CHAPTER 2 : Internet Cafe
“Ahjussi! Ada tempat kosong tidak?” kata seorang pemuda yang baru saja masuk ke tempat itu.
“Komputer nomor 25 kosong,” kata Paman penjaga, “Hey, hey tunggu!” Paman itu mencegah pemuda tadi menuju komputer yang tadi ia tunjukkan.
“Ada apa memangnya?”
“Kau pilih paket apa? Satu jam? Dua jam? Tiga jam?”
“Ah terserah kau saja! Aku pasti bayar!” pemuda itu tidak peduli dan melangkah ke tempatnya sambil bersiul-siul ceria.
Lima belas menit kemudian, pemuda itu sudah terlarut dalam kegiatannya. Matanya tertuju pada layar monitor dan headphone yang terpasang di telinga. Sepertinya dia memang orang yang tidak peduli sekitar. Sedari tadi ia mendengarkan musik sambil ikut menyanyi, tanpa peduli para pengunjung di situ terganggu oleh suaranya yang keras.
“Bisakah kau diam?” kata seorang gadis berambut hitam panjang di sebelahnya. Pemuda itu tersentak kaget seakan baru saja melihat hantu dari balik bilik komputernya. Wajah gadis itu seperti tanpa ekspresi, dan benar-benar mirip hantu.
“Apa?!” pemuda itu pura-pura tidak dengar meski sedikit takut.
“Tolong jangan berisik,” kata gadis itu lagi, masih dengan tatapan datarnya.
“Aku tidak bisa mendengarmu! Bicaralah yang keras!”
Gadis itu tidak sabar lagi. Tanpa segan ia melepas paksa headphone pemuda itu dan membanting ke mejanya.
“Apa-apaan ini!” pemuda itu mengamuk. Ia berdiri menghampiri bilik komputer yang tepat berada di sampingnya itu. “Hey kau kan anak SMA! Kenapa sedang berada di tempat seperti ini? Kau bolos sekolah ya!” pemuda itu mengamati seragam di balik jaket hitam yang dikenakan gadis itu. Gadis itu tidak peduli, dan kembali setia pada game onlinenya.
“Hahahaha! Kau bolos sekolah hanya untuk main itu?! Hahahaha!” pemuda itu tertawa keras melihat game yang sedang dimainkan oleh gadis itu, farmville. “Game anak kecil!” hardiknya lagi.
“Jangan berisik!” teriak pengunjung lain.
“Sebentar, aku sedang berurusan dengan anak SMA ini!” pemuda masih tetap tidak peduli.
“Diamlah,” gadis itu akhirnya bicara, meski pelan dan tanpa menoleh.
“Tidak akan! Kau sudah mengganggu kesenanganku kau tahu!”
“Anak muda!” teriak seseorang, mengagetkan pemuda itu. Namun tidak bagi gadis itu tentunya. “Pergilah, kau mengganggu ketentraman umum!” paman penjaga internet cafe itu sambil menyeretnya menjauh.
“Ahjussi tunggu! Aku belum selesai dengannya!”
“Berisik sekali kau ini!”
“Ahjussi, kenapa kau bolehkan murid SMA membolos di sini?” ia masih saja protes meski sudah di dekat pintu keluar.
“Biarkan saja, dia pelangganku. Pergi kau!” Paman itu mendorongnya keluar.
Pemuda itu akhirnya terpaksa pergi sambil terus mengumpat. Ia menendang-nendang apapun yang ada di depannya. “Tempat ini tidak menyenangkan sama sekali! Huh! Bisa-bisanya orang sepertiku diusir!”