CHAPTER 2 : Believe
“Shin Nara! Bangun atau kau akan mendapatkan muka lebam pagi ini!”
“Omo! Aku telat bangun! Huwaaaa jam berapa ini Oppa?!”
“jam 7 lewat 40 menit! Cepatlah! Kau tidak ingin kesekolah?”
“iyaa! Sebentar!”
Nara langsung bergegas mandi dan memakai pakaiannya. Ia pun turun dari lantai atas dan duduk di meja makan
“kenapa kau lambat bangun? Biasanya memakai alarm”
“hehe, suara oppa jauh lebih keras dari alarm”
“alasan. Kau beruntung mempunyai oppa yang tegas dan manis ini” ucap Wooyoung mengelus dagunya
“mengerikan”
“apa kau bilang?”
“ahh..tidak! aku pergi dulu oppa! Bye!”
Tapi Nara kembali lagi. Wooyoung tersenyum jail
“kau lupa memelukku kan?”
“aissh..percaya diri sekali. aku hanya mau mengambil roti ini. Bye~”
“yyak! Nara!”
***
Nara melihat jam tangannya. Ia cepat-cepat menuju loker V. Jung Hwa tidak sengaja melihatnya.
“ritualnya masih berlanjut sampai sekarang” gumam Jung Hwa
Nara berhenti tepat di depan loker V
“masih ada 5 menit lagi. Untung tadi malam aku sudah menulis suratnya. Cha~ aku beri bonus. Semoga ia menerimanya”
Saat istirahat, Jung Hwa dan Nara duduk di taman belakang sekolah. Mereka membawa makanan yang di beli di kantin.
“hey Nara, aku dengar-dengar, V di tembak oleh seseorang, benarkah itu?”
“uhmm..aku melihatnya semalam. Tapi aku tidak tau siapa gadis itu”
“kalau tidak salah, namanya Park Yura”
Nara menunduk sedih. Hilang harapannya. Jung Hwa melihat kawannya yang sedang bersedih dan menepuk pundaknya pelan
“kalau kau berusaha, kau pasti bisa”
“oh? Kata-katamu mirip dengan oppaku?”
“mana aku tau, jodoh mungkin, hehe” Jung Hwa membuat “v” sign di tangannya
“aku tidak mau mempunyai saudara ipar sepertimu. Lagi pula, Jimin mau kau kemanakan hah?”
“Jimin tetap dihatiku”
Nara mendengus sebal. Sedangkan Jung Hwa tertawa melihatnya. Jung Hwa memang suka membuat temannya kesal, tapi herannya, kenapa banyak kawan yang betah padanya?
“mantra mungkin” batin Nara
***
Pulang sekolah, Nara dan Jung Hwa pulang bersama. Tepat saat di koridor, Nara berhenti di depan loker seseorang.
“loker siapa?” heran Jung Hwa
“V”
Nara membukanya pelan dan rasanya ingin meledak hari itu juga
“Jung Hwa!!” pekik Nara
“apa? Ada apa?”
“lihat! Suratku di terimanya! Lihat ini! Lokernya kosong! Hwaa!”
Jung Hwa berjalan meninggalkan Nara dan komat kamit sendiri.
“Hey Jung Hwa! Tunggu aku! Kau kenapa?”
TUK!
“awww,,sakit bodoh!”
“kau yang bodoh! Aku kira apa yang membuatmu berteriak! Ternyata surat. Waktu ku habis dengan percuma”
“walaupun begitu, tapi bagiku itu sudah membuatku senang. Hargai sedikit kenapa usahaku? Kan aku mengikuti saranmu”
Jung Hwa tetap jalan meninggalkan Nara yang mengoceh.
“yyak! Jung Hwa!”
“apa lagi?”
“kenapa kau bisa mendapatkan hati Jimin?” Nara memasang muka polos. Hal itu membuat Jung Hwa terkekeh pelan
“haha.. karena aku..tidak tau? Aku hanya melihatnya dari jauh”
Nara masih asik mendengar jalan cerita temannya ini
“lalu tiba-tiba ia mengirimiku pesan dan menelfonku. Ia menembakku. Awalnya aku tidak percaya. Haha”
“galak-galak ternyata kau laku juga” ucap Nara datar
TUK!
“Arrghh!! Ini bahkan lebih menyakitkan dari yang tadi! Bisa-bisa aku geger otak!”
“jaga ucapanmu. Cepatlah. Aku bosan disini”
“yyak! Tunggu aku!”
***
Malam ini, Nara memutuskan untuk pergi ke lapangan basket. Hanya beberapa blok dari rumahnya. Ia bermain basket sendirian disana.
“hey kau yang disana!” teriak seseorang. Tentu saja membuat Nara melihat kearahnya
“aku? Kenapa?”
“kau Shin Nara kan?”
“bagaimana kau tau namaku?”
“kau bodoh atau apa?”
Orang itu mendekat ke arah Nara dan melepaskan topi yang digunakannya dari tadi
“aku Shin Wooyoung, salam kenal. Hahahaha!”
“Oppa! Aish..aku kira tadi siapa. Kau aneh seperti itu”
“kenapa? aku punya gaya tersendiri. Aku keren dari dulu. Style ku memang seperti ini”
“cih.. terserah. Oppa dari mana?"
"ah..itu..rumah teman. ya..rumah teman"
"aku kurang yakin" Nara menyipitkan matanya yang sudah sipit itu
"eh?" Wooyoung mendadak bingung.
Nara memasukkan bola basket ke dalam ring. Masuk!. Wooyoung mempunyai ide licik
“bagaimana kalau kita bertanding? Yang kalah akan mendapatkan hukuman”
“siapa takut”.
Nara bertanding melawan Wooyoung. Kehebatan Nara bisa dibilang hampir sama dengan Wooyoung. Walaupun Nara bisa dibilang feminim, tetapi kekuatannya seperti pria. Siapa yang tau itu?
Skor berakhir. Wooyoung mengalahkan Nara
“huhhh..kau cukup hebat rupanya”
“jangan remehkan aku” bantah Nara
“aku serius..kau hebat. Tapi tetap saja pemalu di depan orang yang kau sukai”
“oppa bicara apa? Aku tidak mengerti” Nara memandang oppa nya lama. Ia heran
“tidak tau? Aku saja tidak tau apa yang aku katakan. Hoshh..capek sekali. Yasudah, hukumanmu....”
Nara diam. Ia ingin tau hukuman apa yang ia dapat
“kau harus berhasil mendapatkan hati V dan..”
“haa?! Mana mungkin?! Eitss..tunggu dulu! Kenapa hukumannya banyak sekali?”
“terserah ku. Kan jelas-jelas yang kalah dikasih hukuman. Memang aku bilang hukumannya satu?”
Nara tidak percaya apa yang dukatakan oppanya sendiri. “tega sekali dia pada adiknya sendiri. Aku bukan pembantunya!” gumam Nara
“dan..kau harus mentraktir ku minuman”
“hahh..kalau itu aku masih sanggup”
Nara berjalan ke kedai yang ada di seberang sana dan kembali ke tempat ia dan oppanya berada.
“ini..”
Nara melemparkan minumannya
“makasih adikku yang cengeng”
“ya tuhan..kapan penderitaanku berakhir. Selalu saja di ejek”
“hahaha..mungkin selamanya”
“diamlah oppa!”
Nara duduk disamping Wooyoung dan melihat keatas. “banyak bintang” batinnya.
“bagaimana dengan suratmu?”
“ya?”
“suratmu? Apakah berhasil?”
Nara menunduk. “ia menerimanya. Tapi entah lah..aku rasa aku sudah gagal”
Woooyoung mendengus kesal.
“aku muak kalau kau terus mengeluh seprti itu. Kau coba saja dulu. Ini bahkan baru dimulai. Kau sudah menyerah seperti itu”
Nara tertegun mendengar ucapan oppanya. Ia baru sadar kalau kali ini oppanya berbicara seserius ini.
“oppa..kau sakit?”
“tidak.. aku hanya kesal saja padamu. Memangnya seberapa gantengnya dia? Mungkin dibanding denganku..aku lebih ganteng daripada dia”
BUAGH!
“kau tidak terlalu ganteng daripada dia. Dia lebih dari yang oppa bayangkan" Nara melempar bola basketnya ke Wooyoung
“akhh..sakit! adik yang tidak mengakui kakaknya sendiri ganteng. Kau menyebalkan!” Wooyoung berdiri dan berjalan
“bairin..eh..oppa! mau kemana?
“mau pulang”
Nara tinggal dilapangan sendirian. Ia meminum minumannya dan merenungkan apa yang oppanya bilang
“kalau oppa emang mendukungku..aku akan berusaha terus..”
Drrtt..Drrtt..
--
>>08104523XXXX<<
Dimulai dengan sebuah surat
--
“oh? Nomor yang semalam. Dan..apa maksudnya ini? Kenapa dia tau nomorku..dan hubungan dengan surat?”
Nara masih menebak-nebak orang yang mengiriminya pesan.
“aku harus cari tau...”
Please gimme your love and comment ^^