Synopsis
Mei, 2014
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Aku mencoba mengeluarkan diriku dari selimut yang membungkusku dan langsung menuju ke kamar mandi. Ini hari besar dan aku tentu tidak boleh tampil biasa, walaupun sebenarnya mungkin tidak akan ada perbedaan penampilan antara hari ini atau hari-hari sebelumnya. Dengan handuk melilit di pinggang, aku menatap setelan kemeja putih lengkap beserta jas hitam yang akan kukenakan hari ini. Aku sudah biasa mengurus penampilanku sendiri sama seperti yang aku lakukan pagi hari ini.
“Ah!” Aku memegang kepalaku, entah mengapa tiba-tiba rasanya pandanganku berputar. Aku duduk sejenenak di kasur, masih belum juga menghilang, akhirnya aku merebahkan diriku di kasur berharap sakit kepalaku segera menghilang, mungkin karena seminggu ini jadwal tidurku tidak teratur. Sangat tidak teratur.
Hampir satu jam sakit kepalaku tidak juga hilang, akhirnya aku memaksakan diriku bangkit. Aku tidak boleh terlambat di hari besar seperti ini dan sakit kepala ini tidak boleh membatalkan acara hari ini. Aku mengambil kemeja yang tergantung, memakainya serta mengancingnya satu persatu. Jasnya aku bawa di lengan, rasanya aneh jika aku sudah memakai jas dari rumah jadi aku putuskan untuk memakainya di tempat acara berlangsung.
“Congrats, hari yang ditunggu tiba! Siapin mental yah!” suara temanku diseberang sana tak lama setelah ponselku berdering. Aku tidak tahu apa maksudnya, menyemangati atau mengejekku. “Berisik! Kita bertemu di tempat ya!” Entah mengapa bibirku tetap tersenyum walaupun intonasi bicaraku terdengar marah. Aku melihat diriku di depan cermin, tersenyum, dan menyemangatiku bahwa hari ini akan berjalan dengan lancar.
Aku memarkirkan kendaraanku tak jauh dari gedung, Dongwoon dan Kevin, sahabatku juga sampai bersamaan. Aku mendatangi mereka terlebih dahulu agar bisa bersama memasuki gedung. Jantungku berdegup kencang sejak memasuki pelataran parkir.
“Mau kemana, Brother?” Dongwoon mulai menyindirku lagi, mungkin karena jarang sekali dia melihatku dengan setelan jas lengkap. Terakhir, mungkin ketika kami lulus SMA dahulu. Di depan gedung telah berdiri sebuah tenda besar menaungi kursi-kursi yang disusun berjajar rapi untuk para tamu. Di samping pintu masuk telah ada dua karangan bunga ucapan selamat atas berlangsungnya acara ini, dua meja juga ditempatkan sebelum pintu masuk dimana para tamu undangan akan menuliskan namanya. Semakin dekat dengan pintu masuk, perasaanku semakin campur aduk. Benarkah ini terjadi? Aku masih belum bisa percaya bahwa hari ini akhirnya tiba juga.
“Sebentar yah, mempelai wanita sedang berganti baju.” kata seorang penerima tamu yang membuat perasaanku makin tidak karuan.
Di dalam gedung sudah terdapat karpet yang ditata sebagai jalan yang mengantarkan ke kursi pelaminan. Kursi pelaminan masih kosong, namun beberapa tamu dan juga keluarga besar sudah berada di dalam gedung. Acara sebentar lagi akan dimulai, aku merapikan jasku segera bersiap-siap.