CHAPTER 2 : Misfortune
Hari ini tidak sekolah jadi, aku bebas pergi kemana saja. Tapi, aku tidak tahu mau kemana aku hari ini. Sambil sarapan aku sambil berpikir. "Eonni! kau kenapa? Bengong aja" teriak Miyeon, "Hah? Oh... tidak ada, aku tidak bengong tau.. cuma berpikir saja", "hati-hati, kalau pagi-pagi bengong nanti kemasukan lohhh" ejek eomma yang sedang mengaduk tehnya, "eomma, apaan dah.. jangan aneh-aneh deh" balasku, "maksudku kemasukan malapetaka" tawa eomma, "aigoo...eomma-ya.. ckckck" kata Miyeon. "Kalian ini, pagi-pagi sudah ngomongin begituan... gimana sih" kata appa sambil mengambil tas kerjanya. "Eomma nanti aku pergi ya" kataku, "mau kemana?" tanya eomma, "biasa.. apalagi kalau bukan ngedate" ejek Miyeon, "ah kau ini, jangan sok tau. Aku ingin jalan-jalan sendiri... mau refreshing","baiklah, tapi jangan pualng malam-malam ya" kata eomma, "eum, arasseoyo". Habis sarapan aku langsung mengambil tas-ku dan pergi. Sampai di luar, aku masih terus berpikir mau kemana. Karena bosan, aku mampir ke cafe. "Kak ganteng..." panggilku, "O! Seonji-ya" seorang namja di kasir langsung menyapaku. "Annyeong CNU oppa!", "annyeong! kamu mau minum apa? latte lagi?" tanyanya sambil membersihkan gelas, "ehm... tidak dulu deh, lagi tidak mood","ckckck.. aigoo, masa pagi-pagi sudah bad mood", "bukan bad mood tapi tidak mood... eum.. oh iya, Gongchan oppa udah mampir belum?", "belum tuh, mungkin agak siangan. Wae? neo bogosipeoyo" ejek CNU oppa, "aniya... ani.. geunyang.." kataku reflek. CNU oppa tertawa. CNU oppa adalah guru barista Gongchan oppa. Gongchan datang ke cafe ini untuk belajar tentang kopi dan pembuatannya dengan CNU oppa. Selain itu, aku dan Gongchan oppa juga langganan disini. Kami bertiga bisa dibilang menjadi teman dekat. Aku lebih sering kesini untuk melihat Gongchan oppa les daripada minum kopi *hihihihii. Mereka berdua sangat keren dan ganteng saat membuat kopi. Tapi, tak jarang juga Gongchan mengomeliku gara-gara aku mengganggu konsentrasinya. Iya sih, dimulut marah-marah tapi di hatinya... dia ingin aku tinggal disitu.
1 jam kemudian, aku pergi dari cafe. Aku melanjutkan perjalananku. Tapi, aku berjalan tanpa tujuan, putar sana, putar sini, belok sana, belok sini. Entah kenapa semakin lama aku berjalan perasaanku semakin tidak nyaman. Tanpa disadari, aku berhenti di depan sebuah toko yang menarik perhatianku. Toko barang antik. Aku suka sekali dengan barang antik, walaupun tidak mengoleksinya tapi aku senang melihatnya. Aku masuk ke dalam, disana banyak barang antik yang memenuhi semua sudut ruangan. Lihat sini, lihat situ, pegang ini, pegang itu, hingga akhirnya... "Kau suka barang itu nona?" tanya seorang kakek dari belakangku dengan suara seraknya, aku kaget dan langsung berbalik badan. Seorang kakek botak yang berjenggot putih dan berkacamata bulat sambil memegang buku jadul menyapaku. "Ne.. annyeonghaseyo. Iya benar, aku menyukai cermin ini, sangat unik", "ini adalah cermin yang sangat berharga... dibuat dengan perak asli, umurnya sudah lebih dari 300 tahun", "jinjjayo? wah... neomu yeppeo". Lalu, kakek itu terdiam sejenak sambil memerhatikan sesuatu, "nona, apakah kamu sudah tunangan?" tanya kakek misterius itu, "darimana kakek tau?" kataku bingung, "cincinmu", "ah... geurae? ehehehe... majayo" jawabku, "tapi...", "tapi apa kek?", "entah kenapa saya merasakan aura buruk setelah melihat cincin itu" kata kakek itu dengan wajah khawatir, "aura buruk? aura buruk apa?" tanyaku bingung, "nona... coba kau lihat kakek, sebentar saja" katanya sambil menatapku, aku berbalik badan. Apa? aura buruk? apa maksudnya? batinku. Kemudian, "nona... kau.. harus berhati-hati, karena ada hal buruk yang akan menimpamu atau orang terdekatmu hari ini. Kalau bisa, malam ini jangan pergi kemana-mana algetji?" kata kakek itu sambil berjalan menuju kursi kasir. "Hal buruk? kakek bicara apa? aku tidak mengerti" kataku menahan emosi. Siapa dia? kok berkata seperti itu? memangnya dia peramal? batinku. "Kakek hanya melihat apa yang dikatakan oleh matamu", aku hanya diam dan berbalik badan. "Nona... jika masalah itu benar-benar menimpamu.. maka datanglah kesini. Toko ini akan terbuka kapan saja untukmu" tambah kakek itu. Aku berbalik dan membungkuk kemudian tanpa kata aku pergi begitu saja. Aku tidak habis pikir, kenapa ada orang yang seperti itu.. secara spontan dan to the point menyakiti hati orang. Yang tadinya tidak terlalu bad mood jadi beneran bad mood. Karena kesal, aku langsung pulang.
Saat di kamar, aku tiduran di tempat tidur. Aku memejamkan mataku kemudian membukanya. Aku lakukan berulang kali. Aku terus memikirkan perkataan kakek tadi. Apa maksudnya? batinku. Ya sudahlah lupakan, aku lagi bad mood batinku. Tiba-tiba lagu Solo Day-B1A4 terdengar dari hp-ku. "Oppa-ya, waeyo?", " Seonji-a, mianhae.. aku tidak bisa mengantarmu nanti malam. Aku harus membantu appa di kantor. Jeongmal mianhaeyo", "jinjja? oh... arasseo, gwaenchana. Aku nebeng Dabin aja", "jeongmal mianhae Seonji-a, jangan marah ya", "aniya, aku tidak marah.. geogjeonghajima", "kalau begitu sampai jumpa nanti, annyeong.. ppoppo..", "ah, oppa, kau ini.. *chukk.. annyeong". Aku menutup telepon. Yah, padahal aku ingin sekali ketemu oppa. Sibuk apa sih... batinku. Aku sangat bete, akhirnya aku tertidur.
"Eonni, Dabin eonni sudah datang" teriak Miyeon dari luar, "eum, arasseo" jawabku sambil mengikat rambut. Aku lihat jam di hp-ku, "jam 6... tumben on-time, biasanya ngaret". Lalu aku langsung turun dan keluar rumah. Oh, ternyata bukan cuma Dabin... aku lihat yang menyetir Baewon dan sampingnya Taewoo. "Cepat masuk" teriak Dabin dari jendela belakang. Aku hanya mengangguk dan masuk mobil. Saat di jalan, "Seon, Gongchan kemana?" tanya Baewon, "Oh, dia lagi bantuin appa nya di kantor","tapi nanti dia datangkan?" tanya-nya lagi, "katanya sih begitu" jawabku, "oh iya, nanti kita nonton apa?" tanya Dabin mengalihkan topik, "horror aja yuk.." jawab Baewon, "sirheo!!" teriakku dan Taewoo berbarengan, "ah, kalian masih takut aja sama film horror" ejek Baewon, "aissh... kau ini, ya sudah, kalu gitu action saja" kata Dabin, "khol!" kataku, "khol!" lanjut Taewoo, "khol!" tambah Baewon, "khol! fix" tutup Dabin. Kami semua tertawa.
Sesampainya di bioskop, Baewon dan Taewoo langsung membeli tiket. "Ini tiketnya, filmnya jam 7 jadi kita makan dulu yuk" kata Baewon, "ok" kataku, "yuk makan, aku lapar" kata Dabin, Taewoo hanya mengangguk. Selesai makan, kami masuk ke studio. 15 menit setelah film dimulai Gongchan belum juga datang jadi, aku sms saja dia. 45 menit kemudian aku melihat hp-ku, ternyata oppa sudah membalasnya 15 menit yang lalu. #Seonji-a, jeongmal mianhae. Aku tidak jadi nonton, aku disuruh lembur sama appa. Masih banyak tugas yang harus kukerjakan... mianhaeyo chagiya... saranghae ~Chu. Ah, geurae? arasseo batinku. Setelah nonton, kami langsung pulang karena capek. Dabin tertidur di mobil, Taewoo bolak-balik melihat keluar jendela sambil bermain hp, Baewon fokus menyetir dan aku terus melihat keluar jendela. Aku masih berpikir tentang perkataan kakek tadi. Dari tadi pagi perasaanku sudah tidak enak, ditambah perkataan kakek misterius tadi perasaanku makin tidak enak. Aku menunggu telepon atau sms dari Gongchan oppa. Akhirnya ku pastikan aku telepon saja, "Oppa-ya, neo eodini?" tanyaku, "oh... Seonji-a, aku lagi otw pulang", "oppa, kau tau? aku sangat khawatir padamu, dari tadi kamu tidak kasih kabar", "ehehehe... mianhae", "tapi ya sudahlah, aku lega sekarang, hati-hati di jalan ya", aku menutup telepon. Hatiku lega sekarang, Gongchan tidak apa-apa. Aku bisa istirahat deh... aku langsung memejamkan mata. Tapi, tiba-tiba Baewon rem mendadak. Aku, Taewoo dan Dabin terkejut. "Ya, neo waeirae?" tanya Taewoo, "Won, ada apa?" tanya Dabin, "kalian semua... lihat ke belakang" katanya terkejut. "Omo!!!" teriak Dabin, "oh my god!!!" jawabku, "ayo kesana.." kata Taewoo. Baewon langsung tancap gas dan putar balik. Ternyata ada kecelakaan, sebuah truk menabrak 1 mobil biru hingga terbalik-balik. Baewon memarkir mobilnya 6 meter dari lokasi kejadian. Kami semua langsung turun dan tidak berani mendekat. Taewoo langsung menelepon polisi, Baewon menelepon ambulance sedangkan aku dan Dabin hanya melihat dan panik.
Beberapa saat kemudian, polisi, ambulance dan wartawan-pun datang. Orang-orang juga mulai berkumpul. Kami ber-4 mendekati tempat itu. Dabin bilang padaku bahwa supir truk ini mabuk dan ditangkap oleh polisi. Aku hanya diam dan memerhatikan lokasi kejadian. Tiba-tiba mataku terpaku oleh sesuatu. Aku melihat gantungan teddy bear pink di spion tengah. Teddy bear ber-syal itu mirip punya Gongchan. Dengan reflek aku langsung melewati garis polisi. "Hei nona, kamu tidak boleh..." kata seorang polisi namja, aku langsung mengambil teddy bear itu dan meilhat syal-nya. Dan ternyata benar, ini milik Gongchan... S.G.4ever tertulis di syal itu. "Nona, kamu tidak boleh disini, ayo keluar" kata polisi itu pelan-pelan menarikku keluar. Aku hanya terdiam dan bergemetar, mataku sudah berkaca-kaca. Aku langsung lari ke ambulance. "Jeogiyo, izinkan aku untuk melihat korbannya.... sebentar saja" kataku lirih, "tapi... ini harus langsung dibawa ke RS seorang kata perawat yeoja, "jebal... sebentar saja" aku memohon, "arasseo, ppalli wa" perawat itu menyuruhku untuk masuk. Saatku lihat... "Omo!!! oppa-ya...." aku terkejut melihat Gongchan oppa yang mengalami pendarahan hebat. "Perawat.. aku ikut dengan kalian ke RS, aku kenal orang ini, dia tunanganku" teriakku. Akhirnya, kami berangkat ke RS.
"Da... Dabin-a..." aku menelepon, "Ya, neo waeirae? uljima... neo eodiseo?", "cepat ikuti ambulance ini" teriakku sambil menangis, "waeyo?", "Gong..Gongchan... Gongchan oppa-ga... dia yang ditabrak", "jinjja? arasseo, kami segera kesana... Baewon-a nyalakan mobilnya sekarang!... tunggu kami disana algetji?", lalu telepon ditutup. Aku terus menangis di mobil. Aku genggam tangan kirinya dengan erat. Oppa-ya... bangunlah... aku mohon batinku. Sampai di RS, oppa langsung dibawa ke UGD dan aku duduk diluar sambil melipat tanganku dan berdoa. Aku sangat panik, tanganku tidak berhenti bergemetar. Lalu, mereka bertiga datang juga. Dabin lari menghampiriku dan memelukku dengan erat tanpa berkata sesuatu. Dia ikut menangis. "Dabin-a... eotteohke? oppa-ga" kataku lirih, "uljima, dia akan baik-baik saja". Baewon menelepon keluarga Gongchan dan Taewoo hanya duduk diam dengan wajah panik. Beberapa saat kemudian, seorang dokter yeoja keluar. "Dia mengalami pendarahan otak yang parah. Dia harus segera di operasi kalau tidak nyawanya akan dalam bahaya. Apakah diantara kalian adalah keluarganya?" tanyanya dengan tergesa-gesa, "saya... saya adalah tunangannya" jawabku reflek, "baik.. ikuti saya". Aku mengikuti dia ke recepsionis. Tanpa banyak pikir, aku langsung menandatangani surat persetujuan operasi. Aku kembali ke ruang tunggu. Dan akhirnya operasi dimulai. 15 menit kemudian, keluargaku kecuali Miyeon dan keluarga oppa datang.
Imo menangis histeris sambil dirangkul ahjussi, aku dipeluk erat eomma, dan appa duduk diam sambil berdoa. Kami semua menunggu dengan kepanikan yang hebat. Pikiranku kacau dan hatiku hancur. Setelah 1 setengah jam, aku melihat satu per satu dokter keluar dari ruang operasi. Kemudian dokter yeoja tadi juga keluar dan menghampiri kami semua. "Na... jeongmal... joseonghamnida" sambil membungkuk dan menangis. Imo langsung pingsan dirangkulan ahjussi dan kami semua terkejut. "Oppa!!!! andwaeyo... eomma-ya!!! oppa wae?... oppa... oppa-ya!!!!" teriakku histeris sambil menangis kencang. "Oppa... hajima, hajima, hajima!!! hajimarago...." teriakku. Kakiku lemas dan berlutut, mukaku pucat. Kenapa kamu meninggalkan ku begitu saja??? kenapa kau tega??? batinku. Aku terus menangis dan memberontak, Dabin dan eomma terus memelukku dengan erat. "Oppa wae.... hajima..." lirihku. Tidak ku sangka hal buruk benar-benar terjadi. Orang yang paling kucintai pergi begitu saja. Berarti pertunanganku dengan Gongchan menjadi sia-sia.
~TBC~