CHAPTER 1 : Love Is: Confusing
“Akhirnya beres!”
Dasom sedang membereskan kamarnya, yang sebenarnya sudah terlalu rapi. Hari ini hari spesialnya. Hari ulangtahunnya. Ia ingin hari ini benar-benar sempurna.
Selain hari ulangtahunnya, hari ini juga hari pertama masuk ke sekolah lagi. Ini tahun terakhirnya bersekolah di Seoul International School. Karena terlalu bersemangat ia sampai bangun terlalu pagi dan akhirnya memutuskan untuk membereskan kamarnya.
“Ini akan menjadi hari yang sempurna!” Dasom mengulang kata itu berkali-kali sambil mengayuh sepedanya menuju sekolah.
Sesampainya disekolah, ia memarkirkan sepedanya dan berjalan menuju kelas. Teman-temannya langsung menyerbunya dengan ucapan “Selamat Ulang Tahun,” dan kado. Tunggu, kado?
“Tumben kalian beliin kado,” Dasom tersenyum, ini benar-benar sesuai dengan keinginannya. “Ini kan sweet seventeen! Buka dong!” Tanpa berpikir panjang, Dasom membuka bungkusan kadonya. Isinya dua produk SHINZU’I: Body Lotion dan Body Cleanser. “Terima kasih banyak!” Dasom tidak bisa menutupi kegembiraannya. “Apa yang bisa lebih baik dari mendapat hadiah produk SHINZU’I?” pikirnya dalam hati.
“Dasom, dipakai ya! Biar makin putih! Putih itu SHINZU’I,” ucap Soyu. “Pasti aku pakai kok!”
Ding...Dong...
Bel masuk berbunyi. Anak-anak langsung menduduki tempatnya masing-masing. Tak lama kemudian, Moon seosaengnim masuk dengan seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu berwajah cute tapi terlihat maskulin, rambutnya di cat blonde dan sepertinya Dasom merasa familiar dengan cowok ini.
“Annyeonghaseyo, Daehyun imnida,” Tunggu dulu, Daehyun?! Daehyun teman masa kecilnya dulu?! “Ini tidak ada dalam daftar ‘Rencana Hari Sempurna’-ku!” erang Dasom dalam hati.
“Baik, Daehyun duduklah di bangku sebelah Hayoung yang kosong itu,” ucap Moon seosaengnim sambil menunjuk bangku di paling pojok kanan.
“Maaf, Moon seosaengnim tapi aku mau duduk disamping Dasom,” kata Daehyun, membuat Dasom melongo.
“Yah, terserah kau saja. Maaf Soyu, kamu pindah ke samping Hayoung ya. Biarkan Daehyun duduk disamping Dasom,” jawab Moon seosaengnim.
“Annyeong,” sapa Daehyun dengan suara yang dibuat-buat. “Annyeong, aku tak tahu kau masih ingat denganku,” jawab Dasom berusaha tidak terlihat canggung. “Tentu saja aku ingat, bagaimana aku bisa lupa dengan cinta pertamaku?” Dasom menyerah. Ini semakin mengacaukan “Rencana Hari Sempurna” yang dibuatnya.
Ding..Dong..
Bel tanda istirahat berbunyi. Dasom dengan cepat berusaha keluar dari kelas. Sebelum Daehyun mengajaknya bicara.
“Ya! Dasom!” kenal betul dengan suara itu, Dasom mempercepat langkahnya menuju perpustakaan, ia mengambil buku apapun yang terdekat dengannya dan berpura-pura membaca. Berharap dengan begitu Daehyun tidak akan mengganggunya.
“Kenapa ngga nyaut sih?” Daehyun sekarang sudah duduk dengan nafas tersengal-sengal. “Ngga kedengeran,” Dasom beralasan. Daehyun mengangguk. “Sejak kapan kamu suka buku tentang pajak?” Dasom terkejut lalu membaca judul buku yang diambilnya secara asal-asalan: “Dasar-Dasar Perpajakan” Pantas saja dia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan buku ini!
“Oh, ini sejak, Kenapa kamu pindah ke sekolah ini?” Dasom berusaha mengganti topik pembicaraan. “Karena pengen ketemu kamu dong,” Dasom lagi-lagi melongo. Dia menyesal mengganti topik pembicaraan.
“Ah! Aku lupa ada janji makan siang sama Soyu!” Dasom melesat keluar perpustakaan dan berjalan menuju kantin.
“Soyu! Akhirnya aku menemukanmu!” Dasom memeluk Soyu seakan sudah lama tidak bertemu. “Ada apa sih?” tanya Soyu bingung. “Ada yang pengen kamu ceritain? Cerita aja buruan sebelum bel masuk,” Dasom menatap Soyu terharu, temannya yang satu ini memang sudah paham betul tentangnya.
Dasom mengambil nafas lalu menghembuskannya, “Sebelas tahun yang lalu, aku ketemu sama Daehyun karena dia masuk ke sekolah dasar yang sama denganku,” Dasom memulai ceritanya. “Aku ngga terlalu ingat sih sebenarnya, karena itu sudah lama banget. Yang aku ingat itu, saat karyawisata. Dibus, dia mau duduknya disebelah aku terus. Pas main juga dia maunya main sama aku, kalo ngga sama aku, dia ngga mau main,”
Dasom berhenti sejenak sebelum melanjutkan lagi. “Satu minggu sebelum dia pindah, dia kasih aku mainan berbeda setiap hari, di hari terakhir, dia ngasih aku mainan lagi, tapi aku tolak. Dan mainan-mainan yang kemarin dia kasih aku, aku balikin,” Soyu mendengarkan cerita Dasom tanpa menyela.
“Dia ngga marah, dia malah senyum,” lanjut Dasom lagi. “Terus dia bilang, ‘kamu cinta pertama aku, lho!’” Dasom menghela nafas. “Tadinya aku kira dia cuma bercanda. Ngga kusangka dia bakal balik lagi, di hari sempurnaku lagi,” Dasom mengakhiri ceritanya.
“Terus apa yang harus kamu risauin?” Soyu menyeruput jus jeruknya sampai habis. “Soyu! Sekarang kan aku lagi deket sama Minhyuk!”
“Kamu sama Minhyuk ngga pernah ada peningkatan tuh. Kalian berdua sama-sama pemalu sih,” Dasom cemberut, tapi dalam hati mengiyakan.
***
Bel pulang berbunyi. “Baik, cukup sekian pelajaran hari ini,” Moon seosaengnim berjalan keluar kelas. Dasom sudah siap berlari keluar kelas. Takut Daehyun akan mengajaknya mengobrol lagi. Pada saat Dasom berdiri, Daehyun sudah menarik tangannya. “Kita ke taman yuk?” Dasom mengangguk.
Sekarang, Dasom merutuki kebodohannya, seharusnya dia menolak ajakan Daehyun! Daehyun tersenyum melihat Dasom, “Kau masih pemalu seperti dulu,” ucap Daehyun tiba-tiba. “Sama saja seperti Minhyuk, kau menyukainya kan?”
Dasom terdiam, seingatnya dia tidak pernah menceritakan hal ini pada siapapun. Kecuali Soyu. Dasom menatap Daehyun selidik, bagaimana dia bisa tahu?
“Apa?” tanya Daehyun. “Bagaimana aku bisa tahu?” Dasom tidak dapat menyembunyikan kekagetannya. Apa sekarang Daehyun bisa membaca pikiran? “Karena aku memperhatikanmu,” Daehyun menghela nafas. “Dasom mau ngga jadi pacarku?” lanjut Daehyun lagi. Untuk kesekian kalinya di hari ini, Dasom melongo.
“Ngga harus jawab sekarang kok,” Daehyun mengacak-acak rambut Dasom. “Ngomong-ngomong, selamat ulang tahun ya!” ucap Daehyun lalu berjalan pergi.
***
“Rencana Hari Sempurna” Dasom kini sudah hancur karena Daehyun.
Di satu sisi, Dasom senang atas kehadiran Daehyun. Ia ingin melihat apakah Minhyuk akan cemburu. Di sisi lain, Dasom ingin Daehyun cepat pergi.
Dasom membanting badannya ke kasur. Ia teringat kata-kata Soyu tadi ‘Kamu sama Minhyuk ngga pernah ada peningkatan tuh. Kalian berdua sama-sama pemalu sih,’ Bagaimana bisa ia membuat Minhyuk cemburu kalau disekolah saja mereka seperti tidak mengenal satu sama lain?
Tiba-tiba handphone Dasom berbunyi, sebuah pesan singkat masuk. Minhyuk. Dasom membuka pesan singkat itu.
From: Minhyuk
Cowok tadi siapa?
Dasom tersenyum. Apa ini artinya Minhyuk cemburu?
Dia teman sdku dulu. Dasom mengirim pesan itu. Tapi Minhyuk hanya menjawab dengan: Oh, begitu.
“Bagaimana aku bisa berpikir kalau Minhyuk akan cemburu?!” erang Dasom. Dia tidak mau berharap lagi.
***
“Minhyuk ngga ngucapin ‘selamat ulang tahun’ ke kamu kemarin?” Mereka sedang berada di kantin sekolah. Soyu menatap cemas temannya. Dasom menghela nafas lalu mengangguk.
“Kalau Daehyun?” tanya Soyu. “Apa maksudmu?” Dasom balas bertanya. Soyu mengangkat bahu, “Aku hanya ingin tahu,” Dasom mengangguk lemah. Soyu tidak menjawab.
***
Dasom sedang menatap langit-langit kamarnya. Bingung. Apa seharusnya dia tidak usah memikirkan pendapat Minhyuk tentang dia dan Daehyun? Tapi dia ingin Minhyuk cemburu. Dia ingin membuktikan bahwa Minhyuk benar-benar menyukainya. Bukan hanya sekedar dekat dengannya. “Arrrrgggghhh!”
Dasom menjambaki rambutnya, frustasi. Dasom mengambil handphonenya lalu menelpon Soyu. Begitu tersambung, Dasom langsung menyuruh Soyu untuk datang ke rumahnya.
Dasom sedang berjalan mondar-mandir di kamarnya menunggu Soyu datang. Begitu bel rumahnya berbunyi dia langsung berlari menuju pintu depan dan membukanya.
“Ada apaan sih? Untung rumah kita deket!” Mereka sedang berjalan menuju kamar Dasom. “Aku mau cerita soalnya,” ujar Dasom begitu sampai di kamarnya.
“Soal Minhyuk atau Daehyun?” Soyu melemparkan badannya ke kasur lalu memejamkan mata. “Soal mereka berdua. Jangan tidur dong!” Dasom memukul Soyu jengkel. Soyu menggerutu tapi Dasom tidak peduli.
“Kamu tahu kan aku dekat sama Minhyuk?” tanya Dasom. Soyu mengangguk. “Kalian kan cuma deket, bukan pacaran,” jawab Soyu. “Iya sih, tapi,” Dasom terdiam. “Daehyun..nembak aku,” lanjut Dasom lagi. Soyu terkejut, “Serius?” Dasom mengangguk lemas. “Terus? Kamu langsung tolak?” Mendadak Soyu menjadi tertarik dengan topik ini. “Aku ngga jawab, terus dia bilang aku ngga harus jawab sekarang,” Baik Dasom maupun Soyu terdiam.
Tiba-tiba Soyu berdiri dan berkata, “Coba kamu pikirin lagi. Kalau kamu cuma pengen bikin Minhyuk cemburu. Jangan terima,” Dasom terkejut. “Aku pulang dulu,” Soyu berjalan keluar lalu menutup pintu.
***
Semalaman Dasom tidak bisa tidur. Dia sudah memikirkannya sesuai perkataan Soyu. Tapi ia masih belum tahu jawabannya.
“Annyeong, Dasom,” Daehyun duduk disebelahnya dan memberikannya sekotak cokelat. “Apa ini?” tanya Dasom. “Ini cokelat, gimana sih, kamu masih suka ngga?” Daehyun tersenyum, dia ingat kalau Dasom sangat suka cokelat.
“Masih kok,” Dasom menerima cokelat itu. “Makasih ya,”
Bel masuk berbunyi. Beberapa saat kemudian, Moon seosaengnim masuk ke kelas dan memulai pelajaran. Dasom tidak memperhatikan karena dia terlalu sibuk memikirkan alasan Daehyun memberinya cokelat kesukaannya.
Saat istirahat, Dasom dan Soyu sedang duduk di pinggir lapangan sambil menonton anak-anak bermain futsal. Salah satu alasannya adalah karena Minhyuk ikut bermain.
Tiba-tiba Daehyun datang dan berkata, “Eh, aku ikutan juga dong!” membuat semua orang menatapnya heran. “Yaudah masuk di tim sebelah ya, soalnya daritadi kurang orang,” sahut Minhyuk enteng lalu melanjutkan permainan.
Dasom mendadak menganggap permainan futsal ini serius, ia menganggap permainan ini yang akan menjadi ‘penentu’-nya. Kalau kelompok Minhyuk menang, dia akan memilih untuk tetap menjalani “hubungan tanpa status”-nya. Sedangkan kalau Daehyun menang, ia memutuskan untuk menerima Daehyun.
Setiap kelompok Minhyuk mencetak angka, Dasom langsung memekik kegirangan. Tapi detik berikutnya ia langsung terdiam lagi. Sebaliknya, setiap kelompok Daehyun mencetak angka, Dasom langsung mendecak sebal.
Menit terakhir, kelompok Daehyun unggul 3-2. Diam-diam Dasom memaki kiper kelompok Minhyuk setiap kali dia gagal menangkap bola. “Ayolah, paling tidak satu gol lagi!” Dasom menggumam sendiri.
Tiba-tiba pluit tanda permainan selesai berbunyi. Skornya tidak berubah, kelompok Daehyun masih unggul. Dasom bertanya dalam hati, apa dia harus menerima Daehyun? Dasom segera menggeleng. Tidak, tidak perlu. Lagipula, yang membuat permainan ini dia sendiri. Dia bisa mengikuti atau tidak mengikuti peraturannya sendiri.
***
Keesokan harinya, Daehyun datang memberi Dasom hadiah lagi. Tapi kali ini setumpuk komik. “Kamu masih suka baca komik kan?” Dasom mengangguk, mengambil salah satu kemudian membacanya.
Minhyuk yang kebetulan baru datang melihat kejadian itu. Mendadak Minhyuk menjadi salah tingkah. Tapi tetap masuk ke kelas. Dasom menyukainya kan? Dia tidak akan pacaran dengan teman SDnya dulu kan?
***
Hari ketiga dan keempat, Daehyun memberikan Dasom hadiah lagi. Minhyuk menatap Dasom yang tersenyum karena hadiah yang diberikan Daehyun.
Di hari kelima, Daehyun memberikan Dasom hadiah. Lagi. Kali ini sebuah headphone berwarna putih. Dasom tidak dapat menahan senyumnya, “Makasih banget! Dari dulu aku selalu pengen punya ini,” ucap Dasom sambil mencoba headphone barunya itu.
Bel masuk berbunyi. Dasom menyimpan headphone barunya dengan hati-hati dan memperhatikan Moon seosaengnim yang sedang menerangkan pelajaran.
Ding..Dong..
Bel tanda istirahat berbunyi. Semua anak keluar dari kelas. Minhyuk mendatangi Soyu lalu mengajaknya ke taman belakang sekolah.
“Kamu mau tanya tentang Dasom dan Daehyun kan?” tanya Soyu begitu mereka sampai di taman belakang sekolah. Minhyuk mengangguk. “Mereka ada hubungan apa sih? Kayanya akrab banget,” Minhyuk berjalan mondar-mandir di depan Soyu.
“Kamu cemburu?” tanya Soyu membuat Minhyuk berhenti berjalan. “Engga tuh, cuma pengen tahu aja,” Minhyuk lalu duduk di salah satu bangku. “Kamu telat satu langkah,” Soyu ikut duduk. “Daehyun udah nembak Dasom, tinggal Dasom bilang iya atau ngga,” Minhyuk menatap Soyu berusaha melihat apakah Soyu sedang berbohong atau tidak. Minhyuk tiba-tiba berdiri. “Makasih infonya,” lalu berlari pergi.
Minhyuk berlari mencari Dasom sambil merutuki kebodohannya. Seharusnya, dia yang ‘nembak’ Dasom duluan! Pada saat Minhyuk sedang melewati kantin, ia menemukan sosok Dasom dan..Daehyun. Minhyuk langsung mendatangi Dasom dan menariknya ke taman belakang sekolah.
“Kenapa?” tanya Dasom begitu Minhyuk melonggarkan genggamannya. “Seharusnya aku ngga pengecut,” Dasom tidak mengerti apa maksud Minhyuk. Sebelum sempat Dasom bertanya apa maksudnya, Minhyuk sudah melanjutkan ucapannya, “seharusnya aku yang nembak kamu duluan,” Minhyuk menggaruk rambutnya. “Jadi pacarku ya?”
***
Hari keenam, Daehyun memberikan Dasom hadiah lagi. Kali ini Dasom menolaknya. “Kamu mau pergi lagi?” Daehyun terkejut, kemudian mengangguk. “Seharusnya aku udah tau, maaf karena aku ngga sadar dari awal,” Dasom menunduk.
“Apa ini artinya aku harus jawab sekarang?” Dasom bertanya. “Ya begitulah,” Daehyun mengangkat bahu. “Kalau aku jawab iya, apa kamu tetap disini?” Daehyun mengangguk. “Tentu saja!” jawabnya riang.
“Kalau aku jawab tidak?” tanya Dasom ragu-ragu. “Aku akan pergi,” Daehyun menjawab, kini suaranya berubah serius.
“Maaf,” Dasom kembali menunduk. “Aku ngga bisa terima kamu,” jawab Dasom akhirnya. “Tapi bukan berarti aku pengen kamu pergi,” lanjut Dasom lagi. Daehyun menatap Dasom lama, lalu tersenyum. “Makasih,” Daehyun memeluk Dasom. “Maaf aku harus pergi,” Daehyun melepas pelukannya dan mengusap rambut Dasom lembut.
Dasom menahan tangan Daehyun, “Kalau nanti kita ketemu lagi,” Dasom tersenyum. “Jangan pernah ngasih aku hadiah lagi,” lanjut Dasom lagi. Daehyun mengangguk lalu melambaikan tangannya.
***
Dasom dan Soyu sedang duduk di kantin sambil memakan kentang goreng. “Apa ini artinya kamu menerima Minhyuk?” tanya Soyu penasaran. Dasom tampak berpikir sebentar lalu mengangguk senang. “Kamu udah jawab?” tanya Soyu, tanpa sadar dia berdiri. “Belum,” jawab Dasom membuat Soyu langsung terduduk.
“Tapi, kalau nanti dia tanya lagi, aku pasti bilang iya,” lanjut Dasom lagi.