorn yang meletup-letup itu datang! Ah, seandainya aku mempunyai kemampuan seperti kemampuan Tao pada EXO, aku pasti akan menghentikan waktu saat ini dan terus melakukan skinship miniku dengan Mr.Jackson.
___________________
“Jadi..Bagaimana tadi?” tanya Lee Jieun sambil menyambar kresek beris popcorn kami. Eey.. Jangan kira perjuanganku untuk mengagumi Mr.Popcorn selesai, sekarang ini, aku dan Jieun sedang akan melahap popcorn pesanan kami di kursi yang telah disediakan di deretan pedagang-pedangan tersebut. Yah, pemerintah kota distrik kami sangat menghargai perjuangan pedagang kaki lima sehingga mereka memberikan fasilitas yang baik kepada mereka, seperti kursi-kursi tempat duduk dan payung di atas ini misalnya.
“Bagaimana? Tentu saja Jackson-ku selalu awe~~somee~~~” ujarku mantap sambil mengacungkan dua jempol.
“Aish..” Jieun mungkin sudah bosan untuk menemaniku membeli popcorn tapi, aku sebagai sahabat yang baik selalu memaksanya untuk menemaniku dan mengultimatum mengakhiri persahabatan kita jika dia tidak mau.
“Lihat, kamu pesan rasa pedas lagi?” tanya Jieun kepadaku. Aku mengangguk.
“Eoh. Kamu tahu sendiri kan aku tidak suka rasa manis.”
Aku hanya menaikkan bahuku lalu menurunkannya kembali. Lalu, kuambil bungkusna popcornku dan melepas segelnya.
“Omo~ Lihatlah, bahkan popcorn buatannya pun tampak begitu tampan!” ujarku histeris dengan mata yang berbinar-binar. Jieun yang sudah melahap popcorn rasa Cola nya pun tersedak melihat tingkahku.
“Sakit jiwa.” Ujarnya pelan sambil mengambil air minum dari ranselnya.
Aku mengabaikannya dan mulai melahap popocorn rasa pedasku. Sebodo dengan Jieun dan insiden tersedaknya. Dia sudah seharusnya terbiasa dengan aktivitas fangirlingku terhadap Mr.Jackson,bukan?
Setiap butir popcorn mulai kumasukkan ke dalam mulutku,hingga aku berhenti memasukkan popcorn ke dalam mulutku ketika kulihat sebuah gulungan kertas di genggaman jariku.
“Omo! Apa ini?” aku melihat ke arah gulungan kertas tersebut dengan mataku yang sudah membulat penuh.
Perlahan kubuka gulungan kertas tersebut dan saat gulungan kertas terbuka penuh, aku melihat tulisan di atasnya.
“It’s not working
So stop fronting...”
“It’s not working? So stop fronting?” Aku dan Jieun yang sudah kuberitahu bahwa aku menemukan gulungan kertas mengeja kalimatnya secara bersamaan. Setelah membacanya, aku dan Jieun saling melihat satu sama lain.
“Kurasa ada kelanjutan dari kalimat ini.Lihat, ada tanda titik tiga di belakangnya.’ Ujar Jieun sambil menunjukkkan tanda titik tiga di kertas tersebut.
Aku kemudian menaruhnya di atas meja dan melahap popcornnya lagi, berharap menemukan gulungan kertas lagi dan benar, setelah melahap cukup banyak popcorn hingga mulutku penuh, aku menemukan gulungan kertas kedua.
Aku membukanya pelan. Perasaan berdebar-debar ini, melebihi perasaan berdebar ketika aku membuka hasil ujian semesterku.
Dan ketika aku membaca tulisan pada gulungan kedua, aku merasa mataku akan loncat dari tempatnya jika aku adalah Tom atau Jerry pada kartun-kartun di televisi itu.
“I know you want me,
Let’s start talking...”
Apakah dia menyadarinya? Ah, kurasa aku harus membuka gulungan lain yang masih ada karena di belakang kalimat itu pun masih ada tanda tiga titik.
Aku melahap popcorn dengan kecepatan LTE-ku lagi lalu membuka gulungan selanjutnya.
“Hey I already know everything so why are you hiding
It’s written all over your face that you like me...”
Aku semakin penasaran saja dengan gulungan selanjutnya, sehingga aku pun memutuskan untuk menghabiskan semua popcorn yang ada dan mengumpulkan semua gulungan lalu mengurutkannya di meja. Kubuka enam gulungan terakhir tersebut satu per satu dengan antusias dan saat aku membacanya, aku bersumpah, wajahku tampak sangat bodoh saat itu. Pipiku memerah seperti tomat. Mulutku melongo tidak percaya. Dan mata rusaku membulat hampir sempurna.
“Hey why do you look away
I know everything...”
“When I feel you looking at me
You’re always there when I turn around...”
“Even though I look a couple of times
Even though I pretend not to be surprised
I know why you always are around me...”
“You thought that I wouldn’t know that you liked me
That was so cute of you...”
“I want to pretend that I don’t know
But I can’t stand it anymore
I know everything come over here
Don’t avoid me anymore...”
Ketika tersisa satu gulungan kertas terakhir yang belum terbuka, aku menahan nafasku sejenak.
“Jieun, coba cubit aku.” Ujarku sambil memegang dadaku yang terasa sesak setelah membaca setiap tulisan dari gulungan-gulungan tsb.
“Tidak Park Ji. Kamu sedang tidak bermimpi.” Bukannya mencubitku, Jieun malah memutar bola matanya sambil mengatakan kalimat tsb kepadaku.
“Ya! Sudah kubilang, cubit saja!” Aku memonyongkan bibirku kesal. Sambil mengeluh kesal, Jieun akhirnya melakukannya ke kedua pipiku.
“Park jiyeon, kamu sedang tidak bermimpi!” Dan benar, cubitan keras dari Jieun terasa sangat nyata hingga aku mengerang kesakitan sementara Jieun tertawa kecil memandangku.
“Lalu..mungkinkah di dalam popcornmu ada benda yang sama?” tanyaku kepada Jieun.
Jieun menggelengkan kepala. “Eobso, hanya milikmu kurasa?” Ia mengerdikkan matanya manja ke arahku. Omo..Jadi..benarkah aku pembeli yang terpilih?
Jieun lalu melirik ke arah gulungan kertas terakhir dan mengangkat kedua alisnya, seakan mengisyaratkanku untuk membuka gulungan terakhir. Aku mengangguk semangat lalu mengambil gulungan kertas terakhir tersebut. Dan ketika aku membukanya, aku bersumpah, tubuhku terasa lumpuh dan jantungku berpacu tiga kali lipat dari sebelumnya.
“Park Jiyeon,
Sarranghae~ <3 ”
____________________
Aku menarik nafasku panjang dan setelah beberapa menit mengumpulkan serpihan keberanian, aku bangkit dari kursi dan melaju menuju dirinya. Iya, dirinya, Mr.Popcorn yang memiliki nama keren, Jackson Wang.
Sesampainya di depan stand yang kebetulan telah kosong tanpa antrian pembeli, aku mencoba mengambil perhatiannya yang tadinya ke arah mesin popcornnya, kini ke arahku.
“Permisi..” ujarku pelan. Pipiku terasa seperti akan meledak saking panasnya, apalagi setelah Jackson mengalihkan perhatiannya ke arahku sambil tersenyum manis.
“Nae?” Ia lalu menggosok lehernya sambil melihat ke arah bawah.
Aku menjeda nafasku sejenak lalu menghembuskannya.
“Bolehkah aku..memesan satu bungkus popcorn lagi?” tanyaku, tanpa melihat ke arahnya karena aku yakin jika aku melakukannya, jantungku mungkin akan segera meledak seperti dinamit.
“Popcorn rasa pedas?” tanyanya.
Aku kemudian melihat ke arahnya dan mengangguk pelan “Ndae..”
Jiyeon’s POV Ends
Author’s POV (epilog)
Tak lama, Jackson lalu mengambilkan pesanan Jiyeon dan dalam waktu beberapa menit, ia selesai dan menodongkan plastik kresek berisi popocorn ke arah Jiyeon.
Jiyeon yang sudah menyiapkan uang pas daritadi akhirnya menodongkan uang 1000 won nya tersebut ke arah Jackson yang menatap Jiyeon malu-malu. Setelah menerima kresek plastik dari Jackson, Jiyeon pun segera melesat kembali ke arah Jieun yang sudah menunggunya di meja tadi.
“Kamu gila!” ujar Jieun.
“Iya, aku memang gila.” Ucap Jiyeon sambil tetap melihat ke arah Jackson yang melihat lama ke arah uang 1000 won yang Jiyeon berikan. “Aku gila akan cinta seorang penjual popcorn.” Lanjut Jiyeon membuat Jieun menghembuskan nafasnya cukup panjang atas tingkah teman karibnya itu.
“Terserah kamu sajalah.” Jieun menopang dagunya menggunakan kedua tangannya.
Sementara Jackson, dia hanya bisa tersenyum sendiri seperti orang gila ketika melihat uang dari Jiyeon. Bagaimana tidak? Ada tulisan Jiyeon di atasnya yang membuat jantung Jackson meletup-letup tidak karuan seperti popcorn yang ia jual.
“Mr.Jackson, popcorn-mu sangat manis
Padahal aku memesan popcorn rasa pedas. :3
Aku ingin kamu memberitahuku rahasianya lewat nomor ini: 82x-xxx-xxx”
Author’s POV Ends
-THE END
Haha! Bagaimana bagaimana? Fluff banget nggak? :3
Maaf yaa kalo kurang sweet..
Subscribe,Comment dan Love yaa jika ingin author nulis ff fluff lainnya :3 :)
natadecocoo copyright ©