CHAPTER 1 : Aku Seperti Mutan Profesor Xavier!
Cuap-cuap bentaran:
Chapter ini aku edit lagi. Supaya rapih aja, dulu banyak banget typo dimana-mana :"D
[EDITED]
Lay pov-
Aku berdiri dan melihat sebuah photo seseorang yang terpajang di ruang tengah keluarga, difoto itu terlihat gambar seorang wajah ahjusi yang sudah berumur tua. Kedua matanya tampak terlihat kosong, namun senyuman ahjusi itu terlihat sangat bahagia.
"Ya! bisa kah kau langsung ke meja makan untuk sarapan?!" Tiba-tiba eomma datang memarahiku. "Kau selalu saja melihat photo kakek tiap hari! Sudah sana sarapan dulu, kau akan telat nanti!" Lanjut eomma kearahku.
Namun kedua mata masih melihat photo kakekku yang terbingkai di dinding ruang tamu. Aku masih tetap melihat wajahnya yang tersenyum itu. Yang dikatan eomma memang benar, aku tiap pagi sebelum sarapan selalu menghabiskan waktuku untuk melihat wajah kakekku di photo ini. Karena dialah yang membuatku menjadi seperti, dia yang pertama kali menuruni bakat indra keenam ku.
Flashback-
Saat aku terbangun tengah malam, tiba-tiba aku langsung terdengar sebuah suara seorang yeoja yang sedang marah-marah. Aku langsung tidak bisa tidur, tapi tetap saja suara-suara itu masih saja terdengar. Seperti suara bisikan namun terdengar sangat keras dan berisik.
Paginya saat sedang ingin bersarapan aku duduk dibangku. Aku masih sangat mengantuk semalam, karena tidak bisa tidur disebabkan oleh suara-suara berisik yang terdengar dari samping. Mungkin tetangga kami disamping. Sepasang suami istri yang selalu bertengkar.
"Kak, semalam ahjuma Gyeon dan suaminya bertengkar lagi yah?" Tanyaku kearah kakak lelakiku, Lee Gi Nam.
"Tidak, aku tidak mendengar mereka bertengkar semalam tuh" Jawab Gi Nam cuek sambil menguyah sarapan roti bakarnya.
"Oh, kau pasti tertidur lelap makanya tidak mendengar" Timpalku kearahnya.
"Ya! Lay! Aku semalam begadang sampe jam 3 subuh! Tapi aku sama sekalih tidak mendengar ahjuma Gyeon bertengakar dengan suaminya!" Jelas Gi Nam sambil menunjuk-nunjukiku dengan rotinya. Aku langsung heran, berati yang kudengar semalam apa dong??- pikirku dalam hati
"Kenapa kau begadang?!" Tiba-tiba eomma ikut-ikutan bertanya kearah Gi Nam. Kakak lelakiku langsung diam.
"Aku bermain game...." Kudengar suara lirih Gi Nam disampingku. "Tentu saja aku belajar eomma!" Jawabnya lagi kearah eomma. Eomma langsung mengangguk percaya dengan ucapannya.
"Eomma Kakak bermain game! kenapa gak dimarahin!" Sahutku kearah eomma.
"Kau bermain game semalam??" Tanya eomma sambil melotot kearah Gi Nam.
Gi Nam lalu melihatku dengan jengkel, "Ya! tentu saja tidak!!!" Seru Gi Nam ia lalu menatapku dengan angker, "Awas kau Lay! Gak akan aku pinjamkan PS ku lagi!" Ujarnya kearaku. Tapi dengan mulut yang terkatup rapat.
Aku menatapnya keheranan, karena melihatnya berujar lirih kearahku. Maksudku, Gi Nam bisa berbicara kearahku, namun dengan mulutnya yang tertutup??! ---- Ini... aneeh....
"Jangan bohong! Tadi kata Lay semalam kamu main game!" Eomma berjalan mendekat kearah Lay dan bersiap-siap akan melemparkan panci kearah kepala Gi Nam.
"Aih! Lay! gara-gara kau!" Terdengar lirih suara Gi Nam disampingku. Namun lagi-lagi ia berbicara tanpa menggerakan mulutnya.
Aku disampingnya hanya duduk di bangku dengan bingung. Tak mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi denganku saat aku masih SMP dulu. Aku bisa mendengar setiap ucapan kakakku tanpa ia menggerakan kedua mulutnya saat itu. Hingga membuat aku sedikit stress karena tak hanya Kakakku, aku juga bisa mendengar setiap lirihan orang yang berujar dan menatap mataku tanpa mereka berbicara.
Aku saat itu sempat depresi dengan keanehan yang terjadi dengan diriku. Aku sampai jatuh sakit selama 2 hari. Hingga tiba saat Kakekku datang menjenguk diriku dikamarku. Ia menjelaskan keanehan yang terjadi pada diriku.
Anehnya saat itu ia datang tidak mengucapkan kata-kata. Ia hanya diam dan berujar lirih di depanku, "Ya Lay ssi apakah kau baik-baik saja??" Tanyanya kearahku dengan mulut yang tetap terkatup rapat.
"Harabeoji...." Panggilku saat aku sedang tertidur lemah diatas kasur kamarku."A-aaku...."
"Ya, Lay ssi...." Kakekku memotong pembicaraanku, namun ia tetap diam. "Kau sebenarnya bisa membaca isi hati manusia...." lanjuttnya lagi.
Aku mentapnya kakekku dengan heran, "Membaca isi hati manusia???!" Ujarku dalam hati.
"Ya, kau bisa membaca isi hati manusia...." Jawab kakek kearahku sambil tersenyum. Namun ia lagi-lagi masih terdiam. Membuat aku syok. Apakah kakek bisa membaca pikiranku???!- Pikirku dalam hati.
"Ya, aku sama seperti mu, Lay ssi... aku bisa membaca pikiran juga....." Ujarnya kearahku. Bibirnya yang tetap diam tidak berkata dari tadi. Lalu bibirnya membentuk sebuah senyuman kearahku.
Pantas saja! dari tadi kakek hanya diam tak menggerakan mulutnya sama sekalih didepanku. Kita berdua dari tadi berbicara menggunakan isi hati kami. Tidak mengucapkan sepatah katapun. Tapi saling berbicara dengan isi hati kami. Karena kami berdua sama-sama bisa membaca pikiran!
"A-aku tidak bermimpihkah! Aku seperti didalam film X-Mens! Seperti profersor Xavier! Seorang mutan yang bisa membaca pikiran!!!" Desisku dalam hati tidak bisa menerima kenyataan ini----- Karena aku takut, Kakek akan langsung memindahkan sekolahku di sekolah khusus untuk kalangan mutan seperti di X-Men.
"Kau terlalu banyak menonton film! Kau bukan mutan ya Lay ssi! Jangan kau sesalkan kelebihanmu ini. Ini adalah anugrah..." Kakek berkata lagi kearahku, namun tetap diam sambil duduk bersila didepan kasur. "Kita jadikan ini rahasia kita berdua. Antara kau dan aku...." Lanjutnya sambil menunjuki diriku dan dirinya.
Kulihat ia lalu tersenyum memarkan giginya kearahku dan mengelus-ngeluskan kepalaku dengan lembut, "Bukankah ini menarik bisa membaca pikiran orang tanpa mereka berbicara. Hingga detik ini kau bisa mengetahui seluruh rahasia manusia yang kau tatap matanya. Kau akan mengetahui sesuatu yang tersembunyi di hati mereka. Kau dan aku adalah manusia terpilih yang diberikan anugrah ini...."
Aku lalu menelan ludahku dikerongkonganku dengan berat. Saat mendengar semua isi hati kakek yang bisa kudengar dengan jelas.
"Gunakan anugrah ini dengan baik-baik ya Lay ssi...." Tambahnya lagi kearahku sambil menepuk-nepuk pundakku.
flash back- END-
Aku masih memikirkan masa lalu saat-saat aku bertemu dengan kakek. Saat aku terjatuh sakit saat SMP, saat itu adalah hari terakhir aku melihatnya. Yah, seminggu setelah kejadian aku menyadari keanehan pada diriku, kakekku meninggal dunia. Hingga saat ini aku masih tetap mengingat kejadian itu. Disaat untuk pertama kalinya, aku berbicara menggunakan isi hati kita berdua....
to be continued