CHAPTER 2 : EVERYTIME
“ oppa .. “ kata Eyoung tanpa melihat kearah Luhan.
“ nde .. “ jawab Luhan sambil membelai lembut rambut Eyoung.
“ kau tak akan meninggalkanku kan?” nada bicara Eyoung sedikit berbeda dan Luhan tau itu
“ tentu tidak chagiya, aku tak akan pernah meninggalkanmu” jawab Luhan mantap.
“ neo yaksok?” kini Eyoung menatap Luhan.
“ ne, nae yaksok” jawab Luhan sambil tersenyum. Kini manik mata mereka bertemu, saling memandang dan saling mendekat, sangat dekat. Hingga Luhan berhasil memagut bibir mungil Eyoung, menikmati setiap inchi yang asa disana
“ saranghae”
***
Luhan membuka matanya tiba – tiba. Dia merasakan sesuatu terjadi pada tubuhnya. Tangannya mencoba meraih nakas namun tak berhasil. Setelah susah payah akhirnya lampu menyala dan Sehun membantu Luhan untuk duduk, iapun memberikan Luhan obat. Butuh waktu 10 menit untuk menetralkan kembali tubuh Luhan, dan kini Luhan sudah menghirup kembali oksigen.
“ sampai kapan kau seperti ini ge?” kini Sehun menatap tajam mata Luhan. Namun Luhan tak berani menatap mata Sehun, dia hanya menundukkan kepalanya kebawah dan menahan airmata yang siap untuk turun.
“ Eyoung akan lebih sakit jika dia mengetahuinya setelah namamu tertera diatas batu nisan” kini Luhan mengangkat kepalanya dan menatap mata Sehun.
“ kau tak berniat memberitahu Eyoung kan?”
“ awalnya iya, tapi sepetinya tidak. Aku tak ingin Eyoung lebih menderita lagi”Sehun beranjak bangun dan pergi
“ Sehun kumohon, biar aku yang memebritahunya” langkah Sehun terhenti, ia membalikkan badannya melihat kearah Luhan.
“ yaksok?” Luhan mengangguk dan senyum terukir dibibir Sehun.
***
Sudah jam 4 pagi. Sesuai janji Luhan dan Eyoung jalan – jalan dipinggir pantai. Memang tak ada orang atau lebih tepatnya orang yang berada disana dapat dihitung dengan jari.
“ udara yang sangat sejuk”
“ benar chagiya, apalagi menghirup udara bersamamu”
Eyoung hanya tersenyum mendapat gombalan dari Luhan. Dia sangat bahagia memiliki seorang namjachingu seperti Luhan dan juga sahabat seperti Sehun. Dia merasa bahwa dia harus bangkit dari keterpurukannya.
“ oppa lihat” Eyoung menunjuk keujung pantai dimana matahari terbit. Pantulan cahaya matahari kepantai membuat kesan yang sangat indah. “ neomu yeoppo” lanjut Eyoung
“ benar, kau benar chagiya. Itu sangat indah” Luhan memegang erat tangan Eyoung, membuat sang empu menoleh kearahnya.
“ aku sangat bahagia bisa melihatnya denganmu oppa” Luhan menoleh lalu tersenyum dan berjongkok dihadapan Eyoung.
“ kau tak ingin mengabadikannya?” tanya Luhan
“ aku ingin kau kepantai dan aku akan mengabadikannya disini” jawab Eyoung dengan jurus puppy eyes ya.
“ geureu kalau itu maumu” Luhan berdiri dan berjalan kearah pantai. Sebenarnya tanpa mengeluarkan jurus puppy eyes juga Luhan akan tetap menuruti kemaun Eyoung, hanya saja Luhan ingin selalu melihatnya. Makanya Luhan pernah berkata pada eyoung ‘jika kau ingin sesuatu dariku, maka kau harus merayuku dengan pupy eyesmu’
Sudah 10 meter Luhan berjalan, namun tiba – tiba dia merasakan (lagi) tubuhnya yang takd apat bergerak. Eyoung yang melihat Luhan berdiam diri hanya dapat memanggil sang namjachingu.
“ oppa gwaenchanayo?” teriak Eyoung. Eyoung yang tak mendapat jawaban semakin penasaran dan bermaksud untuk memanggilnya kembali.
“ oppa, apa yang .. oppaaaaaaaaaaaaa” Eyoung berteriak saat tubuh Luhan tiba – tiba jatuh. Sehun yangs edari tadi mengintip, keluar dari persembunyiaannya. Namun langkahnya terhenti saat melihat Eyoung yang berlari kearah Luhan yang sudah terbawa arus ombak lumayan jauh.
“ oppa, irona oppa” Eyoung menepuk – nepuk pipi Luhan setelah dia berhasil membawa Luhan kepinggir pantai. “ irona oppa” kini Eyoung menekan – nekan dada bidang Luhan.
“ uhuk uhuk” Luhan terbangun dengan mengeluarkan air dari mulutnya.
“ oppaaaa” Eyoung memeluk tubuh Luhan erat.
***
TOK TOK TOK
“ chakkaman” terdengar suara yeoja dari dalam rumah. 2 menit kemudian ointu terbuka dan menampakkan seorang yeoja dengan umur sekita 45 tahun. Yeoja itu snagat keheranan saat melihat expresi wajah tamunya. Penuh penyesalan, itu yang tersirat diotak Nyonya Noh.
“ Luhanie, Sehunie, waeyo? Dan dimana Eyoung?” tanya Nyonya Noh saat melihat putri satu – satunya tak bersama mereka.
“ mianhae ahjumma” Sehun angkat bicara sambil menundukkan wajahnya.
“ mian? Apa maksudmu?” Nyonya Noh sangat ketakutan saat Sehun meminta maaf kepadanya.
“ mian sudah membuat anakmu sembuh” kini Luhan yang menjawab pertanyaan Nyonya Noh. Sedangkan Nyonya Noh sedang terdiam mercerna kata yang keluar dari bibir calon menantunya itu.
“ eommaaaaaaaaaaa” tiba – tiba Eyoung keluar dari mobil dan memeluk eommanya. Nyonya Noh yang tak percaya langsung melepas pelukan mereka.
“ kau dapat berjalan?”
“ ne eomma, tuhan masih memebriku kesempatan untuk berjalan” jawab Eyoung yang kembali memeluk eommanya.
***
Eyoung berjalan menuju kelasnya, namun saat sampai disana dia tak mendapati sahabatnya itu.
“ kemana dia?” gerutu Eyoung sambil mengeluarkan handphone dan menekan beberapa digit angka lalu tombol hijau
Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, tekan 1 untuk meninggalkan pesan”
“yakkk paboya kau ini kenapa? Dan dimana kau sekarang? Kau tau aku sudah mencarimu kesetiap sudut ruangan tak ada, palliwa datang kelas akan segera dimulai” eyoung menutup sambingan telponnya dan duduk ditempatnya.
***
“ kemana dia, membuat khawatir saja” Eyoung memberhentikan taxi dan memebrikan sebuah alamat lalu menuju alamt tersebut. Butuh waktu 15 menit untuk sampai ke apartemen Sehun. Eyoung langsung menuju lift dan menekan angakat 12. Sesampainya disana ia langsung mencari nomor pintu 2012.
TING NONG
TING NONG
TING NONG
Mersa tak dapat respon, akhirnya Eyoung menekan 6 digit angka untuk membuka pintu apartemen milik sahabat kecilnya itu. Pintu terbuka dan Eyoung langsung masuk kesana dan melihat sesuatu yang berbeda disana. Tempat yang rapi bahkan mungkin sudah lama tak tersentuh, terliohat ada beberapa benda yang dihinggapi oleh debu.
‘sejak kapan dia tak membuat rumahnya seperti kapal pecah?” pikir Eyoung. Namun Eyoung terngat sesuatu, dia kesini bukan untuk berkomentar soal rumahnya Sehun, tapi bertemu dengan sang pemilik rumah. Eyoung menuju sebuah pintu yang bisa dikatakan adalh kamar Sehun, ia membuka pintu itu dan terlihat ada gundukan dibalik selimut. Eyoung hanya menggelengkan kepalanya lalu menghampiri gundukan itu.
“ hei pemalas bangunlah, ini sudah siang. Semalam kau pasti sudah ma .. “ perkataan Eyoung terpotong saat dia mengetahui bahwa gundukan itu bukanlah Sehun melainkan sebuah guling dan bantal.
“ what the hell?” Eyoung melempar selimut yang ia tarik dan menendang nakas. Diapun mendapatkan sebuah buku yang terjatuh dari nakas tersebut dan mengingat sesuatu.
“ sehun-ah” eyoung yang datang dari belakang Sehun berhasil membuat Sehun terkaget walaupun maksud Eyoung tak mengagetinya. “ sedang apa kau disini?” tanya Eyoung
“ ahh ee .. mm .. aku baru ingat ada tugas, jadi aku kesini untuk membeli bukunya” jawab Sehun dengan bohongnya yang sedikit gagal itu, karna Eyoung merasa Sehun tak berkata jujur, akhirnya dia menatap Sehun
“ sejak kapan kau rajin mengerjakan tugas? Bukankah setiap ada tugas kau malas mengerjakannya? Bahkan sering mengajakku untuk tidak mengerjakan tugas, dan kau tau hasilnya? Kita dihukum bersama” tanya Eyoung
“ yaaakkk justru itu aku mengerjakan tugas, jika aku nanti dihukum, aku tak ada teman” jawab Sehun yang entah darimana mendapatkan lampu dikepalanya.
“ aish yasudah palliwa kita ke kasir dan pulang” ajak Eyoung yang disetuju Sehun. Memang semenjak kecelakaan yang menimpa Eyoung, Eyoung belum bisa melanjutkan kuliahnya, maka dari itu Sehun selamat dari kebohongannya.
Mengingat hal itu Eyoung merogoh tasnya dan mencari sebuah kontak lalu menekan tombol hijau.
Tuttt
Tutttt
Tuttttt
“ yeobseo?” terdengar suara yeoja disebrang sana.
“ ah yeobseo Kim seonsanim, mian mengganggu. Aku Noh Yi Young dari kelas Kedokteran. Boleh aku bertanya sesuatu?” jawab Eyoung segera ke topik pembicaraan.
“ ah tentu Youngie. Apa yang ingin kau tanyakan?”
“ saem, apa saem sempat memberikan tugas sebelum liburan musim panas?”
“ hmm seingatku tidak. Aku bahkan belum memberi tugas sampai detik ini. Waeyo?”
“ ah jinjayo? Aniya saem hanya bertanya. Kalau begitu terimakasih atas infonya” Eyoung menutup sambungan telpon dan kembali menatap buku yang dia pegang.
“ apa yang terjadi?”
***
Eyoung berhenti di depan kamar no 1212 lalu memasukan password untuk membuka pintu tersebut. Eyoung langsung masuk dan membuka pintu yang lain. Taka da Luhan disini, ia kembali keruang tengah dan duduk disofa. Eyoung mengambil handphone ya dan menelpon Luhan. Telponpun tersambung, namun tiba - tiba saja mata Eyoung tertuju pada satu titik.
" yeobseo" Luhan mengangkat telponnya, namun tak ada jawaban dari Eyoung, atau Eyoung terlalu fokus hingga dia tak menyadari bahwa Luhan mengangkat telponnya?
" chagiya, gwaenchana?' tahu tak ada jawaban Luhan kembali berkata, namun tetap saja tak ada jawaban dari Eyoung. Luhan pun menutup sambungan telponnya.
Lalu apa yang Eyoung lakukan? dia mengambil sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya.
" what the hell?" Ryoung membanting benda tersebut.
" chagiya" Luhan yang tidak tau jika Eyoung ada di apartemennya kaget saat melihat Eyoung melempar sesuatu. Sedangkan Eyoung semakin keheranan saat ada Sehun disamping Luhan. Eyoung langsung menghampiri kedua namja yang membuat dia bingung hari ini.
" Sehunie, apa yang kau lakukan disini? kau tak masuk kuliah dan kau tak mengaktifkan nomormu. Satu lagi, kau tak ada dirumah melainkan bersama Luhan disini. Apa yang kalian sembunyikan dariku?" tanya Eyoung to the point
" aku .. aku .. aku ada urusan dengan Luhan ge"
" urusan? apa yang kau butuhkan dari Luhan ge? oh ya satu lagi, kau berbohong tentang ini padaku?" Eyoung melempar buku Sehun yang dia dapatkan dikamar Sehun. Sehun mengambil buku tersebut dan melihat buku apa yang Eyoung pegang " aku tadi telah menelpon Kim seonsanim, dan Kim seonsanim mengatakan bahwa dia tak pernah memberimu tugas sebelum liburan musim panas samapi detik ini. Dan aku menemukan buku yang sama disini" Eyoung kembali mengambil buku yangs empat ia lempar dan memberikannya pada Luhan " apa yang kalian sembunyikan dariku?"
" tak ada yang kami sembunyikan Youngie" jawab Luhan
" bohong !!! kalian bohong padaku kan?" kini airmata Eyoung menetes. entah mengapa ia ingin menangis saat ini.
" chagiya, uljima .. " Luhan mengahmpiri Eyoung dan memeluknya, namun Eyoung mendorong Luhan menolak untuk dipeluk.
" jangan pernah menyentuhku sebelum kau jujur padaku apa yang terjadi" Luhan terdiam lalu melirik kearah Sehun, Sehun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ya, mungkin saatnya Eyoung mengetahui semuanya.
FLASHBACK
" laoshi (guru) tolong, ada yang kejang - kejang dikelas" seorang tongkong (murid) mengahampiri ruang laoshi. Semua laoshi yang ada disana langsung mengikuti langkah kaki tongkong yang mengadu itu, dan terlihatlah seorang tongkong pria yang sedang kejang – kejang.
“ nyonya Qie tolong telpon ambulan dan keluarga Xi” perintah seorang laoshi.
“ nde Tuan Zi” jawab laoshi Qie yang langsung menjalankan perintahnya”
***
“ laoshi bagaimana keadaan wo(aku) haizi (anak)” tanya nyonya Xi yang baru datang.
“ nyonya Xi, hmm Yisheng belum keluar, jadi belum ada kepastian” jawab laoshi yang sedang menunggu diruang tunggu itu. Tak beberapa lama yisheng keluar dari ruang UGD.
“ yisheng bagaimana keadaan wo haizi”
“ nyonya Xi, lebih baik kita bicarakan diruangan ku” perintah yisheng yang langsung berjalan keruangannya yang diikuti oleh nyonya Xi. Setelah dipersilahkan duduk, yishengpun memulai pembicaraannya “ nyonya Xi, saya tidak yakin dengan hal ini. Tapi saya harus mengatakannya jika nin (kamu) haizi menderita penyakit meningtis. Dikarenakan peralatan disni belum cukup untuk melakukan operasi, aku akan merekomendasikan nin haizi ke Seol Hospital Internasional agar segera mendapatkan penanganan medis yang baik”
***
Luhan berjalan menuju pintu apartemennya. Dia mengernyitkan dahinya saat menemui sehun sedang berdiri sendiri disebelah pintu rumahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“ Sehunie? Kau ... sudah lama menunggu?” tanya Luhan sambil memasukan password untuk membuka pintu apartemennya
“ 10 menit yang lalu” jawab Sehun lalu duduk disofa milik Luhan. Luhan menaruh tasnya lalu menuju arah dapur dan membuka kulkas, melihat isi didalamnya
“ kau mau minum apa?” tanya Luhan saat dia mengambil satu kaleng coca cola dan meneguknya.
“ tidak ge, aku tidak lama. Hanya ingin menanyakan ini” Sehun mengeluarkan sebuah buku dari tasnya lalu menaruhnya dimeja. Luhan yang penasaran langsung menghampiri Sehun dan melihat buku tersebut. Betapa terkejutnya Luhan saat mengetahui buku yang Sehun bawa. Namun ia cepat – cepat menghilangkannya agar Sehun tak curiga.
“ untuk apa kau menanyakan itu padaku, aku bukan euisa sehun-ah” jawab Luhan santai sambil kembali meminum colanya.
“ justru itu yang ingin kutanyakan. Kau seorang direktur perusahaan, lalu untuk apa kau membeli buku ini yang sama sekali tak ada hubungannya denganmu?” Sehun mencoba menyudutkan Luhan.
“ m .. mwo? Mem .. beli? Aku .. aku tidak membeli buku itu, dan kapan aku membelinya?”
“ kemarin sore. Kau tau, kemarin sore aku dan Eyoung ke toko buku. Dan saat aku akan mengahampiri Eyoung, aku melihatmu mengambil buku ini dan memebelinya. Apa yang kau sembunyikan ge?”
“ ani, aniyo”
“ jangan bohong ge, kumohon” Luhan terdiam. Dia berpikir keras apa dia akan menceritakannya pada Sehun atau tidak?
“ kejadiannya 10 tahun yang lalu”
FLASBACK END
“ kalian membohongiku hiks” Eyoung memeluk erat lututnya.
“ ani chagiya, aku tak membohongimu. Aku .. chagi kau mau kemana?“ kata – kata Luhan terpotong saat tiba – tiba Eyoung berdiri dan pergi meninggalkan apartemen Luhan. Namun saat Luhan akan mengejar Eyoung, Sehun menghalangi langkah Luhan.
“ biar aku yang mengurusnya”
“ tapi .. “
“ istirahatlah ge, aku janji akan mengembalikan Eyoung padamu”
***
Pluk
Pluk
Pluk
“ sudah kuduga kau disini” Sehun menempati dirinya disamping Eyoung.
“ aku ingin mati saja” Sehun menoleh kearah Eyoung.
“ apa maksudmu?” tanya Sehun dengan tatapan tajamnya.
“ untuk apa aku hidup jika tak ada Luhan disini? Kau tau Hunnie aku sangat mencintainya aku .. “
“ apa hanya ada Luhan dipikiranmu?” Eyoung terdiam saat akan melayangkan protes karna perkataannya dipotong oleh Sehun “ apa tak ada orang lain selain Luhan?” kembali Sehun mengatakan hal yang sama.
“ apa maksudmu Sehun”
“ haruskan aku menjawab? Apa jika aku menjawabnya kau akan sadar? Baiklah, akan aku jawab pertanyaan bodohmu itu. Aku mencintaimu Eyoung, aku sangat mencintaimu sebelum kau jatuh cinta pada Luhan. Apa kau tak pernah tau jika aku menangis setelah kau mengatakan bahwa kau memiliki seorang namjachingu? Apa kau tidak pernah sadar saat aku terdiam kala kau bercerita tentang Luhan? Dan kau benar – benar tidak menyadarinya jika aku merasakan sakit saat kau mengatakannya bahwa kau juga mencintai Luhan. Kau tau apa saja yang aku korbankan untuk kebahagiaanmu? Apa hanya itu balasan untukku Youngie? Meninggalkanku yang selalu ada untukmu bahkan merawat orang yang sudah merebutmu dariku. Dengar Youngie, sampai kapanpun aku tak akan memaafkan siapapun yang membuat kau pergi dariku. Lebih baik kau pulang sekarang sebelum Luhan tak akan menemuimu lagi”
***
Eyoung menatap pemandangan sore dari balkon kamarnya, airmatanya terus mengalir tak berhenti sedetikpun. Tiba – tiba sang eomma duduk disamping Eyoung lalu memeluk anaknya dari samping. Eyoung menyadari itu namun enggan untuk menoleh, dia benar – benar sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Entah apa yang dia pikirkan, Luhan atau Sehun? Bahkan Eyoung sendiri tak menyadari apa yang di pikirkan sekarang.
BRAKKK
Pintu kamar terbuka yang membuat Eyoung dan sang eomma bangun dari duduknya dan melihat apa yang terjadi. Nampaklah sosok jangkung diambang pintu dengan posisi tangan menahan dilutut dan juga mengatur napasnya.
“ mian jika aku lancang, tapi saat ini Luhan ge ada di rumahsakit”
***
Eyoung mempercepat larinya saat akan menghampiri ruang UGD dan saat mereka sampai disana, euisa keluar dari ruangan tersebut.
“ euisa, bagaimana keadaan namjachinguku?” tanya Eyoung panik
“ ah tuan Xi ingin berbicara dengan nyonya Eyoung dan juga tuan Sehun” jawab euisa. Eyoung dan Sehunpun langsung masuk kedalam ruangan. Terlihat Luhan disana dengan berbagai alat yang mengelilingi tubuh Luhan. Dengan gemetar Eyoung menghampiri Luhan dan memegang tangan Luhan erat. Terlihat Luhan tersenyum
“ berhenti tersenyum pabo” Eyoung mencoba menghibur hatinya sendiri
“ aku baik – baik saja chagiya” jawab Luhan masih dengan tersenyum.
“ kau ini tidak baik – baik. Bagaimana bisa kau mengatakan itu hah, ingin membohongiku lagi oeh?”
“ Sehun, ada sesuatu untukmu” Luhan tak menjawab pertanyaan Eyoung, melainkan dia memberikan sebuah amplop. Mungkin surat, tapi surat apa itu? Sehun hanya tersenyum sambil menerima surat tersebut “ chagi aku lelah, aku ingin istirahat dulu ne” lanjut Luhan
“ mwo? Andwe, kau tak boleh menutup matamu oppa” mengerti maksud Luhan, Eyoung mencoba mencegahnya walau sebenarnya dia tak tahan untuk menahan airmatanya.
“ zaijian (selamat tinggal)” Luhanpun menutup matanya dengan kalimat terakhir yang berbahasa mandarin itu. Eyoung terdiam saat mengetahui kalimat yang diucapkan sang namjachingu. Dan tak lama mesin pendeteksi jantungpun berbunyi yang membuat euisa dan gansoha kembali bekerja. Eyoung hanya dapat menangis dipelukan Sehun yang juga ikut menangis.
***
Eyoung kembali menangis saat dia sudah sampai disebuah kuburan.
“ appa, eomma menangis” seorang namja berumur sekitar 5 tahun berkata pada appa ya saat melihat Eyoung menangis. Dengan cepat Eyoung menghapus airmatanya dan tersenyum kearah namja berumur 5 tahun tersebut.
“ ani chagiya, eomma tidak menangis” kata Eyoung sambil tersenyum pada anaknya itu.
“ eomma bohong, akus ering melihat eomma menangis jika sudah sampai kuburan ini. Appa, sebenarnya siapa orang yang ada didalam sini yang membuat eomma selalu menangis saat sampai kemari?” tanya namja itu. Sang appa hanya melirik kearah Eyoung yang menundukkan kepalanya
“ hey Jae In, appa ada cerita seru” sang appa mencoba mengalihkan pembicaraan.
“ jinja? Tentang appa itu appa?”
“ kau akan tau setelah kita pulang dari sini. Hey apa kau ingin ice cream?”
“ mau appa, Jae In mau ice cream”
“ baiklah, kita beli sekarang”
“ yeeee aku beli ice cream” senang Jae In lalu anak-appa itupun meninggalkan Eyoung sendirian disana. Sebenarnya appa Jae In sengaja meninggalkan Eyoug sendiri disana, karna dia berjanji akan memberikannya waktu jika sedang merindukannya.
“ oppa kau tau? Aku sangat bahagia memiliki Jae In. Maaf jika dia mengganggumu. Sikapnya memang tidak jauh dari appanya. Aku sudah menurutimu untuk menikah dengan Sehun. Dan aku tidak menyesal karna Sehun sangat baik dalam memeprlakukan aku. Tapi aku selalu saja merasa bersalah padanya saat aku mengingatmu. Aku minta maaf padamu jika sampai detik ini aku tak dapat melupakanmu. At night I pray that soon your face will fade away. I may have made it rain, please forgive me. My weakness caused you pain, and this flowers my sorry”
***
Sehun aku titip Eyoung padamu. Aku yakin jika dia akan sangat baik bersamamu. Dan yang pasti dia tak akan bersama orang lain. Ingat Sehun jika kau biarkan Eyoung bersama namja lain, aku akan menghantuimu dan juga membunuhmu hahaha. Kau tau sebelum aku bertemu denganmu, aku sangat gelisah. Bagaimana caranya memberitahu Eyoung tentang apa yang aku alami? Aku takut jika tiba – tiba aku pergi dan Eyoung tak mengetahuinya. Tapi ternyata itu sangat mudah ketika bersamamu, saat kau merawatku yang sebenarnya kau harus membenciku. Aku sangat tahu betul bagaimana sakitnya kau saat kau meceritakan semuanya padaku Sehun. Aku minta maaf, dan anggap saja kepergianku sebagai permintaan maafku. Ingat Sehun, jaga Eyoung seperti kau menjagaku dulu. Aku sangat mencintainya dan aku tau jika kau mencintai Youngie melebihi cintaku padanya
“ apa eomma masih mencintainya?” Youngie terdiam saat Jae In melontarkan kalimat tersebut. Dia melirik kearah Sehun yang duduk tidak jauh dari mereka. Sehun hanya terdiam saat mendapat tatapan dari anneinya, Sehun menyerahkan semua jawaban pada Eyoung.
“ hmm chagi, sini duduk disini” Eyoung mengangkat tubuh Jae In dan mendudukannya dipahanya “ kau tau seberapa cinta eomma pada appamu?” lanjut Eyoung.
“ yang jelas eomma lebih mencintaiku daripada appa” jawab Jae In polos.
“ anak pintar. Jadi kau sudah tau kan siapa yang eomma cintai saat ini?”
“ tapi waeyo eomma selalu menangis saat berada dikuburan Luhan gege?”
“ dengar chagi, eomma sudah tak mencitainya, tapi eomma hanya tak ingin melupakan siapapun yang pernah hadir dalam kehidupan eomma” Jae In tersenyum, dia merasa puas atas jawaban sang eomma. Eyoungpun memeluk Jae In erat
“ saranghae nae aegi”
“ nado saranghae nae eomma”
Sehun tersenyum melihat kejadian ini. Dia bangkit dari duduknya dan melangkah menuju sebuah bupet, membuka laci dan mengambil satu bingkai foto. Terlihat disana 3 orang manusia dengan berjenis kelamin namja 2 dan yeoja 1. Sehun tersenyum melihat poto itu
“ aku berjanji ge, aku akan menjaga Youngie, aku tak akan membiarkan dia dimiliki oleh siapapun termasuk kau” Sehun terkekeh atas apa yang dia ucapkan tadi “ hmm satu lagi aku akan selalu ada disampingnya samapai aku menutup mata, yang mana kau juga melakukan hal itu padanya. Aku mencintaimu ge, tapi aku lebih mencintainyaYoungie hahahahaha”
THE END