CHAPTER 2 :
Hello, My Name Is ..
Deru tangis terdengar dari ribuan bintang yang tengah bersembunyi dibalik gelapnya malam tak kuasa hati melihat kesedihan yang terpancar dimata seorang pria yang tengah memandang nanar kearah langit. Alexander Haruma - Xander nama pria itu. Pantang bagi seorang pria berkeluh kesah menangis meratapi hati yang tengah terluka namun.. Apa daya semua rasa sakit yang ia rasakan sudah terlampaui melebihi batas.
Satu bulir air akhirnya merekah, menggelayut dipelupuk mata Xander. pelan kristal air itu bergulir menggelinding membentuk parit di pipi. membentuk gurat kemilau dilesung dan terdiam sejenak didagu. menumpuk. membesar dan akhirnya dalam gerakan lambat yang pilu, terlepaskan. P.E.R.L.A.H.A.N deras menghujam tanah dibawah kakinya.
12 tahun yang lalu....
Mata biru itu tertegun melihat sesosok gadis dihadapannya. Malaikat!. 1 kata yang berputar diotaknya ketika melihat gadis yang tengah asik memetik bunga kecil putih namun sangat cantik.. Celmisia.
"A-ah Hello" ujarnya terbata bata ketika akhirnya kedua mata biru itu bertemu dengan gadis malaikat itu.
Ekspresi yang sama juga terpancar dari mata gadis malaikat itu, tertegun kaget melihat orang didepannya. semenit berlalu gadis itu berlari menjauh menjatuhkan bunga yang ia rangkai selama satu jam. meninggalkannya sendirian tertegun. semenit kemudian dia tersenyum geli. Pertemuan pertama bagi Xander dan dirinya.
****
3 bulan berlalu semenjak pertemuan di taman bunga..
"Ohayou Xander, Rei" Meiko, Kitagawa Meiko dengan logat jepangnya menyapa 2 anak lelaki yang tengah asik bersenda gurau. suara lembutnya sukses membuat mereka melihat kearah wajah kecil oriental jepang milik Meiko.
"Mei-chan ohayou" Senyum milik Rei, Tachikawa Rei merekah sesaat melihat teman dekatnya itu. Senyum yang melelehkan hati para wanita terpikat.
"Ah, Mei Rei aku lupa aku ada janji" Ujar Xander tiba tiba setelah melihat kearah ponselnya, semenit kemudian Xander berlari meninggalkan Rei & Meiko, juga meninggalkan kabar yang teramat penting.
*****
Sementara berpuluh ribuan mil dari tempat Xander, Meiko & Rei seorang anak gadis tengah memeluk boneka teddy bear yang sudah menemaninya selama 3 tahun. Terdiam. Menangis. Sendirian.
Gadis itu terisak menangis setelah mendengar gadis itu & keluarganya tak kan lagi menempati rumah kenangan mereka. Gadis itu cukup tau apa artinya, Dia tak kan bertemu teman temannya lagi! Tak ada Bibi penjual permen yang selalu membantunya, tak ada lagi Ren, teman yang terobsesi pada hal mistik & terakhir Taman bunga celmisia tempat favoritnya.
"Emilia sayang kau masih bisa kesini lagi." Bujuk sang ibunda yang masih melihat anak kesayangannya merajuk, namun dia cukup mengerti tidak mungkin jika dia bisa kembali dalam jangka waktu dekat.. 10 tahun? 20 tahun? atau mungkin takkan pernah lagi. "Dan kau masih bisa memberi kabar kepada Ren dengan menelfon / mengirim E-mail" tambah ibundanya sukses membuat isakannya terhenti.
"B-benarkah?" Tanyanya yang terdengar nyaris seperti bisikan. Ibundanya mengangguk tersenyum meyakinkan hingga senyuman merekah diwajah gadis tersebut.
*****
3 hari berlalu semenjak kejadian tersebut, keluarga gadis tersebut akhirnya pindah kesebuah kota kecil yang indah namun tak begitu ramai. dia melihat jalanan disekelilingnya, Bunga! Ya taman bunga favoritnya malah lebih indah dari tempat favoritnya yang dulu, tak sabar dia ingin bermain kesana menikmati sejuknya udara.
" Em, kita sudah sampai" Ujar ibundanya membuyarkan lamunan rencana yang sedang ia buat. Gadis itu keluar dari mobilnya, dan tercengang melihat apa yang ia lihat. Sempurna!. Pikirnya. rumah barunya seperti rumah yang ia impikan selama ini, Dipenuhi berbagai macam bunga dengan ayunan & kolam ikan lalu hei, Rumah kayu! ya, Rumah kayu yang ia lihat diacara anak anak setiap minggu pagi.Rumah kayu yang ia idam idamkan selama ini! "Apa kau suka dengan rumah baru ini?" Tanya sang ibunda yang dibalas dengan anggukan semangan dari gadis kecil itu.
"Mama.. apakah Emilia boleh melihat sekeliling?” Tanya gadis itu dengan suara lembut & kecilnya.
“Boleh sayang, tapi jangan terlalu jauh ya” Ujar Ibundanya, tanpa menunggu lagi dengan langkah riang gadis itu melangkah .. melangkahkan dirinya menuju takdirnya.
Gadis itu terhenti, berputar balik arah ketika pendengarannya yang tajam menangkap suara indah biola. Kakinya melangkah lebih cepat bahkan dia berlari karena keingin tahuannya yang begitu besar. Langkah kakinya membawa dia ke taman bunga yang ia lihat dijalan.
Seperti tersihir, gadis itu terpukau menatapnya. Bagaimana bisa seorang manusia terlihat seperti malaikat dimatanya? Raut wajah yang memancarkan kehangatan dan juga kelembutan tengah serius memainkan biola yang entah lagu apa itu. Gadis itu berjalan mendekat dengan hati berdebar kencang seperti pacuan kuda, perasaan aneh menggeliat didalam hatinya. Namun tak sampai 5 langkah lagu itu terhenti mebuat gadis kecil itu kaget.
Bola mata hitam kelam memancarkan kelembutan memandang kearah gadis itu, membuatnya tersentak kaget.
“M-maaf aku tidak bermaksud mengganggu” ujarnya nyaris berbisik. Seukir senyum dari wajah malaikatnya terlihat membuat perasaan aneh itu semakin menjadi jadi.
“Apa kau suka dengan lagu itu? Field so Hope” ujarnya lembut memandang kearah gadis itu.
“Field.. so hope? Apakah judulnya Field so hope? Aku tak pernah mendengarnya”ujarnya gadis itu polos membuat anak lelaki itu tersenyum geli melihat ekspresi lucu diwajahnya
“ Aku mencover lagu itu, Ah aku tidak pernah melihatmu .. apa kau baru disini?” tanya nya lagi
“Iya. Nama ku Emilia.. Emilia Shu” Ujarnya polos menyebutkan nama lengkapnya Emilia Shu
“Oh, Hello My Name is –“
“Rei! Tachikawa Rei!” Seseorang setengah berteriak memanggil pemuda itu,Rei – Tachikawa Rei, namun langkahnya segera terhenti ketika melihat sosok didepannya. Sosok yang membayangi mimpinya selama 3 bulan itu.
“Xander” Ujar Rei memanggil namanya, Alexander Haruma.